Anda di halaman 1dari 31

BAB V

BRIKET BATUBARA KARBONISASI

5.1. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum briket batubara karbonisasi, antara

lain:
1. Praktikan mengerti tentang briket batubara karbonisasi
2. Praktikan mampu melaksanakan proses pembuatan briket karbonisasi

3. Praktikan mampu menganalisa campuran bahan dalam briket karbonisasi

5.2. Dasar Teori


Gagasan awal pembuatan briket batubara adalah untuk

memanfaatkan limbah/sisa hasil penambangan batubara yang tidak

diambil/tidak laku dijual karena ukuran butirnya kecil/tidak lagi memenuhi

persyaratan yang diinginkan oleh pembeli (buyer).

Batubara yang diperoleh langsung dari tempat penambangan,

ukurannnya masih sangat bervariasi. Sesudah melalui proses penggilingan,

kemudian disaring, dan diperoleh ukuran tertentu. Ukuran tersebut akan

disesuaikan dengan keinginan pembeli, sedang ukuran yang lebih kecil dari

persyaratan yang ditentukan, ditinggalkan dan tidak dimanfaatkan. Dalam

hal demikian, sisa hasil proses penyaringan tersebut dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku pembuatan briket. Beberapa pengalaman, briket dengan

kuat tekan > 6 Kg/cm2 cukup kuat dan tidak mudah pecah pada saat dibawa,

diangkut dan diangkat.

Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari

batubara yang merupakan bahan bakar alternatif atau pengganti minyak


tanah yang paling murah dan memungkinkan dikembangkan secara massal

dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan juga peralatan

yang relatif sederhana.

Batubara yang telah mengalami proses karbonisasi menjadi briket

akan lebih mahal daripada briket tanpa karbonisasi. Hal in dikarenakan

adanya biaya tambahan untuk energi dalam pemprosesannya, juga

membutuhkan batubara dalam jumlah yang banyak. Namun disisi lain,

memiliki keuntungan yaitu dapat menggunakan tungku yang lebih fleksibel

bentuknya sehingga lebih mudah untuk digunakan.

Karbonisasi sendiri memiliki pengertian proses pemanasan batubara

sampai suhu dan waktu tertentu pada kondisi sedikit oksigen untuk

menghilangkan kandungan zat terbang dari batubara sehingga dihasilkan

padatan berupa arang dengan hasil sampling yang telah dilakukan

pembakaran pada batubara.


Pembakaran briket batubara dilakukan melalui dua proses yaitu

proses pencampuran bahan baku batubara dan proses dari pengolahan

briket dengan menggunakan bahan baku kokas, coalisting soda dan air, pada

proses kabonisasi batubara diolah menjadi coalite dengan memperlakukan

sebagai berikut:
1. Proses penggerusan
Proses penggerusan adalah proses yang dilakukan untuk mereduksi

ukuran butir agar campuran yang dihasilkan akan semakin baik

dikarenakan pembuatan briket batubara selalu memerlukan ukuran butir

yang halus supaya material bisa tercampur secara homogen.

2. Pemanasan
Pemansan merupakan salah satu yang tak sangat penting karena

disini campuran briket yang sudah dicampur lalu dipanaskan agar zat

terbangnya semakin kecil untuk membuat briket bertahan lama.


3. Pengayakan
Pengayakan adalah salah satu proses pemisahan material dengan

ukuran tertentu
4. Karbonisasi
Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengonversi bahan

organik menjadi arang. Pada proses karbonisasi akan melepaskan zat

yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2, formaldehit, metana,

formik, dan acetil acid serta zat yang tidak terbakar seperti CO2,

H2O, dan Tar cair. Gas-gas yang dilepaskan pada proses ini mempunyai

kalor yang tinggi dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor

pada proses kalor. Proses karbonisasi dapat merupakan reaksi endoterm

atau eksoterm tergantung pada temperatur dan proses reaksi yang

sedang terjadi.

Briket batubara karbonisasi adalah briket batubara yang bahan

bakunya (batubara) dikarbonisasi sebelum menjadi briket prosesnya

sendiri dimulai dari suhu 200 oC1000oC dimana memerlukan suhu yang

tinggi menjadi mengapa dalam aplikasi pembuatan briket banyak

ditinggalkan, terutama skala kecil menengah. Fungsi utama dari karbonisasi

meningkatkan nilai kalori karena menghilangkan kadar air. Dengan

karbonisasi zat terkandung dalam batubara tersebut akan diturunkan yaitu

zat terbang sehingga produk akhirnya tidak berbau dan tidak berasap,

akhirnya biaya produksi meningkat karena pada batubara itu menjadi

redum 50%.

Jenis briket batubara karbonisasi mempunyai karakteristik lebih

baik dibandingkan dengan briket non karbonisasi. Hal ini disebabkan

sebagian besar volatile matter-nya sudah hilang atau berubah menjadi

senyawa karbon di dalam briketnya. Apabila dilakukan pembakaran tidak

lagi mengeluarkan bau dan asap yang banyak kecuali dari hasil pembakaran

zat pengikatnya. Nilai kalor yang ditimbulkan lebih tinggi dibanding dengan

briket batubara non karbonisasi, karena jumlah karbon terikatnya cukup


besar. Pengolahan awal dengan cara karbonisasi batubara. Untuk

meningkatkan kadar karbonnya dan menghilangkan sejumlah kandungan

belerang sehingga mengurangi polusi dalam penggunaannya . Ruang lingkup

dalam proses pembuatan briket batubara karbonisasi memiliki pedoman

yang cukup, jenis, bahan baku, tipe standar kualitas batubara sebagai

bahan baku briket batubara dan bahan bakar padat berbasis batubara dan

prosedur pembuatan briket batubara untuk industri kecil dan rumah

tangga serta karakteristik dan standar kualitas batubara berbagai jenis

briket batubara.

Tujuan dari proses karbonisasi adalah menaikkan kadar karbon

padat dan menghilangkan zat terbang (volatile matter) yang terkandung

dalam batubara serendah mungkin sehingga dihasilkan semi kokas atau

kokas dengan kandungan zat terbang yang ideal 8-15% dengan nilai kalori

yang cukup tinggi di atas 6000 kkal/kg. Kandungan zat terbang

berhubungan erat dengan kelas batubara, makin tinggi zat terbangnya

maka makin rendah kelas batubara, karena zat terbang akan mempercepat

pembakaran karbon padatnya. Dengan karbonisasi juga akan menghasilkan

produk akhir yang tidak berbau dan berasap.

Adapun sifat fisik batubara setelah dikarbonisasi adalah sebagai be

rikut:
1. Free Swelling Index (FSI)
Free Swelling Index (FSI) merupakan suatu parameter seberapa

jauh batubara akan memuai apabila dipanaskan. FSI ditentukan dengan

memanaskan batubara yang telah digerus dan dicetak sampai 800C di

dalam cawan selama waktu tertentu. Setelah zat terbang habis kokas

yang lebih kecil dari ukuran semula tetap berada dalam cawan.

Penampang sisa kokas dibandingkan dengan penampang baku bernomor

1-10. Adapun pengaruh nilai FSI pada batu bara adalah sebagai berikut:
a. Bila pemuaian kokas mengakibatkan ia sama dengan ukuran panjang

nomor 0-2 ( jadi FSInya 0-2) batubara tersebut bukan batubara

kokas yang baik (pori-porinya terlalu rendah).


b. Bila FSI -nya 8-10 berarti tingkat pemuaiannya terlalu tinggi

berarti bila dijadikan kokas terlalu berpori-pori besar sangat rapuh.


c. Batubara dengan nomor FSI 4-6 adalah ideal untuk diproses

menjadi kokas (batubara ini akan menjadi kokas yang cukup berpori

dan kuat menahan beban).


2. Hardgrove Grindability Index (HGI)
Hardgrove Grindability Index (HGI) adalah indeks

kemampugerusan atau indeks kekerasan hardgrove, yakni

ukuran/tingkat mudah atau sukarnya batubara digerus menjadi tepung

batubara sebagai bahan bakar (khususnya pada PLTU). Indeks ini

terdiri dari angka 0 100. Adapun pengaruh nilai HGI pada batubara

adalah sebagai berikut:


a. Batubara dengan indeks hardgove kurang dari 50 adalah keras

sehingga sukar digerus dan memerlukan serangkaian alat penggerus

yang mahal.
b. Batubara yang mempunyai indeks hardgrove 50 keatas adalah

batubara lunak sehingga mudah untuk digerus.


3. Specific Heat
Specific Heat merupakan indikasi kandungan nilai energi yang

terdapat pada batubara, dan merepresentasikan kombinasi pembakaran

dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan sulfur. Specific Heat sangat

berpengaruh terhadap pengoperasian pulveriser atau mill, pipa batubara

dan windbox serta burner. Adapun pengaruh Specific Heat pada

batubara adalah sebagai berikut:


a. Semakin tinggi Specific Heat maka aliran batubara setiap jam-nya

semakin rendah sehingga kecepatan coal feeder harus disesuaikan.


b. Untuk batubara dengan kadar kelembaban dan tingkat ketergerusan

yang sama, maka dengan Specific Heat yang tinggi menyebabkan

pulveriser akan beroperasi di bawah kapasitas normalnya (menurut


desain), atau dengan kata lainoperating ratio nya menjadi lebih

rendah.
4. Size Stability
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus

(pulverized coal atau dust coal) dan butirkasar (lump coal). Butir paling

halus untuk ukuran maksimum 3mm, sedangkan butir paling kasar sampai

dengan ukuran 50 mm. Pengaruh Specific Heat pada batubara yaitu

semakin kecil ukuran partikel batubara, maka semakin besar luas

permukaanya.

5. Bulk Density

Bulk Density (kepadatan Massal) adalah nilai massa suatu bahan

padat yang dibagi dengan total volume mereka tempati. Total volume

meliputi volume partikel, volume void (kosong) antar-partikel dan

Volume internal pori-pori bahan.


Pengaruh Bulk Density terhadap kualitas batubara adalah semakin

besar nilai bulk densitynya maka kualitas batubara itu semakin

baik/tinggi , sebab dengan bulk density yang lebih besar maka jumlah

massa batubara dalam volume tersebut lebih banyak jumlah nya pada

total volume yang ditempati bernilai sama. Adapun bulk kepadatan

batubara adalah:
a. Batubara Antrasit: 50 - 58 (lb/ft 3 ), 800 - 929 (kg/m 3 )
b. Batubara Bitumen: 42-57 (lb / ft 3), 673-913 (kg / m 3 )

c. Batubara Lignit: 40 - 54 (lb / ft 3), 641-865 (kg / m 3 )

Bahan pengikat pada proses pembuatan briket batubara karbonisasi

dibagi menjadi 3 macam diantaranya adalah:

1. Bahan pengikat biasa adalah bahan pencampuran pada proses pembuatan

briket batubara yang terdiri dari bahan pengikat organik dan bahan

pengikat anorganik.
2. Bahan pengikat organik adalah bahan penca mpur pada pembuatan briket

batubara karbonisasi atau tanpa karbonisasi yang dapat merembes ke


dalam pemukaan dengan cara terabsor bsi sebagai ke dalam pori pori

atau celah yang ada antara lain seperti kanji.


3. Bahan pengikat anorganik adalah bahan pencampur pada pembuatan

briket batubara karbonisasi, tanpa karbonisasi dan b io briket. Batubara

yang berfungsi sebagai perekat antara permukaan p artikel partikel

batubara yang tidak relatif dan berfungsi sebagai stabilitas i selama

pembakaran antara lain seperti tanah liat.


Bahan baku utama briket batubara karbonisasi adalah batubara

dengan persentase antara 80 90% , sisanya 5 15% merupakan bahan

pengikat dan bahan imbuh. Bahan imbuh yang dipergunakan adalah kapur

dengan kadar maksimum 5% yang berupa yang berfungsi untuk

menghilangkan bau pada briket batubara dan juga berfungsi sebagai

absorban untuk menangkap SO2.


Apabila briket batubara akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar

yang diperlukan persyaratan minimal dalam proses pembakarannya tidak

mencemari lingkungan. Beberapa sifat dari briket yang baik diantaranya

adalah:
1. Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran
2. Mempunyai daya tekan atau kekuatan tertentu sehingga tidak mudah

pecah dalam proses pemindahan dan sebagainya


3. Mempunyai suhu pembakaran yang tetap dengan jangka waktu yang

relatif lama antara 2 sampai 10 jam


4. Setelah hasil pembakaran terdapat abu yang tidak menempel pada

tungku sehingga mudah dipindahkan atau dibuang


5. Hasil pembakaran tidak mengandung kandungan karbon monoksida

dengan kadar yang tinggi

Menggeneralisasi bahan setiap pembakaran briket batubara sangat

berbahaya bahkan membuat nyawa melayang . Perlu diklarifikasikan karena

dapat menyesatkan, hal ini disebut dalam suatu pembahasan yang pokok,

yang pertama setiap pembukaan bahan bakar fosil (khususnya batubara

sebagai bahan baku briket) pasti menimbulkan emisi berupa gas seperti Co,
CO2 dan lain lain. Emisi seperti ini bukan hanya berasal dari pembakaran

batubara saja melainkan dari pembakaran minyak bumi yang dapat

mengakibatkan emisi. Untuk mengatasi atau minimal mengurangi emisi,

banyak cara yang dilakukan, cara yang paling efektif adalah dengan

mengatur dan membuat sistem pembakaran sedemikian rupa sehingga

menghasilkan pembakaran yang sempurna. Pembakaran yang sempurna

selalu mengurangi emisi secara signifikan, juga akan membuat kinerja dan

efisiensi pengguna energi lebih optimal. Dengan pembakaran sempurna

selain itu selain itu menghasilkan kinerja yang baik, emisi gas juga akan

berkurang secara signifikan karena emisi sebagian ikut terbakar.

Berbahaya tidaknya pembakaran briket batubara tergantung pada

tiga faktor utama yaitu bahan baku (berupa batubara), bahan imbuhan

berupa briket dan pengering emisi, serta kondisi terdapat dimana briket

batubara ini dibakar sejauh ini hasil penelitian yang telah dilakukan

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Departemen Energi dan

Sumber Daya Mineral menyatakan batubara Indonesia sebagai bahan baku

briket batubara memiliki kadar sulfur dan abu yang rendah, masing

masing di bawah 1% untuk abu, sementara itu diperkenalkannya bio briket

batubara yang memakai bahan berupa biomassa, emisi gas beracun

ternyata dapat diminimalkan atau bahkan mendekati nol . Adapun pengaruh

kondisi tempat pembakaran sangat tergantung sampai sejauh mana

ventilasi mangannya.

(Anonim, 2013)

Salah satu masalah dalam pengembangan industri briket di

Indonesia adalah perlunya karbonisasi dalam proses pembuatannya hal ini

terutama karena batubara yang dapat digunakan termasuk dalam peringkat

rendah dengan kadar zat terbang rata rata diatas 35% sehingga dalam

proses pembakarannya dapat menimbulkan asap dan bau. Sedangkan di


Korea, Cina dan Vietnam, batubara yang digunakan untuk briket adalah dari

jenis antrasit sehingga tidak perlu dilakukan proses dari karbonisasi

karena kadar zat terbangnya rata rata di bawah dari 15%.

Beberapa parameter yang diperhatikan dalam pembuatan briket

batubara, yaitu:

1. Kandungan air
Kandungan air akan sangat mempengaruhi nilai kalori dan panas

yang akan dihasilkan oleh briket batubara karbonisasi.


2. Tekanan mesin pencetak batubara
Tekanan mesin pencetak batubara sangat mempengaruhi

kekompakan hasil pencetakan briket.

3. Ukuran butir
Jika ukuran butir batubara semakin kecil maka briket dapat lebih

kompak setelah dicampur bahan perekat.


Proses yang digunakan pada penelitian baik tidaknya suatu briket

batubara dengan menggunakan uji pembakaran secara sederhana tapi

menyangkut seluruh aspek yang terkandung dalam briket.


5.3. Alat dan Bahan

5.3.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini,

diantaranya adalah:

a. Crusher, berfungsi sebagai alat yang mereduksi ukuran

dari sampel batubara.

*sumber: Laboratorium

Teknologi Mineral

UNLAM, 2012

Gambar 5.1

Crusher

b. Cetakan briket, digunakan untuk mencetak campuran

material menjadi bentuk briket.


*sumber: Laboratorium

Teknologi Mineral

UNLAM, 2012

Gambar 5.2

Cetakan Briket

c. Tungku karbonisasi, berfungsi sebagai tempat untuk

membakar batubara sebagai bahan baku utama briket

karbonisasi.
*sumber: Laboratorium

Teknologi Mineral

UNLAM, 2012

Gambar 5.3

Tungku Karbonisasi

d. Ayakan (screen), berfungsi untuk menyeragamkan

ukuran butir batubara.

*sumber:

Laboratorium

Teknologi Mineral

UNLAM, 2012

Gambar 5.4

Ayakan
e. Timbangan dan neraca analitik, berfungsi untuk

mengukur berat sampel batubara dalam pembuatan

briket.

*sumber: Laboratorium

Teknologi Mineral

UNLAM, 2012

Gambar 5.5

Timbangan dan Neraca Analitik

f. Palu berfungsi sebagai alat mereduksi ukuran butir

batubara secara manual.

*sumber: Laboratorium

Teknologi Mineral

UNLAM, 2012
Gambar 5.6

Palu

g. Sekop dan sendok, berfungsi untuk memindahkan

material dan batubara maupun campurannya.

*sumber: Laboratorium

Teknologi Mineral

UNLAM, 2012

Gambar 5.7

Sekop dan sendok

h. Ember, berfungsi sebagai wadah mengaduk dan proses

pencampuran bahan pembuatan briket batubara

karbonisasi.
*sumber: Laboratorium

Teknologi Mineral

UNLAM, 2012

Gambar 5.8

Ember

i. Safety tools, digunakan untuk menjadi alat pengaman

saat jalannya praktikum batubara.


*sumber: Laboratorium

Teknologi Mineral

UNLAM, 2012

Gambar 5.9

Safety tools

5.3.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan

praktikum ini, antara lain:

a. Batubara kalori 7500 kkal digunakan sebagai bahan

utama dalam briket.

b. Kaolin digunakan sebagai penurun panas yang dihasilkan

dari pembakaran briket.

c. Kanji digunakan sebagai bahan perekat material.

d. Kapur digunakan untuk mengurangi bau saat

pembakaran.

e. Serbuk kayu digunakan sebagai material untuk

mempercepat pembakaran batubara.


5.4. Prosedur Percobaan

Adapun langkah kerja dari analisa briket batubara

karbonisasi adalah sebagai berikut:

Batubara dengan
kalori 7500 kkal

dikarbonisasi dengan tungku

Batubara dengan
ukuran 5 10 cm

direduksi dengan crusher

Batubara dengan
ukuran + 3 mm (8 mesh)

dicampur
Batubara + kanji + kaolin +
Serbuk kayu + kapur gamping +
200 gram

dihasilkan

Briket Batubara Karbonisasi

Gambar 5.10.

Flowchart Pembuatan Briket Batubara Karbonisasi

Langkah Kerja:

1. Menyiapkan alat, bahan pencampur dan batubara yang

berkalori 7500 kkal.


2. Melakukan proses karbonisasi pada batubara ukuran bongkah

dengan menggunakan tungku karbonisasi.

3. Menggerus batubara 3 mm (8 mesh) dengan menggunakan

crusher.

4. Mencampurkan batubara, kanji, kaolin dan serbuk kayu

dengan berat total 200 gr.

5. Mencetak campuran material dengan alat pencetak briket.

6. Mengeringkan material yang telah dicetak.

7. Melihat dan mencatat:

a. Campuran bahan briket.

b. Kekuatan fisik briket.

c. Bentuk hasil akhir cetakan


5.5. Data Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dari praktikum briket batubara

karbonisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.2

Data Hasil Pengamatan

%
% % % %
N Jenis Serb
Batuba Kaol Kan Kap Keterangan
o. Briket uk
ra in ji ur
Kayu
1. Biasa I 70 15 20 - - a. Kekuatan

fisik: kuat
b. Permukaan:

agak kasar
c. Warna: abu

- abu
d. Briket yang

berhasil: 8
e. Briket yang
hancur: 0

a. Kekuatan

fisik: kuat
b. Permukaan:

agak kasar
Biasa c. Warna: abu
2. 75 10 15 - -
II - abu
d. Briket yang

berhasil: 8
e. Briket yang

hancur: 0
a. Kekuatan

fisik: kuat
b. Permukaan:

agak kasar
Biomas c. Warna:
3. 70 5 15 5 5
sa hitam

I kecoklatan
d. Briket yang

berhasil: 8
e. Briket yang

hancur: 0
4. Biomas 75 5 15 2,5 2,5 a. Kekuatan

sa fisik: kuat
b. Permukaan:
agak kasar
c. Warna:

hitam

coklat
II
d. Briket yang

berhasil: 8
e. Briket yang

hancur: 0

5.6. Pengolahan Data

Berikut ini adalah perhitungan yang diperlukan untuk

melengkapi data hasil pengamatan.

1. Berat total campuran (batubara + kaolin + kanji + serbuk

kayu + kapur) = 200 gram.


2. Batubara yang digunakan pada praktikum kali ini adalah

batubara dengan kalori 7500 kkal.

Berikut ini adalah data hasil perhitungan campuran dan

komposisi briket batubara karbonisasi.

1. Campuran 1 (Briket Batubara Karbonisasi Biasa 1)

Diketahui : Batubara = 70 %

Kaolin = 10 %

Kanji = 20 %

Ditanya : a. Berat batubara dalam campuran?

b. Berat kaolin dalam campuran?

c. Berat kanji dalam campuran?


Jawab : a. Berat batubara = 200 gram = 140

gram

b. Berat kaolin = 200 gram = 20 gram

c. Berat kanji = 200 gram = 40 gram

2. Campuran 2 (Briket Batubara Karbonisasi Biasa 2)

Diketahui : Batubara = 75 %

Kaolin = 10 %

Kanji = 15 %

Ditanya : a. Berat batubara dalam campuran?

b. Berat kaolin dalam campuran?

c. Berat kanji dalam campuran?

Jawab : a. Berat batubara = 200 gram = 150

gram

b. Berat kaolin = 200 gram = 20

gram

c. Berat kanji = 200 gram = 30 gram

3. Campuran 3 (Briket Batubara Karbonisasi Biomassa 1)

Diketahui : Batubara = 70 %

Kaolin =5%

Kanji = 15 %

Serbuk kayu =5%


Kapur =5%

Ditanya : a. Berat batubara dalam campuran?

b. Berat kaolin dalam campuran?

c. Berat kanji dalam campuran?

d. Berat serbuk kayu dalam campuran?

e. Berat kapur dalam campuran?

Jawab : a. Berat Batubara = 200 gram =

140 gram

b. Berat Kaolin = 200 gram = 10

gram

c. Berat Kanji = 200 gram = 30

gram

d. Berat Serbuk kayu = 200 gram = 10

gram

e. Berat Kapur = 200 gram = 10

gram

4. Campuran 4 (Briket Batubara Karbonisasi Biomassa 2)

Diketahui : Batubara = 75 %

Kaolin =5%

Kanji = 15 %

Serbuk kayu = 2,5 %


Kapur = 2,5 %

Ditanya : a. Berat batubara dalam campuran?

b. Berat kaolin dalam campuran?

c. Berat kanji dalam campuran?

d. Berat serbuk kayu dalam campuran?

e. Berat kapur dalam campuran?

Jawab : a. Berat Batubara = 200 gram =

150 gram

b. Berat Kaolin = 200 gram = 10

gram

c. Berat Kanji = 200 gram = 30

gram

d. Berat Serbuk kayu = 200 gram = 5 gram

e. Berat Kapur = 200 gram = 5 gram


5.7. Pembahasan
Briket batubara karbonisasi merupakan briket batubara

yang bahan baku utamanya (batubara) dikarbonisasi terlebih

dahulu sebelum dibuat atau dicetak ke dalam bentuk briket

batubara.

Pada prakikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan

briket batubara dengan beberapa jenis bahan campuran serta

komposisi yang berbeda-beda pada setiap percobaannya. Dalam

praktikum ini akan dibuat briket batubara karbonisasi dengan

komposisi campuran batubara kalori 7500 kkal, kanji, kaolin,

serbuk kayu dan kapur.

Adapun komposisi campuran pada briket batubara yang

akan dibuat ini memiliki fungsinya masing-masing dalam

pembuatan briket batubara karbonisasi. Fungsi dari batubara

dalam campuran briket adalah sebagai bahan bakar utama.

Kaolin berfungsi sebagai bahan campuran untuk mengurangi

asap dan juga untuk menstabilkan panas dalam pembakaran

briket. Kanji digunakan sebagai bahan perekat pada campuran

briket batubara sehingga briket yang dihasilkan kuat dan

kompak. Kapur digunakan sebagai bahan campuran untuk

mengurangi bau pada saaat pembakaran. Sedangkan serbuk

kayu digunakan sebagai bahan campuran untuk mempercepat

atau mempermudah nyala api untuk menyala dalam proses

pembakaran briket nantinya.


Pada praktikum pembuatan briket batubara karbonisasi

ini dilakukan percobaan pembuatan briket sebanyak empat kali,

dimana pada percobaan yang pertama dan kedua dibuat briket

batubara karbonisasi biasa I dan biasa II. Sedangkan pada

percobaan yang ketiga dan keempat dibuat briket batubara

karbonisasi biomassa I dan biomassa II.

Pada percobaan yang pertama dilakukan pembuatan

briket batubara karbonisasi biasa I dengan campuran bahan

berupa batubara, kanji dan kaolin. Seluruh berat dari semua

bahan campuran briket tersebut berjumlah 200 gram. Pada

campuran bahan yang pertama ini dimasukkan batubara

sebanyak 70 %, kaolin sebanyak 10 % dan kanji sebanyak 20 %.

Dari pencampuran yang dilakukan, maka dapat dihitung berat

masing - masing dari bahan campuran yang masih dalam bentuk

persentase. Pada campuran batubara sebanyak 70 % didapat

berat sebesar 140 gram. Kaolin dengan campuran sebanyak 10

% didapat berat sebesar 20 gram serta kanji dengan campuran

sebanyak 20 % didapat berat sebesar 40 gram. Pada

pembuatan briket batubara biasa yang pertama ini setelah

pencetakan tidak mengalami kendala dan hasil briket batubara

yang dicetak kekuatan fisiknya kuat, permukaannya agak kasar

serta memiliki warna abu-abu. Briket yang berhasil dicetak

berjumlah 8.
Pada percobaan yang kedua dilakukan pembuatan briket

batubara karbonisasi biasa II dengan komposisi campuran yang

berbeda dengan campuran yang pertama, yaitu batubara

sebanyak 75 % atau sebesar 150 gram, kaolin sebanyak 10 %

atau sebesar 20 gram dan kanji sebanyak 15 % atau sebesar 30

gram. Briket yang berhasil dicetak berjumlah 8 dengan

kekuatan fisik kuat, permukaan halus agak kasar dan memiliki

warna abu - abu.

Percobaan selanjutnya berbeda dengan percobaa yang

pertama dan kedua. Pada percobaan yang ketiga dilakukan

pembuatan briket batubara karbonisasi biomassa I dengan

komposisi campurannya yaitu batubara sebanyak 70 % atau

sebesar 140 gram, kaolin sebanyak 5 % atau sebesar 10 gram,

kanji sebanyak 15 % atau sebesar 30 gram, serbuk kayu

sebanyak 5 % atau sebesar 10 gram dan kapur sebanyak 5 %

atau sebesar 10 gram. Briket yang berhasil dicetak berjumlah

8 dengan kekuatan fisik kuat, permukaan agak kasar dan

memiliki warna hitam kecoklatan.

Pada percobaan yang keempat dilakukan pembuatan

briket batubara karbonisasi biomassa II dengan komposisi

campuran, yaitu batubara sebanyak 75 % atau sebesar 150

gram, kaolin sebayak 5 % atau sebesar 10 gram, kanji sebanyak

15 % atau sebesar 30 gram, serbuk kayu sebanyak 2,5 % atau

sebesar 5 gram dan kapur sebanyak 2,5 % atau sebesar 10


gram. Briket yag berhasi dicetak berjumlah 8 dengan kekuatan

fisiknya kuat, permukaan agak kasar dan memiliki warna hitam

coklat.

Hasil pencetakan briket semuanya terbentuk sempurna

karena persentase dari semua campuran yang sangat baik.

5.8. Penutup

5.8.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum ini

adalah:

a. Proses karbonisasi pada pembuatan briket dilakukan

dengan tujuan mengurangi zat terbang yang dihasilkan

dari pembakaran briket. Secara tidak langsung juga

dapat meningkatkan kalori dan mengurangi kadar air

dari batubara tersebut.

b. Hasil pencetakan briket semuanya terbentuk sempurna

karena persentase dari semua campuran yang sangat

baik.

c. Persentase komposisi yang dipakai dalam campuran

bahan briket, yaitu:

1) Campuran 1 (briket biasa I) terdiri dari 70 %

batubara, 10 % kaolin dan 20 % kanji.


2) Campuran 2 (briket biasa II) terdiri dari 75 %

batubara, 10 % kaolin dan 15 % kanji.

3) Campuran 3 (briket biomassa I) terdiri dari 70 %

batubara, 5 % kaolin, 15 % kanji, 5 % serbuk kayu

dan 5 % kapur.

4) Campuran 4 (briket biomassa II) terdiri dari 75 %

batubara, 5 % kaolin, 15 % kanji, 2,5 % serbuk kayu

dan 2,5 % kapur.

5.8.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum

kali ini adalah:

a. Sebaiknya ketika akan mencetak, alat cetak diolesi

dengan solar agar tidak terjadi kerusakan karena

menempelnya briket pada alat cetak ketika akan

memindahkan briket.
b. Pada saat pemindahan briket, diharapkan agar lebih

berhati hati agar tidak merusak briket.


c. Pada saat mencampur bahan sebaiknya dilakukan

secara teliti dan merata agar briket yang dihasilkan

sempurna dan material yang menempel pada dinding

wadah tidak ada yang tertinggal atau tersisa.

Anda mungkin juga menyukai