PENDAHULUAN
presentasi klinis.1 Lupus Eritematosus Neonatal (LEN) atau Sindrom Lupus Neonatal
(SLN) adalah sebuah sindrom yang langka dan hanya terlihat pada 1-2% neonatus
(SSA/Ro) dan Sindrom Sjogren B/Lane (SSB/La) secara pasif dari ibu yang
(LES), atau penyakit jaringan ikat lainnya. Penyakit ini memiliki manifestasi klinis
pada kulit, jantung, atau yang jarang terjadi adalah manifestasi hematologi, dan
Amerika Serikat. Lupus Eritematosus pada usia anak anak terjadi pada 0,6-2,2 dari
epidemiologi . Dari data di Subbagian Perinatologi dan Alergi Imunologi SMF Ilmu
Kesehatan Anak RS Hasan Sadikin didapatkan dua kasus selama tahun 2014 dan satu
Lupus Eritematosus Neonatal dapat terjadi akibat otoantibodi yang berasal dari ibu
hamil dan akan menyebabkan proses peradangan pada berbagai organ janin yang
1
sedang berkembang, terutama jantung dan kulit. Otoantibodi maternal akan
menyebabkan apoptosis pada kardiosit yang secara lanjut akan menyebabkan fibrosis
pada area nodus atrioventrikuler (AV) yang merupakan bagian dari sistem konduksi
jantung. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan Congenital Heart Block sebagai
manifestasi utama dari LEN. Otoantibodi tersebut juga dapat menumpuk pada sel
nuclear antigen (ENA) atau profil ANA. Pemeriksaan profil ANA ini dapat berguna
untuk mendeteksi otoantibodi yang secara spesifik berperan pada patogenesis LEN,
yaitu anti SSA/Ro dan anti SSB/La. 1 Tinjauan pustaka ini akan membahas mengenai
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lupus Eritematosus Neonatal (LEN) atau Sindrom Lupus Neonatal (SLN) adalah
sebuah sindrom yang langka dan hanya terlihat pada 1-2% neonatus yang
Sjogren B/Lane (SSB/La) secara pasif dari ibu yang asimtomatik atau bergejala
dengan sindrom Sjogren, LES, atau penyakit jaringan ikat lainnya. Karakteristik
meliputi beberapa manifestasi, yaitu: manifestasi kulit, jantung, atau yang jarang
Amerika Serikat. Lupus Eritematosus pada usia anak anak terjadi pada 0,6-2,2 dari
100.000 anak setiap tahunnya. Tidak ada predileksi ras atau suku bangsa pada LEN,
3
namun LEN lebih sering mengenai bayi perempuan dibanding laki laki dengan rasio
2:1.3,8
Subbagian Perinatologi dan Alergi Imunologi SMF Ilmu Kesehatan Anak RS Hasan
Sadikin didapatkan dua kasus selama tahun 2014 dan satu kasus pada tahun 2015.
Risiko terjadinya LEN perlu diperhatikan jika ibu dengan LES memiliki antibodi
anti-SSA/Ro dan anti-SSB/La. Ibu hamil penderita LES dengan antibodi anti-SSA/Ro
atau SSB/La positif akan meningkatkan risiko LEN sebesar 6-13%. Risiko ini akan
semakin tinggi jika ia memiliki riwayat melahirkan anak dengan LEN di kehamilan
sebelumnya.2
Congenital Heart Block (CHB) pada pasien dapat terlihat pada 61% kasus,
manifestasi kulit pada 26,9% kasus, dan manifestasi keduanya pada 8,7% kasus.
Manifestasi lain yang bersifat minor, seperti manifestasi hepatobilier dan hematologi
protein Sindrom Sjogren A/Robert (SSA/Ro) dan Sindrom Sjogren B/Lane (SSB/La)
4
yang ditransfer uteroplasental. Keberadaan otoantibodi terhadap protein ini di tubuh
ibu dapat menyebabkan keluhan klinis berupa Lupus Eritematosus Sistemik atau
Sindrom Sjogren.1,7
Protein sindrom Sjogren A/Robert (SSA/Ro) adalah kompleks peptida yang terdiri
dari protein-protein berukuran 60 kDa dan 52 kDa. Protein ini berikatan secara non-
kovalen dengan ribonucleic acid (RNA) yang berukuran kecil dan kaya akan uridin.
Protein SSA/Ro tersebar pada seluruh jaringan tubuh manusia. Peran dari SSA/Ro
pada manusia normal masih belum banyak dipahami. Penamaan protein ini diberikan
karena diidentifikasi dan diisolasi pertama kali pada pasien Sindrom Sjogren yang
pasien.9
SSB/La sangat rentan terhadap proteolisis sehingga dapat menjadi pecahan yang lebih
5
kecil, namun masih bersifat imunoreaktif. Protein ini pertama kali diidentifikasi pada
pasien Sindrom Sjogren yang bernama Lane. Protein SSB/La paling banyak
polimerase. Antibodi terhadap SSB/La paling banyak ditemukan pada pasien dengan
LES dan Sindrom Sjogren. Keberadaan otoantibodi terhadap SSB/La menjadi suatu
Hubungan antara LES dengan kehamilan sangat kompleks dan masih terus
diteliti.12 Fertilitas pada wanita dengan LES dianggap normal dan sama dengan
populasi umum.6,12 Namun, janin yang dikandung oleh ibu penderita LES menghadapi
berbagai komplikasi mayor, antara lain: abortus spontan, cacat lahir, sampai lahir
mati.6
gejala yang disebut flare.12 Flare pada ibu hamil dengan LES dilaporkan sekitar 6-
13,6%, kasus flare pada ibu hamil dengan LES ini juga tidak dipengaruhi oleh waktu
atau trimester kehamilan. Flare seringkali kambuh dengan timbulnya gejala renal,
artritis, dan gejala kulit. Pasien LES dalam kehamilan dan sedang dalam trimester
6
berapapun yang sedang mengalami flare membutuhkan pemantauan yang ketat untuk
mencegah efek samping yang lebih berat yang bisa membahayakan ibu dan janin.7
estrogen, prolaktin, dan sitokin yang dihasilkan oleh sel T-helper 2. Hal ini
Wanita hamil dengan LES dapat dianggap sebagai ibu hamil risiko tinggi dan
harus dilakukan pemantauan berkala baik kepada ibu dan bayi. Peningkatan peran
sitokin yang dihasilkan oleh sel T-helper 2 mampu menyebabkan proses inflamasi
Congenital Heart Block (CHB) adalah penyakit langka yang disebabkan akibat
kelainan pada struktur jantung dan terjadi pada satu dari 15.000 kelahiran hidup.
Berbagai data menunjukkan bahwa 31% pasien akan meninggal pada bulan pertama
kehidupan, dan 67% dari bayi yang mampu bertahan membutuhkan pacemaker
seumur hidupnya. Bayi yang lahir dengan CHB memiliki titer antibodi anti SSA/Ro
dan SSB/La yang tinggi, dan tingginya titer ini berkaitan dengan kondisi otoimunitas
pada ibu. Antibodi tersebut melintas dari ibu melalui aliran darah fetomaternal diduga
7
pada trimester kedua kehamilan (12-27 minggu). Ketika antibodi ini melintas
apoptosis sel sel jantung.2 Secara normal, sel jantung fungsional ikut mengambil
bagian dalam pembersihan proses apoptosis fisiologis ini, namun proses pembersihan
ini akan dihambat oleh opsonisasi dari otoantibodi maternal yang berasal dari ibu .
nantinya akan merangsang proliferasi fibroblas dan menyebabkan hasil akhir berupa
fetus.2,14 Pada Gambar 2.1 dapat dilihat kaskade patogenesis CHB pada pasien LEN
8
Gambar 2.1 Kaskade Patogenenesis Congenital Heart Block pada LEN.
menunjukkan fibrosis dan kalsifikasi dari area nodus AV dan tergantinya sel
miokardium di area tersebut dengan jaringan ikat. Tidak semua bayi dari ibu dengan
anti-SSA/Ro dan anti-SSB/La akan lahir dengan CHB, hal ini belum diketahui
Mekanisme kedua yang diduga terlibat dalam patogenesis CHB pada LEN adalah
9
dan mengenai kardiosit akan menyebabkan infiltrasi sel miokardium dan deposisi
komplemen (termasuk C1, C4, C3, C6, dan C9) serta fibrin. Proses inflamasi ini akan
Mekanisme ketiga dari CHB pada LEN adalah mekanisme aritmogenesis dan
kalsium pada kardiosit, sehingga menyebabkan gangguan influks dan efluks kalsium
melalui kanal kalsium tersebut. Hambatan pada kanal kalsium akan menyebabkan
kontraktilitas dan kematian sel serta fibrosis. Adapun ketiga mekanisme ini diduga
dari ibu pada area epidermis kulit fetus. Penumpukan otoantibodi di epidermis akan
menyebabkan terekrutnya sel sel peradangan serta pelepasan sitokin oleh sel sel T-
helper, hal ini akan menyebabkan area epidermis meradang dan timbul lesi kulit
epidermis disertai infiltrasi sel sel mononuklear yang superfisial di dermis bagian atas
dan vakuolisasi pada area perbatasan dermis-epidermis serta pada struktur adnexa
pada epidermis.2,6,15
10
Otoantibodi maternal dapat pula berdeposisi dan mengenai sistem hepatobilier dan
menyebabkan peningkatan fungsi hepar akibat deposisi IgG pada hepatosit. Namun,
akibat pertumbuhan sel hati yang cepat pada fetus, kerusakan sel sel hepatosit dapat
ini terutama disebabkan oleh proses peradangan sistemik, namun bersifat transien
Bayi yang lahir dari dengan LEN dapat memiliki manifestasi kardiak, kulit atau
dapat timbul dan dideteksi pada minggu ke-18 sampai minggu ke-24 kehamilan.
Ruam akibat manifestasi kulit biasanya timbul setelah kelahiran dan menetap sampai
usia 4-5 bulan. Sementara manifestasi hematologi dan hepatobilier jarang ditemukan
11
Manifestasi paling berbahaya dan mengancam nyawa dari kasus LEN adalah
Congenital Heart Block komplit, yang lebih sering mengenai bayi perempuan
dibandingkan laki laki, biasanya dapat dideteksi sejak kehamilan 20-24 minggu, dan
dapat terlihat pada 90% kasus pada saat kelahiran. Congenital Heart Block dapat
dideteksi sebagai fetal bradycardia (40-80x/ menit). Bayi dengan LEN yang lahir
dengan PR interval normal dapat berkembang menjadi complete heart block dalam
waktu satu minggu, hal ini menyebabkan pemantauan pasien secara ketat dengan
2.5.2 Kardiomiopati
Kardiomiopati yang disertai gagal jantung kronis adalah manifestasi kardiak kedua
paling sering ditemui pada kasus LEN. Kardiomiopati pada bayi dengan LEN dapat
disertai CHB atau tidak. Penyebab kardiomiopati yang paling sering adalah fibrosis
yang meluas dari area nodus AV ke miokardium sekitarnya, selain itu kardiomiopati
dapat juga disebabkan oleh dilatasi ventrikel yang terjadi akibat meningkatnya stroke
Gejala klinis yang menyertai kasus kardiomiopati pada neonatus dengan LEN
dapat berupa sesak nafas yang memburuk ketika menangis, denyut jantung yang
12
lambat, infeksi paru yang sering dan berulang, adanya murmur atau gallop yang
Manifestasi ini terdapat pada 15-30% kasus LEN dan mungkin lebih tinggi karena
kebanyakan ruam di kulit tidak terlaporkan atau terlaporkan sebagai ruam yang
dianggap biasa pada bayi. Lupus Eritematosus Kutaneus ditemukan lebih sering pada
bayi perempuan dibandingkan laki laki.1,2 Gambaran klinis LEK dapat berupa:
1. Plak kemerahan anuler dengan skuama, dan bisa berkembang menjadi lesi
atropik, namun jarang menimbulkan luka. Lesi seperti ini umumnya tidak
muncul saat kelahiran, namun bisa timbul saat neonatus mulai terpapar cahaya
2. Lesi biasa terlihat di wajah dan dahi yang bisa menimbulkan tampilan klinis
3. Telangiectasia dan depigmentasi yang ringan dapat terjadi, namun gejala ini
13
Lesi di kulit biasanya menghilang pada usia 6-12 bulan, sesuai dengan usia
otoantibodinya. Gejala sisa pada kulit dapat berupa dispigmentasi, atrofi atau
terbentuknya scar pada kulit, namun kebanyakan gejala pada kulit bayi dapat
Manifestasi hematologi pada bayi bayi biasanya asimtomatik, namun dapat timbul
hasil Coombs test positif), leukopenia, neutropenia. Trombositopeni dan anemia yang
terjadi jarang berat hingga memerlukan transfusi darah atau terapi steroid.2
Terdapat tiga manifestasi hepatobilier yang paling sering pada LEN. Pertama,
liver failure, adalah manifestasi yang paling berat, biasanya terjadi sejak fetus in utero
dan dapat segera terlihat segera lahir, serta menyebabkan mortalitas. Kedua,
yang minimal. Ketiga, peningkatan enzim hati yang ringan. Manifestasi kedua dan
14
ketiga ini umumnya akan mengalami resolusi dan perbaikan pada awal awal
Manifestasi klinis lain dapat terlihat pada 1% pasien berupa manifestasi neurologis
Manifestasi hematologis, hepatobilier, dan kulit timbul lebih ringan dan bersifat
transien, hal ini berkaitan dengan kemampuan sel-sel tersebut untuk meregenerasi diri
setelah terpapar oleh otoantibodi dari ibu secara pasif. Hal ini berbeda ketika
otoantibodi tersebut menyerang jantung, dimana sel jantung memiliki daya plastisitas
yang rendah, terutama pada area yang berhubungan dengan sistem konduksi.2
Bayi dengan LEN tidak menunjukkan peningkatan risiko terkena Lupus atau
penyakit otoimun lainnya di saat dewasa, namun dari berbagai studi ditemukan
bahwa ibu yang pernah melahirkan anak dengan LEN, maka risiko anak berikutnya
terkena LEN akan meningkat sekitar 23-36% dibandingkan pada kehamilan yang
sebelumnya.4
15
2.6 Pemeriksaan Serologis pada LEN
Hasil ANA akan memberikan hasil yang positif pada 99% kasus LES, namun tes
ini memiliki spesifisitas yang kurang baik karena kurang lebih 20% populasi yang
sehat akan memiliki hasil ANA yang positif.17 Namun, pemeriksaan ANA tidak
berupa profil ANA atau Extractable Nuclear Antigen (ENA) dapat mendeteksi
Anti Nuclear Antibody (ANA) (juga dikenal sebagai anti-nuclear factor atau
struktur tertentu didalam inti (nukleus) dari sel-sel manusia. ANA yang merupakan
imunoglobulin (IgM, IgG, dan IgA) bereaksi dengan inti lekosit menyebabkan
DNA dan anti-DNP hampir selalu dijumpai pada penderita LES. Temuan anti ds-
DNA akan berfluktuasi bergantung pada proses penyakit ini, dapat disertai remisi
16
Uji ANA merupakan skrining untuk lupus eritematosus sistemik (LES) dan
penyakit jaringan ikat lainnya. ANA yang reaktif juga dapat terjadi pada penyakit
malignansi. Untuk mendiagnosis lupus, hasil uji ANA harus dibandingkan dengan
antigen nuklear yang dapat larut. Antibodi yang dilekati zat fluoresen diamati di
bawah mikroskop dan ditentukan pola dan intensitas fluoresensinya. Pada uji ini,
serum diinkubasi pada suatu slide berisi sel epitel manusia monolayer (Hep-2 cell
line). Jika terdapat antibodi, antibodi ini akan mengikat inti sel. Ikatan antibodi
Ada beberapa pola pewarnaan mikroskopik fluoresen dalam nukleus sel yang
Pada LEN, pola ANA yang bisa ditemukan adalah Pola Speckled.1 Jenis Pola ANA
dan Gambaran Pola ANA Speckled bisa dilihat di Tabel 2.1 dan Gambar 2.2.
17
Sitoplasmik Ribosomal LES
Selain dengan metode fluoresen, pemeriksaan ANA juga dapat dilakukan dengan
sensitif dengan biaya yang lebih rendah. Pemeriksaan ANA dengan metode ELISA
yaitu ANA ELISA, akhir-akhir ini telah dikembangkan untuk uji saring bagi penderita
antibodi secara tidak langsung, menggunakan label enzim dan zat kromogen sebagai
indikator reaksi19,20
18
Kelebihan pemeriksaan dengan metode ANA ELISA otomatis yaitu hasil
dikerjakan secara otomatis oleh alat fotometer. Nilai ANA ELISA dinyatakan normal
atau negatif jika hasilnya < 20 Unit, Equivokal atau grayzone jika hasilnya 20-60
Hasil ANA yang positif membutuhkan konfirmasi untuk deteksi dan kuantifikasi
dari jenis otoantibodi untuk meningkatkan akurasi diagnostik dan terapetik pada
pasien yang diduga mengidap penyakit otoimun. Pemeriksaan ENA dapat mendeteksi
otoantibodi terhadap berbagai jenis antigen yang relevan dengan keadaan klinis
pasien (SS-A, SS-B, Smith, SmRNP, Scl-70, Jo-1, Centromere B, Ribosomal P, dan
Kromatin). Hasil yang negatif bermakna bahwa serum pasien tidak menunjukkan
Pada dasarnya, ENA adalah protein yang berhasil diisolasi dari ekstrak inti sel
lebih jelas pada molekul yang terdapat pada sitoplasma. Protein protein ini berkaitan
protein protein ini biasanya berasal dari nama penemu atau pasien pertama yang
berhasil diisolasi.23
19
Diagnosis dari kelainan otoimun sendiri biasanya didasarkan dari berbagai hasil
otoantibodi dapat ditemukan secara spesifik pada satu kelompok penderita otoimun,
dan jarang ditemukan pada kelompok penderita lainnya. Pemeriksaan ENA di RSHS
dilakukan dalam bentuk pemeriksaan profil ANA yang memeriksa 12 antigen. 23 Jenis
Polidermatomiositis 12-16%
20
Lupus Eritematosus Neonatal 75%
Polimyositis/Sistemik Sklerosis
Overlap Syndrom 18%
Dari tabel 2.2 diatas dapat dilihat bahwa otoantibodi anti SSA/Ro dan SSB/La
21
2.7 Diagnosis LEN
Tahap pertama dari penapisan seorang ibu hamil dengan kelainan LES/Sindrom
Sjogren adalah dengan memeriksa keberadaan Anti SSA-Ro dan Anti SSB-La. Jika
hasil skrining awal memberikan hasil negatif untuk pemeriksaan SSA-Ro dan SSB-
La, maka kehamilan tersebut tidak memiliki risiko tinggi janinnya akan terkena LEN.
Jika hasilnya positif, maka kehamilan tersebut memiliki risiko sedang untuk
terjadinya LEN. Namun, jika hasilnya positif disertai riwayat anak sebelumnya
dengan LEN, maka kehamilan itu dikatakan memiliki risiko tinggi terjadinya LEN.2,6
dan auskultasi minimal dua kali selama kehamilan minggu ke 16-36, sementara
minggu sejak kehamilan minggu ke 16-26, dan dua kali selama kehamilan minggu ke
minggu sejak kehamilan minggu ke 16-36 untuk memantau bunyi jantung janin.2
Secara lebih sistematik, alur monitoring kehamilan ibu dengan LES dapat dilihat
22
Ibu Hamil
dengan LES/SS
Diagnosis bayi dengan LEN, terutama pada ibu dengan riwayat otoantibodi anti
SSA/Ro dan SSB/La (+) dapat ditegakkan dari adanya manifestasi klinis, baik berupa
Congenital Heart Block, Lupus Eritematosus Kutaneus, atau manifestasi lainnya. Hal
profil ANA. Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hati juga
berguna untuk menilai keterlibatan organ lain pada bayi tersebut. Ekokardiografi dan
23
EKG juga penting dilakukan untuk menilai kondisi dan keparahan dari gangguan
BAB III
RINGKASAN
24
Lupus Eritematosus Neonatal (LEN) atau Sindrom Lupus Neonatal (SLN) adalah
sebuah sindrom yang langka dan hanya terlihat pada 1-2% neonatus yang
mendapatkan transfer otoantibodi SSA/Ro dan SSB/La secara pasif dari ibu yang
asimtomatik atau bergejala dengan sindrom Sjogren, LES, atau penyakit jaringan ikat
lainnya
Otoantibodi dapat melintas dari ibu ke bayi dan menyebabkan gangguan konduksi
Manifestasi klinis yang paling sering pada LEN adalah Congenital Heart Block
yang ditandai dengan bradikardi, atau gangguan irama jantung. Setelah itu disusul
(Anti Nuclear Antibody), dan Profil ANA (ENAs). Diagnosis dapat ditegakkan
dengan kondisi klinis yang mendukung, disertai hasil anti SSA/Ro dan SSB/La yang
SUMMARY
25
Neonatal Lupus Erythematosus (NLE) or Neonatal lupus syndrome (NLS) is a
syndrome that is rare and only seen in 1-2% of neonates who received transfer
These autoantibodies can be delivered from mother to fetus and cause cardiac
The most frequent clinical manifestations in the NLE is Congenital Heart Block
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Shoenfeld Y, Cervera R, Gershwin ME. A Diagnostic Criteria in Autoimmune
Diseases. California: Humana Press;2008.
3. Femia AN, Cal JP. Neonatal and Pediatric Lupus Erythematosus. New York:
E-medicine; 2016 [diunduh Oct 29th, 2016 2016]. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1006582-overview#a5.
4. Paller AS, Mancini AJ. Collagen Vascular DIseases. Dalam: Hurwits S, editor.
Textbook of Pediatric Dermatology. Edinburgh: Elsevier; 2011. hlm. 513-21.
9. Gaither KK, Fox OF, Yamagata H, Mamula MJ, Reichlin M, Harley JB.
Implications of Anti-Ro/Sjogren's Syndrome A Antigen Autoantibody in
Normal Sera for Autoimmunity. J Clinical Investigation. 1987 March
1997;79:841-6.
11. SS-B/La Antibodies, IgG, Serum. 2015 [diunduh October 31st 2016].
Tersedia dari: http://www.mayomedicallaboratories.com/test-
catalog/Clinical+and+Interpretive/81359.
12. Chen S, Sun X, Wu B, Lian X. Pregnancy in Women with Systemic Lupus
Erythematosus: A Retrospective Study of 83 Pregnancies at a Single Centre.
27
International Journal of Environmental Research and Public Health.
2015;12:9876-84.
14. Lee LA. Cutaneous Lupus Erythematosus During Neonatal and Childhood
Period.2010.
17. Ardoin SP, Schanberg LP. Systemic Lupus Erythematosus. Nelson's Textbook
of Pediatrics. Elsevier; 2006. hlm. 2841-51.
23. ENA PANEL. [updated September 31st, 2014; diunduh November 1st 2016].
Tersedia dari: https://labtestsonline.org/understanding/analytes/ena-
panel/tab/test/.
28
29