Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : GCS: E3M5V3 (10)

Tanda Vital : TD 230/120 mmHg, nadi 96 x/menit, RR 20 x/menit, Temperatur 37,2o C

a. Bagaimana interpretasi pada pemeriksaaan fisik?

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Normal Interpretasi

GCS E3M5V3 15 Abnormal

TD 230/120 mmHg 120/80 mmHg Hipertensi tingkat II

Nadi 96x/menit 60-100x/menit Normal

RR 20x/menit 16-24x/menit Normal

Temperatur 37,2 o C 36,5-37,2 o C Normal

b. Bagaimana mekanisme abnormal?

Tekanan darah : hal ini dapat terjadi akibat long-standing, untreated hipertensi yang
dialami Tn. Budi. Hipertensi dapat terjadi karena gangguan aliran darah akibat
peningkatan volume dan viskositas darah atau gangguan pada penyaluran tepatnya pada
jantung (kelemahan kontraksi) atau pembuluh darah (penyempitan lumen atau kekakuan
dinding) atau keduanya.

c. Mengapa terjadi kenaikan tekanan darah yang tinggi pada kasus?

Kenaikan tekanan darah yang tinggi disebabkan oleh hipertensi kronik yang di derita oleh
Tn. Budi, ditambah lagi Tn. Budi tidak mengkonsumsi obat secara teratur. Selain karena
hipertensi kronik, meningkatnya tekanan darah pada stroke akut dapat pula disebabkan
oleh stress yang terjadi pada saat serangan stroke, distensi kandung kemih, respon
fisiologik terhadap hipoksia serebral, maupun respon Cushing terhadap peningkatan
tekanan intrakranial sebagai akibat edema otak atau hematoama. Seringkali tekanan darah
akan turun dengan sendirinya bila dirawat di ruangan yang tenang sehingga dapat
beristirahat dengan nyaman, kandung kemih dikosongkan dan nyeri yang dialami pasien
di obati dengan baik. Pengobatan terhadap tekanan intrakranial yang meningkat juga akan
menurunkan tekanan darah. Beberapa temuan menunjukkan bahwa dengan
penatalaksanaan tersebut, penurunan tekanan darah hingga mencapai normotensif dapat
terjadi dengan sendirinya tanpa pemberian obat anti hipertensi pada dua pertiga dari pasien
stroke akut, setelah minggu pertama.

d. Apa dampak dan komplikasi dari tekanan darah yang sangat tinggi pada kasus?

Tekanan darah yang sangat tinggi pada kasus akan memberikan dampak:
1. Aterosklerosis
Aterosklerosis ditandai gambaran patologik berupa fatty streaks, plak fibrous dan
plak komplikata, dimana lesi ateroslerotik dimulai dengan proses inflamasi diikuti
proliferasi sel otot polos dan penebalan dinding arteri. Hipertensi, disfungsi endotel, shear
stres, peningkatan lipoprotein densitas rendah, radikal bebas dan respons inflamasi kronik
adalah semua faktor yang erat hubungannya dengan terjadinya aterosklerosis.

Demikian pula peran dini nitric oxide (NO), peningkatan molekul adhesi pada
endotelium dan migrasi leukosit ke dinding arteri dengan peran dari lipoprotein densitas
rendah yang teroksidasi. Akhir akhir ini di ketahui bahwa hipertensi berkaitan dengan
disfungsi endotel menyebabkan progresifitas aterosklerosis, NO merupakan mediator
penting vasodilatasi endotelium dan NO yang berkurang akan menyebabkan proses
proinflamasi, protrombotik dan prokoagulasi endotel dan juga akan menyebabkan
perubahan struktur dinding pembuluh darah. Meningkatnya stress oksidatif diduga
merupakan mekanisme yang menyebabkan berkurangnya peran endotel dalam kaitannya
dengan NO dan beberapa faktor seperti nicotinamide adenine dinucleotide phosphate
(NADPH) oksidase, NO synthetase dan xantin oxidase yg diketahui sebagai sumber utama
terjadinya reactive oxygen species (ROS) pada hipertensi. Peningkatan stress oksidatif
vaskuler menyebabkan disfungsi endotel pada hipertensi

2. Nekrosis fibrinoid dan lipohyalinosis


Nekrosis fibrinoid disebabkan karena insudasi dari plasma protein yaitu fibrin
kedinding arteria. Daerah yang terkena terlihat gambaran yang sangat eosinofilik dan tidak
berstruktur atau bergranula halus oleh karena degenerasi dari otot polos dan kolagen
(hialinisasi). Lipohialinosis adalah kerusakan vaskuler yang ditandai dengan hilangnya
struktur arteri yang normal, sel busa dan adanya nekrosis fibrinoid dinding pembuluh
darah merupakan sebuah proses dimana secara perlahan akan menyumbat pembuluh darah
yang sudah menyempit lumennya

3. Autotoregulasi serebral.
Autoregulasi serebral adalah kemampuan otak untuk menjaga aliran darah otak
(ADO) relatif konstan terhadap perubahan tekanan perfusi. Batas atas dan bawah dari
mekanisme autoregulasi individu normotensi masing masing terjadi pada MAP antara 50
60 mmHg dan 150 160 mmHg. Resistensi serebrovaskuler menurun atau meningkat
dengan perubahan tekanan perfusi rata-rata dari otak dan memungkinkan ADO tetap
konstan. Perubahan dari resistensi sebagai akibat vasodilatasi dan vasokontriksi dari pial
arteri dan arteriol. Banyak faktor seperti hipertensi kronik, aktivitas simpatis, tekanan CO2
arteri dan obat obat farmakologik akan mengubah batas atas dan bawah autoregulasi. Pada
individu dengan hipertensi baik batas atas dan bawah kurva autoregulasi akan bergeser ke
MAP dengan nilai absolut yang lebih tinggi. Gejala gejala dari iskemia serebral secara
signifikan terjadi pada MAP yang lebih tinggi pada mereka dengan hipertensi dan
selanjutnya kerusakan yang berat oleh karena iskemia serebral terjadi pada beberapa
penderita setelah penurunan mendadak tekanan darah ke level normotensi dan pada studi
observasi menunjukkan pasien dengan accelerated hipertensi dapat berkembang menjadi
perburukan gejala neurologik setelah terapi anti hipertensi yang agresif. Pergeseran dari
autoregulasi dikaitkan dengan peningkatan tonus miogenik yang diinduksi oleh
peningkatan sensitivitas Ca terhadap sel sel miosit, remodeling dan hipertrofi, juga
berperan pada pergeseran tersebut karena terjadinya penurunan diameter lumen dan
peningkatan resistensi pembuluh darah serebrovaskuler.

4. Neurovascular coupling
Neurovascular coupling mengacu adanya hubungan aktivitas sel saraf dan
perubahan pada ADO. Besaran perubahan aliran darah serebral sangat erat hubungannya
dengan aktivitas neuron melalui rangkaian komplek yang melibatkan neuron, glia dan sel
pembuluh darah. Namun dalam beberapa keadaan seperti hipertensi, stroke hubungan
aktivitas saraf dengan pembuluh darah serebral akan terganggu dan menyebabkan ketidak
seimbangan homeostatik yang akan berperan pada disfungsi otak. Hipertensi akan
mempengaruhi hubungan aktivitas neuron dan aliran darah otak, dan perubahan ini
melibatkan perubahan mediator kimia dari neurovascular coupling dan dinamika dari
sistim pembuluh darah itu sendiri. Dari beberapa studi diperlihatkan bahwa saluran ion
pada otot pembuluh darah dapat dipengaruhi oleh hipertensi dan diabetes melitus yang
menyebabkan vasodilatasi abnormal setelah suatu aktivitas neuron. Secara garis besar
mekanisme gangguan peredaran darah otak yang akan menimbulkan keadaan-keadaan
iskemia, infark atau pun perdarahan dapat terjadi melalui empat cara yaitu :

1. Penyumbatan pembuluh darah oleh trombus atau embolus

2. Robeknya dinding pembuluh darah

3. Penyakit-penyakit dinding pembuluh darah

4. Gangguan susunan normal komponen darah

Bagaimana mekanisme hipertensi dapat menyebabkan perdarahan masih merupakan topik


pembicaraan. Dengan bertambahnya usia, adanya hipertensi dan aterosklerosis, pembuluh darah
akan berkelok-kelok atau spiral yang memudahkan ruptur arteri, kapiler atau vena.

Hipertensi lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang


memperlemah dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan ruptur intima dan
menimbulkan aneurisma. Hipertensi kronik dapat juga menimbulkan eneurisma- aneurisma kecil
yang tersebar di sepanjang pembuluh darah. Hipertensi pada stroke hemoragik bila tekanan
darah tidak diturunkan dengan segera akan terjadi hematoma (Qureshi dan Palesch, 2011).
Hematoma apabila tidak ditangani dengan segera akan menyebabkan gejala yang tidak
nyaman antara lain: sakit kepala, kebingungan, pusing, mual dan muntah, ngantuk
berlebihan, kelemahan, apatis, kejang, kehilangan kesadaran bahkan sampai koma.

e. Bagaimana cara menilai kesadaran?

Glasgow Coma Scale atau GCS adalah skala neurologis yang bertujuan untuk
memberikan cara, dapat diandalkan Tujuan merekam keadaan sadar seseorang untuk awal
serta penilaian berikutnya. Seorang pasien dinilai terhadap kriteria skala, dan poin yang
dihasilkan memberikan nilai pasien antara 3 (menunjukkan ketidaksadaran dalam) dan
baik 14 (skala asli) atau 15 (semakin banyak digunakan dimodifikasi atau direvisi skala).
GCS awalnya digunakan untuk menilai tingkat kesadaran setelah cedera kepala, dan skala
sekarang digunakan oleh pertolongan pertama, EMS, dan dokter sebagai berlaku untuk
semua pasien medis dan trauma akut. Di rumah sakit itu juga digunakan dalam
pemantauan pasien kronis dalam perawatan intensif.

Glasgow Coma Scale.

Penilaian
* Refleks Membuka Mata (E)
4 : membuka secara spontan
3 : membuka dengan rangsangan suara
2 : membuka dengan rangsangan nyeri
1 : tidak ada respon
* Refleks Verbal (V)
5 : orientasi baik
4 : kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan
3 : kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : tidak ada respon
* Refleks Motorik (M)
6 : melakukan perintah dengan benar
5 : mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukan perintah dengan benar
4 : dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi.
3 : hanya dapat melakukan fleksi
2 : hanya dapat melakukan ekstensi
1 : tidak ada respon

Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar =
compos mentis pasti GCS nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCSnya 3 (1-1-
1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M
normal, penulisannya X-5-6.Bila ada trakheostomi sedang E dan M normal, penulisannya
4-X-6.Atau bila tetra parese sedang E dan V normal, penulisannya 4-5-X. GCS tidak bisa
dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun. Atau jika
ditotal skor GCS dapat diklasifikasikan :

a. Skor 14-15 : compos mentis


b. Skor 12-13 : apatis

c. Skor 11-12 : somnolent

d. Skor 8-10 : stupor

e. Skor < 5 : koma

Kualitas Kesadaran

1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya).Gangguan fungsi cerebral meliputi : gangguan komunikasi,
gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi. Jika dihubungkan dengan
kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil:
GCS : 14 15 = CKR (cidera kepala ringan)

GCS : 9 13 = CKS (cidera kepala sedang)

GCS : 3 8 = CKB (cidera kepala berat)


ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK

Susunan Saraf pusat


1 Medula Spinalis
a Otak besar
b Otak kecil
2 Otak
3 Batang otak
Susunan saraf perifer

1 Susunan saraf somatic


Susunan saraf yang mempunyai
peranan spesifik untuk mengatur
aktivitas otot sadar atau serat lintang.
2 Susunan saraf otonom
Susunan saraf yang mempunyai
peranan penting memengaruhi
pekerjaan otot involunter (otot polos)
seperti jantung, hati, pancreas, jalan
pencernaan, kelenjar dan lain-lain.
a Susunan saraf simpatis
b Susunan saraf parasimpatis
Otak

Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang
mulanya memperhatikan tiga gejala pembesaran otak awal.

a Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus, serta hipotalamus.
b Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus.
c Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebelum.
Serebrum

Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:

1 Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus sentralis.
2 Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang oleh korako-
oksipitalis.
3 Lobus temporalis, terdapat dibawah
lateral dari fisura serebralis dan di depan
lobus oksipitalis.
4 Oksipitalis yang mengisi bagian belakang
dari serebrum.

Korteks serebri selain dibagi dalam lobus


dapat juga dibagi menurut fungsi dan
banyaknya area. Campbel membagi bentuk
korteks serebri menjadi 20 area. Secara umum
korteks serebri dibagi menjadi empat bagian:

1 Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus
bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh
bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Di samping itu juga korteks sensoris
bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
2 Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan kemampuan
otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir, rangsangan yang diterima
diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan daya yang lain. Bagian anterior lobus
temporalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebut psikokorteks.
3 Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah
kontribusi pada traktur piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral.
Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap mental dan
kepribadian.

Fungsi serebrum
1 Mengingat pengalaman yang lalu.
2 Pusat persarafan yang menangani, aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan, dan memori.
3 Pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil.

Batang otak
Batang otak terdiri dari:

1 Diensefalon, ialah bagian otak yang


paling rostral, dan tertanam di antara
ke-dua belahan otak besar
(haemispherium cerebri). Diantara
diensefalon dan mesencephalon,
batang otak membengkok hampir
sembilah puluh derajat kearah
ventral. Kumpulan dari sel saraf
yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut
menghadap kesamping. Fungsi dari diensefalon:
a Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
b Respiratori, membantu proses persarafan.
c Mengontrol kegiatan refleks.
d Membantu kerja jantung.
2 Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol ke atas.
Dua di sebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan dua di sebelah bawah
disebut korpus kuadrigeminus inferior. Serat saraf okulomotorius berjalan ke ventral di
bagian medial. Serat nervus troklearis berjalan ke arah dorsal menyilang garis tengah ke
sisi lain. Fungsinya:
a. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
3 Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan pons varoli
dengan serebelum, terletak di depan serebelum di antara otak tengah dan medula
oblongata. Disini terdapat premotoksid yang mengatur gerakan pernapasan dan refleks.
Fungsinya:
a. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medula oblongata
dengan serebelum atau otak besar.
b. Pusat saraf nervus trigeminus.
4 Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah medula oblongata
merupakan persambungan medula spinalis ke atas, bagian atas medula oblongata yang
melebar disebut kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral medula oblongata.
Fungsi medula oblongata:
a Mengontrol kerja jantung.
b Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor).
c Pusat pernapasan.
d Mengontrol kegiatan refleks

Serebelum

Serebelum (otak kecil) terletak pada


bagian bawah dan belakang tengkorak
dipisahkan dengan serebrum oleh fisura
transversalis dibelakangi oleh pons varoli
dan di atas medula oblongata. Organ ini
banyak menerima serabut aferen sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi.

Bentuknya oval, bagian yang


mengecil pada sentral disebut vermis dan
bagian yang melebar pada lateral disebut
hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui pendunkulus serebri inferior
(korpus retiformi) permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai serebelum tetapi
lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan serebelum ini mengandung zat kelabu.

Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea, terdiri dari tiga lapisan yaitu
granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf yang masuk dan yang
keluar dari serebrum harus melewati serebelum

Fungsi serebelum
1 Arkhioserebelum (vestibuloserebelum), serabut aferen berasal dari telinga dalam yang
diteruskan oleh nervus VIII (auditorius) untuk keseimbangan dan rangsangan pendengaran
ke otak.
2 Paleaserebelum (spinoserebelum. Sebagai pusat penerima impuls dari reseptor sensasi
umum medula spinalis dan nervus vagus (N. trigeminus) kelopak mata, rahang atas, dan
bawah serta otot pengunyah.
3 Neoserebelum (pontoserebelum). Korteks serebelum menerima informasi tentang gerakan
yang sedang dan yang akan dikerjakan dan mengaturgerakan sisi badan.
Saraf otak

Urutan saraf Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan saraf untuk


dan fungsi
I Nervus olfaktorius Sensorik Hidung, sebagai alat penciuman
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk penglihatan
III Nervus Motorik Penggerak bola mata dan
okulomotoris mengangkat kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan
penggerak bola mata

V Nervus trigeminus Motorik dan sensorik -

N. Oftalmikus Motorik dan sensorik Kulit kepala dan kelopak mata


atas
N. Maksilaris Sensorik Rahang atas, palatum dan
hidung
N. Mandibularis Motorik dan sensorik Rahang bawah dan lidah
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan Sensorik Otot lidah, menggerakkan lidah
dan selaput lendir rongga mulut
VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan
pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, tonsil, dan lidah,
rangsangan citarasa
X Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, laring, paru-paru dan
esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus hipoglosus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah

Saraf otonom

Saraf Simpatis

Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang
belakang melalui serabut serabut saraf. Sistem simpatis terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1 Kornu anterior segmen torakalis ke 1 sampai ke-12 dan segmen lumbalis 1-3 terdapat
nucleus vegetative yang berisi kumpulan kumpulan sel saraf simpatis. Sel saraf
simpatis ini mempunyai serabut serabut preganglion yang keluar dari kornu anterior
bersama- sama dengan radiks anterior dan nucleus spinalis. Setelah keluar dari foramen
intervertebralis, serabut serabut preganglion ini segera memusnahkan diri dari nucleus
spinalis dan masuk ke trunkus simpatikus serabut. Serabut preganglion ini membentuk
sinap terhadap sel sel simpatis yang ada dalam trunkus simpatikus. Tetapi ada pula
serabut serabut preganglion setelah berada di dalam trunkus simpatikus terus keluar lagi
dengan terlebih dahulu membentuk sinaps menuju ganglion ganglion / pleksus
simpatikus.

2 Trunkus simpatikus beserta cabang cabangnya. Di sebelah kiri dan kanan vertebra
terdapat barisan ganglion saraf simpatikus yang membujur di sepanjang vertebra. Barisan
ganglion ganglion saraf simpatikus ini disebut trunkus simpatikus. Ganglion ganglion
ini berisi sel saraf simpatis. Antara ganglion satu dengan ganglion lainnya, atas, bawah,
kiri, kanan, dihubungkan oleh saraf simpatis yang keluar masuk ke dalam ganglion
ganglion itu. Hali ini menyebabkan sepasang trunkus simpatikus juga menerima serabut
serabut saraf yang datang dari kornu anterior. Trunkus simpatikus di bagi menjadi 4
bagian yaitu :

a. Trunkus simpatikus servikalis.


Terdiri dari 3 pasang ganglion. Dari ganglion ganglion ini keluar cabang cabang
saraf simpatis yang menuju ke jantung dari arteri karotis. Disekitar arteri karotis
membentuk pleksus. Dari pleksus ini keluar cabang cabang yang menuju ke atas
cabang lain mempersarafi pembuluh darah serta organ organ yang terletak di
kepala. Misalnya faring, kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, otot otot dilatators,
pupil mata, dan sebagainya.
b. Trunkus simpatikus torakalis.
Terdiri dari 10-11 ganglion, dari ganglion ini keluar cabang cabang simpatis seperti
cabang yang mensarafi organ organ di dalam toraks ( mis, orta, paru paru,
bronkus, esophagus, dsb ) dan cabang cabang yang menembus diafragma dan
masuk ke dalam abdomen, Cabang ini dalam rongga abdomen mensarafi organ
organ di dalamnya.
c. Trunkus simpatikus lumbalis.
Bercabang cabang menuju ke dalam abdomen, juga ikut membentuk pleksus solare
yang bercabang cabang ke dalam pelvis untuk turut membentuk pleksus pelvini.
d. Trunkus simpatikus pelvis. Bercabang cabang ke dalam pelvis untuk membentuk
pleksus pelvini.
3 Pleksus simpatikus beserta cabang cabangnya. Di dalam abdomen, pelvis, toraks, serta di
dekat organ organ yang dipersarafi oleh saraf simpatis ( otonom ).
Umumnya terdapat pleksus pleksus yang dibentuk oleh saraf simpatis / ganglion yaitu
pleksus/ganglion simpatikus.

Ganglion lainnya ( simpatis ) berhubungan dengan rangkaian dua ganglion besar, ini
bersama serabutnya membentuk pleksus pleksus simpatis :

1 Pleksus kardio, terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabangnya ke daerah
tersebut dan paru paru
2 Pleksus seliaka, terletak di sebelah belakang lambung dan mempersarafi organ
organ dalam rongga abdomen
3 Pleksus mesentrikus ( pleksus higratrikus ), terletak depan sacrum dan mencapai
organ organ pelvis

Tabel 10-2 Organ tubuh dan system pengendalian ganda


Organ Rangsangan simpatis Rangsangan
parasimpatis
Jantung Denyut dipercepat Denyut dipercepat
Arteri koronari Dilatasi Konstriksi
Pembuluh darah perifer Vasokonstriksi Vasodilatasi
Tekanan darah Naik Turun
Bronkus Dilatasi Konstriksi
Kelenjar ludah Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Kelenjar lakrimalis Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Pupil mata Dilatasi Konstriksi
Sistem pencernaan Peristaltik berkurang Peristaltik bertambah
makanan (SPM)
Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Kelenjar kelenjar SPM
Ekskresi bertambah Ekskresi berkurang
Kelenjar keringat
Fungsi serabut saraf simpatis

1 Mensarafi otot jantung


2 Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
3 Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus
4 Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
5 Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
6 Mempertahankan tonus semua otot sadar.

Sistem Parasimpatis

Saraf cranial otonom adalah saraf cranial 3, 7, 9, dan 10. Saraf ini merupakan
penghubung, melalui serabut serabut parasimpatis dalam perjalanan keluar dari otak
menuju organ organ sebagian dikendalikan oleh serabut serabut menuju iris. Dan dengan
demikian merangsang gerakan gerakan saraf ke -3 yaitu saraf okulomotorik.

Saraf simpatis sacral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah sacral.
Saraf saraf ini membentuk urat saraf pada alat alat dalam pelvis dan bersama saraf
saraf simpatis membentuk pleksus yang mempersarafi kolon rectum dan kandung kemih.

Refleks miksi juga menghilang bila saraf sensorik kandung kemih mengalami
gangguan. System pengendalian ganda ( simpatis dan parasimpatis ). Sebagian kecil organ
dan kelenjar memiliki satu sumber persarafan yaitu simpatis atau parasimpatis. Sebagian
besar organ memiliki persarafan ganda yaitu : menerima beberapa serabut dari saraf otonom
sacral atau cranial. Kelenjar organ dirangsang oleh sekelompok urat saraf ( masing masing
bekerja berlawanan ).

Dengan demikian penyesuaian antara aktivitas dan tempat istirahat tetap


dipertahankan. Demikian pula jantung menerima serabut serabut ekselevator dari saraf
simpatis dan serabut inhibitor dari nervus vagus. Saluran pencernaan memiliki urat saraf
ekselevator dan inhibitor yang mempercepaT dan memperlambat peristaltic berturut turut.

Fungsi serabut parasimpatis :

1. Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis, dan


kelenjar kelenjar dalam mukosa rongga hidung.
2. Mmepersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung, berpusat di nuclei lakrimalis,
saraf sarafnya keluar bersama nervus fasialis.
3. Mempersarafi kelenjar ludah ( sublingualis dan submandibularis ), berpusat di nucleus
salivatorius superior, saraf saraf ini mengikuti nervus VII
4. Mempersarafi parotis yang berpusat di nucleus salivatoris inferior di dalam medulla
oblongata, saraf ini mengikuti nervus IX
5. Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru paru, gastrointestinum,
ginjal, pancreas, limfa, hepar, dan kelenjar suprarenalis yang berpusat pada nucleus
dorsalis nervus X
6. Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin,
berpusat di sacral II, III, IV.
7. Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflex yang berpusat di kornu lateralis
medulla spinalis bagian sacral. Bila kandung kemih dan rectum tegang miksi dan
defekasi secara reflex. Pada orang dewasa reflex ini dapat dikendalikan oleh kehendak.
Saraf yang berpengaruh menghambat ini berasal dari korteks di daerah lotus parasentralis
yang berjalan dalam traktus piramidalis.

DAFTAR PUSTAKA

Snell, Richard S. . 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anatomi Otak Normal. [cited 2016 Feb 16]. Available from:
http://www.aboutcancer.com/brain_anatomy_normal.htm
Markum, Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, Jakarta, Pusat Informasi dan Penerbitan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2000

Anda mungkin juga menyukai