Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.
(Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat
atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. Virus
hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV),
hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis E (HEV), hepatitis
F dan hepatitis G. (Nanda nic-noc, 2015)

B. Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus.
Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
1. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis :
a) Hepatitis A (HAV)
b) Hepatitis B (HBV)
c) Hepatitis C (HCV)
d) Hepatitis D (HDV)
e) Hepatitis E (HEV)
Semua jenis virus tsb merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B yang
merupakan virus DNA
2. Hepatitis non virus yaitu :
a) Alkohol
b) Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
c) Obat-obatan
d) Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan
hepatitis akut.
e) Bahan Beracun (Hepatotoksik)
f) Akibat Penyakit lain (Reactive Hepatitis)

Klasifikasi dan Penyebab Hepatitis


Hepatitis A B C D E
MASA 14 49 hari 30-180 hari 15-150 hari 35 hari 14-63
INKUBASI (+/- 28 hari) (+/= 75 hari) hari
CARA
PENULARAN
FEKAL Ya Tidak Tidak Tidak Ya
ORAL Ya Ya Ya Tidak
PARENTERAL Akhir ini Kontak seks, Kontak seks Kontak seks WATER
LAIN LAIN bisa ? kontak Kontak Kontak BORNE
WATER serumah serumah serumah
BORNE Transmisi
Vertikal
TIPE BIASANYA BERVARIASI BERVARIASI BIASANYA Biasanya
PENYAKIT AKUT AKUT akut
(FULMINAN)
CARRIER TIDAK 5-10% 80% 70-80% Tidak
KRONIK
CAH TIDAK 50% YA YA Tidak
SIROSIS 20% 20%
HEPATOMA YA
MORTALITAS 0.1-0.2% 0.5-2% 30% PADA 15-20%
TANPA PASIEN PADA
KOMPLIKASI KRONIS WANITA
HAMIL

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi
klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing masing
stadium adalah sebagai berikut :
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi
lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 6 minggu. Icterus mula mula terlihat pada
sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan keluhan berkurang, tetapi klien
masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning
muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi
normal lagi. Penyebuhan pada anak anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa,
yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda
Adapun manifestasi dari masing amsing stadium adalah sebagai berikut.
a) Fase Inkubasi
Merupakan waktu diantara saat masuknya virus dan saat timbulnyagejala atau iktrus
b) Fase Prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhanpertama dan gejala timbulnya icterus
1. Permulaan ditandai dengan : malaise umum, mialgia, atralgia mudah lelah,
gejala saluran nafas dananoreksi.
2. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
epigastrikum
c) Fase icterus
Muncul setelah 5-10 hr,tetapi dapatjuga munculbersamaan dengan munculnyagejala.
d) Fase Konvalesen (penyembuhan)
1. Diawali dengan menghilangnya ikterus dankeluhan lain tetapihepatomegali dan
abnormalitas fungsi hati tetap ada
2. Ditandai dengan :
1) Munculnya perasaan lebih sehat
2) Kembalinya nafsu makan
3) Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu
3. Pada 5% - 10% kasus hepatitis B perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit
ditangani hanya < 1% yang menjadi fulminan (menyeluruh)

D. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri.Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu
hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada kerusakan
sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokardium
2. Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi
3. Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert
4. Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler
5. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati
6. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintetis protrombin akibat
kerusakan sel hati
7. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi
duktus biliaris
F. Penatalaksanaan
Jika seseorang telah didiagnosa menderita hepatitis, maka ia perlu mendapatkan
perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak menyebar. Jika tindakan
penanganan lambat membuat kerusakan lebih besar pada hati dan menyebabkan kanker.
1. Penanganan dan Pengobatan hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A diharapkan untuk tidak banyak
beraktifitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk
mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul. Dapat diberikan pengobatan
simptomatik seperti antipiretik dan analgetik serta vitamin untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan
muntah.
2. Penanganan dan Pengobatan hepatitis B
Setelah diagnose ditegakkan sebagai hepatitis B, maka ada beberapa cara pengobatan
untuk hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan injeksi.
a. Pengobatan oral
- Lamivudine ; dari kelompok nukleosida analog, dikenal dengan nama 3TC.
Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak. Pemakaian obat ini
cenderung meningkatkan enzim hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat
monitor bersinambungan dari dokter.
- Adefovir dipivoxil (Hepsera) ; pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi
pemberian pada dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi
ginjal.
- Baraclude (Entecavir) ; obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik,
efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual
dan terjadi peningkatan enzim hati.
b. Pengobatan dengan injeksi
Microsphere ; mengandung partikel radioaktif pemancar sinar yang akan
menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi
Alfa Interferon (INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan
dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.
Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang
memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-
otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan
dengan pemberian antipiretik.
3. Penanganan dan Pegobatan Hepatitis C
Saat ini pengobatan hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon
alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Pengobatan pada penderita hepatitis C
memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat
menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.

G. Pencegahan
1. Vaksinasi
2. Biasakan konsumsi makanan yang bersih, aman dan lihat dulu jika memilih tempat
makan
3. Biasakan mencuci tangan sebelum makan dan setelah kativitas karena mencuci
tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
4. Buanglah sampah pada tempatnya dan sediakan tempat sampah yang efektif
5. Banyak minum air putih
6. Olah raga secara teratur dan cukup istrahat
7. Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam pemilihan
makanan serta memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan agar tidak
terkena virus yang dapat menyebabkan penyakit hepatitis
8. Bayi sebaiknya ibu memberikan immunisasi secara tepat waktu untuk mencegah
terjadinya hepatitis
9. Bagi tenaga medis lakukan higien umum, mencuci tangan, serta membuang urine
dan fesespasien terinfeksi secara aman. Pemakaian kateter, jarum suntik dan spoit
sekali pakai, akan menghilangkan sumber infeksi.
10. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima
menjadi panel donor.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Meliputi : nama, usia : bisa terjadi pada semua usia, alamat, agama, pekerjaan,
pendidikan.
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas
b. Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam,
nyeri perut kanan atas
C. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit.
D. Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.

2. Pemeriksaan Fisik
1) Review Of Sistem (ROS)
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan,
konjungtiva anemis, Suhu badan 38,50 C
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang
O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem urogenital : Urine berwarna gelap
e. Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi
(anoreksia)
f. Abdomen :
Inspeksi : abdomen ada benjolan
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi : pada hepar teraba keras
Perkusi : hypertimpani
2) Pengkajian fungsional Gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga
yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3
sendok disebabkan Mual muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c. Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : Diare feses warna tanah liat
d. Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah
terkulai di atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
e. Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen,
mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya
pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h. Pola reproduksi / seksual
pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual
aktif/biseksual pada wanita).
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
j. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis
kesakitan
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari
Allah SWT.

3. Pemeriksaan Penunjang
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian
tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang
terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang
rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim
hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis
oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau
berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi.
Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi.
Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin
menimbulkan bilirubinuria.
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Pasien mengatakan bahwa nyeri pada Pembengkakan Nyeri akut
daerah perut kanan atas hepar

Do :

P : Nyeri pada saat ditekan

Q : Seperti ditusuk tusuk

R : Nyeri pada kuadran kanan atas

S : Skala : 6-8

T: Menetap
2 Do : pasien mengatakan mual tidak Anoreksia Ketidakseimbangan
nafsu makan nutrisi kurang dari

Ds : klientampak lemah dan lemas, kebutuhan

porsi makan tidak habis hanya habis


3 sendok
A : BB turun

B : Hb < 12

C : Konjungtiva anemis

D : Diet makan tinggi serat dan


protein

3 Ds : Pasien mengatakan bahwa dia Penurunan Intoleransi Aktivitas

malas untuk beraktivitas kekuatan / ketahanan


tubuh
Do : Tonus Otot 4 4
4 4
- Aktivitas sehari hari memerlukan
bantuan
- Pasien nampak terkulai lemas di

atas tempat tidur


4 Ds: pasien mengatakan Gatal sekunder Resiko tinggi

bahwa tubuhnya gatal -gatal dengan akumulasi terhadap kerusakan


garam empedu pada integritas kulit
Do : Tanda garukan pada kulit
jaringan
5 Ds : Pasien mengatakan bahwa Mual muntah Resiko tinggi

sering muntah kekurangan volume


cairan
Do : pasien muntah 1x/ lebih sehari

Turgor Kulit kembali > 2 Detik

Mukosa Bibir Kering

Mata Cowong

Konjungtiva Anemis
6 Ds : pasien mengatakan tubuhnya infasi agen dalam Hipertermi

panas sirkulasi darah


sekunder terhadap
Do : suhu tubuh pasien 38,50 C
inflamasi hepar

4. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
4. Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal
sekunder dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual
muntah.
6. Hipetermi berhubungan dengan invasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar

5. Intervensi Keperawatan
DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 diharapkan pasien nyeri hilang,
dengan
KH :
- TTV normal :(TD :110/70 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :
36,5- 37,50.C ).
- Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
- Skala nyeri 0-3
- Wajah pasien rileks

Intervensi Rasional
1) Kolaborasi dengan individu untuk
1) nyeri yang berhubungan dengan
menentukan metode yang dapat hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
digunakan untuk intensitas nyeri karena terdapat peregangan secara
kapsula hati, melalui pendekatan
kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi
nyeri.
2) Observasi TTV 2) Untuk mengetahui keadaan umum
klien
3) Tunjukkan pada klien penerimaan
3. klienlah yang harus mencoba
tentang respon klien terhadap nyeri meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri.
4) Berikan informasi akurat dan 4. klien yang disiapkan untuk
a) Jelaskan penyebab nyeri mengalami nyeri melalui penjelasan
b) Tunjukkan berapa lama nyeri akan nyeri yang sesungguhnya akan
berakhir, bila diketahui dirasakan (cenderung lebih tenang
dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat penjelasan)
5) Bahas dengan dokter penggunaan
5) kemungkinan nyeri sudah tak bisa
analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk
hepatotoksi mengurangi nyeri.

DX 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,


mual, muntah
Tujuan : Setelah dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi, dengan
KH : - Nafsu makan pasien meningkat
- Porsi makan habis
- Pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara mengatasi malas makan
- Pasien tidak lemas
- BB naik

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori.
1. Makan banyak sulit untuk mengatur
Berikan makan sedikit dalam frekuensi bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling
sering dan tawarkan makan pagi paling buruk selama siang hari, membuat
besar masukan makanan yang sulit pada sore
hari
2. Berikan perawatan mulut sebelum
2. Menghilangkan rasa tak enak dapat
makan meningkatkan nafsu makan
3. Anjurkan makan pada posisi duduk
3. Menurunkan rasa penuh pada abdomen
tegak dan dapat meningkatkan nafsu makan
4. Dorong pemasukan sari jeruk,
4. Bahan ini merupakan ekstra kalori dan
minuman karbonat dan permen berat dapat lebih mudah dicerna / toleran bila
sepanjang hari makanan lain ini
Kolaborasi
5. Konsul pada ahli gizi, dukung tim
5. Berguna dalam membuat program diet
nutrisi untuk memberikan diet sesuai untuk memenuhi kebutuhan individu.
kebutuhan pasien, dengan masukan Metabolisme lemak bervariasi tergantung
lemak dan protein sesuai toleransi pada produksi dan pengeluaran empedu
dan perlunya masukan normal atau lebih
protein akan membantu regenerasi hati
6. Berikan obat sesuai indikasi 6.: Diberikan jam sebelum makan, dapat
Antiematik, contoh metalopramide menurunkan mual dan meningkatkan
(Reglan) ; trimetobenzamid (Tigan) toleransi pada makanan.

DX 3: Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam pasien diharapkan mampu
beraktivitas dengan baik, dengan
KH :
- Tonus otot 5 5
- Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri
- Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Tingkatkan tirah baring / duduk.
1. Meningkatkan istirahat dan
Berikan lingkungan tenang; batasi ketenangan. Menyediakan energi yang
pengunjung sesuai keperluan digunakan untuk penyembuhan.
Aktivitas dan posisi duduk tegak
diyakini menurunkan aliran darah ke
kaki, yang mencegah sirkulasi optimal
ke sel hati
2. Ubah posisi dengan sering. Berikan
2. Meningkatkan fungsi pernafasan dan
perawatan kulit yang baik meminimalkan tekanan pada area
tertentu untuk menurunkan resiko
kerusakan jaringan
3. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai
3. Memungkinkan periode tambahan
toleransi istirahat tanpa gangguan
4. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi,
4. Tirah baring lama dapat menurunkan
bantu melakukan latihan rentang gerak kemampuan. Ini dapat terjadi karena
sendi pasif / aktif keterbatasan aktivitas yang
mengganggu periode istirahat.
5. Dorong penggunaan teknik manajemen
5. Meningkatkan relaksasi dan
stres, contoh relaksasi progresif, penghematan energi, memusatkan
visualisasi, bimbingan imajinasi, berikan kembali perhatian, dan dapat
aktivitas hiburan yang tepat, contoh meningkatkan koping
menonton TV, radio, membaca
6. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri
6. Menunjukkan kurangnya resolusi /
tekan pembesaran hati eksaserbasi penyakit, memerlukan
istirahat lanjut, mengganti program
terapi
Kolaborasi
7. Berikan antidot atau bantu dalam
7. Membuang agen penyebab pada
prosedur sesuai indikasi (contoh lavase, hepatitis toksik dapat membatasi
katarsis, hiperventilasi) tergantung pada derajat kerusakan jaringan
pemajanan
8. Berikan obat sesuai indikasi : sedatif,
8. Membantu dalam manajemen
agen antiansietas, contoh diazepam kebutuhan tidur. Catatan : penggunaan
(Valium); lorazepam (Ativan) berbiturat dan tranquilizer seperti
Compazine dan Thorazine,
dikontraindikasikan sehubungan
dengan efek hepatotoksik
9. Awasi kadar enzim hati 9. Membantu menentukan kadar
aktivitas tepat, sebagai peningkatan
prematur pada potensial risiko
berulang

Dx 4 : Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan denganGatal sekunder


dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gatal pada
pasien hilang.
KH :
- Pasien merasa nyaman
- Tubuh pasien tidak gatal lagi
- Tubuh pasien tidak lecet

Intervensi Rasional
Mulai tindakan kenyamanan : 1. Tindakan ini meningkatkan istirahat.
Mandi pancuran dingin Istirahat menurunkan kebutuhan
Gosokan punggung energi yang menghasilkan tegangan
Air hangat pada hepar.
Aktivitas hiburan rendah (membaca,
menonton TV, permainan papan)
Kompres dingin pada dahi untuk sakit
kepala
Lingkungan tenang
2. Berikan antipiretik yang diresepkan
2. Untuk mengatasi demam. Demam
dan evaluasi keefektifan berhubungan dengan peningkatan
kehangatan dan berkeringat saat
demam membaik. Hangat disertai
dengan lembab meningkatkan rasa
gatal.
3. Pertahankan linen dan pakaian kering 3. Pakaian basah dari berkeringat
adalah sumber ketidaknyamanan
4. Dorong kunjungan dari keluarga dan
4. Isolasi dapat menyebabkan
teman kebosanan yang mencetuskan depresi
dan meningkatkan ketidaknyamanan.
5. Mulai tindakan untuk menghilangkan
5. Suhu dingin membatasi vasodilatasi
puritus : jadi menurunkan pengeluaran garam
Berikan mandi pancuran dingin empedu ke permukaan kulit. Soda kue
Gunakan soda kue atau tepung sagu dan sagu membantu menetralkan asam
pada air pada permukaan kulit. Sabun alkalin
Hindari sabun alkalin mempunyai efek mengeringkan, yang
Berikan losin Caladryl meningkatkan rasa gatal. Losion
Gunakan pakaian yang longgar Caladryl mengandung antihistamin,
Pertahankan suhu kamar dingin benadryl yang juga menetralkan
keasaman permukaan kulit, dan
menekan ujung saraf sensori yang
mencetuskan sensasi gatal
6. Pertahankan kuku pasien terpotong
6. Untuk menurunkan resiko kerusakan
pendek. Instruksikan pasien kulit bila buruk
menggunakan bantalan jari untuk
menggaruk kulit atau menggunakan
ujung jari untuk menekan pada kulit bila
sangat perlu menggaruk.

Dx 5 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan denganmual


muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan pasien terpenuhi,
dengan
KH :
- TTV normal :(TD :110/70 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :
36,5- 37,50.C ).
- Turgor Kulit kembali < 2 Detik

- Mukosa Bibir lembab

- Mata tidak Cowong

- Konjungtiva tidak Anemis

- Muntah tidak terjadi

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi masukan dan haluaran,
1. Memberikan informasi tentang
bandingkan dengan berat badan harian. kebutuhan penggantian / efek terapi.
Catat kehilangan melalui usus, contoh
muntah dan diare
2. Kaji tanda vital, nadi periver, pengisian
2. Indikator volume sirkulasi / perfusi
kapiler, turgor kulit, dan membran
mukosa
3. Periksa asites atau pembentukan
3. Menurunkan kemungkinan
edema. Ukur lingkar abdomen sesuai perdarahan kedalam jaringan
indikasi
4. Biarkan pasien menggunakan lap
4. Menghindari trauma dan perdarahan
katun / spon dan pembersih mulut untuk gusi
sikat gigi
5. Observasi tanda perdarahan, contoh
5. Kadar protombin menurun dan
hematuria / melena, ekimosis, perdarahan waktu koagulasi memanjang bila
terus menerus dari gusi / bekas injeksi absorbsi vitamin K terganggu pada
traktus GI dan sintesis protrombin
menurun karena mempengaruhi hati
Kolaborasi
6. Awasi nilai laboratorium, contoh
6. Menunjukkan hidrasi dan
Hb/Ht, Na+ albumin, dan waktu mengidentifikasi retensi natrium /
pembekuan kadar protein yang dapat
menimbulkan pembekuan edema.
Defisit pada pembekuan potensial
beresiko perdarahan
7. Berikan cairan IV (biasanya glukosa),
7. Memberikan cairan dan penggantian
elektrolit elektrolit

Dx 6 : Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal, dengan
KH:
- Klien tidak mengeluh panas
- Suhu tubuh Normal 36,50 37,50C
- Keluarga pasien mampu mengatasi panas dengan melakukan kompres hangat.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya keluahan tanda tanda
1. sebagai indikator untuk mengetahui
peningkatan suhu tubuh status hypertermi
2. Berikan kompres hangat pada lipatan
2. menghambat pusat simpatis di
ketiak dan femur hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan
3. keluarga mampu melakukan kompres
3. Berikan HE kepada keluarga pasien kepada pasien secara mandiri
tentang pemberian kompres yang benar 4. kondisi kulit yang mengalami
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian lembab memicu timbulnya
yang menyerap keringat pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Sylvia Anderson Price dan Lorrine Mccarty Wilson. 1981 Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses Proses Penyakit. Edisi 2. Jakarta : EGC
Charlene J. Reeves, Gayle Roux dan Robin Lackhart. 2001 Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson. 2005 : 485 Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.
Edisi 6, Vol 1. Jakarta : EGC
Lynda Juall Carpenito. 2009 Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta :
EGC
Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3
Dienstag, 1990
Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990
Bradley,1990; Purcell, 1990
Sujono Hadi, 1999
Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145
Smeltzer, 2001
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis, Nanda NIC-NOC. Jilid 2 .2015.Jogjakarta: Mediaction

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. S DENGAN


HEPATITIS DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD
Prof.DR.H.M. ANWAR MAKKATUTU
KABUPATEN BANTAENG
OLEH :

SRI WAHYUNI, S.Kep

CI. LAHAN CI. INSTITUSI

( Rahmatia , S.Kep, Ns ) (Hj. Salmah Arafah,S.Kep.Ns.M.Kes )

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


PROG. PROFESI NERS
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATITIS
OLEH :

SRI WAHYUNI, S.Kep

CI. LAHAN CI. INSTITUSI

( Rahmatia, S.Kep, Ns ) ( Hj. Salmah Arafah, S.Kep.Ns.M.Kes )

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


PROG. PROFESI NERS
2016

Anda mungkin juga menyukai