Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang rusak.Tujuan
restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga
mengembalikan fungsinya. Bahan-bahan restorasi gigi yang ideal pada saat ini masih belum ada
meskipun berkembang pesat. Syarat untuk bahan restorasi plastis yang baik adalah :
- Harus mudah digunakan dan tahan lama
- Kekuatan tensil cukup
- Tidak larut ileh saliva dalam rongga mulut serta tidak korosi di salam rongga mulut
- Tidak toksik dan iritatif baik pada pulpa maupun pada gingival
- Mudah dipotong dan dipoles
- Derajat keausan sama dengan email
- Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari karies sekunder
- Koefisien muai termis sama dengan enamel / dentin
- Daya penyerapan airnya rendah
- Bersifat adhesive terhadap jaringan gigi
- Radiopaq
Untuk dapat diterima secara klinis, kita harus mengetahui sifat-sifat bahan yang akan kita pakai
sehingga jika bahan-bahan baru keluar di pasaran, kita dapat segera mengenali kebaikan dan
keburukan dibanding dengan bahan yang lama. Dua sifat yang sangat penting yang harus dimiliki
oleh bahan restorasi adalah harus mudah digunakan dan tahan lama. Berikut adalah klasifikasi
kavitas menurut Black yang juga menentukan penggunaan dari bahan restorasi plastis yang sesuai :
- Kavitas kelas I : kavitas meliputi pit dan fissure permukaan oklusal gigi posterior, permukaan palatal
/ lingual gigi insisivus, groove bukal & lingual/palatal gigi molar.
- Kavitas kelas II : kavitas pada permukaan proksimal gigi-gigi posterior
- Kavitas kelas III : Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior tanpa mengenai bagian insisal
- Kavitas kelas IV : Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior yang sudah mengenai insisal
- Kavitas kelas V : kavitas pada gingival third semua gigi bagian bukal/labial/lingual
- Kavitas kelas VI : Kavitas pada insisal edge & cusp karena abrasi, atrisi, dan erosi
. Secara garis besar bahan restorasi gigi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bahan
restorasi plastis dan non plastis atau rigid. Yang termasuk dalam kelompok bahan plastis adalah
amalgam, composite dan glass ionomer cement (GIC), sedangkan kelompok non plastis (rigid)
adalah inlay dan onlay, mahkota full veneer, mahkota logam porselen, dan mahkotan jaket
porselen.
Dari sekian banyak jenis bahan restorasi, bahan plastis seperti amalgam, komposit dan GIC
merupakan bahan restorasi yang paling banyak digunakan dalam dunia kedokteran gigi.
Generasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di akhir tahun enam puluhan. Sejak itu,
bahan tersebut merupakan bahan restorasi anterior yang banyak dipakai karena pemakaiannya
gampang, warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik yang lebih baik dibandingkan dengan bahan
tumpatan lain. Sejak akhir tahun enam puluhan tersebut, perubahan komposisi dan pengembangan
formulasi kimianya relatif sedikit. Bahan yang terlebih dulu diciptakan adalah bahan yang sifatnya
autopolimerisasi (swapolimer), sedangkan bahan yang lebih baru adalah bahan yang
polimerisasinya dibantu dengan sinar. Resin komposit mempunyai derajat translusensi yang tinggi.
Warnanya tergantung pada macam serta ukuran pasi dan pewarna yang dipilih oleh pabrik
pembuatnya, mengingat resin itu sendiri sebenarnya transparan. Dalam jangka panjang, warna
restorasi resin komposit dapat bertahan cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang baik jika
dibandingkan dengan bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin komposit merupakan
bahan yang iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan pelapik. Agar pulpa terhindar
dari kerusakan, dinding dentin harus dilapisi oleh semen pelapik yang sesuai, sedangkan teknik etsa
untuk memperoleh bonding mekanis hanya dilakukan di email perifer. 2.1.1 indikasi restorasi
komposit
Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis. Secara umum, resin
komposit digunakan untuk:
1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI
2. Fondasi atau core buildups
3. Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)
4. Prosedur estetis tambahan
Partial veneers
Full veneers
modifikasi kontur gigi
penutupan/perapatan diastema
5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)
6. Restorasi sementara
7. Periodontal splinting
8. Restorasi kavitas klas I komposit
9.
10. The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan resin komposit untuk
digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif, lesi awal kelas I dan II yang
menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi kelas I dan II yang berukuran sedang,
restorasi kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan restorasi pada
pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam.
11. ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan oklusal yang besar, tempat
atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang alergi atau sensitif terhadap material
komposit. Jika komposit digunakan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ADA menyatakan
bahwa "ketika digunakan dengan benar pada gigi-geligi desidui dan permanen, resin berbahan
dasar komposit dapat bertahan seumur hidup sama seperti restorasi amalgam kelas I, II, dan V.
12. 2.3 Semen Ionomer Kaca (SIK)
13. Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi yang banyak digunakan oleh
dokter gigi karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu preparasinya dapat minimal, ikatan
dengan jaringan gigi secara khemis, melepas fluor dalam jangka panjang, estetis, biokompatibel,
14. Komposisi semen ionomer kaca (SIK) terdiri atas bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas kaca kalsium
fluoroaluminosilikat yang larut asam dan cairannya merupakan larutan asam poliakrilik. Reaksi
pengerasan dimulai ketika bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan asam poliakrilik dicampur,
basanya.
15. Pada proses pengadukan kedua komponen (bubuk dan cairan) ion hidrogen dari cairan
mengadakan penetrasi ke permukaan bubuk glass. Proses pengerasan dan hidrasi berlanjut, semen
membentuk ikatan silang dengan ion Ca2+ dan Al3+ sehingga terjadi polimerisasi. Ion Ca2+
berperan pada awal pengerasan dan ion Al3+ berperan pada pengerasan selanjutnya. Secara garis
besar terdapat tiga tahap dalam reaksi pengerasan semen ionomer kaca, yaitu sebagai berikut.
17.
Terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya ion-ion dari partikel glass (kalsium,
stronsium, dan alumunium) akibat dari serangan polyacid (terbentuk cement sol).
19.
Ion-ion kalsium, stronsium, dan alumunium terikat pada polianion pada grup polikarboksilat.
* 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium (fragile & highly soluble in
water).
* 24 jam setelah pencampuran, maka alumunium akan terikat pada matriks semen dan membetuk
21.
Terjadi proses hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan meningkatkan sifat fisik dari
22. Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko-kimia tanpa
menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion kalsium yang berasal dari
jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari semen ionomer kaca.
23. Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua permukaan yang
berkontak. Semen ionomer kaca adalah polimer yang mempunyai gugus karboksil (COOH) multipel
sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat. Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk
membasahi, adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara semen ionomer kaca
dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email berisi unsur
24. Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan membersihkan kavitas
dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang bersih dan halus dapat menambah ikatan
semen ionomer kaca. Air memegang peranan penting selama proses pengerasan dan apabila
terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di dalam
rongga mulut yang dapat mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam periode
24 jam ini SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan agar tidak
terkontaminasi. Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami pelarutan dan daya
adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu
setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan terekspos oleh udara, maka permukaannya akan
retak akibat desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK selama
beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selama
proses pengerasan SIK perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva
dan udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air. Bahan
pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil asetat, aseton, kopolimer
dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan mudah dalam beberapa jam atau pada
proses pengunyahan.
25. Penggunaan varnish pada permukaan tambalan glass ionomer bukan saja bermaksud menghindari
kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah dehidrasi saat tambalan tersebut masih dalam
proses pengerasan. Varnish kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan pembatas antara glass
ionomer dengan jaringan gigi terutama pulpa karena pada beberapa kasus semen tersebut dapat
menimbulkan iritasi terhadap pulpa. Pemberian dentin conditioner (surface pretreatment) adalah
menambah daya adhesif dentin. Persiapan ini membantu aksi pembersihan dan pembuangan smear
layer, tetapi proses ini akan menyebabkan tubuli dentin tertutup. Smear layer adalah lapisan yang
mengandung serpihan kristal mineral halus atau mikroskopik dan matriks organik.
26. Lapisan smear layer terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu lapisan luar yang mengikuti bentuk dinding
kavitas dan lapisan dalam berbentuk plugs yang terdapat pada ujung tubulus dentin. Sedangkan
plugs atau lapisan dalam tetap dipertahankan untuk menutup tubulus dentin dekat jaringan pulpa
27. Bahan dentin conditioner berperan untuk mengangkat smear layer bagian luar untuk membantu
ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin. Hal ini berperan dalam mencegah
penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan kedokteran gigi yang dapat mengiritasi jaringan pulpa
sehingga dapat menghalangai daya adhesi. Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan
asam poliakrilik 10%. Waktu standart yang diperlukan untuk satu kali aplikasi adalah 20 detik, tetapi
menurut pengalaman untuk mendapatkan perlekatan yang baik pengulasan dentin conditioner pada
dinding kavitas dapat dilakukan selama 10-30 detik. Kemudian pembilasan dilakukan selama 30
detik pembilasan merupakan hal penting untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, setelah itu
kavitas dikeringkan.
42. 1. Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas fluor yang sangat
berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan tambal ini, resiko kemungkinan untuk terjadinya
karies sekunder di bawah tambalan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain
43. 2. Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak menimbulkan reaksi merugikan
terhadap tubuh)
44. 3. Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya adalah secara
kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi tidak perlu
diasah terlalu banyak seperti halnya bila menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan perlu
dilakukan untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat memegang bahan tambal.