ALAMI BATIK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keanekaragaman dan Klasifikasi
Phanaerogamae
Disusun oleh :
Kelompok ...
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau
nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah
lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Dalam tulisan ini akan
dijelaskan teknik eksplorasi zat warna alam dari tanaman di sekitar kita sebagai
upaya pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah sebagai salah
satu upaya pelestarian budaya.
B. Rumusan Masalah
1 Tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai zat pewarna alami pada kain
batik?
2 Bagaimana proses pembuatan pewarna alami dari tumbuhan?
3 Bagaimana proses pewarnaan kain batik dengan pewarna alami?
4 Bagaimana pemanfaatan sisa pewarna alami?
5 Mengapa saat ini pengrajin batik lebih memilih menggunakan pewarna
sintetis?
C. Tujuan
1 Untuk mengetahui tumbuhan penghasil zat pewarna alam yang digunakan
dalam proses pembuatan batik.
2 Untuk mengetahui proses pembuatan pewarna alami dari kain tumbuhan.
3 Untuk mengetahui proses pewarnaan kain batik dengan pewarna alam.
4 Mengetahui pemanfaatan sisa pewarna alami
5 Untuk mengetahui alasan lebih memilih menggunakan pewarna sintesis
untuk kain batik.
D. Metodologi
BAB II
A. Hasil
1. Jenis Pewarna yang Digunakan
Jenis Pewarna Nama UKM Batik
Pewarna Alami
(Tidak Dijumpai UKM Batik
yang Hanya Menggunakan
Pewarna Alami)
Pewarna Sintetis
- Batik Kukuh
- Batik Prana Jiwa
- Batik Kusuma
- Batik Sekar Arum
- Batik Salim
Tegeran
(Maclura cochinchinensis) Kayu Merah
kekuningan
Tingi (Ceriops tagal) Kulit kayu - Merah
- Ungu
B. Pembahasan
3. Remasol, zat pewarna remasol ini mempunyai sifat antara lain warna
cenderung terang atau cerah, mudah larut dalam air, mempunyai warna
yang briliant dengan ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya rendah.
Untuk memperbaiki sifat tersebut pada pewarnaan batik, diatasi dengan
cara kuwasan. Sebelum dilakukan proses difikasi menggunakan natrium
silikat atau biasa juga dikenal dengan nama waterglass, untuk hasil yang
terbaik sebaiknya kain didiamkan semalaman sehingga nanti warna yang
dihasilkan dapat meresap rata keseluruh bagian kain.
Pewarna alami yang digunakan diperoleh dari beberapa tanaman,
diantaranya adalah daun Indigofera tinctoria yang bisa menghasilkan warna
hijau dan biru, kayu Caesalpinia sappan yang dapat menghasilkan warna
ungu dan merah kecoklatan, kulit buah Garcinia mangostana yang
menghasilkan warna merah bata, getah Uncaria gambir yang dapat
menghasilkan warna coklat, kayu Maclura cochichinensis yang menghasilkan
warna merah kekuningan, kulit kayu Ceriops tagal yang dapat menghasilkan
warna merah hingga ungu, rimpang Curcuma domestica yang menghasilkan
warna kuning, kulit umbi Allium cepa menghasilkan warna cokelat, dan daun
Tectona grandis menghasilkan warna cokelat hingga merah tua.
1. Kain batik di rendam dalam larutan TRO ( Turkey Red Oil) selama minimal
30 menit, lalu tiriskan.
2. Jika kain sudah setengah kering dicelup sambil dibolik balik selama min 15
menit,lalu diangin anginkan.
3. Dalam keadaan setengah kering dicelupkan lagi dicelupkan pada larutan
warna yang sama.( lakukan pencelupan ini berulang ulang sesuai
kebutuhan warna yang diinginkan).
4. Setelah warna yang diinginkan sudah dicapai, langkah selanjutnya adalah
proses fiksasi dengan cara dicelupkan pada larutan Fiksasi (Tawas, Kapur,
Tunjung.
5. Kemudian dicuci bersih dan dikeringkan. Kain batik siap untuk ditutup
(dibatik lagi) atau siap untuk dilorod (direbus untuk menghilangkan lilin).
1. Intesitas warna yang lebih rendah daripada pewarna sintetis, sehingga hasil
warna lebih sejuk/kalem.
2. Lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
3. Selain itu batik dengan pewarna alami menghasilkan nilai estetika yang
lebih tinggi, sehingga nilai ekonomisnya jauh lebih tinggi dibanding
dengan pewarna sinntetis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan