Anda di halaman 1dari 10

EKSPLORASI TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA

ALAMI BATIK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keanekaragaman dan Klasifikasi
Phanaerogamae

Disusun oleh :

Kelompok ...

1. Adesti Dwi W (K4315001)

2. Fitri Susanti (K4315023)

3. Setya Maharani (K4315059)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batik merupakan salah satu warisan budaya, yang menjadikan


Indonesia dikenal di kancah dunia. Pada awalnya proses pewarnaan batik
menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan
ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah
penggunaan zat warna alam Meskipun dewasa ini penggunaan zat warna alam
telah tergeser oleh keberadaan zat warna sintesis namun penggunaan zat warna
alam yang merupakan kekayaan budaya Indonesia masih tetap dijaga
keberadaannya khususnya pada proses pembatikan dan perancangan busana.

Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan menjadi 2


yaitu: pertama, Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari
bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan.
Kedua, Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis dibuat
dengan reaksi kimia dengan bahan dasar arang batu bara atau minyak bumi
yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena,
naftalena dan antrasena. (Isminingsih, 1978).

Kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau
nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah
lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Dalam tulisan ini akan
dijelaskan teknik eksplorasi zat warna alam dari tanaman di sekitar kita sebagai
upaya pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah sebagai salah
satu upaya pelestarian budaya.

B. Rumusan Masalah
1 Tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai zat pewarna alami pada kain
batik?
2 Bagaimana proses pembuatan pewarna alami dari tumbuhan?
3 Bagaimana proses pewarnaan kain batik dengan pewarna alami?
4 Bagaimana pemanfaatan sisa pewarna alami?
5 Mengapa saat ini pengrajin batik lebih memilih menggunakan pewarna
sintetis?

C. Tujuan
1 Untuk mengetahui tumbuhan penghasil zat pewarna alam yang digunakan
dalam proses pembuatan batik.
2 Untuk mengetahui proses pembuatan pewarna alami dari kain tumbuhan.
3 Untuk mengetahui proses pewarnaan kain batik dengan pewarna alam.
4 Mengetahui pemanfaatan sisa pewarna alami
5 Untuk mengetahui alasan lebih memilih menggunakan pewarna sintesis
untuk kain batik.

D. Metodologi

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Jenis Pewarna yang Digunakan
Jenis Pewarna Nama UKM Batik

Pewarna Alami
(Tidak Dijumpai UKM Batik
yang Hanya Menggunakan
Pewarna Alami)

Pewarna Sintetis
- Batik Kukuh
- Batik Prana Jiwa
- Batik Kusuma
- Batik Sekar Arum
- Batik Salim

Pewarna Alami dan Sintetis


- Batik Mahkota
- Batik Cempaka

2. Tanaman yang Digunakan sebagai Pewarna Alami

Nama dan Gambar Spesies Bagian yang Warna yang


Digunakan Dihasilkan

Tanaman Nila (Indigofera tinctoria)


Daun - Hijau
- Biru

Secang (Caesalpinia sappan)


Kayu - Merah
kecoklatan
- Ungu
Manggis (Garcinia mangostana) Kulit buah Merah bata

Gambir ( Uncaria gambir) Getah Coklat

Tegeran
(Maclura cochinchinensis) Kayu Merah
kekuningan
Tingi (Ceriops tagal) Kulit kayu - Merah
- Ungu

Kunyit ( Curcuma domestica) Rimpang Kuning

Bawang merah (Allium cepa L.) Kulit umbi cokelat


Jati (Tectona grandis) Daun merah

B. Pembahasan

Terdapat 5 UKM Batik yang hanya menggunakan pewarna sintetis, yaitu


Batik Kukuh, Batik Kukuh, Batik Prana Jiwa, Batik Kusuma, Batik Sekar
Arum, Batik Salim. Pewarna sintetis yang digunakan oleh UKM Batik tersebut
adalah remasol. Terdapat 2 UKM Batik yang menggunakan pewarna sintetis
dan pewarna alami, yaitu batik Mahkota dan Batik Cempaka. Pewarna sintetis
yang digunakan adalah naphtol, Iodigosol dan remasol.

1. Naphtol, Zat pewarna sintetis ini digunakan dalam proses pewarnaan


dengan teknik celup, terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi berbeda
yakni naphtol dasar dan pembangkit warna. Naphtol dasar (penaphtolan)
biasanya digunakan pertama kali dalam proses pewarnaan, pada
pencelupan pertama ini warna belum nampak dalam kain, untuk
membangkitkan warna dalam kain dibutuhkan larutan garam diazonium
sehingga akan memunculkan warna sesuai yang diinginkan. Secara teknis
Naphtol tidak bisa larut dalam air, untuk melarutkannya biasanya para
perajin menggunakan zat lain seperti kostik soda.

2. Indigosol, Zat warna Indigosol biasa digunakan untuk menghasilkan


warna-warna yang lembut pada kain batik, dapat dipakai dengan teknik
celup maupun colet (kuas). Proses penggunaan zat warna Indigosol juga
hampir sama dengan penggunaan Naphtol, pencelupan dibutuhkan dua
kali proses. Proses pertama sebagai pencelupan dasar dan yang kedua
untuk membangkitkan warna. Warna akan dapat muncul sesuai yang
diharapkan setelah dilakukan oksidasi, yankni memasukkan kain yang
telah diberi Indigosol ke dalam larutan asam sulfat atau asam florida (HCl
atau H2SO4) ataupun Natrium Nitrit (NaNO2).

3. Remasol, zat pewarna remasol ini mempunyai sifat antara lain warna
cenderung terang atau cerah, mudah larut dalam air, mempunyai warna
yang briliant dengan ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya rendah.
Untuk memperbaiki sifat tersebut pada pewarnaan batik, diatasi dengan
cara kuwasan. Sebelum dilakukan proses difikasi menggunakan natrium
silikat atau biasa juga dikenal dengan nama waterglass, untuk hasil yang
terbaik sebaiknya kain didiamkan semalaman sehingga nanti warna yang
dihasilkan dapat meresap rata keseluruh bagian kain.
Pewarna alami yang digunakan diperoleh dari beberapa tanaman,
diantaranya adalah daun Indigofera tinctoria yang bisa menghasilkan warna
hijau dan biru, kayu Caesalpinia sappan yang dapat menghasilkan warna
ungu dan merah kecoklatan, kulit buah Garcinia mangostana yang
menghasilkan warna merah bata, getah Uncaria gambir yang dapat
menghasilkan warna coklat, kayu Maclura cochichinensis yang menghasilkan
warna merah kekuningan, kulit kayu Ceriops tagal yang dapat menghasilkan
warna merah hingga ungu, rimpang Curcuma domestica yang menghasilkan
warna kuning, kulit umbi Allium cepa menghasilkan warna cokelat, dan daun
Tectona grandis menghasilkan warna cokelat hingga merah tua.

Cara Membuat Warna alam.

1. Timbang bahan warna alam yang dikehendaki, potong menjadi ukuran


kecil kecil bagian tanaman yang diinginkan misalnya: daun, batang ,
kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun langsung
diekstrak.
2. Tiap 1 kg bahan warna alam direbus dengan 10 Liter air.
3. Rebus dengan api panas hingga rebusan tadi menjadi nya
4. Setelah rebusan menjadi .Biarkan larutan warna menjadi dingin, setelah
larutan benar benar dingin baru dapat digunakan untuk mewarna kain.

Tata Cara Proses Pewarnaan dengan Pewarna Alami

1. Kain batik di rendam dalam larutan TRO ( Turkey Red Oil) selama minimal
30 menit, lalu tiriskan.
2. Jika kain sudah setengah kering dicelup sambil dibolik balik selama min 15
menit,lalu diangin anginkan.
3. Dalam keadaan setengah kering dicelupkan lagi dicelupkan pada larutan
warna yang sama.( lakukan pencelupan ini berulang ulang sesuai
kebutuhan warna yang diinginkan).
4. Setelah warna yang diinginkan sudah dicapai, langkah selanjutnya adalah
proses fiksasi dengan cara dicelupkan pada larutan Fiksasi (Tawas, Kapur,
Tunjung.
5. Kemudian dicuci bersih dan dikeringkan. Kain batik siap untuk ditutup
(dibatik lagi) atau siap untuk dilorod (direbus untuk menghilangkan lilin).

Banyaknya ukm yang lebih memilih menggunakan pewarna alami


daripada sintesis disebabkan oleh berbagai hal diantaranya proses untuk
menghasilkan pewarna alami memerlukan waktu yang lama daripada pewarna
sintetis, sulitnya mencari bahan untuk pewarna alami, serta perawatannya yang
cukup sulit. Di samping kelemahannya pewarna alami memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya :

1. Intesitas warna yang lebih rendah daripada pewarna sintetis, sehingga hasil
warna lebih sejuk/kalem.
2. Lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
3. Selain itu batik dengan pewarna alami menghasilkan nilai estetika yang
lebih tinggi, sehingga nilai ekonomisnya jauh lebih tinggi dibanding
dengan pewarna sinntetis.

Sisa pewarna alami digunakan untuk mewarnai souvenir-souvenir kecil


karena warnanya yang tahan lama, dll (menurutmu ditambahi apa fit? Aku ya
ndak ngerti ii to ran, nek menurutku sih kan limbah pewarna alami ramah
lingkungan to, dadi dibuang langsung ora papa. Ran, menurutku lampiran iku
pertanyaan sng belum diisi , terus nek foto, desti apa rani duwe foto batik
nggo lampiran kan??

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai