Anda di halaman 1dari 8

Low back pain (LBP)

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke
daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha
Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah
yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah), otot,
saraf, atau struktur lainnya di sekitar daerah tersebut
Klasifikasi Low Back Pain (LBP)
berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri
dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan,
juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius,
fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai
saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki
onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain
dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor

etiologi Low Back Pain (LBP)


Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:
Kelainan Tulang Punggung (Spine)
Sejak Lahir Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut
Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa
tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini
dapat menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu,
namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri Terdapat lubang di tulang vertebra
dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan
Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert
club foot, rudimentair foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang
tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.
Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae, dimana
arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae. Walaupun kejadian ini
terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri
akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila
penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau
berjalan. Adapun gejala klinis dari penyakit tersebut adalah:
1) Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara dada dan
panggul terlihat pendek.
2) Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra yang
menimbulkan skoliosis ringan. 3) Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga
ke ekstremitas bawah.
4) Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung spina dan
garis depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih panjang dari garis
spina corpus vertebrae yang terletak diatasnya.
Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus bersentuhan.
Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah low
back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan
posisi lateral.
Sacralisasi Vetyebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra lumbal ke V
melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum

Low Back Pain karena Trauma


Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada orang-orang
yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban
yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut Gerakan bagian
punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme
yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung
sehingga menimbulkan nyeri.
Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca Gejala yang timbul akibat perubahan sendi
sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri
dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague
symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas
Perubahan pada sendi Lumba Sacral Trauma dapat menyebabkan perubahan
antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen
atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra
lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

Low Back Pain karena Perubahan Jaringan


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada
tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada
daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan
anggota bagian tubuh lain Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang
disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain:
a. Osteoartritis (Spondylosis Deformans) Dengan bertambahnya usia
seseorang maka kelenturan ototototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat
memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi
penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang
menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri
pada tulang belakang hingga ke pinggang
b. Penyakit Fibrositis Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler.
Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu.
Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan
c. Penyakit Infeksi infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut
yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri
tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan
akut, demam serta kelemahan

Gejala Low back pain


Nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat keparahannya sangat
dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan saat nyeri punggung dapat sangat
bervariasi dari satu orang ke orang lain. Gejala tersebut meliputi:
1) Sakit
2) Kekakuan
3) Rasa baal / mati rasa
4) Kelemahan
5) Rasa kesemutan (seperti ditusuk peniti dan jarum)
Nyeri tersebut bisa berawal dari pada punggung, namun nyeri dapat menjalar turun
ke bokong, tungkai bahkan ke kaki. Bila nyeri bertambah berat atau berlangsung
dalam waktu yang lama, maka anda dapat mengalami kesulitan buang air kecil,
kesulitan tidur, dan depresi.

Faktor resiko Low back pain


Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi timbulnya atau
memperberat Low back pain yaitu :

Usia

Dari berbagai studi epidemiologik, kejadian Low back pain meningkat dan mencapai
puncakya pada usia sekitar 55 tahun.Pada umumnya keluhanotot skeletal mulai
dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada
usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan
bertambahnya umur.

Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita mempunyai resiko Low back pain yang sama sampai usia
sekitar 60 tahun. Diatas 60 tahun wanita mempunyai resiko Low back pain yang
lebih besar karena cenderung terjadinya osteoporosis.

Pekerjaan

Pekerjaan fisik yang berat, terutama yang memberikan tekanan yang cukup besar
pada tulang belakang. Pekerjaan yang berhubungan dengan posisi statis yang
berkepanjangan, seperti duduk atau berdiri dalam waktu lama. Pekerjaan yang
dilakukan dengan gerakan-gerakan membungkukkan atau memutar tubuh secara
berulang-ulang.

Kebiasaan

Merokok dan pola hidup Perokok lebih beresiko terkena LBP dibandingkan dengan
yang bukanperokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan
oksigen yang diikat hemoglobin dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin
terhadap penyempitan pembuluh darah arteri. Kebiasaan merokok dapat
menyebabkan nyeri punggung karena perokok memiliki kecenderungan untuk
mengalami gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang.

DIAGNOSIS KLINIS NYERI PUNGGUNG BAWAH 11

Diagnosis klinis NPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta pemeriksaan penunjang
Anamnesis

-Awitan,Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang merugikan.

Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul

bertahap.

-Lama dan frekuensi serangan,Lokasi dan penyebaran,Faktor yang memperberat/memperingan,Kualitas/intensitas

Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan

mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa

menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan

sewaktu defekasi.,Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa

merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu

keganasan ataupun infeksi.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna

vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat

disebabkan oleh spasme otot paravertebral.

Palpasi :

-Adanya nyeri (tenderness),nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan

ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba

adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada

prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan

pada kelainan neurologis. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2

dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.

Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu

gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa

UMN atau LMN.

Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan

abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari penderita

dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai

dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding

motoris.

Tanda-tanda perangsangan meningeal :

Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.

Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai

yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan

menunjukkan adanya suatu LBP.

Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque.

Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri

Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos: Anteroposterior, lateral dan coned down lateral view.
2. MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra
serta herniasi.
3. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi sumbatan serta jepitan pada radiks

Penatalaksanaan LBP

Penatalaksanaan LBP.

Terapi konservatif

Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien dan melindungi dan

meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90% pasien akan membaik dalam waktu 6 minggu,

hanya sisanya yang membutuhkan pembedahan.

Terapi konservatif untuk LBP


1. Tirah baring

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari.

Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas

biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi

sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan

aproksimasi jaringan yang meradang.


1. Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka panjang dapat
menyebabkan ketergantungan
4. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat dipertimbangkan
pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
5. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis

Terapi fisik

-Traksi pelvis

-Diatermi/kompres panas/dingin:Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot.

-----Korset lumbal: digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada LBP kronis. Sebagai

penyangga korset dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.

-Latihan: Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik,

kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak..

Terapi operatif

Edukasi

Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:


o Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal ini akan menjaga
kelurusan tulang punggung.
o Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur. Gunakan tangan
dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan
tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri.
o Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi panggul.
o Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat dengan bantuan
tangan sebagai tumpuan.
o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok, punggung tetap dalam
keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara
meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus berubah posisi
secara bersamaan.
o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk sehingga
memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.

Anda mungkin juga menyukai