Low Back Pain
Low Back Pain
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke
daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha
Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah
yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah), otot,
saraf, atau struktur lainnya di sekitar daerah tersebut
Klasifikasi Low Back Pain (LBP)
berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri
dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan,
juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius,
fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai
saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki
onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain
dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor
Usia
Dari berbagai studi epidemiologik, kejadian Low back pain meningkat dan mencapai
puncakya pada usia sekitar 55 tahun.Pada umumnya keluhanotot skeletal mulai
dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada
usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan
bertambahnya umur.
Jenis kelamin
Laki-laki dan wanita mempunyai resiko Low back pain yang sama sampai usia
sekitar 60 tahun. Diatas 60 tahun wanita mempunyai resiko Low back pain yang
lebih besar karena cenderung terjadinya osteoporosis.
Pekerjaan
Pekerjaan fisik yang berat, terutama yang memberikan tekanan yang cukup besar
pada tulang belakang. Pekerjaan yang berhubungan dengan posisi statis yang
berkepanjangan, seperti duduk atau berdiri dalam waktu lama. Pekerjaan yang
dilakukan dengan gerakan-gerakan membungkukkan atau memutar tubuh secara
berulang-ulang.
Kebiasaan
Merokok dan pola hidup Perokok lebih beresiko terkena LBP dibandingkan dengan
yang bukanperokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan
oksigen yang diikat hemoglobin dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin
terhadap penyempitan pembuluh darah arteri. Kebiasaan merokok dapat
menyebabkan nyeri punggung karena perokok memiliki kecenderungan untuk
mengalami gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang.
Diagnosis klinis NPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta pemeriksaan penunjang
Anamnesis
-Awitan,Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang merugikan.
Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul
bertahap.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan
mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa
menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan
sewaktu defekasi.,Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa
merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna
vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat
Palpasi :
-Adanya nyeri (tenderness),nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan
ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba
adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada
prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan
pada kelainan neurologis. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu
gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa
Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan
abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari penderita
dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai
dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding
motoris.
Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.
Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai
yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri
Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos: Anteroposterior, lateral dan coned down lateral view.
2. MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra
serta herniasi.
3. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi sumbatan serta jepitan pada radiks
Penatalaksanaan LBP
Penatalaksanaan LBP.
Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien dan melindungi dan
meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90% pasien akan membaik dalam waktu 6 minggu,
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari.
Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas
biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi
sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan
Terapi fisik
-Traksi pelvis
-Diatermi/kompres panas/dingin:Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot.
-----Korset lumbal: digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada LBP kronis. Sebagai
penyangga korset dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.
-Latihan: Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik,
Terapi operatif
Edukasi