Anda di halaman 1dari 113

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI

HANDPHONE (HP) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR


SISWA SMP NEGERI 66 JAKARTA SELATAN

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh :

Ahmad Fadilah
107011000818

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
66PENGARUHPENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI

HANDPHONE (HP) TERIIADAP AKTIVITAS BELAJAR


SISWA SMP NEGERI66 JAKARTA SELATAN'

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas IImu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh:

Ahmad Fadilah
NIM. 107011000818

Di bawah bimbinsan

q, n
Tanepii.MA
NrP. 19720712199803I 004

JURUSAN PBNDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA
20ll
LEMBAR PENGESAIIAN

Skripsi yang berjudul "PENGARUH PENGGTINAAN ALAT


KOMUNIKASI HANDPHONE (HP) TERFIADAP AKTIVITAS BELAJAR
SISWA SMP NEGERI 66 JAKARTA SELATAN" diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakart4 dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada
tanggal 28 November 2011 di hadapandewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperolehgelar Sl (S.Pd.I)dalam Bidang PendidikanAgama Islam.

Jakart4 28 November 2011


Panitia Uj ian Munaqasyah
Tanggal Tanda tangan

K-etuaPanitia (Ketua Jurusan/Prodi)


Bahrissalim.M.Ag t lzlr
NrP. 19680307199803| 002
Sekretaris(SekretarisJurusan/Prodi)
Drs. SapiudinShidiq. M.Ag
NIP. 196803282000021 001
!?fn-24t4
Penguji I
Drs. SapiudinShidiq. M.Ae
uf
't',n-M4
NIP. 196803282000021 001
PengujiII 1a-/nrt
Dr. Sururin. MA /rz
""("
N I P . 1 9 7 1 0 3 1199 9 8 0 2
3A0l

Mengetahui,
Pgs. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena Rifa'i" MA" Ph.D.


NIP. 195914201986032 001
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Ahmad Fadilah
NIM 10701 000818
Fak/Jur Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam
Alamat Jl. Pejuanganmawar II RT.003/07No. 12aKebon Jeruk,
JakartaBarat.11530.
JudulSkripsi PengaruhPenggunaanAlat Komunikasi Handphone (HP)
terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negei 66 Jakarta
Selatan.
DosenPembimbins Tanenji, MA

Dengan ini sayamenyatakanbahwa:


1. Skripsi ini merupakankarya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
.
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,14 Oktober 201 1

Ahmad Fadilah
ABSTRAK

Nama : Ahmad Fadilah


NIM : 107011000818
Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP)
terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh


penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas belajar dan
pengaruh yang dimaksud di sini adalah pengaruh negatif dari penggunaan alat
komunikasi handphone.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Di
samping itu Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Sering sekali dalam proses
belajar tersebut terdapat hambatan untuk mencapai tujuan diinginkan.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian cepat
sehingga tanpa kita sadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia.
Selain itu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memang
mempunyai dampak yang positif bagi manusia tapi dapat juga berdampak negatif
jika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini tidak
dipergunakan sebagai mana mestinya yaitu khususnya pada alat komunikasi
handphone.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan metode statistik deskriptif analisis yaitu metode yang
ditujukan untuk mendesrifsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang
ada, baik berupa alami maupun rekayasa manusia dengan sifat kajiannya
menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi dan ditunjang oleh data-data yang
diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data
dari objek yang diteliti. Adapun untuk memperoleh data yang diperlukan maka
penulis menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya observasi, interview
(wawancara) dan angket atau kuesioner.
Dari perhitungan menggunakan rumusan korelasi product moment, secara
operasional analisis data, ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y
bertanda positif dengan memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh yaitu sebesar
0,808. Kemudian pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai r tabel sebesar 0,297,
dan pada taraf signifikan 1% diperoleh nilai sebesar 0,361. ternyata rxy yang
(besarnya = 0,808) adalah jauh lebih besar daripada r tabel (yang besarnya
0,297 dan 0,361). Karena rxy lebih besar dari r tabel, dengan demikian hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Ini berarti terdapat korelasi
positif yang kuat atau tinggi antara penggunaan alat komunikasi handphone (HP)
terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 66 Jakarta selatan.

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan


semesta alam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat terwujud.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah pada Nabi kita Muhammad SAW,
beserta keluarga sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam selaku pengikutnya,
semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di yaumil qiamat nanti.
Skripsi ini merupakan penelitian yang diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).
Penulis persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua, Ayahanda H.
Rohmat bin H. Saalih yang sudah dipanggil oleh Allah terlebih dahulu (ananda
selalu berdoa semoga ayah ditempatkan oleh Allah disebaik-baik tempat (syurga)
dan dikumpulkan bersama orang-orang yang sholeh, maafkan ananda belum bisa
membalas semua jasa dan pengorbanan yang sudah ayah berikan kepada ananda)
dan Hj. Sadiyah binti H. Sainin Ibunda tercinta yang telah merawat dan mendidik
dengan penuh kasih sayang secara tulus, mencintai tanpa mengharap balasan, doa
yang tak pernah terputus dipanjatkan, mencukupi moril dan materil kepada ananda
sejak kecil sampai sekarang dan seterusnya (kasih sayang mereka tidak pernah
terputus sepanjang hayat dan tak akan pernah terbalas dengan apapun). Ibu
doakan anak mu ini agar bisa menjadi anak yang sholeh, bermanfaat, sukses
dunia dan akhirat yang akan dapat membahagiakan kalian.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak sekali
kesulitan dan hambatan yang didapati baik dari segi moril maupun materil, namun
berkat pertolongan ALLAH SWT dan kesungguhan, bantuan, motivasi, serta
bimbingan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa terimakasih yang
teramat sangat kepada:

iv
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.Ag., dan Nurlena Rifai, MA, Ph.D., selaku
pengganti dan penanggung jawab sementara Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bahrissalim, M.Ag., Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam dan Drs.
Sapiudin Shidiq, MA, selaku seketaris jurusan Pendidikan Agama Islam
beserta seluruh staffnya.
3. Tanenji, MA, Dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan
meluangkan waktunya dalam memberikan ilmu, bimbingan serta
pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dra. Hj. Elo al-Bugis, MA., Dosen penasehat akademik yang sudah
memberikan saran dan nasehatnya.
5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu Dosen selalu dalam
rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan
dapat bermanfaat.
6. Pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakulatas
Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada
penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian
skripsi ini.
7. Drs. Moh Khotim. M. Pd, Kepala SMP Negeri 66 Jakarta beserta guru dan
staff karyawan serta siswa/i yang telah ikut berpartisipasi sehingga skripsi
ini berjalan lancar dan dapat diselesaikan.
8. Kakak Syaiful Anwar, Siti Nurjanah, adikku Rifauzi Rahmat, Amelia
Rosdiana, serta ponakan Muhammad Fathurrahman yang selalu
mendorong dan memberi semangat penulis agar skripsi ini dapat segera
diselesaikan.
9. Semua saudara, nyai, encang, encing, sepupu, diantaranya (Hj. Aisyah, Hj.
Marfuah, H. Rojali, Hj. Suhana, Hj. Masanih, baba Utih, cing Adul,
Bahrudin, Heru, Yunus), dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.

v
10. Sahabat-sahabati Mahasiswa UIN khususnya jurusan Pendidikan Agama
Islam angkatan 2007 wabilkhusus Che Laskar Aziz, Ridwan, Azat,
Kodry, Ozy, Aep, Ali, Dadang, Ardi, Sadid, Rahman, Ramadhan, Iful,
Sayuti, Hamdi, Umet, Fauzan, Ulfah, Uyoh, Iil, Intan, Rara, (maaf yah
tidak bisa disebutkan satu persatu, banyak banget intinya penulis bangga
bisa besama kalian).
11. Sahabat-sahabati pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM Jurusan
PAI) tahun 2010 2011, Arief Cholis, Fiqri, Yasir, Lutfi.
12. Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Sahabat Hamdillah (Thile), Ozi (Booy), Yudi,
Deden, Adam, Junaedi, Dasir, Aziz, Rohim.
13. Sahabat-sahabati PPKT angkatan 2011 SMPN 66 (Nurisitiana, Cut Aja
Armasafra, Dina Rabiasari, Fifi Nur Afiah, Nur Fauziah, Siti Novianti).
14. Terimakasih untuk Ustadz Dahlan S.Ag, Abdul Ghoni Jamal, S.Pd.I, Robi
Zul Syafii, S.Pd.I, atas informasi dan sarannya pada penulis.
15. Seluruh sahabat alumni MTs dan MA Al-Hidayah Basmol angkatan 2007.
16. Seluruh sahabat Rombongan Mawar Pejuangan.
17. Seluruh sahabat karang taruna RT. 003/07 Kebon Jeruk.

Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga amal baik dari semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan
balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Demi kesempurnaan skripsi ini, penulis
harapkan dari semua pihak kritik dan sarannya dan semoga apa yang telah ditulis
dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin.

Jakarta, Oktober 2011


Penulis

Ahmad Fadilah

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAH PENGUJI ...................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1


A. Latar Belakang ............................................................................1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................6
D. Perumusan Masalah ....................................................................7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................7

BAB II KAJIAN TEORITIS .....................................................................8


A. Alat Komunikasi Handphone (HP) ..........................................8
1. Sejarah Perkembangan Manusia Berkomunikasi ..............8
2. Pengertian Alat Komunikasi Handphone (HP) ...............10
3. Fungsi Alat Komunikasi Handphone (HP) .....................12
4. Macam-macam (Merek) Handphone (HP) .....................13
B. Aktivitas Belajar Siswa ..........................................................14
1. Macam-macam Aktivitas Manusia ..................................14
2. Pengertian Belajar ...........................................................20
3. Teori-teori Belajar ...........................................................25
4. Tujuan Belajar .................................................................29
5. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ................................31
6. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar .................................38
C. Manfaat dan Dampak Alat Komunikasi Handphone ..............39

vii
1. Manfaat Handphone ..........................................................40
2. Dampak Handphone ..........................................................41
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................45
E. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ............................................46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................48


A. Metode Penelitian ...................................................................48
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................48
C. Variabel Penelitian .................................................................49
D. Populasi dan Sampel ..............................................................49
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................50
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................51
G. Instrument Penelitian ..............................................................55

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................59


A. Gambaran Umum Sekolah .....................................................59
B. Deskripsi Data ........................................................................65
C. Analisis Data ..........................................................................88
D. Interpretasi Data .....................................................................92

BAB V PENUTUP ....................................................................................95


A. Kesimpulan .............................................................................95
B. Saran .......................................................................................96

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor item alternatif jawaban responden .........................................52


Tabel 2 Klasifikasi skor angket ..................................................................52
Tabel 3 Interpretasi r product moment ...................................................53
Tabel 4 Kisi-kisi instrument (angket) .........................................................55
Tabel 5 Pimpinan sekolah ..........................................................................61
Tabel 6 Pendidikan, status, jenis kelamin guru ..........................................62
Tabel 7 Nama-nama guru, karyawan sekolah beserta jabatannya ..............62
Tabel 8 Jumlah siswa tahun ajaran 2011-2012 ...........................................63
Tabel 9 Siswa yang mempunyai handphone ...............................................66
Tabel 10 Siswa memaksa orang tua untuk dibelikan handphone .................66
Tabel 11 Siswa membawa handphone ke sekolah .......................................67
Tabel 12 Siswa menelepon lebih dari Satu jam sehari ..................................68
Tabel 13 Siswa menghabiskan pulsa Rp 25.000,- dalam sebulan .................69
Tabel 14 Siswa menggunakan handphone untuk hal positif .........................69
Tabel 15 Siswa memberi kabar pada orang tua melalui handphone .............70
Tabel 16 Siswa menambah teman melalui handphone .................................71
Tabel 17 Siswa berbicara sopan di handphone .............................................71
Tabel 18 Siswa minta maaf melalui handphone ...........................................72
Tabel 19 Siswa melihat gambar/video porno di handphone .........................73
Tabel 20 Siswa membohongi teman melalui handphone..............................74
Tabel 21 Siswa merasa sombong mempunyai handphone ...........................74
Tabel 22 Siswa minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa ...............75
Tabel 23 Siswa mengancam seseorang melalui handphone .........................76
Tabel 24 Siswa menonaktifkan handphone saat di dalam kelas ...................77
Tabel 25 Siswa memainkan handphone saat pelajaran berlangsung ............78
Tabel 26 Siswa menyontek dengan mengunakan handphone .......................78
Tabel 27 Siswa bermain facebook/twitter melalui handphone saat
pelajaran berlangsung.....................................................................79
Tabel 28 Guru memainkan handphone saat mengajar ..................................80

ix
Tabel 29 Guru mengajar dengan metode yang bervariasi .............................81
Tabel 30 Pihak sekolah mengadakan razia handphone .................................82
Tabel 31 Pihak sekolah mensosialisasikan dampak negatif handphone .......82
Tabel 32 Siswa malas belajar akibat bermain handphone ............................83
Tabel 33 Siswa lupa membuat PR akibat bermain handphone .....................84
Tabel 34 Siswa menelepon di atas pukul 21.00 WIB ...................................84
Tabel 35 Siswa belajar kelompok di rumah ..................................................85
Tabel 36 Siswa mengaktifkan handphone 24 jam ........................................86
Tabel 37 Orang tua mendampingi siswa saat belajar di rumah.....................86
Tabel 38 Orang tua menasehati tentang dampak negatif handphone............87
Tabel 39 Indeks korelasi antara pengaruh penggunaan alat komunikasi
handphone (HP) terhadap aktivitas belajar siswa
SMP Negeri 66 Jakarta...................................................................88

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Insterumen angket


Lampiran 2 Hasil nilai variabel X (penggunaan alat komunikasi handphone)
Lampiran 3 Hasil nilai variabel Y (aktivitas belajar siswa)
Lampiran 4 Berita wawancara 1
Lampiran 5 Berita wawancara 2
Lampiran 6 Tabel harga kritik r product moment
Lampiran 7 Surat pengajuan proposal penelitian
Lampiran 8 Surat bimbingan skripsi
Lampiran 9 Surat izin penelitian
Lampiran 10 Surat izin observasi
Lampiran 11 Surat izin wawancara
Lampiran 12 Surat keterangan penelitian

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa
manusia perlu berkomunikasi.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah
berkomunikasi dengan orang lain akan terisolasi dari masyarakatnya.
Pengaruh terisolasi ini akan menimbulkan depresi mental yang pada
akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa. Oleh sebab
itu menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii,
komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia
seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu
berkomunikasi. Oleh karena itu banyak pakar menilai bahwa
komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.1

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian


cepat sehingga tanpa kita sadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan
manusia. Dewasa ini produk teknologi sudah menjadi kebutuhan sehari-hari
dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Penggunaan televisi, telepon
facsimile, celluler phone, dan internet sudah bukan menjadi hal yang aneh
ataupun baru lagi, khususnya di kota-kota besar.

1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007),
Cet.VI, h.1

1
2

Tidak dapat dipungkiri teknologi informasi dan komunikasi menjadi


ujung tombak di era globalisasi yang kini melanda hampir di seluruh dunia.
Kondisi ini menjadikan lahirnya suatu dunia baru yang sering disebut dengan
dusun global di mana di dalamnya dihuni warga negara yang disebut warga
jaringan. Hal yang sama dikemukakan oleh Ashadi Siregar sebagaimana
dikutip oleh Didik M. Arief Mansur: Bahwa penggabungan komputer dengan
telekomunikasi melahirkan suatu fenomena yang mengubah model
konfigurasi komunikasi konvensional, dengan melahirkan suatu kenyataan
dalam dimensi ketiga, jika dimensi pertama adalah kenyataan keras dalam
kehidupan empiris (biasa disebut dengan hard reality), dimensi kedua
merupakan kenyataan dalam kehidupan simbolik dan nilai-nilai yang
dibentuk (dipadankan dengan istilah soft reality) dengan dimensi ketiga
dikenal kenyataan maya (virtual reality) yang melahirkan suatu format
masyarakat lainnya.2
Telekomunikasi terbagi menjadi atas dua unsur divisi utama yaitu:
1) Radio dan televisi yang terutama digunaka untuk siaran audio dan
video, namun kini juga digunakan untuk mengkomunikasikan data
komputer misalnya melaui sambungan satelit.
2) Jaringan telepon, semula ditujukan untuk komunikasi suara namun
kini digunakan juga untuk mengirim data komputer, teks misalnya
melalui telex dan citra dengan menggunakan misalnya facsimile.3

Handphone merupakan sebuah perangkat telekomunikasi elektronik


yang mempunyai kemampuan dasar secara konvensional yang mudah dibawa
dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon yang menggunakan
kabel. Handphone telah menjadi peralatan komunikasi yang sangat penting
dan mudah, baik piranti kerasnya (handware) berupa pesawat telepon
maupun piranti lunak (software) berupa chip dan pulsa.
Dengan cepatnya perkembangan teknologi komunikasi, telepon
genggam (handphone) telah memilki berbagai fungsi selain untuk menerima
telepon atau sms (pesan singkat), handphone juga bisa berfungsi sebagai alat

2
Didik M.Arief Mansur, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, (Bandung : PT
Rapfika Aditama, 2005), Cet. 1, h. 121.
3
Sulistyo Basuki, Dasar-dasar Teknologi Informasi, (Jakarta: Universitas Terbuka.Depdikbud,
1998), Cet. 1, h. 3.5
3

memotret, merekam segala aktivitas, sebagai sarana informasi bahkan


handphone tersebut bisa digunakan untuk menjelajahi dunia internet
tergantung feature handphone tersebut. Sebagai alat komunikasi, handphone
memberikan manfaat bagi penggunanya untuk melakukan komunikasi jarak
jauh dan handphone tersebut juga bisa digunakan sebagai hiburan bagi
sebagian orang yang memiliki handphone fungsi tambahan selain untuk
komunikasi jarak jauh berupa alat untuk memotret, merekam, permainan,
Mp3, mendengarkan radio, menonton televisi bahkan layanan internet.
Namun di samping alat komunikasi handphone memberikan manfaat,
handphone juga mempunyai aspek yang merugikan bagi kehidupan manusia.
Apabila dicermati handphone bukan lagi alat komunikasi yang dimiliki oleh
orang tua dan orang dewasa saja akan tetapi handphone tersebut sudah
menjelajahi di kalangan anak-anak khususnya para pelajar. Tidak jarang
dijumpai para siswa membawa handphone saat pergi ke sekolah dan sering
juga dijumpai siswa ngobrol dan berbincang dengan menggunakan
handphone sampai bermenit-menit bahkan sampai berjam-jam, salah satu
sebabnya dikarenakan biaya menelpon cukup murah yang ditawarkan oleh
operator telepon dan hal tersebut bisa saja akan mengganggu aktivitas belajar
siswa.
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru menegaskan, bahwa Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.4
Margaret E. Bell Greadler dalam bukunya Belajar dan Membelajarkan,
bahwa Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan,
keterampilan, dan sikap.5

4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT. Remaja
Rosda Karya, 2010), Cet. XV, h. 87.
5
Margaret E. Bell Greadler, Belajar dan Membelajarkan (Terjemahan), (Jakarta: PT.
RajaGrafinda Persada, 1994), Cet. II, h. 1
4

Oemar Hamalik, dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, bahwa:


Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan.6
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses
belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik
berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis
berupa keterampilan berintegrasi. Keterampilan dasar yaitu
mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada
belajar jika tidak ada aktivitas.7

Mengapa di dalam belajar diperlukan aktivitas hal tersebut dikarenakan


prinsip dari belajar itu sendiri adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak
ada aktivitas, mungkin itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang
sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar.
Di antara ciri-ciri kegiatan yaitu: Pertama, belajar adalah aktivitas yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun
potensial. Kedua, perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Ketiga,
Perbuatan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).
Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang
melakukan kegiatan belajar dapat ditandai dengan adanya:
a. Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial, yang berarti
perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dapat
dilihat seperti hasil belajar keterampilan motorik.
b. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu merupakan
kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif atau psikomotorik.
Adanya usaha atau aktivitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar
dengan pengalaman (memperhatikan), mengamati, memikirkan, merasakan,
menghayati dan sebagainya. atau dengan latihan.8

6
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2011), Cet. XI, h. 29.
7
Ketut Juliantara, Aktivitas Belajar, www.Edukasi.Kompasiana.com, 27 November 2010.
8
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993),
Cet. IV, h. 66-67.
5

Proses belajar adalah aktivitas diri yang melibatkan aspek-aspek sosio


psiko fisik dalam upaya menuju tercapainya tujuan belajar, yakni terjadinya
perubahan tingkah laku. Dalam proses belajar, biasanya melalui fase-fase
tertentu. Gagne mengembangkan fase belajar menjadi delapan fase, yaitu:
1. Fase motivasi.
2. Fase konsentrasi.
3. Fase mengolah.
4. Fase dimasukan dalam ingatan.
5. Fase menggali dari ingatan.
6. Fase generalisasi.
7. Fase memberikan prestasi.
8. Fase umpan balik (feedback).9
Karena betapa besarnya pengaruh aktivitas siswa terhadap kegiatan
belajarnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dalam
belajar tersebut siswa mengalami aktivitas belajar yang berkaitan erat dengan
kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan
bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan.
Hal di atas bisa saja tercapai dengan kata lain siswa aktif dalam proses
pembelajaran, akan tetapi dengan catatan siswa tersebut fokus dan
konsentrasi dalam proses belajar maka kegiatan seperti siswa bertanya,
mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan
guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan dapat berjalan dengan baik, akan tetapi terkadang
hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan hal
tersebut di antaranya adalah kreatifitas guru yang kurang, siswa tidak siap
dalam menerima pelajaran, siswa tidak fokus dan konsentrasi dalam proses
pelajaran.

9
Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.
36-37.
6

Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan. Kalau


diperhatikan, keluhan tidak bisa konsentrasi merupakan keluhan yang paling
umum dikalangan pelajar dan mahasiswa. Di dalam setiap langkah belajar,
apakah itu di dalam kelas atau di rumah, apabila kita belajar sendiri,
diperlukan konsentrasi yang tinggi. Dalam hal itu gangguana konsentrasi
dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu gangguan dari dalam (internal) dan
gangguan dari luar (eksternal).10
Sebab siswa tidak siap dalam menerima pelajaran, tidak fokus dan tidak
konsentrasi dalam proses belajar dapat disebabkan siswa mengobrol atau
becanda dengan temannya ketika guru sedang menjelasakan, dan bisa juga
disebabkan karena siswa asyik memainkan handphone yang mereka miliki
ketika guru sedang menjelaskan pelajaran.
Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas dan dari fenomena
yang ada pada saat ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: PENGARUH PENGGUNAAN
ALAT KOMUNIKASI HANDPHONE (HP) TERHADAP AKTIVITAS
BELAJAR SISWA SMP NEGERI 66 JAKARTA SELATAN

B. Identifikasi Masalah
a. Banyaknya siswa yang telah mempunyai handphone.
b. Adanya dampak yang negatif dari penggunaan handphone.
c. Adanya penyalahgunaan dalam menggunakan handphone.
d. Kurangnya peranan orang tua dan guru dalam mengontrol penggunaan
handphone bagi siswa.

C. Pembatasan Masalah
a. Penggunaan handphone dikalangan siswa.
b. Aktivitas yang dimaksud adalah proses belajar siswa di rumah dan di
sekolah.

10
Hasbullah Thabrany, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995),
Cet. II, h. 32.
7

c. Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh negatif dari penggunaan


handphone terhadap proses belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Dari uraian identifikasi dan pembatasan masalah, maka dalam penelitian
ini Penulis akan memfokuskan perumusan masalah pada:
- Seberapa besar pengaruh penggunaan handphone terhadap aktivitas
belajar siswa?
Perumusan masalah Penulis fokuskan agar hasil dari penelitian ini benar-
benar maksimal, sehingga dapat dijadikan rujukan untuk semua pihak.

E. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa baik di sekolah
maupun di rumah.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh handphone terhadap aktivitas
belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian
a. Untuk menambah pengetahuan penulis dan memberi informasi kepada
para pembaca tentang alat komunikasi handphone dan pengaruhnya
dalam aktivitas belajar siswa.
b. Sebagai informasi dan bahan acuan bagi orang tua dan guru agar
memperhatikan siswa dalam mempergunakan handphone.
c. Untuk melengkapi perpustakaan Fakultas yang disediakan sebagai bahan
bacaan dan refrensi.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Alat Komunikasi Handphone (HP)


1. Sejarah Perkembangan Manusia Berkomunikasi
Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan
dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya,
bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu
ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-
lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian,
kegairahan, dan sebagainya yang muncul dari lubuk hati.1
Komunikasi sebagai suatu proses dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu proses primer dan proses sekunder. Proses Primer adalah
proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar,
warna, dan lainnya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran
atau perasaan komunikator kepada komunikan. Sedangkan komunikasi

1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
RosdaKarya, 2005), Cet. IX, h. 11

8
9

dalam proses sekunder, yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang


kepada orang lain dengan mengggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang
komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat
yang relatif jauh atau jumlahnya yang banyak, media itu bisa melalui surat,
telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, bahkan satelit
dan masih banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam
komunikasi.2
Bentuk paling umum dari komunikasi manusia adalah saat
seseorang berbicara pada orang lain. Dalam hal ini elemen yang
terpenting dalam komunikasi adalah pengirim dan penerima. Menurut
Azies dan Alwasilah (1996) aktivitas manusia yang disebut komunikasi
merupakan fenomena rumit dan terus-menerus berubah. Walaupun
demikian, ada beberapa ciri yang dapat ditemui pada sebagian
komunikasi. Menurutnya, bila dua orang atau lebih terlibat dalam suatu
komunikasi, tentu mereka melakukan komunikasi karena beberapa
alasan.
1. Mereka ingin mengatakan sesuatu. Maksudnya, dalam sebagian
besar komunikasi, orang mempunyai pilihan apakah dia akan
berbicara atau tidak.
2. Mereka mempunyai tujuan komunikatif. Pembicara mengatakan
sesuatu karena menginginkan sesuatu terjadi akibat dari apa yang
mereka katakan.
3. Mereka memilih kode dari bahasa yang dimiliki. Untuk mencapai
tujuan komunikasinya, mereka dapat memilih kata-kata yang tepat
untuk tujuan tersebut.3

Kapan manusia mulai mampu berkomunikasi dengan manusia


lainnya, tidak ada data otentik yang dapat menerangkan tentang hal itu.
Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk berkomunikasi
dengan orang lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang berlangsung
secara mendadak. Everett M. Roger (1986) menilai peristiwa ini sebagai
generasi pertama kecakapan manusia berkomunikasi sebelum mampu
mengutarakan pikirannya secara tulisan.

2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Komunikasi, h. 11-16
3
Deni Darmawan, dkk, Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: UPI PRSS,
2006), Cet. I, h. 19
10

Usaha-usaha manusia berkomunikasi lebih jauh, terlihat dalam


berbagai bentuk kehidupan mereka di masa lalu. Pendirian tempat-tempat
pemukiman di daerah aliran sungai dan tepi pantai, dipilih untuk
memudahkan mereka dalam berkomunikasi dunia luar dengan memakai
perahu, rakit dan sampan. Pemukulan gong di Romawi dan pembakaran
api yang menggumpal asap di Cina adalah simbol-simbol komunikasi
yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang.4
Dari keterangan di atas menggambarkan bahwa hubungan atau
kontak antarmanusia di masa-masa lampau umumnya sangat terbatas
karena belum tersedianya alat komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi
jarak jauh tidak mungkin terjadi tanpa memakai alat atau teknologi.
Upaya-upaya untuk menembus jarak komunikasi terus dilakukan
oleh para pakar sains dan teknologi pada jamannya. Media penghantar
gelombang suara menjadi salah satu tujuan utama dari pencarian sejumlah
percobaan ilmiah.
Dengan ditemukannya sistem telepon pada tahun 1876, maka timbul
desakan untuk membuat peraturan mengenai hubungan telepon
internasional. Inisiatif ini akhirnya mendorong diselenggarakannya suatu
konfrensi yang berlangsung di Berlin, Jerman, pada tahun 1885, yang
menghasilkan sejumlah peraturan mengenai hubungan telepon
internasional.5

2. Pengertian Alat Komunikasi Handphone (HP)


Untuk menjelaskan mengenai alat komunikasi handphone maka kita
harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan alat dan
komunikasi, untuk menghindari penafsiran yang kurang tepat mengenai
alat komunikasi handphone tersebut.

4
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 4
5
Ali Zaki, Memanfaatkan Beragam Perangkat Teknologi Digital, (Jakarta Salemba Infotek,
2008), h. 102
11

Kata alat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah


sesuatu yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu atau bisa juga disebut
perkakas, perabotan yang dipakai untuk mencapai maksud.6
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin. Comunis
yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan
antar dua orang atau lebih. Komunikasi juga dari akar kata bahasa latin
Communico yang artinya membagi (Cherry dalam stuart. 1983).
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang
mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human
communication) bahwa:
Komunikasi adalah suatu proses transaksi yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun
hubungan antarsesama manusia, (2) melalui penukaran informasi, (3)
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta (4) berusaha
mengubah sikap dan tingkah laku itu. (Book, 1980) 7

Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum


mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak
pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh gambaran
bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak
terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi
juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

Telepon genggam sering disebut handphone (HP) atau telepon


selular (ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang
mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional
saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-mana (portabel, mobile) dan
tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.8
Handphone tersebut, merupakan pengembangan teknologi telepon yang
dari masa ke masa mengalami perkembangan, yang di mana perangkat
handphone tersebut dapat digunakan sebagai perangkat mobile atau

6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), Edisi ke-III, Cet -IV, h. 27
7
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 19
8
A. Zambrana, Pengertian Handphone, www.Mokletrpl2.Blogspot.com, 23 Desember 2010.
12

berpindah-pindah sebagai sarana komunikasi, penyampaian informasi dari


suatu pihak kepihak lainnya menjadi semakin efektif dan efesien.
Jadi, dari pengertian di atas, alat komunikasi handphone dapat
diartikan suatu barang atau benda yang dipakai sebagai sarana komunikasi
baik itu berupa, lisan maupun tulisan, untuk penyampaian informasi atau
pesan dari suatu pihak kepihak lainnya secara efektif dan efesien karena
perangkatnya yang bisa dibawa kemana-mana dan dapat dipakai dimana
saja.

3. Fungsi Alat Komunikasi Handphone (HP)


Ponsel atau handphone kini merupakan sahabat wajib yang tidak
bisa lepas dari diri masyarakat Indonesia. Berdasarkan paparan data
Consumer Lab Ericsson, selain sebagai alat komunikasi, handphone
memiliki fungsi lain. Dari riset ditahun 2009, terdapat lima fungsi
handphone yang ada di masyarakat. Handphone yang dulunya hanya
berfungsi sebagai alat komunikasi, kini pun telah berubah. Berikut
persentase 5 fungsi handphone bagi masyarakat Indonesia:9
1. Sebagai alat Komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun
keluarga = 65%
2. Sebagai simbol kelas masyakarat = 44%
3. Sebagai penunjang bisnis = 49%
4. Sebagai pengubah batas sosial masyarakat = 36%
5. Sebagai alat penghilang stress = 36%.

Memang jelas manfaat handphone terbesar yaitu sebagai alat


Komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, sesuai
dengan fungsi awalnya, dan selain fungsi di atas handphone tersebut bisa
bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi dan
untuk memperluas jaringan, dan handphone tersebut juga bisa sebagai
penghilang stress karena berbagai feature handphone yang beragam
seperti kamera, permainan, Mp3, video, radio, televisi bahakan jaringan
internet seperti yahoo, facebook, twitter, dan lain-lain.

9
Dewa Langit, Fungsi Handphone bagi Masyarakat Indonesian, www.Dewalangit.com, 23
Desember 2010.
13

4. Macam-macam (Merek) Handphone


Data merek handphone yang penulis dapat dari internet yaitu
kategori HP baru yang tersedia di Mall Roxy pusat penjualan handphone,
antara lain yaitu:10
1. Apple
2. Asia fone
3. B-World
4. Blackberry
5. Blueberry
6. Cross
7. D-One
8. GE
9. HT MOBILE
10. Huawei
11. Haider
12. I-Phone
13. IMO
14. Ivio
15. K-Touch
16. LG
17. MICXON
18. Motorola
19. Mitto
20. Nexian
21. Nokia
22. Philips
23. Redberry
24. Samsung
25. Sony Ericsson
26. Sky Bee
27. Sunberry
28. SPC
29. Startech
30. Taxco
31. Ti Phone
32. Titan
33. Venera
34. ZTE

10
Roxyhp, Merek Hp Baru, www.Roxyhp.com, 23 April 2011.
14

B. Aktivitas Belajar Siswa


1. Macam-macam aktivitas manusia
Dalam menjalankan hidupnya manusia tidak luput dari yang
namanya aktivitas, secara sadar ataupun tidak aktivitas merupakan hal
yang sangat penting, karena tidak ada seorangpun yang hidup tanpa
melakukan aktivitas. Apalagi dalam dunia pendidikan seorang siswa yang
menuntut ilmu dengan cara belajar maka siswa tersebut harus melakukan
aktivitas, tidak ada belajar tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu di sini
penulis akan menyebutkan beberapa aktivitas kejiwaan manusia yang
berhubungan erat dengan pendidikan, di antaranya, yaitu:
a. Pengamatan
Pengamatan merupakan fungsi sensoris yang memungkinkan
seseorang menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan yang
teramati. Pengamatan sebagai suatu fungsi primer dari pada jiwa dan
menjadi awal aktivitas intelektual. Obyek pengamatan memiliki
sifat-sifat keinginan, kesendirian, lokalitet dan bermateri. Subyek
dapat mengadakan orientasi tehadap suatu obyek, karena obyek itu
dapat ditangkap dengan tidak tergantung kepada adanya saja, namun
dapat dipelajari secara langsung.11

Dalam dunia pendidikan pengamatan merupakan salah satu


aktivitas yang sangat penting. Seorang siswa dalam kegiatan belajar
mengajar harus melakukan pengamatan baik itu ketika guru sedang
menjelaskan pelajaran, berdiskusi dengan teman atau ketika sedang
mencari jalan keluar dalam suatu permasalahan yang dihadapinya.
b. Tanggapan
Tanggapan biasa didefinisikan sebagai bayangan yang menjadi
kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi isi
kesadaran yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan
konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk
masa yang akan datang. Dengan uraian ini maka ada macam
tanggapan, yaitu:

11
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. V, h. 18
15

1) Tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan


ingatan.
2) Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan
imaginatif.
3) Tangggapan masa mendatang yang dapat disebut sebagai
tangggapan intisipasif.
Tanggapan yang lemah akan secara statis diam, sedangkan
tanggapan yang kuat lebih besar kecenderungannya untuk muncul
kembali ke alam kesadaran. Kemunculan tanggapan ke alam
kesadaran itu menungggu adanya perangsang yang relevan atau
dapat bersatu dengan tanggapan yang bersangkutan. 12
Oleh karena begitu pentingnya peranan tanggapan bagi tingkah
laku, maka pendidikan hendaknya mampu mengembangkan dan
mengontrol tanggapan-tanggapan yang ada pada anak didik,
sehinggga dengan demikian akan berkembang secara kondisi
motivasi bagi perbuatan belajar anak didik.
c. Fantasi
Fantasi adalah aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-
tanggapan baru dengan pertolongan tangggapan-tangggapan lama
yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau
sesuai dengan benda-benda yang ada. Dengan demikian imajiner itu
melampaui dunia nyata.
Kegunaan fantasi antara lain:
1) Dengan fantasi, orang dapat memahami dan mengerti sesama
manusia serta dapat menghargai kultur orang lain.
2) Orang dapat keluar dari ruang dan waktu, sehingga seseorang
dapat memahami hal-hal yang ada dan terjadi di tempat lain dan
di waktu yang lain, contohnya dalam mempelajari ilmu dunia
dan sejarah

12
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 25
16

3) Fantasi dapat melepaskan diri dari kesukaran dan permasalahan


serta melupakan kegagalan atau kesan-kesan buruk.
4) Fantasi dapat membantu seseorang dalam mencari
keseimbangan hidup batin.
5) Fantasi memungkinkan seseorang untuk dapat membuat
perencanaan untuk dilakukan di masa mendatang.13
d. Ingatan
Daya jiwa itu adalah ingatan. Ingatan ialah suatu daya jiwa kita
yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksi kembali
pengertian-pengertian dan tanggapan. Ingatan dipengaruhi oleh:
1) sifat perorangan, 2) keadaan di luar jiwa kita, 3) keadaan jiwa
kita, 4) umur kita.14
Dalam kenyataanya, ingatan tidak hanya pasif saja dalam arti
hanya menerima dan menyampaikan, tetapi juga menimbulkan dan
mencari kembali informasi-informasi yang telah lama masuk dalam
kesadaran jiwa kita secara aktif, sehingga kita mampu mengatakan,
menceritakan dan mendudukan kembali sebagaimana adanya.
Mengingat berarti menyerap atau meletakan pengetahuan
dengan jalan pencaman secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri
meliputi tiga aktivitas, yakni:
1) Mencamkan, yaitu menangkap atau menerima kesan-kesan.
2) Menyimpan kesan-kesan.
3) Mereproduksi kesan-kesan.
Sifat-sifat dari pada ingatan yang baik adalah: cepat, setia, kuat,
luas, dan siap. Ingatan dikatakan cepat, apabila dalam mencamkan
kesan-kesan tidak mengalami kesulitan. Ingatan dikatakan setia,
apabila kesan yang dicamkan itu tersimpan dengan baik dan stabil.
Ingatan dikatan kuat, apabila kesan-kesan yang tersimpan bertahan
lama. Ingatan dikatakan luas, apabila kesan-kesan yang tersimpan
sangat bervariasi dan banyak jumlahnya. Ingatan dikatakan siap,
apabila kesan-kesan yang tersimpan sewaktu-waktu mudah
direproduksikan ke alam kesadaran.15

13
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 26
14
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. XII, h. 41
15
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 28
17

Hubungannya dalam pendidikan proses penerimaan kesan-kesan


atau materi pelajaran oleh siswa akan lebih kuat, apabila:
1) Kesan yang diterima dibantu dengan penyuaraan.
2) Pikiran subyek (siswa) lebih terkosentrasi pada kesan yang
disampaikan.
3) Teknik belajar yang dipakai oleh subyek adalah efektif.
4) Subyek menggunakan titian ingatan.
5) Struktur bahan dari kesan-kesan yang disampaikan adalah jelas.
e. Pikiran
Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar
bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh
akal. Jadi di sini akal adalah sebagai kekuatan yang sangat
mengendalikan pikiran. Berpikir berarti meletakan hubungan antar
bagian pengetahuan yang diperoleh manusia.16
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga
langkah, yakni:
1) Pembentukan pengertian: pengertian logis dibentuk melalui tiga
tingkatan yaitu: pertama, menganalisis ciri-ciri dari sejumlah
objek yang sejenis objek tersebut kita perhatikan unsurnya satu
demi satu. misalnya mau membentuk pengertian manusia.
Kedua, membandingkan ciri-ciri tersebut untuk dikemukakan
ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang
selalu ada, mana yang tidak selalu ada. Ketiga,
mengabstaksikan, yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang
tidak hakiki menangkap ciri-ciri yang hakiki.
2) Pembentukan pendapat: meletakan hubungan antara dua buah
pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa
disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subjek dan
sebutan atau predikat.

16
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 31
18

3) Penarik kesimpulan atau pembentukan keputusan: keputusan


adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru
berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.17
Setiap keputusan yang kita ambil merupakan hasil pekerjaan
akal melalui pikiran, dan setiap keputusan akan mengarahkan dan
mengendalikan tingkah laku, dengan demikian akal/pikiran dapat
dikatakan sangat menentukan di dalam perbuatan tingkah laku
manusia, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa berpikir manusia
sebenarnya merupakan proses yang dinamis. Dinamis berpikir itu
dimungkinkan oleh pengalaman yang luas, perbendaharaan bahasa
yang kaya yang didukung oleh pendidikan yang baik dan ketajaman
dalam berpikir. Maka sebaiknya pendidik memberikan bimbingan
yang sebaik-baiknya bagi perkembangan akal pikiran anak didik.
Demikianlah penulis telah uraikan mengenai macam-macam
aktivitas pokok jiwa manusia, yang meliputi mengamati,
menanggap, fantasi, mengingat, dan berfikir, sedangkan fungsi-
fungsi lainya seperti: perhatian, perasaan, dan kemauan adalah tidak
termasuk aktivitas jiwa, melainkan sebagai cara atau kekuatan yang
menunjang aktivitas-aktivitas jiwa manusia.
f. Perhatian
Kata perhatian tidaklah selalu digunakan dalam arti yang
sama contohnya pertama, dia sedang memperhatikan contoh yang
diberikan oleh gurunya maka perhatian dapat diartikan pemusatan
tenaga psikis tertentu kepada suatu objek, atau contoh kedua, dengan
penuh perhatian dia mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru
yang baru itu, maka perhatian adalah banyak atau sedikitnya
kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Hal
tersebut tergantung pada kalimatnya.

17
Sumadi Suryabrata, Psikolgi Pendidikan, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2008), h. 55
19

Dalam hal perhatian atas dasar intensitasnya yaitu banyak


sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas, maka
dibedakan menjadi 2 macam:
1) Perhatian intensif, dan
2) Perhatian tidak intensif
Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas
berarti makin intensiflah perhatianya. Dalam hal ini telah banyak
dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang hasilnya
memberi kesimpulan: bahwa tidak mengkin melakukan dua kegiatan
aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian yang intensif.
Selain itu ternyata makin intensif perhatian yang menyertai sesuatu
aktivitas akan makin sukseslah aktivitas itu.18
g. Perasaan
Perasaan adalah suasana psikis yang mengambil bagian pribadi
dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap sesuatu hal yang
berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri. Perasaan pada
umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan
dapat timbul karena mengamati, menganggap, membayangkan,
mengingat atau memikirkan sesuatu.
Perasaan pada anak didik dapat diwujudkan dalam bentuk
ekspresi. Ekspresi adalah pernyataan emosi atau perasaan yang dapat
diamati oleh orang lain, misalnya tersenyum, tertawa, menangis,
murung, tunduk kepala, mengelus dada, cemberut dan sebagainya.19
Perasaan banyak mendasari dan juga mendorong tingkah laku
manusia. Suasana jiwa anak didik sangat mempengaruhi kegairahan
dalam belajarnya. Agar belajar anak tersebut dapat berlangsung
secara efektif pendidikan hendaknya menciptakan situasi yang dapat
mendorong perasaan-perasaan seperti perasaan jasmaniah misalnya
rasa sehat, rasa segar maupun perasaan rohaniah seperti senang,

18
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,. h. 13
19
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 37-39
20

puas, maka hal tersebut dapat menambah kegairahan peserta didik


untuk melakukan aktivitas belajar.
h. Kemauan
Kemauan itu bukan keinginan. Orang yang ingin belum tentu
mau, dan sebaliknya orang yang mau belum tentu ingin. Menurut
Augustine, kemauan kemauan merupakan pengendali dari keinginan.
Kemauan tidak selamanya bebas. Kemauan dapat bekeja, baik secara
paksaan maupun dalam bentuk pilihan sendiri. Kemauan yang bebas
adalah kemauan yang sesuai dengan keinginan diri sendiri,
sedangkan kemauan yang terikat adalah kemauan yang ditimbulkan
oleh kondisi kebutuhan yang terbatasi oleh norma sosial ataupun
kondisi lingkungan.20

2. Pengertian Belajar
Belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Manusia terlahir sebagai mahluk yang lemah yang tidak mampu
berbuat apa-apa serta tidak mengetahui apa-apa. Akan tetapi melalui
proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai skill
(kemahiran/keterampilan) maupun pengetahuan.
Sesungguhnya kemampuan untuk belajar dan melakukan berbagai
upaya uji coba, termasuk kemampuan adaptasi terhadap aneka situasi yang
dimiliki manusia maupun hewan. Kemampuan adaptasi inilah yang
membantu kedua mahluk tersebut bisa hidup dan berada di muka bumi.
Manusia tidak hanya mempelajari bahasa, ilmu pengetahuan, profesi,
maupun keahlian tertentu saja. Sesungguhnya dia juga mempelajari
berbagai macam tradisi, etika, moral dan kepribadian. Oleh karena itu,
belajar memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Urgensi
proses belajar telah ditegaskan semenjak diturunkanya ayat pertama dalam
al-Quran al-Karim. Ayat tersebut erat kaitanya dengan masalah baca-tulis
dan belajar. Allah SWT berfirman:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan

20
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 40
21

perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak


diketahuinya. (Q.S. al-Alaq 1-5).21

Banyak orang yang beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan


belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara
lebih khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan. Ini
berarti, bahwa orang mesti mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-
banyaknya. Jika konsep ini dipakai orang, maka pada orang itu mesti
dipertanyakan, apakah dengan belajar semacam itu orang menjadi tumbuh
dan berkembang?, Orang yang belajar dengan memakai konsep ini
menjadikan dirinya botol kosong yang perlu dituangi air. Apabila air itu
dituangkan sebanyak-banyaknya ke dalam botol kosong, dan dapat
dibanyangkan, betapa banyaknya yang dapat masuk dan dari sebanyak
yang masuk itu tentunya sesuai daya tampung botolnya?.22
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki tiga arti
yang sangat berkaitan: pertama, belajar berarti berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, kedua, belajar berarti berlatih dan, ketiga, belajar
berarti berubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.23
Dalam pandangan Agama penulis belum menemukan secara rinci
dan operasional mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori
(akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan oleh
manusia. Namun Islam, dalam hal penekananya terhadap signifikasi
kongnitif (akal) dan sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk
belajar, sangat jelas kata-kata kunci seperti yaqilun, yatafakkarun,
yubshirun, yasmaun, dan sebagainya yang terdapat dalam al-Quran, hal
tersebut merupakan bukti betapa pentingnya pengaruh ranah/cipta dan
karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengatahuan.

21
Fadilah Suralaga, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005), Cet. I, h. 59
22
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 103
23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 17
22

Berikut kutipan firman Allah SWT dan Hadits Nabi SAW, baik
secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang untuk belajar agar
memperoleh ilmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman dalam surat al-Zumar ayat 9:





.
.Katakanlah: adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya, orang-orang yang
berakallah yang mampu menerima pelajaran (az-Zumar: 9).24
Dalam riwayat Ibnu Ashim dan Thabrani, Rasulullah SAW
bersabda: Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena pengetahuan
hanya didapat melalui belajar. (Qardhawi, 1989).25
Islam memandang umat manusia sebagai mahluk yang dilahirkan
dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Tuhan
memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan
umat manusia sendiri. Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ
fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan kegiatan
belajar. Seperti, 1) Indera penglihatan (mata), alat fisik yang berguna
untuk menerima informasi visual, 2) Indera pendengaran (telinga), alat
fisik untuk menerima informasi verbal, dan 3) Akal, yang merupakan
potensi kejiwaan manusia berupa psikis yang kompleks untuk menyerap,
mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan
pengetahuan (ranah kognitif).26
Dalam surat An-Nahl ayat 78 Allah berfirman:

24
R.H.A. Soenarjo, Dkk., Al-Quran dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI,1971),
h.747
25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT. Remaja
Rosda Karya, 2010), Cet. XV, h. 99
26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,. h. 99
23

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,
dan af-idah (hati/daya nalar) agar kamu bersyukur (An-Nahl : 78).27
Untuk menjelaskan pengertian belajar, terdapat banyak definisi,
oleh karena itu penulis akan menyebutkan beberapa definisi belajar yang
dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru Menegaskan, bahwa Belajar adalah kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap jenis dan jenjang pendidikan.28
Wasty Soemanto dalam Psikologi Pendidikan, menurut James O.
Wittaker, Belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.29
Margaret E. Bell Greadler dalam bukunya Belajar dan
Membelajarkan, bahwa Belajar adalah proses orang memperoleh
berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.30
E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja dalam bukunya Pengantar
Psikologi mengemukakan, bahwa Belajar adalah suatu proses usaha atau
interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu yang baru dan
perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-
pengalaman.31
Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, dalam bukunya Psikologi
Pendidikan, mendefinisikan, bahwa Belajar adalah suatu usaha atau
kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,

27
R.H.A. Soenarjo, Dkk., Al-Quran dan Terjemah, h. 413
28
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 87
29
Wasty Soemanto, psikologi pendidikan, h. 104
30
Margaret E. Bell Greadler, Belajar dan Membelajarkan (Terjemahan), (Jakarta: PT.
RajaGrafinda Persada, 1994), Cet. II, h. 1
31
E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, (Jakarta: PT. Angkasa
Bandung, 1989), h. 103
24

mencangkup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,


keterampilan dan sebagainya.32
Oemar Hamalik, dalam bukunya Proses Belajar Mengajar,
menyatakan Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.33
Hoeni Nasution, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, menyatakan
bahwa Belajar adalah merupakan aktivitas yang menghasilan perubahan
dan kemampuan baru pada diri individu yang belajar baik yang aktual
maupun potensial dalam waktu yang relatif lama.34
Fadilah Suralaga, Dkk, dalam bukunya Psikologi Pendidikan
dalam Perspektif Islam, mendefinisikan Belajar adalah merupakan
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan di lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.35
Bersandar dari definisi-definisi di atas, belajar merupakan proses
dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia
melakukan perbuatan-perbuatan kualitatif individu sehingga tingkah
lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak
lain adalah dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja serta melakukan suatu
perbuatan menurut apa yang kita telah pelajari dari pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kogntif. Akan tetapi
belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan
bukan suatu hasil, maka belajar merupakan kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggara
jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar
yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan

32
Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,
1997), h.34
33
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2011), Cet. XI, h. 29
34
Hoeni Nasution, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam, 1997), h. 13
35
Fadilah Suralaga, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, h. 63
25

rumah atau keluarganya sendiri. Karena itulah belajar berlangsung secara


aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk
mencapai suatu tujuan.

3. Teori-teori Belajar
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum
atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan
penjelasan atas fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa
belajar.
Untuk lebih memperjelas pengertian tentang pentingnya belajar,
prinsip-prinsip belajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi berikut ini
penulis akan mengemukakan beberapa teori belajar. Di antara sekian
banyak teori yang berdasarkan eksperimen ada tida macam yang sangat
menonjol, yakni:
1) Teori Behaviorisme
Teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan
pada prilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Koneksionisme,
merupakan teori yang pertama dari rumpun behaviorisme. Menurut
teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara
perangsang-jawaban atau stimulus-respons. Belajar adalah
pembentukan hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya.
Siapa yang menguasai hubungan stimulus-respons sebanyak-
banyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar.
Pembentukan hubungan stimulus-respons dilakukan melalui
36
ulangan-ulangan.
Dengan kata lain mereka berpendapat, bahwa tingkah laku
manusia dikendalikan oleh ganjaran atau penguatan dari lingkungan.
Dengan demikian, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang kuat
dan erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusinya. Oleh

36
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. V, h. 168
26

karena itu guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat,


bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap
lingkungan mereka pada masa lalu dan sekarang, dan bahwa setiap
tingkah laku adalah merupakan hasil belajar.
Tokoh yang sangat terkenal dari teori ini adalah Thorndike.
Teori belajar Thorndike disebut connectionism karena belajar
merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan
respon. Teori ini sering pula disebut trial-and error learning
individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses trial-and-
error dalam rangka memilih respons yang tepat bagi stimulus
tertentu.
Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam
belajar. Pertama, law of readinees, belajar akan berhasil jika reaksi
terhadap stimulis didukung oleh kesiapan untuk melakukan
perbuatan tersebut. Kedua, law of exercise, belajar akan berhasil
apabila banyak latihan dan dipraktekan. Praktek perlu disertai
dengan reward. Ketiga, law of effect, belajar akan bersemangat
apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik dan sebaliknya
apabila mendapatkan sesuatau yang mengganggu maka kekuatan
hubungan menjadi berkurang.37
Kemudian teori pengkondisian conditioning merupakan
perkembangan lebih lanjut dari koneksionisme. Teori ini
dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur.
Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau mencium bau
makanan. Dalam percobaannya Pavlov membunyikan bel sebelum
memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali-kali
ternyata air liur tetap keluar apabila bel berbunyi meskipun
makanannya tidak ada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa prilaku
individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk

37
Wasty Soemanto, psikologi pendidikan, h. 123-124
27

mengkondisikan pembentukan suatu prilaku atau respons terhadap


sesuatu.
Pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme, ialah
teori penguatan reinforcement. Kalau pada pengkondisian yang
diberi kondisi adalah perangsangnya, maka pada teori penguatan
yang dikuatkan adalah responsnya. Seorang siswa belajar dengan
giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ujian. Guru
memberikan penghargaan pada siswa tersebut dengan nilai tinggi,
pujian atau hadiah. Dengan pemberian hadian itu maka siswa
tersebut akan lebih rajin lagi untuk belajar.
Jadi suatu respons diperkuat dengan penghargaan atau hadiah.
Teori penguatan disebut juga operant conditioning dan tokoh
utama dari teori ini adalah Skiner.38
Dalam pengajaran operant conditioning menjamin respons-
respons terhadap stimuli. Apabila murid tidak menunjukan reaksi-
reaksi terhadap stimuli, guru tidak mungkin dapat membimbing
tingkah lakunya ke arah tujuan behavior. Guru berperan penting di
dalam kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar ke
arah tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.
2) Teori Kognitif
Para ahli aliran kognitif, mereka berpendapat bahwa tingkah
laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan
mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.
Dalam situasi belajar seseorang terlibat langsung dalam situasi itu
dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi teori ini
berpendapat bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada
insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu
situasi.
Teori ini mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar
Gestalt. Dan peletak dasar teori Gestalt adalah Max Wertheimer

38
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, h. 168-169
28

yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Kaum


Gestalt berpendapat bahwa pengalaman itu berstruktur yang
terbentuk dalam suatu keseluruhan. Orang yang belajar, mengamati
stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian
pisah. Suatu konsep yang penting dalam teori ini adalah tentang
insight yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam suatu situasi
permasalahan.39
Bertolak dari teori Gestalt, Kurt Lewis mengembangkan suatu
teori belajar congnitive field dengan menaruh perhatian kepada
kepribadian dan psikologis sosial. Lewis memandang masing-masing
individu sebagai berada di dalam suatu medan kekuatan yang
bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis di mana individu
beraksi disebut life space. Menurut Lewis belajar berlangsung
sebagai akibat dari perubahan dari struktur kognitif. Perubahan
struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari
struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainya dari kebutuhan dan
motivasi internal individu. Oleh karena itu Lewin memberikan
peranan yang lebih penting pada motivasi dari reward.40
Kemudian Jerome Bruner dengan discovery learning
merupakan salah satu instruksional kognitif yang sangat
berpengaruh. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan
dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri
untuk memecahkan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar,
1988: 125).41

39
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 128
40
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 129
41
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2010), Cet. III, h. 38
29

3) Teori Humanistik
Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat
menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyatan
teori ini banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal.
Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan
yang diusulkan oleh Ausubel (1968) yang disebut belajar
bermakna atau meaningful lerning. Teori ini juga terwujud dalam
teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk Taksonomi Bloom.42
Dari ketiga teori belajar di atas, ternyata memang terdapat
perbedaan, akan tetapi dari perbedaan tersebut terdapat persamaan
karena teori-teori tersebut sangat terkait dengan proses belajar. Di
antara persamaan teori tersebut yaitu:
1. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang
penting.
2. Halangan dan kesulitan pasti ada dalam proses belajar.
3. Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan
respons yang bermacam-macam.
4. Setiap seseorang yang belajar pasti melakukan aktivitas.

4. Tujuan Belajar
Menurut Winarno Surachman, tujuan belajar di sekolah itu
ditunjukan untuk mencapai:
a. Pengumpulan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan kecakapan atau keterampilan
c. Pembentukan sikap dan perbuatan
Tujuan belajar dalam dunia pendidikan sekarang ini lebih dikenal
dengan tujuan pendidikan menurut Taksonowi Bloom yaitu tujuan belajar

42
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), Cet. IV, h. 13
30

siswa diarahkan untuk mencapai ketiga tanah antara lain: kognitif,


psikomotorik, dan afektif.
Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh fakta atau ingatan,
pemahaman, aplikasi dan kematangan berpikir analisis, sistematis dan
evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi,
karakteristik, dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan
fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan
ekspresi verbal dan non verbal.43
Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukan apa yang
mungkin dapat dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang menjadi tujuan dari
pendidikan, yaitu:
a. Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2) Pemahaman (menginterpretasikan)
3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu
masalah)
4) Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi
suatu konsep utuh)
6) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode)
b. Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1) Peniruan (meniru gerak)
2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketepatan (menggunakan gerak dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan beberapa gerak sekaligus)
5) Naturalisasi (menggunakan gerak secara wajar)
c. Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan sesuatu)
2) Merespons (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai-nilai)
4) Pengorganisasian (menggabung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayai)
5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola
hidup).44

43
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet ke II, h. 58-59
44
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, h. 14
31

Berhubungan dengan keterampilan Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno,


dalam bukunya Psikologi Pendidikan bahwa Keterampilan ialah kegiatan
yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya
tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga,
dan sebagainya.45
Proses belajar adalah aktivitas diri yang melibatkan aspek-aspek
sosio psiko fisik dalam upaya menuju tercapainya tujuan belajar, yakni
terjadinya perubahan tingkah laku.
Cronbach (1954 h.49-50), mengemukakan adanya tujuh unsur utama
dalam proses belajar, yaitu: tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi (melihat
hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna
dari hubungan tersebut dan menghubungkan dengan kemungkinan
pencapaian tujuan), respons, konsekuensi (keberhasilan atau kegagalan
dalan belajar), dan reaksi terhadap kegagalan.46

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, antara lain:
A. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, meliputi dua
aspek, yakni: fisikologis (bersifat jasmani) dan psikologis (bersifat
rohaniah).
1. Aspek Fisiologis
kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat
kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat

45
Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, h.58
46
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, h. 157
32

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan


pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah,
umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap
item-item informasi yang bersifat echoic dan econic (gema dan
citra). Akibat selanjutnya adalah terlambatnya proses informasi yang
dilakukan oleh system memori siswa tersebut.47
2. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas keberhasilan belajar siswa,
namun faktor umumnya yang dipandang lebih esensial itu adalah
sebagai berikut:
a. Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau
penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat
(Reber, 1988). Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan
kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh
lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak
dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol
daripada peran organ-organ lainya, lantaran otak merupakan
menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia. Oleh
karena itu tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak
dapat diragukan lagi, merupakan salah satu yang sangat
menentukan tingkat keberhasilan siswa.48
b. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response

47
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 130
48
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 131
33

tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,


barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Dalam hal sikap siswa yang menimbulkan reaksi positif
atau negatif tidak dapat dipungkiri merupakan hasil dari
perhatian yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar. Maka
Perhatian merupakan faktor penting dalam usaha belajar siswa,
untuk dapat menjamin belajar yang baik, siswa harus ada
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, apabila pelajaran
itu tidak menarik baginya, maka timbullah rasa bosan, malas dan
belajarnya harus dikejar-kejar, sehingga prestasi mereka akan
menurun dan yang akhirnya akan berdampak pada sikap siswa.49
c. Bakat Siswa
Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian setiap
orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi mencapai
prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan
intelegensi.50
Karena bakat tersebut akan dapat mempengaruhi tinggi-
rendahnya prestasi belajar siswa di bidang studi tertentu. Maka
alangkah bijaksanannya orangtua yang tidak melakukan
pemaksaan kehendak kepada anaknya.
d. Minat Siswa
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Dalam hal ini minat merupakan yang dapat

49
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 132
50
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 133
34

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam


bidang studi tertentu.51
Hal tersebut dapat diumpamakan seorang siswa yang
menaruh minat besar terhadap pelajaran Pendidikan Agama
Islam akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada
siswa yang lain. Kemudian karena pemusatan perhatian yang
intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa
tersebut untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi
yang diinginkan.
e. Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme
baik manusia ataupun hewan yang mendorong untuk berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman,
1986; Reber, 1988).
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Motivasi intristik yaitu hal atau keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya
melakukan belajar. Di antara motivasi intristik siswa
adalah persaan menyayangi materi dan kebutuhannya
terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan
masa depan siswa yang bersangkutan.
2. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang
dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Contohnya, mendapat
pujian, hadian, peraturan/tata tertib sekolah, suri
tauladan orangtua atau guru, dan masih banyak lagi
contoh dari motivasi ekstrinsik.52

51
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 133
52
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 134
35

B. Faktor Eksternal Siswa


Faktor ini terdiri dari dua macam, seperti halnya faktor internal
siswa, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staff
administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Selanjutnya, yang dimaksud dengan
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-
teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa.
Di antara lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolahan keluarga, ketegangan
keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat
memberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan
hasil yang akan dicapai oleh siswa.53
2. Lingkungan Nonsosial
Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang digunakan
siswa.
Beberapa contoh yang kita bisa ambil yang berhubungan
dengan faktor lingkungan nonsosial, seperti: kondisi gedung sekolah
yang tidak memadai, fasilitas tidak lengkap, ruang kelas yang kusam
dan kotor, di antara faktor yang bisa mempengaruhi siswa dalam
proses belajar.54
Contoh lain seperti waktu yang digunakan siswa untuk belajar,
secara umum memang waktu belajar yang digunakan siswa bukan
merupakan penyebab hasil belajar yang mutlak akan tetapi tidak
dapat dipungkiri waktu yang dipergunakan siswa untuk belajar juga

53
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 135
54
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 135
36

merupakan hal yang dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil


belajar siswa, karena setiap siswa memiliki perbedaan waktu yang
disenangi dan kesiapan untuk belajar. Maka kesiapan sistem memori
siswa dalam menyerap, mengolah, dan menyimpan item-item
informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa itulah dapat
menyebabkan proses dan hasil belajar siswa.
C. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran
tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional
yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau
mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).55
Di antara pendekatan belajar yang dianggap dapat mewakili
yang klasik dan modern ialah:
1. Pendekatan Hukum Jost
Hukum Jost (Josts Law) adalah siswa yang lebih sering
mempraktekan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil
kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang
sedang ia tekuni. Selanjutnya asumsi hukum Jost itu maka belajar
dengan kiat 5 x 3 adalah lebih baik daripada 3 x 5 walaupun hasil
perkalian keduanya sama tetapi dalam hal ini mempunyai makna
yang berbeda.
Maksudnya, dalam mempelajari suatu bidang studi, dengan
alokasi waktu 3 jam perhari selama 5 hari akan lebih efektif dari
pada dengan alokasi waktu 5 jam perhari selama 3 hari.
2. Pendekatan Ballard & Clanchy
Menurut Ballard & Clanchy (1990), pendekatan belajar siswa
pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan.
Ada dua macam siswa yang menyikapi ilmu pengetahuan yaitu:
1) Sikap melestarikan materi yang sudah ada (conserving); dan

55
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 136
37

2) Siswa memperluas materi (extending).


Siswa yang bersikap conserving pada umumnya menggunakan
belajar reproduktif (bersifat menghasilkan kembali fakta dan
informasi) sedangkan siswa yang bersikap extending, biasanya
menggunakan pendekatan belajar : analitis (berdasarkan pemilahan
interpretasi fakta dan informasi). Bahkan di antara siswa yang
bersikap extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan
yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan
pemikiran mendalam)
3. Pendekatan Biggs
Menurut hasil penelitian Biggs (1991), pendekatan belajar
siswa dapat dikelompokan ke dalam prototipe (bentuk dasar), yaitu:
1) Pendekatan surface (bersifat lahiriah)
Misalnya, siswa mau belajar karena dorongan dari luar
(ekstintik) antara lain takut tidak lulus, ingin dapat hadiah.
Oleh karena itu cara belajarnya santai, asal hafal dan tidak
mementingkan pemahaman yang mendalam.
2) Pendekatan deep (mendalam)
Siswa yang menggunakan pendekatan deep biasanya
mempelajari materi karena dia memang tertarik dan merasa
membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya
serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta
memikirkan cara mengaplikasikannya.
3) Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
Siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada
umumnya dilandasi oleh motif ekstrintik yang berciri khusus
yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar
dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara
meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa
38

ini lebih serius daripada siswa-siswa yang memakai


56
pendekatan-pendekatan lainnya.

6. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar


Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian
sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas, banyak jenis
aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak
cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya yang terdapat
di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat kegiatan-
kegiatan atau aktivitas jasmani dan rohani yang dilakukan siswa di
sekolah, meliputi:
1) Visual activities seperti membaca, memperhatikan, gambar,
demonstrasi, percobaan, dan sebagainya.
2) Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan
sebagainya.
3) Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan
diskusi, musik, pidato, ceramah, dan sebagainya.
4) Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin, dan sebagainya.
5) Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta,
patron, dan sebagainya.
6) Moro activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak, dan lain
sebagainya.
7) Mental activities, seperti menangkap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan
sebagainya.
8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

56
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 125-127
39

Tentu saja kegiatan-kegiatan tersebut saling berhubungan satu sama


lainnya. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan
disertai oleh perasaan tertentu. 57
Dari berbagai uraian di atas maka dapat dipastikan bahwa peranan
aktivitas siswa seperti mengamati, menanggap, melakukan fantasi,
mengingat, dan berfikir, adalah kegiatan yang sangat penting dalam proses
belajar, karena proses belajar merupakan kegiatan yang aktif dari subyek
untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman, dan belajar adalah suatu
proses dan bukan suatu hasil.
Perlu ditambahkan yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas
yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas
tersebut itu harus selalu terkait. Sebagai contoh seseorang sedang belajar
dengan membaca, secara fisik kelihatan orang tersebut sedang membaca
suatu buku, tapi mungkin pikiran atau sikap mentalnya tidak setuju pada
buku yang dibaca. Ini menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas
fisik dengan aktivitas mental. Kalau sudah demikian, maka belajar tidak
akan optimal. Begitu juga sebaliknya kalau yang aktif hanya mentalnya
saja, juga kurang bermanfaat.
Jadi, jelas bahwa aktivitas itu sangat diperlukan dalam belajar, tidak
ada kegiatan tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu hasil belajar
seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, dan
tujuan, adalah motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan
yang sedang dipelajari berupa aktivitas dalam belajar.

7. Manfaat dan Dampak Alat Komunikasi Handphone (HP)


Perkembangan teknologi yang begitu pesat pada saat ini tidak bisa
dipungkiri lagi, berbagai penemuan baru muncul tiap harinya. Kita bisa
menemukan model maupun feature handphone yang baru yang selalu

57
Zakiah Dradjat, Dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet. 1, h. 138
40

dipromosikan, mulai dari kelas bawah sampai atas, dan saat ini yang lagi
tren yaitu handphone blackberry.
Pada prinsipnya teknologi ini berkembang untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia agar dalam kehidupannya dapat lebih
mudah berkomunikasi ataupun melakukan sesuatu, tapi apakah tujuan ini
benar-benar tercapai dalam kehidupan kita?. Oleh dari itu di sini penulis
akan mengemukakan manfaat dan dampak dari penggunaan alat
komunikasi handphone.
1. Manfaat Handphone
1. Untuk mempermudah berkomunikasi
Handphone adalah alat komunikasi, baik jarak dekat maupun
jarak jauh dan merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang
dapat menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan
sebagai alat komunikasi karena bisa dibawa kemana saja. Sebab itulah
handphone sangat berguna untuk alat komunikasi jarak jauh yang
semakin efektif dan efisien. selain perangkatnya yang bisa dibawa ke
mana-mana dan dapat dipakai di mana saja.58
2. Untuk meningkatkan jalinan sosial
Di samping sebagai alat komunikasi handphone tersebut dapat
berfungsi untuk meningkatkan jalinan sosial karena dengan
handphone seseorang bisa tetap berkomunikasi dengan saudara yang
berada jauh, agar selalu menjaga tali silaturahmi dan kerap kali
handphone ini juga digunakan untuk menambaha teman dengan orang
lain.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi
Karena alat komunikasi handphone merupakan salah satu buah
hasil dari kemajuan teknologi saat ini, maka handphone tersebut dapat
dijadikan salah satu sarana untuk menambah pengetahuan siswa
tentang kemajuan teknologi sehingga siswa tidak dikatakan menutup

58
Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, www.edukasi.kompasiana.com,
Jakarta, 23 Desember 2011
41

mata akan kemajuan di era globalisasi saat ini, jika kita amati saat ini
feature handphone sangatlah lengkap sampai jaringan internet pun
sudah dapat diakses dari handphone. Hal tersebut dapat digunakan
siswa untuk mengetahui apa yang ada di sekeliling mereka dengan
catatan handphone itu digunakan dengan bijaksana.59
4. Sebagai alat penghilang stress
Salah satu manfaat tambahan dari handphone yaitu sebagai alat
penghilang stess. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa
hendphone saat ini sudah memliki feature yang sangat lengkap seperti
Mp3, video, kamera, permainan, televisi, radio, dan layanan internet.
Sehingga feature tersebut dapat dijadikan seseorang untuk
menghilangkan stress.
Mungkin masih banyak lagi manfaat yang dapat diambil dari
kemajuan alat komunikasi handphone saat ini, tapi sekali lagi penulis
mengatakan bahwa manfaat handphone di atas dapat diperoleh apabila
handphone tersebut dapat digunakan dengan bijaksana sesuai dengan
kebutuhan dan fungsinya.

2. Dampak Handphone
Memang jelas manfaat handphone terbesar yaitu sebagai alat
komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga,
yaitu sesuai dengan fungsi awalnya, dan selain fungsi di atas
handphone tersebut bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
tentang kemajuan teknologi dan untuk memperluas jaringan.
Di samping handphone mempunyai manfaat bagi penggunanya,
handphone tersebut juga mempunyai dampak negatif, di antara
dampak negatifnya secara umum yaitu:
1. Membuat siswa malas belajar
Anak-anak yang sudah kecanduan handphone, maka setiap
saatnya hanya bermain handphone dan handphone. Merka tidak lagi

59
Uswatun, Dampak positif dan negatif HP bagi Pelajar, Jakarta, 23 Desember 2011
42

berpikir pada hal yang lain. Bagi mereka handphone merupakan


teman setia yang setiap ke mana-mana selalu dibawa, rasanya tidak
lengkap tanpa handphone di genggamannya.
Pada saat belajar di rumah siswa mendampingi buku dengan
handphone. Pada awalnya mendengarkan musik atau Mp3 untuk
menciptakan suasana belajar yang nyaman akan tetapi ketika bunyi
telepon atau sms (short messege service) maka buku itu ditinggalkan
siswa berpaling ke handphone. Mereka malas belajar dan lebih senang
teleponan (talking-talking) dan smsan.
keberadaan handphone memanng sangat penting bagi kehidupan
di jaman era globalisasi seperti sekarang ini. Tapi jika ternyata
handphone disalahgunakan maka akan berdampak negatif. Seperti
handphone yang semesti belum diberikan kepada siswa tetap sudah
diberikan kalau, memang jika siswa bisa memanfaatkan sesuai
fungsinya maka itu sangat baik tapi tidak sedikit siswa yang
menyalahgunakan handphone dari fungsinya dan pada akhirnya
handphone tersebut dapat mengganggu proses belajar dan
menurunkan prestasi belajar siswa.
2. Menggangu konsentasi belajar siswa
Konsentrasi adalah tingkat perhatian kita terhadap sesuatu, dalam
konteks belajar berarti tingkat perhatian siswa terpusat terhadap segala
penjelasan atau bimbingan yang diberikan guru. Seharusnya ketika
seorang guru sedang memberikan materi pelajaran seluruh perhatian
siswa harus terfokus kepada penjelasan guru tersebut. Akan tetapi
sering sekali handphone yang mereka punya menjadi salah satu
penyebab konsentrasi siswa menurun, bagaimana tidak ketika seorang
guru sedang menjelaskan pelajaran siswa lebih asyik memainkan
handphone seperti smsan dengan temannya, main games, bahkan
update status di jejaring sosial facebook dan lain sebagainya. Akibat
dari itu semua saat evaluasi atau ulangan siswa tidak bisa menajawab
43

soal akhirnya mendapat nilai yang buruk, dan hal itulah yang
menyebabkan proses belajar gagal.60
3. Melupakan tugas dan kewajiban
Handphone sebenarnya sangatlah bermanfaat jika dipergunakan
sebagaiman mestinya. Tetapi yang terjadi khususnya para pelajar
menyalahgunakan handphone tersebut untuk keperluan lain. Anak-
anak terlalu asyik bermain handphone dengan feature handphone yang
semakin canggih selain untuk menelepon dan sms, handphone
tersebut sudah ada feature permainan (games), Mp3, video, kamera,
radio, televisi bahkan jaringan internet. Tidak sedikit siswa melupakan
tugas dan kewajiabannya akibat bermain handphone.
Mereka tidak lagi memperhatikan tugas dan kewajibannya sebab
disibukkan oleh handphone yang mereka punya. Akibatnya siswa
tidak menguasai materi belajarnya dan tidak sedikit siswa yang lupa
mengerjakan tugas dari guru karena sibuk memainkan handphone.
dengan bermain handphone saat pelajaran berlangsung atau tidak
mengerjakan PR, itu berarti siswa telah mengabaikan dan melupakan
tugas dan kewajibannya. Hal itu tentunya tidak boleh terjadi oleh
karena itu di sini memerlukan peranan dan perhatian dari guru dan
orang tua.
4. Mengganggu perkembangan anak
Dengan perkembangan alat komunikasi handphone maka tercipta
feature canggih yang tersedia di handphone seperti yang telah
disebutkan sebelumnya akan mengganggu siswa dalam menerima
pelajaran di sekolah, tidak jarang mereka disibukkan dengan
menerima panggilan, sms, misscall dari teman mereka bahkan dari
keluarga mereka sendiri, lebih parah lagi ada yang menggunakan
handphone untuk mencontek (curang) dalam ulangan, bermain game
saat guru menjelaskan pelajaran di samping itu karena saat ini

60
Bunga Kehidupan, Pengaruh Handphone terhadap Pelajar, www.bbawor.blogspot.com,
Jakarta, 23 Desember 2010
44

handphone sudah dilengkapi dengan layanan internet tidak jarang


ditemui siswa yang asyik bermain faceboo/twitter saat pelajar
berlangsung dan sebagainya. Kalau hal tersebut dibiarkan maka
generasi yang kita harapkan akan menjadi rusak dan perkembangan
teknologi yang kita banggakan kehadirannya dapat berdampak buruk
untuk perkembangan dan masa depan anak.61
5. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku
Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. Alat komunikasi
handphone bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar yang
mengandung unsur porno dan sebagainya yang sama sekali tidak
layak dilihat seorang pelajar dan pada akhirnya sangat berpotensi
mempengaruhi sikap dan prilaku.62
6. Pemborosan
Dengan mempunyai alat komunikasi handphone, maka
pengeluaran kita akan bertambah, apalagi kalau handphone hanya
digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat maka hanya akan
menjadi pemborosan. Dengan anggaran orang tua yang serba minim
para siswa memaksa orang tuanya untuk dapat dibelikan handphone.
Belum lagi para pelajar setelah itu harus meminta uang kepada orang
tua untuk membeli pulsa setiap bulan bahkan setiap hari. Jika siswa
tidak mempunyai buku maka mereka beralasan dengan tidak punya
uang, tetapi dibalik itu kalau untuk urusan membeli pulsa tidak ada
kata : tidak punya uang63

61
Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, Jakarta, 23 Desember 2011
62
Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, Jakarta, 23 Desember 2011
63
Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, Jakarta, 23 Desember 2011
45

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Dalam penelitian yang penulis akan teliti ini, ada penelitia yang relevan
sebagai bahan acuana penulis antara lain yaitu penelitian yang berjudul
Pengaruh Menonton Televisi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa (Studi
Kasus di SMPN 235 Jakarta) penelitian tersebut dilakukan oleh Sarip
Zaenudin, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun
2007. Dalam penelitian tersebut terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara mononton televisi terhadap aktivitas belajar siswa, sehingga aktivitas
belajar mereka tidak tertib dan membuat pekerjaan mereka menjadi
terlalaikan. Ini berarti tayangan televisi cukup berpengaruh terhadap aktivitas
belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan karena adanya ketergantungan siswa
terhadap menonton televisi.
Kemudian penelitian tentang pengaruh alat komunikasi handphone
dalam bidang pendidikan, dengan judul Pengaruh Budaya Penggunaan
Alat Komunikasi Handphone Terhadap Akhlak Siswa Di SMK Al-Hidayah
Cinere Penelitian tersebut dilakukan oleh Pailin, Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2010. Penelitian tersebut
terdapat pengaruh yang positif antara variabel X yaitu budaya penggunaan
handphone dengan variabel Y yaitu akhlak siswa dengan kategori cukup atau
sedang, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa alat komunikasi
handphone berpengaruh terhadap akhlak siswa.
Dari penelitian terdahulu tersebut, Penulis melakukan penelitian yang
berjudul Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP)
Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.
Penulis memfokuskan penelitian ini pada pengaruh alat komunikasi
handphone pada aktivitas belajar siswa atau bisa juga diartikan pada proses
belajar siswa, baik itu proses belajar di sekolah maupun di rumah.
46

D. Kerangka Berfikir
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian
cepat sehingga tanpa kita sadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan
manusia, dan dewasa ini produk teknologi sudah menjadi kebutuhan sehari-
hari dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Penggunaan televisi, telepon
fax, celluler phone, dan internet sudah bukan menjadi hal yang aneh ataupun
baru lagi, khususnya di kota-kota besar.
Alat komunikasi handphone merupakan salah satu barang atau benda
yang dipakai sebagai sarana komunikasi baik itu berupa, lisan maupun
tulisan, untuk penyampaian informasi atau pesan dari suatu pihak kepihak
lainnya secara efektif dan efesien karena perangkatnya yang bisa dibawa
kemana-mana dan dapat dipakai di mana saja.
Dalam alat komunikasi handphone tersebut memang terdapat manfaat
bagi kehidupan manusia antara lain: untuk berkomunikasi jarak jauh dengan
keluarga, saudara atau teman. Akan tetapi dibalik manfaat tersebut mungkin
terdapat dampak negatif dalam kehidupan manusia khususnya bagi para
pelajar, hal tersebut dikarenakan handphone bukan saja barang yang dimiliki
oleh orang dewasa tetapi handphone tersebut sudah menjelajah para pelajar.
Dengan kondisi seperti itu maka banyak merugikan bagi para pelajar
contohnya dalam aktivitas belajar siswa. Bisa saja para pelajar asyik
memainkan handphone yang mereka miliki pada saat guru sedang
menjelaskan materi pelajaran dan bisa juga siswa melupakan tugas sekolah
karena asyik memainkan handphone, baik itu berupa menelepon, sms,
memutar Mp3, mendengarkan radio, menontong televisi, bahkan internetan
seperti yahoo, facebook, twitter, dan sebagainya.
Dalam kegiatan belajar sangatlah berkaitan dengan yang namanya
aktivitas, tidak ada suatu pekerjaan tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu
aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar baik itu di sekolah maupun di
rumah. Dari aktivitas yang dilakukan seorang itulah yang merupakan salah
satu diantara yang mempengaruhi hasil dan prestasi belajar siswa.
47

Karena penggunaan handphone di kalangan siswa dapat mempengaruhi


terhadap aktivitas belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Maka sangat diperlukan perhatian dan pengawasan dari orang tua di
rumah maupun guru di sekolah, untuk mengawasi para siswa dalam
menggunakan alat komunikasi handphone tersebut, agar tidak terjadi dampak
negatif yang tidak diinginkan.

E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis diajukan untuk membuktikan benar atau tidaknya dugaan
penulis mengenai adanya pengaruh negatif handphone terhadap aktivitas
belajar siswa.
Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Metodologi Penelitian
menjelaskan bahwa: Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis dianggap paling tinggi tingkat
kebenarannya.64
Jadi, hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara, karena
dugaan itu bisa benar, bisa juga salah, oleh karena itu perlu diteliti.
Jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis nol, disingkat (Ho)
Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara
penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar
siswa.
2. Hipotesis kerja atau disebut dengan Hipotesis alternatif (Ha)
Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan
alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa.
Maka penulis mengajukan hipotesis penelitian bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi
handphone terhadap aktivitas belajar siswa. Dengan kata lain menerima
hipotesis alternatif (Ha) dan menolak hipotesis nol (Ho).

64
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995),
Cet. IX, h. 69
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif yakni
penyelidikan tentang masalah kemasyarakatan atau kemanusiaan yang
didasarkan pada pengujian suatu teori yang tersusun atas variabel-variabel,
diukur dengan bilangan-bilangan dan dianalisis dengan prosedur statistik.
Bertujuan menentukan apakah generalisasi-generalisasi prediktif dari teori
tertentu yang diselidiki terbukti kebenarannya (Creswell, 1994). Adapun
dalam penulisan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode statistik deskriptif analisis yaitu metode yang
ditujukan untuk mendesrifsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, baik berupa alami maupun rekayasa manusia dengan sifat kajiannya
menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi.1 Dan yang ditunjang oleh data-
data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) yaitu
mengumpulkan data dari objek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Adapun penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 66 Jakarta, yang
berlokasi di Jl. Masjid An-Nur, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, yang
dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2011

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarta, 2006), Cet. II, h.72

48
49

C. Variabel Penelitian
Menurut Anas Sudijono, dalam bukunya Pengantar Statistik
Pendidikan, mengartikan kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable
dengan arti ubahan, faktor tak tetap, atau gejala yang dapat diubah-
ubah.2
Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian suatu
Pendekatan Praktik, menegaskan bahwa: Variabel adalah objek penelitian,
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.3
Dalam penelitaian ini terdapat dua variabel antara lain yaitu:
1. Variabel penggunaan alat komunikasi handphone yang merupakan
variabel X sebagai variabel bebas.
2. Variabel aktivitas belajar siswa merupakan variabel Y sebagai
variabel terikat.

D. Populasi dan Sampel


Yang dimaksud dengan populasi adalah Keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
peristiwa sebagai sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam
sebuah penelitian.4 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh siswa yang ada di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan yang berjumlah 516
siswa yang terdiri dari 14 kelas, antara lain yaitu kelas VII ada 5 kelas
berjumlah 176 siswa, kelas VIII ada 5 kelas berjumlah 189 siswa, dan kelas
IX ada 4 kelas berjumlah 151 siswa.
Untuk menyederhanakan proses pengumpulan data dan pengolahan data,
maka penulis mengambil teknik sampling. Sampling (pengambilan sampel)
menurut Nana Syaodih Sukmadinata merupakan suatu proses pemilihan dan
penentuan jenis sampel dalam perhitungan besarnya sampel yang akan

2
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), h.
36
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1992), Cet. Ke X, h. 161
4
Herman Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama,
1992), h. 49
50

menjadi subyek atau obyek penelitian.5 Jadi disini sampel adalah sebagian
atau wakil dari populasi yang diteliti. Penulis mengambil sampel sebanyak 55
siswa dari seluruh jumlah populasi. Pengambilan sampel penelitian ini
berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu: Apabila subyeknya kurang
dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar, dapat
diambil 10-15%, atau 20-25%, atau lebih.6 Penulis memilih kelas VIII untuk
dijadikan sampel penelitian yang nantinya akan diberikan kuesioner atau
angket.
Dalam pemilihan sampel penulis menggunakan metode random
sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak adalah pemilihan ukuran
sampel dari suatu populasi di mana setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk menjadi sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, secara umum dapat diartikan cara menghimpun bahan-bahan
keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dengan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang di
jadikan sasaran pengamatan.7 Dalam hal ini penulis mengamati kondisi
umum sekolah SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.
b. Interview (wawancara) yaitu suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan bertanya sepihak dan
dari jawaban yang diberikan responden kepada pewawancara untuk
dijadikan informasi melalui pedoman wawancara.8 Wawancara dilakukan
kepada siswa, guru dan kepala sekolah di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.

5
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, h. 252
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 107
7
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h.
76
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 198
51

c. Angket atau kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan


untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadi dan hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dapat juga diartikan suatu
daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau
bidang yang akan diteliti.9 Penyebaran angket diberikan pada sampel yang
telah ditentukan yaitu siswa kelas VIII yang telah dipilih secara acak
(random sampling).

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


a. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Editing / memeriksa
Hal ini dilakukan setelah semua data yang telah terkumpul melalui
cara angket/kuesioner atau instrumen lainnya. Langkah pertama yang perlu
dilakukan adalah memeriksa kembali semua kuesioner tersebut satu
persatu. Hal tersebut dilakukan dengan maksud mengoreksi, apakah setiap
kuesioner telah terisi sesuai petunjuk sebelumnya.
2. Scoring
Pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam
angket/kuesioner, dengan memperhatikan jenis data yang ada sehingga
tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberi
skor.
3. Tabulasing
Perhitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Tabulasing ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran dalam setiap item yang penulis
kemukakan.10

9
Cholid Narbuka dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet.
VI, h. 76
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 278
52

b. Teknik analisis data


Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah
tahap analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel dan
menggunakan teknik deskriptif persentase sebagai berikut:11

Tabel 1
Skor item alternatif jawaban responden

Positif Negatif
Jawab Skor Jawab Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3
Tidak Pernah 1 Tidak Pernah 4

Kemudian melihat rata-rata skor jawaban siswa dengan klasifikasi


sebagai berikut:

Tabel 2
Klasifikasi skor angket

Klasifikasi Keterangan Jumlah Skor Jawaban


25 50 Rendah
51 75 Sedang
76 100 Tinggi

Dalam penelitian ini rumusan yang digunakan adalah korelasi product


moment, secara operasional analisis data tersebut dilakukan melalui tahapan:

11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 285
53

1. Mencari angka korelasi dengan rumus sebagai berikut:


rxy = N XY (X)(Y)

( ()) ( ())
Keterangan:
rxy : Angka indeks r product moment (antara variabel X dan Y)
N : Number of cases
XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
X : Jumlah seluruh skor X
Y : Jumlah seluruh skor Y

2. Memberikan interpretasi terhadap rxy, yaitu:


a. Interpretasi sederhana dengan cara mencocokan hasil perhitungan
dengan angka indeks korelasi r product moment seperti di bawah
ini:
Tabel 3
Interpretasi angka indeks korelasi r product moment

Besarnya r Product Interpretasi


Moment (rxy)
0,00 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi sangat
lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi antara variabel X dan variabel Y)
0,20 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah
0,40 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup
0,70 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi
54

0,90 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat


korelasi yang sangat kuat atau sangat
tinggi

b. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi r product moment


dengan jalan berkonsultasi pada tabel r product moment.
Apabila cara ini ditempuh, maka prosedur yang harus dilalui
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho).
2) Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan dengan
jalan membandingkan besarnya r product moment dengan r
yang telah tercantum dalam tabel nilai, terlebih dahulu mencari
derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (df) yang
rumusnya sebagai berikut:
Df = N nr
Keterangan:
Df : Degrees of freedom
N : Number of cases
nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maka


langkah selanjutnya yaitu adalah mencari seberapa besar kontribusi variabel
X terhadap variabel Y, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r x 100%
Keterangan:
KD = Koefiensi Determinasi ( kontribusi variabel X terhadap
variabel Y )
r = Koefiensi korelasi antara variabel X dengan variabel Y.12

12
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, h. 180.
55

G. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data
melalui pedoman tertulis tentang pengamatan wawancara, dan daftar
pertanyaan (angket) yang disiapkan untuk mendapatkan informasi dari
responden.13
Adapun kisi-kisi instrumen dalam penyusunan angket (daftar pertanyaan)
tersebut, adalah sebagai berikut:

Tabel 4
Kisi-kisi instrument angket

No Variabel Aspek Indikator Butir Soal Jumlah

1 Alat Kepemilikan - Apakah kamu


mempunyai
Komunikasi atau 1, 2, 3, 4, 5 5
handphone
Handphone kepentingan
- Apakah kamu
(HP) Terhadap
memaksa orangtua
Handphone untuk membelikan
handphone

- Apakah kamu
membawa
handphone saat
pergi ke sekolah

- Apakah kamu
menelpon dalam
sehari lebih dari satu
jam

- Apakah kamu
menghabiskan pulsa
lebih dari Rp
25.000,- dalam satu
bulan

13
Ronny Kountur, Metode Untuk Penulisan Skripsi & Tesis, (Jakarta: CV.Taruna Grafika
2003), Cet ke-1, h. 113
56

Pemanfaatan - Apakah kamu


menggunakan
Handphone 6, 7, 8, 9, 10 5
handphone untuk
secara Positif hal-hal yang positif

- Apakah kamu
memberi kabar pada
orangtua melalui
handphone

- Apakah kamu
menambah
teman/berkenalan
menggunakan
handphone

- Apakah kamu
berbicara dengan
bahasa sopan
dihandphone

- Apakah kamu
meminta maaf
dengan
menggunakan
handphone apabila
punya salah

Pemanfaatan - Apakah kamu


melihat gambar atau
Handphone 11,12, 13, 5
video porno dari
secara handphone 14, 15
Negatif
- Apakah kamu
membohongi teman
melalui handphone

- Apakah kamu
merasa sombong
dengan mempunyai
handphone

- Apakah kamu minta


uang pada orang tua
untuk dibelikan
pulsa
57

- Apakah kamu
mengancam
seseorang dengan
menggunakan
handphone

2 Aktivitas Proses - Apakah kamu


menonaktifkan
Belajar Belajar Siswa 1, 2, 3, 4, 5, 8
handphone saat
Siswa Di Sekolah masuk kelas 6, 7, 8

- Apakah kamu
memainkan
handphone saat
pelajaran di dalam
kelas berlangsung

- Apakah kamu
meminta jawaban
ujian ulangan
dengan menggunkan
SMS

- Apakah kamu
membuka
facebook/twitter
melalui handphone
saat pelajaran
berlangsung

- Apakah guru
memainkan
handphone saat
mengajar di dalam
kelas

- Apakah guru
mengajar dengan
metode (cara
belajar) yang
bervariasi/bermacam
-macam

- Apakah pihak
sekolah mengadak
razia handphone
58

- Apakah guru atau


pihak sekolah
memberi nasehat
tentang dampak
negatif handphone

Proses - Apakah kamu malas


belajar akibat
Belajar Siswa 9, 10,11, 12, 7
keasyikan bermain
Di Rumah handphone 13, 14, 15

- Apakah kamu lupa


mengerjakan PR
akibat memainkan
handphone

- Apakah kamu
menelpon di atas
pukul 21.00 WIB

- Apakah kamu
belajar kelompok di
rumah

- Apakah handphone
kamu aktif 24 jam

- Apakah saat belajar


di rumah orangtua
kamu mendampingi

- Apakah orangtua
kamu menasehati
agar tidak
menggunakan
handphone secara
berlebihan
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah


1. Sejarah Berdirinya
SMP Negeri 66 Jakarta ini berdiri pada tanggal 30 Mei 1965,
berlokasi di Rawa Kemiri (sekarang SDN 01, dekat pom bensin), Jalan
raya Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
SMP Negeri 66 Jakarta ini merupakan pindahan dari sekolah swasta
(BAPERKI) yang saat ini sangat dominan siswa-siswinya bermata sipit,
WNI keterunan sampai kurun waktu yang sangat panjang. Bahkan pada
tahun 1979 keadaan sekolah masih didominasi oleh mereka. Seolah-olah
seperti mengajar di tepi sungai Hoang Ho. Karena kalau mengabsen siswa-
siswinya masih dengan panggilan The Tjui, Tjong Tjing, Ng Gwee Yu,
Tek Po dan sebagainya. Setelah sistem Rayon diberlakukan sedikit demi
sedikit hilanglah himpunan nama-nama tersebut di atas dan muncullah
himpunan nama-nama yang baru seperti Dedi Rahman, Ahmad Sauqi,
Ahmad Fauzi, Muhammad Mahfud, Linda dan sebagainya.1
Berubahnya nama-nama tersebut, berubah pula guru dalam memberi
ilmu kepada siswanya baik itu metode maupun cara penerapannya.
Sejak berdirinya sampai sekarang SMP Negeri 66 Jakarta sudah
mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan, yaitu:

1
Moh. Khotim, Wawancara, Jakarta, 04 Oktober 2011

59
60

1. S. Soemarsono (1965 1968)


2. Drs. H. M. Hasan Sadjali (1968 1980)
3. Kusnadi (1968 1981)
4. Drs. A. Ismail (1981 1984)
5. S. Soemarsono (1984 1986)
6. Marliyah Sumartono (1987 1993)
7. Drs. Kuncoro. AS (1993 1995)
8. Drs. Iskandar (1995 1998)
9. Drs. Boestomy Yaqub (1998 2004)
10. H. Suroto Santoso, MM (2004 2006)
11. Dra. Irawati (2006 2010)
12. Drs. Moh. Khotim, M.Pd (2010 Sekarang)

Pada tahu 2006 merupakan tahun bersejarah karena pucuk pimpinan


sekolah SMP Negeri 66 mengalami perubahan. Bapak H. Suroto Santoso,
MM di mutasi ke SMP Negeri 153 dan digantikan oleh kepala sekolah
yang baru yaitu Ibu Dra. Irawati yang jabatan sebelumnya yaitu wakil
kepala sekolah SMP Negeri 48 Jakarta Selatan. Setelah kepala sekolah
yang baru menjabat, maka sekolah SMP Negeri 66 mengalami
perombakan yang dulunya hanya satu lantai sekarang menjadi empat lantai
yang berada di jalan masjid an-Nur II grogol selatan kebayoran lama
dengan luas tanah 1.940 M dan diselesaikan pembangunannya pada bulan
Desember 2007 diresmikan pada tanggal 14 Juni 2007. Kemudian pada
tanggal 8 Oktober 2010 Drs. Moh. Khotim, M.Pd dilantik di Dinas
Provinsi DKI Jakarta dan promosi di SMP Negeri 85 Jakarta sebagai
kepala sekolah. Dan setelah itu diresmikan menjadi kepala sekolah pada
tanggal 1 November 2010 sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 66
Jakarta selatan sampai saat ini.2

2
Moh. Khotim, Wawancara, Jakarta, 04 Oktober 2011
61

2. Profil Sekolah
1. Nama Sekolah : SMP Negeri 66 Jakarta
2. Nomor Statistik Sekolah : 201.016.305.086
Nomor Induk Sekolah : 200 040
Nomor Pokok Sekolah Nasional : 2010 2491
3. Tipe Sekolah :C
4. Alamat Sekolah : Jl. Masjid AnNur III Rt.13/01 No.1
Kelurahan : Grogol selatan
Kecamatan : Kebayoran Lama
Kota Administrasi : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Kode Pos : 12220
5. Telepon : 021 7262921
Faximile : 021 7262921
Email : smpn66jkt@yahoo.co.id
6. Status Sekolah : Negeri
Tanggal Berdiri / Beroperasi : 30 Mei 1965
7. Nilai Akreditasi Sekolah : A
Tahun Akreditasi : 2009
8. Pendidik dan Tenaga Kependidikan :
a. Pimpinan Sekolah.

Tabel 5
Pimpinan Sekolah

Jabatan Nama Jenis Usia Pendidikan Masa


Kelamin Akhir Kerja
Kepala Sekolah Drs. Moh. Khotim, M.Pd L 47 S2

Wakil Kepala Arman Achmad, S.Pd L 53 S1 26


62

b. Guru.
1. Kualifikasi pendidikan, status, jenis kelamin dan jumlah

Tabel 6
Pendidikan, status, jenis kelamin guru

No Tingkat Pendidikan Jumlah dan Status Guru Jumlah


GT / PNS GTT / Guru Bantu
Lk Pr Lk Pr
1 S3/S-2 2 1 3
2 S1 10 7 3 20
3 D4
4 D 3 / Sarjana Muda 2 1 3
5 D2
6 D1 2 2
7 SMA Sederajat
Jumlah 12 11 1 4 28

2. Nama-nama guru, karyawan sekolah beserta jabatannya

Tabel 7
Nama-nama guru, karyawan sekolah beserta jabatannya

NO Nama Jabatan

1 Drs. Moh. Khotim, M.Pd Kepala Sekolah


2 Drs. H. Hanom Iskandar, MM Guru
3 Drs. Yurianto, MM Staf Pengemb. Mutu
4 Trie Ariani, S.Pd Guru
5 Agus Subali, S.Pd Guru
6 Hj. Sri Harpini Guru
7 Drs. Ismurni Abdul Muis Guru
8 Zulyetni syawir, A.Md.Pd Guru
9 Drs. Zaenal Abidin Guru
63

10 Arman Achmad, S.Pd Wakil Kepala Sekolah


11 Suparno, S.Pd Guru
12 Drs. H. Nahrowi Abadi Guru
13 Erny Suryanti Guru
14 Diah Nur Pancawati, S.Pd Guru
15 Drs. Iman Firmansyah Staf Sarana Prasarana
16 Asep Saripudin, S.Pd Staf Kesiswaan
17 Drs. Jati Kusworo Guru
18 Siti Rohmah, S.Ag Guru
19 Dra. Farianis Guru
20 Suwarti, S.Pd guru
21 Yulia, S.Pd Guru
22 Kumodjoyo, S.Pd Guru
23 Lestari Kurniawati, S.Pd, M.Pd Guru
24 Slamet Riyadi Guru
25 Dra Junimar Guru
26 Nina Sukesti, S.Pd Guru
27 Fathurrahmah, S.Pd Guru
28 Ainul Wardah, S.Pd, M.Pd Guru
29 Hj. Edah Hanidah, Se Kepala Urusan Tata Usaha
30 Suhardja Staf Tata Usaha
31 Supriyati Staf Tata Usaha
32 Suwarni Staf Tata Usaha
33 Nur Azizah Staf Tata Usaha
34 Moch. Ilham Sr, A.Md Staf Tata Usaha
35 Margo Budi Santoso Staf Tata Usaha
36 Mugiyono Pustakawan
37 Effendi Petugas Keamanan
38 Udin Wahyudin Petugas Kebersihan
39 Wiyono Petugas Kebersihan
40 Efriyandi Petugas Keamanan
41 Lukman Hakim Petugas Kebersihan

9. Jumlah siswa/i SMP Negeri 66 tahun ajaran 2011 - 2012

Tabel 8
Jumlah siswa tahun ajaran 2011 - 2012

Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah


Pelajaran L P L P L P Siswa Rombel
74 102 100 89 72 79
64

2011 2012 176 189 151 516 14

Jumlah kelas 5 5 4

3. Ekstra Kulikuler SMP Negeri 66 Jakarta Selatan


Dalam upaya mengembangkan dan menuangkan bakat dan
keterampilan para siswa, maka sekolah menyediakan kegiatan ekstra
kulikuler, diantaranya:
1. Pramuka 5. English Club
2. PMR 6. KIR
3. Rohis 7. Marawis
4. Pancak Silat 8. Paduan Suara

4. Visi dan Misi SMP Negeri 66 Jakarta.


1. Visi :
Menciptakan sumber daya manusia yang menguasai IPTEK
berlandaskan IMTAQ
2. Misi :
1. Meningkatkan Dedikasi dan Kompetensi Guru dan Karyawan
2. Menciptakan Suasana Belajar Yang Kompetitif
3. Meningkatkan Produktivitas Kegiatan Belajar Mengajar
4. Mewujudkan Suasana Kekeluargaan Antara Sesama Komunitas
Sekolah
5. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas perlu disusun suatu
program yang sistematis sehingga kegiatan-kegiatan yang ada di
sekolah mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Atas
dasar itulah SMP Negeri 66 Jakarta memandang perlu adanya
Program Sekolah sebagai dasar pelaksanaan kegiatan di SMP
Negeri 66 Jakarta.3

3
Moh. Khotim, Wawancara, Jakarta, 04 Oktober 2011
65

5. Peraturan Penggunaan Handphone di SMP Negeri 66 Jakarta


Berdasarkan beberapa kasus yang sudah terjadi pihak sekolah
membuat tata tertib tentang penggunaan handphone disekolah. Diantara
isi tata tertibnya yaitu.
1) Siswa boleh membawa handphone ke sekolah tetapi tidak boleh
digunakan saat belajar berlangsung
2) Apabila siswa ketahuan menggunakan handphone saat belajar,
handphonenya akan disita dan boleh diambil atau dikembalikan jika
orang tua yang mengambilnya.
3) Sekolah tidak bertanggung jawab jika terjadi kehilangan handphone.
4) Tidak diperkenankan membawa handphone yang mahal.
Untuk melarang secara ekstrim seperti siswa tidak boleh membawa
handphone ke sekolah, hal tersebut sangat sulit karena orang tua berhak
mengetahui keberadaan anaknya, biasanya untuk mengontrol saat pulang
sekolah atau hal lainya akan tetapi kalau ada hal lain pihak sekolah sudah
menginformasikan agar orang tua menghubingi guru atau pihak sekolah
agar tidak menggangu kosentrasi siswa saat belajar.4

B. Deskripsi Data
Telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya salah satu teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket yang telah disebarkan kepada para siswa.
Angket yang telah disebarkan pada siswa yaitu sebanyak 55 angket
yang telah dipilih secara acak. Kemudian data yang telah diperoleh dari
angket tersebut diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi
dengan prosentase dengan menggunakan rumus:

= %

4
Siti Rohmah, Wawancara, Jakarta, 03 Oktober 2011
66

Keterangan:
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Number of cases

Hasil angket kemudian dimasukan ke dalam tabulasi yang merupakan


persentase dari data-data instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel
angka-angka dalam persentase yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

a. Kepemilikan dan Kepentingan Handphone

Tabel 9
Siswa yang mempunyai handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Ya 55 100%
2 Tidak - -

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (100%) siswa menyatakan


mempunyai handphone. Berdasarkan hasil jawaban responden tersebut maka
dapat diambil kesimpulan bahwa semua siswa mempunyai handphone.

Tabel 10
Siswa memaksa orang tua untuk dibelikan Handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


67

1 Selalu 1 2%
2 Sering 1 2%
3 Kadang-kadang 29 53%
4 Tidak Pernah 24 43%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan selalu


memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone, (2%) siswa
menyatakan sering memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone,
kemudian (53%) siswa menyatakan kadang-kadang memaksa orang tua untuk
minta dibelikan handphone dan (43%) siswa menyatakan tidak pernah
memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa terkadang memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone.

Tabel 11
Siswa membawa handphone ke sekolah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 17 31%
2 Sering 9 16%
3 Kadang-kadang 23 42%
4 Tidak Pernah 6 11%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (31%) siswa menyatakan selalu


membawa handphone ke sekolah, (16%) siswa menyatakan sering membawa
handphone ke sekolah, kemudian (42%) siswa menyatakan kadang-kadang
68

membawa handphone ke sekolah dan (11%) siswa menyatakan tidak pernah


membawa handphone ke sekolah.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa terkadang membawa handphone ke sekolah dan tidak sedikit
siswa yang membawa handphone saat pergi ke sekolah.

Tabel 12
Siswa menelepon lebih dari satu jam sehari

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering 3 5%
3 Kadang-kadang 29 53%
4 Tidak Pernah 23 42%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (5%) siswa menyatakan sering


menelpon lebih dari satu jam dalam satu hari, kemudian (53%) siswa
menyatakan kadang-kadang menelpon lebih dari satu jam dalam satu hari dan
(42%) siswa menyatakan tidak pernah menelpon lebih dari satu jam dalam
satu hari.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa terkadang menelepon lebih dari satu jam dalam sehari. Apabila
seorang siswa sudah menelepon lebih dari satu jam dalam sehari hal tersebut
sudah merupakan hal yang dapat mengganggu dalam aktivitas belajarnya. Di
samping itu yang mugkin merupakan alasan kenapa siswa bisa menelepon
lebih dari satu jam dalam sehari dikarenakan tarif telpon yang sangat murah
yang ditawarkan oleh operator telepon.
69

Tabel 13
Siswa menghabiskan pulsa Rp 25.000,- dalam sebulan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 6 11%
2 Sering 12 22%
3 Kadang-kadang 18 33%
4 Tidak Pernah 19 34%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (11%) siswa menyatakan selalu


menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan, (22%) siswa
menyatakan sering menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan,
kemudian (33%) siswa menyatakan kadang-kadang menghabiskan pulsa
sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan dan (34%) siswa menyatakan tidak pernah
menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
walaupun 34% siswa tidak pernah menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,-
dalam sebulan tetapi lebih banyak siswa yang terkadang bahkan sering
menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan. Apabila dalam
sebulan siswa sudah menghabiskan uang untuk membeli pulsa sebesar Rp
25.000,- hal tersebut sudah merupakan perilaku pemborosan dan kebiasaan
yang bersifat kurang baik untuk perkembangan siswa.

b. Pemanfaatan Handphone secara Positif

Tabel 14
Siswa menggunakan handphone untuk hal positif

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


70

1 Selalu 30 54%
2 Sering 13 24%
3 Kadang-kadang 12 12%
4 Tidak Pernah - -

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (54%) siswa menyatakan selalu


menggunakan handphone untuk hal positif, (24%) siswa menyatakan sering
menggunakan handphone untuk hal positif, dan (12%) siswa menyatakan
kadang-kadang menggunakan handphone untuk hal positif.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa selalu menggunakan handphone untuk hal positif, walaupum
masih ada siswa yang terkadang menggunakan handphone untuk hal yang
negatif.

Tabel 15
Siswa memberi kabar pada orang tua melalui handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 28 51%
2 Sering 18 33%
3 Kadang-kadang 9 16%
4 Tidak Pernah - -

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (51%) siswa menyatakan selalu


memberi kabar kepada orang tua melalui handphone, (33%) siswa
menyatakan sering memberi kabar kepada orang tua melalui handphone, dan
71

(16%) siswa menyatakan kadang-kadang memberi kabar kepada orang tua


melalui handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa memanfaatkan fungi awal dari handphone yaitu untuk
komunikasi jarak jauh diantaranya untuk memberi kabar kepada orang tua.

Tabel 16
Siswa menambah teman melalui handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 16 29%
2 Sering 11 20%
3 Kadang-kadang 24 24%
4 Tidak Pernah 4 7%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (29%) siswa menyatakan selalu


menambah teman melalui handphone, (20%) siswa menyatakan sering
menambah teman melalui handphone, kemudian (24%) siswa menyatakan
kadang-kadang menambah teman melalui handphone dan (7%) siswa
menyatakan tidak pernah menambah teman melalui handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa sering bahkan selalu mengunakan handphone untuk menambah
teman.
Tabel 17
Siswa berbicara sopan di handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


72

1 Selalu 19 35%
2 Sering 20 36%
3 Kadang-kadang 16 29%
4 Tidak Pernah - -

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (35%) siswa menyatakan selalu


berbicara sopan di handphone, (36%) siswa menyatakan sering berbicara
sopan di handphone, dan (29%) siswa menyatakan kadang-kadang berbicara
sopan di handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa sering berbicara sopan di handphone

Tabel 18
Siswa minta maaf melalui handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 15 27%
2 Sering 12 22%
3 Kadang-kadang 27 49%
4 Tidak Pernah 1 2%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (27%) siswa menyatakan selalu


minta maaf melalui handphone, (22%) siswa menyatakan sering minta maaf
melalui handphone, kemudian (49%) siswa menyatakan kadang-kadang
minta maaf melalui handphone dan (2%) siswa menyatakan tidak pernah
minta maaf melalui handphone.
73

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan


bahwa siswa terkadang menggunakan handphone sebagai sarana untuk minta
maaf apabila mempunyai salah kepada teman atau orang lain.

c. Pemanfaatan Handphone secara Negatif

Tabel 19
Siswa melihat gambar/video porno di handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering 3 5%
3 Kadang-kadang 8 15%
4 Tidak Pernah 44 80%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (5%) siswa menyatakan sering


melihat gambar/video porno di handphone, (15%) siswa menyatakan kadang-
kadang melihat gambar/video porno di handphone, dan (80%) siswa
menyatakan tidak pernah melihat gambar/video porno di handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa hampir seluruh siswa tidak pernah melihat gambar/video porno di
handphone tapi masih ada beberapa siswa yang kadang-kadang bahkan sering
melihat gambar/video porno di handphone. Ketika seorang siswa sudah
sering melihat gambar/video porno maka hal tersebut sangat dapat
mempengaruhi perkembangannya.
74

Tabel 20
Siswa membohongi teman melalui handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 1 2%
2 Sering 3 5%
3 Kadang-kadang 33 60%
4 Tidak Pernah 18 33%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan selalu


membohongi teman melalui handphone, (5%) siswa menyatakan sering
membohongi teman melalui handphone, kemudian (60%) siswa menyatakan
kadang-kadang membohongi teman melalui handphone dan (33%) siswa
menyatakan tidak pernah membohongi teman melalui handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa terkadang menggunakan handphone untuk membohongi teman
atau orang lain.

Tabel 21
Siswa merasa sombong mempunyai handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering 1 2%
3 Kadang-kadang 14 25%
4 Tidak Pernah 40 73%

Jumlah 55 100%
75

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan sering


merasa sombong dengan mempunyai handphone, kemudian (25%) siswa
menyatakan kadang-kadang merasa sombong dengan mempunyai handphone
dan (33%) siswa menyatakan tidak pernah merasa sombong dengan
mempunyai handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa tidak pernah merasa sombong dengan mempunyai handphone
walaupun terkadang masih ada siswa yang merasa sombong dengan
mempunyai handphone. Mungkin siswa itu merasa sombong karena
handphone yang ia punya mahal harganya dan handphone temannya tidak
ada yang sama dengan handphone yang ia punya.

Tabel 22
Siswa minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 4 7%
2 Sering 14 26%
3 Kadang-kadang 31 56%
4 Tidak Pernah 6 11%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (7%) siswa menyatakan selalu minta


uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa, (26%) siswa menyatakan sering
minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa, kemudian (56%) siswa
menyatakan kadang-kadang minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa
(11%) siswa menyatakan tidak pernah minta uang pada orang tua untuk
dibelikan pulsa.
76

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan


bahwa siswa terkadang bahkan sering minta uang pada orang tua untuk
dibelikan pulsa.

Tabel 23
Siswa mengancam seseorang melalui handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering - -
3 Kadang-kadang 12 22%
4 Tidak Pernah 43 78%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (22%) siswa menyatakan kadang-


kadang mengancam seseorang melalui handphone dan (78%) siswa
menyatakan tidak pernah mengancam seseorang melalui handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa tidak pernah mengancam seseorang melalui handphone
walaupun terkadang masih ada siswa yang nenggunakan handphone untuk
mengancam seseorang. Terkadang siswa tidak tahu dampak negatif dari
mengancam atau menteror seseorang, sudah banyak kasus penteroran yang
dilakukan melalui telepon atau handphone seperti penteroran tentang masalah
keberadaan bom yang belum lama ditayangkan di televisi. Hal tersebut
merupakan perbuatan yang sangat tidak baik dan dapat merugikan banyak
orang lain.
77

d. Proses Belajar Siswa di Sekolah

Tabel 24
Siswa menonaktifkan handphone saat di dalam kelas

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 12 22%
2 Sering 20 36%
3 Kadang-kadang 7 13%
4 Tidak Pernah 16 29%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (22%) siswa menyatakan selalu


menonaktifkan handphone saat di dalam kelas, (36%) siswa menyatakan
sering menonaktifkan handphone saat di dalam kelas, kemudian (13%) siswa
menyatakan kadang-kadang menonaktifkan handphone saat di dalam kelas
dan (29%) siswa menyatakan tidak pernah menonaktifkan handphone saat di
dalam kelas.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa siswa masih banyak siswa yang tidak menonaktifkan handphone saat
di dalam kelas. Ketika handphone saat di dalam kelas tidak di nonaktifkan
jadi ada kemungkinan dapat mengganggu proses belajar karena bisa saja
terdengar bunyi telepon atau sms yang masuk. Oleh karena itu pihak sekolah
harus benar-benar memberi peringatan jika ada siswa yang tidak
menonaktifka handphone saat di dalam kelas agar proses belajar dapat
berjalan dengan lancar dan efektif. Dan berdasarkan hasil wawancara yang
penulis lakukan pada pihak sekolah bahwa jika ada siswa yang ketahuan
memainkan handphone pada saat pelajaran berlangsung maka handphonenya
akan disita dan akan dikembalikan jika orang tua/wali siswa yang
mengambilnya kesekolah.
78

Tabel 25
Siswa memainkan handphone saat pelajaran belangsung

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering 8 15%
3 Kadang-kadang 22 40%
4 Tidak Pernah 25 45%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (15%) siswa menyatakan sering


memainkan handphone saat pelajaran berlangung, kemudian (40%) siswa
menyatakan kadang-kadang memainkan handphone saat pelajaran berlangung
dan (45%) siswa menyatakan tidak pernah memainkan handphone saat
pelajaran berlangung.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa masih banyak siswa yang terkadang bahkan sering memainkan
handphone saat pelajaran berlangung. Hal tersebut merupakan salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar, siswa yang memainkan
handphone saat pelajaran berlangung dapat dipastikan dia tidak akan
kosentrasi dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru di kelas
dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat prestasi siswa.

Tabel 26
Siswa menyontek dengan mengunakan handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


79

1 Selalu - -
2 Sering 2 4%
3 Kadang-kadang 7 13%
4 Tidak Pernah 46 83%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (4%) siswa menyatakan sering


menyontek dengan menggunakan handphone, kemudian (13%) siswa
menyatakan kadang-kadang menyontek dengan menggunakan handphone dan
(83%) siswa menyatakan tidak pernah menyontek dengan menggunakan
handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa sebagian besar siswa tidak pernah menyontek dengan menggunakan
handphone walaupun memang masih ada siswa yang menggunakan
handphone sebagai alat untuk menyontek.

Tabel 27
Siswa bermain facebook/twitter di handphone saat pelajaran berlangsung

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 2 4%
2 Sering 8 15%
3 Kadang-kadang 15 27%
4 Tidak Pernah 30 54%

Jumlah 55 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa (4%) siswa menyatakan selalu
bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung,
(15%) siswa menyatakan sering bermain facebook/twitter melalui handphone
saat pelajaran berlangsung, kemudian (27%) siswa menyatakan kadang-
80

kadang bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran


berlangsung dan (54%) siswa menyatakan tidak pernah bermain
facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa walaupun sebagian besar siswa tidak pernah bermain facebook/twitter
melalui handphone saat pelajaran berlangsung tetapi masih banyak juga siswa
yang terkadang bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran
berlangsung. Hal tersebut penulis telah mengamati sendiri karena hampir
50% penulis berteman dengan siswa SMP Negeri 66 di facebook dan
memang masih banyak juga siswa yang bermain facebook/twitter saat
pelajaran berlangsung. Biasanya facebook/twitter itu digunakan untuk update
status dan kebanyakan mengupdate tentang kondisi saat mereka belajar.

Tabel 28
Guru memainkan handphone saat mengajar

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu - -
2 Sering 1 2%
3 Kadang-kadang 34 62%
4 Tidak Pernah 20 36%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan guru sering


memainkan handphone saat mengajar, kemudian (62%) siswa menyatakan
guru kadang-kadang memainkan handphone saat mengajar dan (36%) siswa
menyatakan guru tidak pernah memainkan handphone saat mengajar.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa masih banyak guru yang terkadang menggunakan handphone saat
81

mengajar. Secara tidak langsung hal tersebut sudah mencerminkan contoh


yang kurang baik kepada siswa.

Tabel 29
Guru mengajar dengan metode yang bervariasi

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 12 22%
2 Sering 23 42%
3 Kadang-kadang 18 32%
4 Tidak Pernah 2 4%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (22%) siswa menyatakan guru selalu


mengajar dengan metode yang bervariasi, (42%) siswa menyatakan guru
sering mengajar dengan metode yang bervariasi, kemudian (32%) siswa
menyatakan guru kadang-kadang mengajar dengan metode yang bervariasi
dan (4%) siswa menyatakan guru tidak pernah mengajar dengan metode yang
bervariasi.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa sebagian besar guru mengajar dengan metode yang bervariasi akan
tetapi tidak sedikit guru yang hanya terkadang mengajar dengan metode yang
bervariasi. Kreatifitas seorang guru dalam mengajar merupakan hal yang
penting dalam proses belajar mengajar di kelas. Siswa tidak akan memainkan
handphone yang mereka punya kalau mereka merasa nyaman dan senang
dengan pelajaran yang diajarkan denga metode yang bervariasi. Kalau guru
tidak pernah mengajar dengan metode yang bervariasi maka siswa akan
merasa jenuh dan sebagai pelariannya mereka memainkan handphone.
82

Tabel 30
Pihak sekolah mengadakan razia handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Selalu 1 2%
2 Sering 6 11%
3 Kadang-kadang 39 71%
4 Tidak Pernah 9 16%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan pihak


sekolah selalu mengadakan razia handphone, (11%) siswa menyatakan pihak
sekolah sering mengadakan razia handphone, kemudian (71%) siswa
menyatakan pihak sekolah kadang-kadang mengadakan razia handphone dan
(16%) siswa menyatakan pihak sekolah tidak pernah mengadakan razia
handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa pihak sekolah terkadang mengadakan razia handphone.

Tabel 31
Pihak sekolah mensosialisasikan dampak negatif handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 16 29%
2 Sering 25 45%
3 Kadang-kadang 13 24%
4 Tidak Pernah 1 2%

Jumlah 55 100%
83

Tabel di atas menunjukkan bahwa (29%) siswa menyatakan pihak


sekolah selalu mensosialisasikan dampak negatif dari handphone, (45%)
siswa menyatakan pihak sekolah sering mensosialisasikan dampak negatif
dari handphone, kemudian (24%) siswa menyatakan pihak sekolah kadang-
kadang mensosialisasikan dampak negatif dari handphone dan (2%) siswa
menyatakan pihak sekolah tidak pernah mensosialisasikan dampak negatif
dari handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa pihak sekolah sangat sering mensosialisasikan dampak negatif dari
handphone. Hal tersebut dilakukan pihak sekolah sebagai salah satu cara
untuk meminimalisis penyalahgunaan dari penggunaan alat komunikasi
handphone.

Tabel 32
Siswa malas belajar akibat bermain handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 6 11%
2 Sering 13 24%
3 Kadang-kadang 17 31%
4 Tidak Pernah 19 34%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (11%) siswa menyatakan selalu


malas belajar akibat bermain handphone, (24%) siswa menyatakan sering
malas belajar akibat bermain handphone, kemudian (31%) siswa menyatakan
kadang-kadang malas belajar akibat bermain handphone dan (34%) siswa
menyatakan tidak pernah malas belajar akibat bermain handphone.
84

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan


bahwa sebagian siswa terkadang malas belajar akibat bermain handphone
bahkan ada juga siswa yang sering malas belajar akibat bermain handphone.

Tabel 33
Siswa lupa membuat PR akibat bermain handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 1 2%
2 Sering 13 24%
3 Kadang-kadang 28 50%
4 Tidak Pernah 13 24%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan selalu lupa


mengerjakan PR akibat bermain handphone, (24%) siswa menyatakan sering
lupa mengerjakan PR akibat bermain handphone, kemudian (50%) siswa
menyatakan kadang-kadang lupa mengerjakan PR akibat bermain handphone
dan (24%) siswa menyatakan tidak pernah lupa mengerjakan PR akibat
bermain handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa sebagian besar siswa terkadang lupa mengerjakan PR akibat bermain
handphone. Hal ini membuktikan bahwa handphone mempunyai pengaruh
yang negatif yaitu dapat melupakan tugas dan kewajiban.

Tabel 34
Siswa menelepon di atas pukul 21.00 WIB

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


85

1 Selalu 3 5%
2 Sering 6 11%
3 Kadang-kadang 19 35%
4 Tidak Pernah 27 49%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (5%) siswa menyatakan selalu


menelpon di atas pukul 21.00 WIB, (11%) siswa menyatakan sering
menelpon di atas pukul 21.00 WIB, kemudian (35%) siswa menyatakan
kadang-kadang menelpon di atas pukul 21.00 WIB dan (49%) siswa
menyatakan tidak pernah menelpon di atas pukul 21.00 WIB.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa masih banyak siswa yang menelepon di atas pukul 21.00 WIB.

Tabel 35
Siswa belajar kelompok di rumah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 2 4%
2 Sering 14 25%
3 Kadang-kadang 36 65%
4 Tidak Pernah 3 6%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (4%) siswa menyatakan selalu


belajar kelompok di rumah, (25%) siswa menyatakan sering belajar kelompok
di rumah, kemudian (65%) siswa menyatakan kadang-kadang belajar
kelompok di rumah dan (6%) siswa menyatakan tidak pernah belajar
kelompok di rumah.
86

Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan


bahwa siswa jarang mengadakan belajar kelompok di rumah.

Tabel 36
Siswa mengaktifkan handphone 24 jam

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 28 51%
2 Sering 5 9%
3 Kadang-kadang 17 31%
4 Tidak Pernah 5 9%

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (51%) siswa menyatakan selalu


mengaktifkan handphone 24 jam, (9%) siswa menyatakan sering
mengaktifkan handphone 24 jam, kemudian (31%) siswa menyatakan
kadang-kadang mengaktifkan handphone 24 jam dan (9%) siswa menyatakan
tidak pernah mengaktifkan handphone 24 jam.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa sebagian besar siswa selalu mengaktifkan handphone 24 jam.

Tabel 37
Orang tua mendampingi siswa saat belajar di rumah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 6 11%
2 Sering 6 11%
3 Kadang-kadang 28 51%
4 Tidak Pernah 15 27%
87

Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa (11%) siswa menyatakan orang tua


selalu mendampingi saat belajar di rumah, (11%) siswa menyatakan orang tua
sering mendampingi saat belajar di rumah, kemudian (51%) siswa
menyatakan orang tua kadang-kadang mendampingi saat belajar di rumah dan
(27%) siswa menyatakan orang tua tidak pernah mendampingi saat belajar di
rumah.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa sebagian besar orang tua jarang mendampingi anaknya saat belajar di
rumah. Ini dibuktikan dari 51% orang tua yang terkadang dan 27% tidak
pernah mendampingi anaknya belajar di rumah. Hal ini menunjukan bahwa
kurangnya pengawasan dan perhatian yang diberikan orang tua pada anaknya
bisa saja karena tidak didampingi orang tua saat belajar maka ketika anak itu
mulai jenuh meraka bukan belajar malah memainkan handphone.

Tabel 38
Orang tua menasehati tentang dampak negatif handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


1 Selalu 21 38%
2 Sering 13 24%
3 Kadang-kadang 14 25%
4 Tidak Pernah 7 13%

Jumlah 55 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa (38%) siswa menyatakan orang tua
selalu menasehati tentang dampak negatif handphone, (24%) siswa
menyatakan orang tua sering menasehati tentang dampak negatif handphone,
kemudian (25%) siswa menyatakan orang tua kadang-kadang menasehati
88

tentang dampak negatif handphone, dan (13%) siswa menyatakan orang tua
tidak pernah menasehati tentang dampak negatif handphone.
Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa sebagian besar orang tua selalu menasehati tentang dampak negatif
handphone kepada anaknya.

C. Analisis Data
Seperti yang penulis ungkapkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah antara variabel X (penggunaan alat komunikasi
handphone) dan variabel Y (aktivitas belajar siswa) terdapat hubungan positif
yang signifikan. Untuk itu menggunakan rumus korelasi product moment
untuk mengetahui apakah ada hubungan positif yang signigfikan atau tidak
diantara kedua variabel tersebut.
Adapun untuk mencari angka indeks korelasi r product moment
tersebut, maka langkah yang ditempuh adalah:
1. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (X) penggunaan
alat komunikasi handphone.
2. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (Y) aktivitas
belajar siswa.
3. Scoring, diteliti jumlahnya kemudian dimasukan kedalam tabel kerja
atau tabel perhitungan yang terdiri dari enam kolom.

Tabel 39
Indeks Korelasi
Antara Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP) terhadap
Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan

No X Y XY X Y
Responden
1 40 32 1280 1600 1024

2 46 42 1932 2166 1764


89

3 41 38 1558 1681 1444

4 39 42 1638 1521 1764

5 49 47 2303 2401 2209

6 46 47 2162 2116 2209

7 48 45 2160 2304 2025

8 41 45 1845 1681 2025

9 43 44 1892 1849 1936

10 43 44 1892 1849 1936

11 43 39 1677 1849 1521

12 36 40 1440 1296 1600

13 46 42 1932 2116 1764

14 50 41 2025 2500 1681

15 51 42 2142 2601 1764

16 47 42 1974 2209 1764

17 44 40 1760 1936 1600

18 40 42 1680 1600 1764

19 50 48 2900 2500 2304

20 52 44 2288 2704 1936

21 46 46 2116 2116 2116

22 50 45 2250 2500 2025

23 46 44 2024 2116 1936

24 49 50 2450 2401 2500

25 40 33 1320 1600 1089


90

26 41 42 1722 1681 1764

27 47 45 2115 2209 2025

28 49 45 2205 2401 2025

29 39 46 1749 1521 2116

30 50 46 2300 2500 2116

31 42 45 1890 1764 2025

32 51 47 2397 2601 2209

33 48 47 2256 2304 2209

34 43 40 1720 1849 1600

35 45 43 1935 2500 1849

36 43 44 1892 1849 1936

37 47 40 1880 2209 1600

38 41 39 1599 1681 1521

39 39 32 1248 1521 1024

40 47 41 1927 2209 1681

41 42 43 1806 1764 1849

42 50 42 2100 2500 1764

43 42 45 1890 1764 2025

44 48 41 1968 2304 1681

45 49 45 2205 2401 2025

46 43 42 1806 1849 1764

47 48 47 2256 2304 2209

48 41 40 1640 1681 1600

49 49 46 2254 2401 2116


91

50 43 44 1892 1849 1936

51 47 44 2068 2209 1936

52 42 42 1764 1764 1764

53 44 40 1760 1936 1600

54 41 34 1394 1681 1156

55 39 32 1248 1521 1024

N=55 X=2466 Y=2333 XY=105496 X=111939 Y=99849

4. Setelah diketahui N=55, X=2466, Y=2333, XY=105496, X=111939,


Y=99849. Maka dapatlah dicari indeks korelasinya, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

rxy = N XY (X)(Y)

( ()) ( ())
Keterangan:
Rxy : Angka indeks r product moment (antara variabel X dan Y)
N : Number of cases
XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
X : Jumlah seluruh skor X
Y : Jumlah seluruh skor Y

rxy = N XY (X)(Y)

( ()) ( ())

= 55 . 105496 (2466 ) (2333 )


(55 . 111939 2466 2) (55 . 99849 2333 2 )
92

= 5802280 5753178
6156645 6081156 (5491695 5442889)
= 49102
75489 (48806)

= 49102
3684316134

= 49102
60698,57

= 0, 808

Dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan


variabel Y bertanda positif, hal tersebut dengan memperhatikan besarnya rxy
yang diperoleh yaitu sebesar 0, 808. Ini berarti terdapat korelasi positif antara
penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas belajar siswa
di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.

D. Interpretasi Data
Untuk memberikan interpretasi terhadap rxy dapat ditempuh dengan dua
macam cara, yaitu:
a. Memberi interpretasi sederhana
Apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara kasar atau sederhana
dengan mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi r
product moment. Ternyata besarnya rxy (0,808) yang besarnya berkisar
antara 0,70 0,90 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi kuat atau tinggi.
b. Memberikan interpretasi terhadap rxy dengan jalan berkonsultasi pada nilai
r product moment dengan jalan:
93

1. Dikemukakan kembali hipotesis penelitian, yaitu:


Hipotesis nol, disingkat (Ho)
Ho: Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara
penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar
siswa.
Hipotesis kerja atau disebut dengan Hipotesis alternatif (Ha)
Ha: Terdapat hubungan positif yang signifikan antara
penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar
siswa.
2. Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan dengan jalan
membandingkan besarnya r product moment dengan r yang
tercantum dalam tabel r pada taraf signifikasi 5% dan 1% namun
terlebih dahulu mencari drajat bebasnya (db) atau dregrees of freedom
(df) dengan menggunakan rumus:
Df = N nr
keterangan:
Df : Degrees of freedom
N : Number of cases
nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan
Df = N nr
= 55 2
= 53
Dengan memeriksa tabel nilai r product moment ternyata df 53 tidak
terdapat dalam tabel, maka kita pakai df 50.
Maka dengan df sebesar 50 diperoleh nilai r tabel pada taraf
signifikan 5% sebesar 0,297, sedangkan pada taraf signifikan 1% diperoleh
niali r tabel sebesar 0,361. ternyata rxy yang (besarnya = 0,808) adalah jauh

lebih besar daripada r tabel (yang besarnya 0,297 dan 0,361). Karena rxy
lebih besar dari r tabel, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima
dan hipotesis nol (Ho) ditolak. karena terdapat hubungan positif yang
signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap
94

aktivitas belajar siswa. Hal tersebut artinya bahwa semakin banyak siswa
mempergunakan alat komunikasi handphone maka semakin berdampak
negatif terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.
Adapun penghitungan Koefisien Determinasi (KD) yang digunakan
untuk mengetahui kontribusi (sumbangan) yang diberikan variabel X
terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus:
KD = r x 100%
Keterangan:
KD = Koefiensi Determinasi ( kontribusi variabel X terhadap Variabel Y)
r = Koefiensi korelasi antara variabel X dengan variabel Y
KD = r x 100%
= 0,808 x 100%
= 0,652864 x 100%
= 65,28%
Dari perhitungan tersebut diperoleh KD 65,28% maka dapat diketahui
bahwa penggunaan alat komunikasi handphone mempengaruhi aktivitas
belajar siswa sebesar 65,28% yang artinya handphone mempunyai pengaruh
yang cukup buruk terhadap aktivitas belajar siswa.
Selain itu dari narasi perhitungan manual yang penulis lakukan yaitu
dari data yang tertera dalam nilai tabel di atas, setelah dianalisis antara
variabel X (sebagai angket penggunaan alat komunikasi handphone) dan
variabel Y (sebagai angket aktivitas belajar siswa) hasilnya yang memiliki
angka lebih tinggi yaitu penggunaan alat komunikasi handphone sebesar 38
responden dan hasil yang lebih rendah adalah aktivitas belajar siswa yaitu
sebesar 15 responden dan yang memiliki hasil sama besar antara penggunaan
alat komunikasi handphone dan aktivitas belajar siswa hanya 2 responden.
Maka berdasarkan analisis tersebut dapat diambil kesimpulan juga bahwa
penggunaan alat komunikasi handphone dikalangan pelajar mempunyai
pengaruh yang kuat atau tinggi terhadap aktivitas belajar siswa baik itu di
sekolah ataupun di rumah.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yatitu yang berjudul
pengaruh penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas
belajar siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan. Akhirnya penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa:
Ada hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat
komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa. Hal ini dibuktikan
dari hasil yang diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product
moment, diperoleh angka indeks korelasi sebesar 0,808 yang berkisar antara
0,70 0,90, ini berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dan
variabel Y yaitu korelasi yang Kuat atau tinggi.
Kemudian dengan memeriksa tabel nilai r product moment ternyata
dengan df sebesar 50 pada taraf signifikan 5% diperoleh r tabel sebesar
0,297, selanjutnya pada taraf signifikan 1% diperloleh angka sebesar 0,361.
jika dilihat pada angka r tabel tersebut maka rxy jauh lebih besar daripada
r tabel, pada taraf signifikan 5% (0,808 > 0,297) maupun pada taraf
signifikan 1% (0,808 > 0,361). Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. karena terdapat hubungan positif
yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap
aktivitas belajar siswa. Hal tersebut artinya bahwa semakin banyak siswa

95
96

mempergunakan alat komunikasi handphone maka semakin berdampak


negatif terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan.
Sebagian besar penggunaan handphone dikalangan pelajar memberikan
pengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil
perhitungan kontribusi (sumbangan) penggunaan alat komunikasi handphone
terhadap aktivitas belajar yaitu sebesar 65,28%.
Hambatan aktivitas belajar siswa memang tidak sepenuhnya disebabkan
akibat penggunaan alat komunikasi handphone yang dimiliki siswa, namun
besar kemungkinan handphone tersebut memang sudah menjadi salah satu
dari faktor yang dapat mempengaruhi terhambatnya aktivitas belajar siswa
baik itu belajar di sekolah ataupun di rumah. Hal ini dibuktikan dengan 100%
siswa telah memiliki handphone dan di samping itu adanya ketergantungan
siswa pada handphone.

B. Saran
Sebagaimana yang penulis telah ungkapkan pada bagaian awal
penelitian bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
aktivitas belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah dan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh handphone terhadap aktivitas belajar
siswa.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis mengajukan saran,
sebagai berikut:
1. Dengan dibuktikannya bahwa penggunaan alat komunikasi handphone
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap aktivitas belajar siswa,
berarti penggunaan alat komunikasi handphone dikalangan pelajar
harus mendapatkan perhatian yang lebih dari semua pihak.
2. Kepada para guru agar lebih memperhatikan para siswa yang
membawa handphone dalam lingkungan sekolah terlebih lagi di dalam
kelas jangan sampai siswa menyalahgunakan fungsi handphone
kepada fungsi negatif seperti memainkan handphone saat pelajar
berlangsung yang dapat dipastikan hal tersebut akan mempengaruhi
97

aktivitas belajar siswa yang dapat menyebakan tidak berhasilnya


proses belajar mengajar di dalam kelas. Di samping itu untuk para
guru agar memberi peringatan keras pada siswa yang ketahuan
memainkan handphone di dalam kelas saat pelajar berlangsung.
3. Kepada pihak sekolah agar senatiasa memberikan arahan dan
bimbingan bisa berupa sosialisasi kepada siswa tentang pengaruh
penggunaan alat komunikasi handphone baik itu pengaruh positif
terlebih lagi pengaruh negatifnya. Sebagai salah satu cara
meminimalisir penyalahgunaan alat komunikasi handphone tersebut,
dan kepada pihak sekolah agar selalu menciptakan situasi belajar yang
nyaman dan menyenangkan sehingga proses belajar dapat berjalan
dengan lancar demi terwujudnya tujuan pendidikan yang diharapkan.
4. Kepada orang tua agar tidak terlalu memanjakan anaknya dengan
membelikan handphone yang berlebihan seperti handphone yang
begitu lengkap featurenya dan mahal harganya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan anak dan aktivitas belajar siswa.
Apabila anak sudah mempunyai handphone agar lebih diperhatikan
dan dikontrol dalam menggunakan alat komunikasi handphone
tersebut. Jangan sampai keseharian anak tersebut hanya sibuk
memainkan handphone hingga lupa akan tugas dan kewajibannya
yaitu untuk belajar. Selain itu kiranya orang tua mendampingi anak-
anaknya ketika belajar di rumah karena hal tersebut sangat penting
agar tercipta hubungan yang harmonis.
5. Bagi siswa seluruhnya agar dapat lebih bijaksana menyikapi kemajuan
teknologi seperti perkembangan alat komunikasi handphone dengan
memanfaatkan sebagaimana fungsinya, jangan sampai kemajuan
teknologi tersebut mambawa dampak negatif bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Sulistyo, Dasar-dasar Teknologi Informasi, Jakarta: Universitas


Terbuka.Depdikbud, Cet. 1, 1998.

Bell Greadler, Margaret E., Belajar dan Membelajarkan (Terjemahan), Jakarta:


PT. RajaGrafinda Persada, Cet. II, 1994

Bunga Kehidupan, Pengaruh Handphone terhadap Pelajar,


www.bbawor.blogspot.com, Jakarta, 23 Desember 2010

Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. RajaGrafinda Persada,


2007.
Darmawan, Deni. Dkk., Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung:
UPI PRSS, Cet. I, 2006.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka, , Edisi ke-III, Cet IV, 2007.

Dradjat, Zakiah. Dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. 1, 1995.

Effendi, E. Usman dan Praja, Juhaya S., Pengantar Psikologi, Jakarta: PT.
Angkasa Bandung, 1989.

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Komunikasi, Bandung: PT.
Remaja RosdaKarya, Cet. IX, 2005.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, Cet. XI,
2011.

Juliantara, Ketut, Aktivitas Belajar, www.Edukasi.Kompasiana.com, 27


November 2010
Kountur, Ronny, Metode Untuk Penulisan Skripsi & Tesis, Jakarta: CV.Taruna
Grafika, Cet ke-1, 2003.
Langit, Dewa, Fungsi Handphone bagi Masyarakat Indonesian,
www.Dewalangit.com, 23 Desember 2010.
Mudzakir, Ahmad dan Sutrisno, Joko, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka
Setia, 1997.
M. Anton. Moeliono. Dkk., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

M. Arief Mansurm, Didik, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi,


Bandung: PT Rapfika Aditama, Cet. 1, 2005.

Narbuka, Cholid. Ahmad, Abu., metodologi penelitian Jakarta: Bumi Aksara, Cet.
VI, 2004.

Nasution, Hoeni, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan


Agama Islam, 1997.
Roxyhp, Merek Hp Baru, www.Roxyhp.com, 23 April 2011.

Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet II, 1996.

Sardiman, A.M., Interaksi & Motivasi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. X
2003.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet V, 2006.

Soenarjo, R.H.A. Dkk. Al-Quran dan Terjemah, Jakarta: Departemen Agama RI,
1971.

Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada, 2009.

_____, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT


Rineka Cipta, Cet. Ke X, 1992.
Sujanto, Agus, Psikologi Umum, Jakarta: PT. Bumi Aksara, , Cet. XII, 2004.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2009.

_____, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarta, Cet. II,
2006.

Suralaga, Fadilah, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta:


UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005.

Suryabrata, Sumadi Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,


Cet. IX, 1995.

_____, Psikolgi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.


Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, Cet. VII, 2002.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada


Media Group, Cet. III, 2010.

Uno, Hamzah B, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:Bumi


Aksara, Cet. IV, 2010.

Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,


www.edukasi.kompasiana.com, Jakarta, 23 Desember 2011

Wasito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta, PT. Gramedia


Pustaka Utama, 1992.
Zambrana. A., Pengertian Handphone, www.Mokletrpl2.Blogspot.com, 23
Desember 2010.
Zaki, Ali, Memanfaatkan Beragam Perangkat Teknologi Digital, Jakarta Salemba
Infotek, 2008.

Anda mungkin juga menyukai