Anda di halaman 1dari 4

MENGENAL UU No.

38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan
Published September 18, 2015 | By kesehatan

Oleh: Rikamto,S.Kep,Ns,MM
Ketua PPNI Kabupaten Kebumen

Hari Kamis Tanggal 25 September 2014 adalah hari yang bersejarah bagi perawat Indonesia.
Pada hari tersebut sidang paripurna DPR RI mengetukkan palu tanda pengesahan Undang-
Undang Keperawatan yang selama ini dinanti dan ditunggu-tunggu perawat di Indonesia.

Undang-Undang Keperawatan adalah sesuatu. Sesuatu yang menyajikan harapan dan


tantangan. Harapan bagi insan perawat karena dengan disyahkannya Undang-Undang
tersebut maka profesi perawat telah diakui dan disejajarkan keberadaannya dengan profesi
lain khususnya profesi kedokteran yang telah lebih dulu memiliki Undang-Undang. Selama
ini profesi perawat seolah-olah keberadaannya dipandang sebelah mata. Antara ada dan tiada,
sebenarnya keberadaannya amat dibutuhkan namun penghargaannya jauh dari kebutuhan.

Undang-undang keperawatan adalah tantangan. Tantangan bagi perawat untuk membuktikan


bahwa perawat adalah profesi tenaga kesehatan yang mampu menyelenggarakan pelayanan
keperawatan secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh
perawat yang memiliki etik dan moral tinggi, sertifikat, registrasi dan lisensi. Dengan
tuntutan semacam itu maka profesi perawat harus dapat menjawabnya dengan memberikan
pelayanan secara profesional. Bukan pelayanan yang hanya berdasarkan insting belaka tetapi
harus dilandasi oleh keilmuan.
SUBSTANSI UU KEPERAWATAN

UU KEPERAWATAN Nomor : 38 th 2014 dalam Lembaran Negara no: 307 Tambahan


Lembaran Negara no: 5612.Tanda Tangan Presiden RI SBY tanggal 17 Oktober 2014 yang
Undang-Undang tersebut memuat 13 BAB 66 Pasal.

Pada BAB I :

Ketentuan Umum pasal 1 memuat tentang pengertian Keperawatan, Perawat, Pelayanan


Keperawatan, Praktik Keperawatan, Asuhan Keperawatan, Uji Kompetensi, Sertifikat
Kompetensi, Sertifikat Profesi, Registrasi, Surat Tanda Registrasi, Surat Ijin Praktek Perawat,
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Perawat Warga Negara Asing, Klien, Organisasi Profesi
Perawat, Kolegium Keperawatan, Konsil Keperawatan, Institusi Pendidikan, Wahana
Pendidikan Keperawatan, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Menteri. Pasal 2
memuat asas praktik keperawatan yaitu perikemanusiaan, nilai ilmiah, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, pelindungan dan kesehatan dan keselamatan klien. Pasal 3
memuat pengaturan keperawatan yang bertujuan meningkatkan mutu perawat, meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada
perawat dan klien dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB II :
Jenis Perawat memuat pasal 4 bahwa jenis perawat terdiri atas perawat profesi dan perawat
vokasi. Perawat profesi adalah ners, ners spesialis dan untuk ketentuan lebih lanjut mengenai
jenis perawat, Undang-Undang ini mengamanatkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB III :

Pendidikan Tinggi Keperawatan pada pasal 5 membagi pendidikan tinggi keperawatan terdiri
atas pendidikan vokasi, pendidikan akademik, dan pendidikan profesi. Pendidikan vokasi
dalam pasal 6 disebutkan merupakan program diploma keperawatan dan paling rendah
diploma tiga keperawatan. Pasal 7 mengenai pendidikan akademik yang terdiri dari
pendidikan sarjana keperawatan, program magister keperawatan dan program doktor
keperawatan. Sedangkan program profesi dimuat pada pasal 8 yang terdiri program profesi
keperawatan dan program spesialis keperawatan. Pasal 9 sampai pasal 16 mengatur tentang
pendidikan tinggi keperawatan.

BAB IV :

Registrasi, Izin Praktik, dan Registrasi Ulang memuat pada bagian pertama pasal 17 umum,
bagian kedua registrasi pasal 18 tentang kewajiaban memiliki STR, persyaratan, masa
berlaku dan ketentuan tentang hal tersebut diamanatkan untuk diatur dalam peraturan konsil
keperawatan. Bagian ketiga izin praktik dimuat pada pasal 19 tentang kewajiban perawat
yang menkjalankan praktik keperawatan wajib memiliki izin dalam bentuk SIPP, tata cara
mendapatkan dan masa berlaku. pasal 20 memuat tempat berlakunya SIPP hanya 1 tempat
dan diberikan paling untuk 2 tempat. Pasal 21 memuat kewajiban memasang papan nama
praktik keperawatan dan ketentuan tentang hal tersebut akan diatur dalam peraturan menteri (
pasal 23 ). pasal 24 27 memuat tentang ketentuan perawat warga negara asing yang akan
menjalankan praktik keperawatan di Indonesia.

BAB V :

Praktik keperawatan memuat bagian kesatu umum pada pasal 28 ayat 1 menyebutkan praktik
keperawatan dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat lainnya yang terdiri
atas praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan
( ayat 2 ) yang harus didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi dan
standar prosedur operasional ( ayat 3) serta prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dann atau
keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah ( ayat 4 ) yang ketentuan lebih lanjutnya akan
diatur dengan peraturan menteri (ayat 5). Bagian kedua memuat tugas dan wewenang pada
pasal 29 bahwa perawat bertugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan
konselor bagi klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas
berdasarkan pelimpahan wewenang dan atau pelaksana tugas dalam keterbatasan tertentu.

BAB VI :

Hak dan Kewajiban. Bagian Kesatu memuat Hak dan Kewajiban perawat yang dimuat pada
pasal 36 tentang hak perawat dan pasal 37 tentang kewajiban perawat. Bagian kedua memuat
hak dan kewajiban klien pada pasal 38 tentang hak klien, pasal 39 tentang dasar
pengungkapan rahasia klien dan pasal 40 tentang kewajiban klien.

BAB VII :
Organisasi Profesi Perawat. Pasal 41 memuat tentang tujuan organisasi profesi perawat
sedangkan fungsinya dimuat pada pasal 42. Lokasi organisasi perawat di Ibukota RI dan
perwakilannya di daerah disajikan pada pasal 43.

BAB VIII:

Kolegium Keperawatan. Kolegium keperawatan merupakan badan otonom di dalam


organisasi profesi perawat dan bertanggung jawab kepada organisasi profesi perawat
tercantum pada pasal 44, sedangkan fungsi kolegium yaitu mengembangkan cabang disiplin
ilmu keperawatan dan standar pendidikan tinggi bagi perawat profesi disajikan pada pasal 45
dan ketentuan lebih lanjut tentang kolegium keperawatan menurut pasal 46 diatur oleh
oragnisasi profesi perawat.

BAB IX :

Konsil Keperawatan. Pasal 47 merupakan dasar pembentukan konsil keperawatan yang


berkedudukan di ibukota RI (pasal 48) dan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan, dan
pembinaan perawat serta memiliki berbagai macam tugas ( pasal 49 ). Untuk wewenang
konsil keperawatan tercantum pada pasal 50 dan pendanaan konsil keperawatan yang
dibebankan kepada APBN dan sumber lain yang tidak mengikat tercantum pada pasal 51.
Pasal 52 mencantumkan tentang keanggotaan konsil keperawatan yang terdiri atas unsur
pemerintah, organisasi profesi keperawatan, kolegium keperawatan, asosiasi institusi
pendidikan keperawatan, asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan dan tokoh masyarakat.
Jumlah anggotanya 9 (sembilan) orang dan ketentuan lebih lanjut tentang susunan organisasi,
pengangkatan, pemberhentian dan keanggotaan diatur Peraturan Presiden.

BAB X :

Pengembangan, Pembinaan, dan Pengawasan. Pasal 53 mengatur tentang pengembangan


praktik keperawatan yang dilakukan melalui pendidikan formal dan pendidikan non formal
atau pendidikan berkelanjutan yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan
keprofesionalan perawat. Pasal 54 mencantumkan tentang pembinaan pendidikan
keperawatan oleh kementerian urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan koordinasi
dengan menteri kesehatan. Pasal 55 menyebutkan Pemerintah, Pemda, Konsil keperawatan
dan organisasi profesi membina dan mengawasi praktik keperawatan sesuai fungsi dan tugas
masing-masing. Pasal 56 memuat maksud pembinaan dan pengawasan serta pasal 57
mengatur tentang ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan diatur dalam
Peraturan Menteri.

BAB XI:

Sanksi Adminitrasi. Pasal 58 mengatur tentang ketentuan bagi pelanggar pasal 18 ayat(1),
pasal 21 ayat(1), dan pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi administratif yang dapat berupa teguran
lisan, peringatan tertulis, denda adminitrasi dan/atau pencabutan izin dan ketentuan lebih
lanjytnya akan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XII :

Ketentuan Peralihan. Pasal 59 menyebutkan STR dan SIPP yang telah dimiliki oleh perawat
sebelum UU Keperawatan diundangkan dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktu STR
dan SIPP berakhir, dan untuk permohonan memperoleh STR yang masih dalam proses
diselesaikan dengan prosedur yang berlaku sebelum UU Keperawatan diundangkan ( pasal
60). Pasal 61 mengatur untuk lulusan SPK yang telah melakukan praktik keperawatan
sebelum UU Keperawatan diundangkan masih diberi kewenangan selama jangka waktu
6(enam) tahun setelah diundangkannya UU Keperawatan.

BAB XIII :

Ketentuan Penutup. Pasal 62 mencantumkan Institusi Pendidikan Keperawatan yang telah


ada sebelum UU Keperawatan diundangkan harus menyesuaikan persyaratan dalam pasal 9
paling lama 3 (tiga) sejak diundangkan. Konsil keperawatan dibentuk paling lama 2 (dua)
tahun (pasal 63). Pasal 64 mengatur tentang semua Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur mengenai Keperawatan dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan
atau belum diganti berdasarkan UU ini. Pasal 65 menyebutkan peraturan pelaksanaan dari
UU ini harus ditetapkan paling lama 2(dua) tahun terhitung sejak diundangkannya dan pasal
66 menyatakan bahwa Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Undang-Undang ini disahkan di Jakarta pada Tanggal 17 Oktober 2014 oelh Presiden RI
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 17
Oktober 2014 oleh Menteri Hukum dan HAM Ri yaitu Amir Syamsudin.

Demikian sekilas tentang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang
KEPERAWATAN, dan agar seluruh perawat di Kabupaten Kebumen memahami isi dari UU
ini sebaiknya seluruh Perawat memiliki Buku UU Keperawatan yang sudah banyak beredar
di toko-toko buku. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai