Oleh :
KELOMPOK IV
I. LATAR BELAKANG
Secara global jumlah penduduk lansia di dunia saat ini di perkirakan ada
500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun dan di perkirakan pada tahun 2025 akan
mencapai 1,2 milyar jiwa (Bandiyah, 2009). Secara demografi menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2010 jumlah penduduk di wilayah Indonesia sebanyak
237.641.326 juta jiwa dengan jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 18.118.699 juta
jiwa dan di perkirakan pada tahun 2020 meningkat menjadi (11,09%) atau
29.120.000 juta jiwa lebih dengan umur harapan hidup menjadi 70- 75 tahun,
meningkatnya harapan hidup dipengaruhi oleh majunya pelayanan kesehatan,
menurunya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi,
meningkatnya pengawasan terhadap infeksi penyakit (Nugroho, 2008). Jumlah
lansia di Jawa Tengah tercatat 2.366.115 juta jiwa yang merupakan lansia dari
jumlah total penduduk sebanyak 32.864.563 juta jiwa. (Susenas,2009). Jatuh
merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan bertambahnya usia
kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh di pengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya faktor intrinsik dimana terjadinya gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, langkah yang pendek-pendek,
kekakuan sendi, kaki tidak dapat menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam
bergerak. Sedangkan faktor ekstrinsik di antaranya lantai yang licin dan tidak
merata, tersandung oleh benda-benda, kursi roda yang tidak terkunci, penglihatan
kurang, dan penerangan cahaya yang kurang terang cenderung gampang terpeleset
atau tersandung sehingga dapat memperbesar resiko jatuh pada lansia. (Nugroho,
2008). Berdasarkan survei masyarakat di Amerika Serikat didapatkan sekitar 30 %
lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut
mengalami jatuh berulang. Insiden jatuh di masyarakat Amerika Serikat pada umur
lebih dari 65 tahun dengan ratarata jatuh 0,6/orang, sekitar 1/3 lansia umur lebih dari
65 tahun menderita jatuh setiap tahunnya dan sekitar 1/40 memerlukan perawatan
dirumah sakit. Kejadian jatuh pada lansia baik di institusi dan di rumah angka
kejadiannya mencapai 50% kejadian jatuh terjadi setiap tahunnya, dan 40%
diantaranya mengalami jatuh berulang prevalensi jatuh tampaknya meningkat
sebanding dengan peningkatan umur lansia yang tinggal di institusi (panti)
mengalami jatuh lebih sering dari pada yang berada di komunitas, mereka secara
khas lebih rentan dan memiliki lebih banyak disabilitas. Kejadian jatuh pada lansia
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik (Kanne,dkk, 1994, dalam Nugroho,
2012).
Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari 115 penghuni panti sebanyak 30
lansia atau sekitar 43.47% mengalami jatuh. Kejadian jatuh pada lansia
dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot
ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizziness,serta faktor ekstrinsik
seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan
kurang karena cahaya kurang terang dan lain-lain (Darmojo, 2004).
Factor ekstrinsik sering kali menjadi factor resiko terjadinya jatuh pada
lansia. Salah satu yang paling sering terjadi adalah lansia yang mengalami jatuh
dari tempat tidur. Kondisi tempat tidur merupakan hal yang penting namun sering
kali disepelekan oleh pihak keluarga, sehingga kejadian lansia yang jatuh dari
tempat tidur masih sering terjadi mengingat factor factor dalam diri lansia yang
mulai mengalami penurunan misalnya dari kelemahan otot, kekakuan sendi dan
kekurangan kemampuan dalam pengelihatan. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan di Br. Kertajiwa, Kesiman Kertalangu dari 10 orang lansia yang
diwawancara didapatkan data bahwa 5 dari 10 orang lansia pernah jatuh di sekitar
rumah.
Upaya pencegahan perlu di lakukan untuk meminimalisir kejadian jatuh
pada lansia. Terdapat tiga usaha pokok pencegahan yang dapat di lakukan untuk
mencegah terjadinya jatuh pada lansia, mengidentifikasi faktor resiko di lakukan
untuk mencari adanya faktor intrinsik resiko jatuh, keadaan lingkungan rumah
yang berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh harus di hilangkan. Adapun upaya
penilaian keseimbangan dan gaya berjalan di lakukan untuk berpindah tempat dan
pindah posisi, penilaian postural sangat di perlukan untuk mengurangi factor
penyebab terjadinya jatuh. Serta mengatur atau mengatasi fraktur situasional dapat
di cegah dengan melakukan pemeriksaaan rutin kesehatan lansia secara periodic
(Reuben, 1996).
II. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara pencegahan jatuh pada lansia sehingga dapat
memelihara kesehatan lansia
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah :
1) Untuk mengetahui pengertian jatuh pada lansia
2) Untuk mengetahui penyebab jatuh pada lansia
3) Untuk mengetahui factor resiko jatuh pada lansia
4) Untuk mengetahui akibat dan komplikasi jatuh pada lansia
5) Untuk mengetahui penatalaksanaan jatuh pada lansia
6) Untuk mengetahui pencegahan jatuh pada lansia
4. Sasaran
Lansia di Br. Kertajiwa
5. Alat/Media
a) Leaflet
b) Sound system, LCD, dan Laptop
h) Air mineral
6. Metode
Sosiodrama, demonstrasi, dan tanya jawab.
7. Susunan acara
a) Setting Waktu
Melakukan perkenalan
anggota kelompok
Menyampaikan maksud
dan tujuan
Mengadakan kontrak
waktu
Kerja 35 menit Menyampaikan materi Pemeran
mengenai pencegahan jatuh sosiodrama.
pada lansia
15 menit Tanya jawab Narator
Penutup 15 menit Menyimpulkan materi Narator
yang diberikan
Mengakhiri kontrak.
Salam penutup
Mengevaluasi jalannya
kegiatan.
b) Setting Tempat
Keterangan :
: Narator
: Pemain sosiodrama
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
8. Rancangan Biaya
NO Keperluan Dana
1. Pengadaan leaflet Rp 20.000,00
2. Konsumsi Rp 100.000,00
3. Bahan Untuk Demostrasi Rp 50.000,00
TOTAL Rp 170.000,00
IV. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Kepanitiaan dibentuk 5 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
b) Praplanning sudah disiapkan 5 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
c) Alat/media sudah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
d) Naskah dan materi sosiodrama sudah disiapkan 5 hari sebelum pelaksanaan
kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a) Kegiatan sosiodrama penyuluhan kesehatan lansia berlangsung tepat waktu.
b) Peserta yang hadir mencapai 100% dari sasaran yang diharapkan.
c) Sasaran yang aktif bertanya mencapai 2 orang.
3. Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu:
a) Mengetahui pengertian jatuh pada lansia
b) Mengetahui dan mampu menyebutkan 2 dari 5 penyebab jatuh pada lansia
c) Mengetahui dan mampu menyebutkan 2 dari 5 factor resiko jatuh pada lansia
d) Mengetahui dan mampu menyebutkan 3 dari 5 Pencegahan jatuh pada lansia
e) Mengetahui dan mampu menyebutkan 2 dari 5 akibat dan komplikasi jatuh
pada lansia
f) Mengetahui dan mampu menyebutkan 2 dari 4 penatalaksanaan jatuh pada
lansia mengetahui pengertian jatuh pada lansia
Selain itu, Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus
dimengerti bahwa stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh:
1) Sistem sensori
Yang berperan di dalamnya adalah visus (penglihatan), pendengaran,
fungsi vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan
pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Semua penyakit
telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Vertigo tipe
perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karpena adanya
perubahan fungsi vestibuler akibat proses manua. Neuropati perifer
dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu fungsi
proprioseptif(Tinetti,1992).Gangguan sensorik tersebut menyebabkan
hampir sepertiga penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada
saat dilakukan uji klinik
2) Sistem saraf pusat ( SSP )
SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input
sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus
tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan
gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input
sensorik (Tinetti, 1992).
3) Kognitif
Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan
meningkatkan risiko jatuh.
4) Muskuloskeletal
Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang
benar benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap
terjadinya jatuh. Gangguan muskuloskeletal. Menyebabkan gangguan
gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang
fisiologis. Gangguan yang terjadi akibat proses menua tersebut antara
lain disebabkan oleh:
- Kekakuan jaringan penghubung
- Berkurangnya massa otot
- Perlambatan konduksi saraf
- Penurunan visus / lapang pandang
- Kerusakan proprioseptif
Dari proses menua yang dipaparkan diatas dapat menyebabkan:
- Penurunan range of motion (ROM) sendi
- Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan
ekstremitas bawah
- Peningkatan postural sway (goyangan badan)
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak,
langkah yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran
bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan
lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi
mengakibatkan seorang lansia susah/terlambat mengantisipasi
bila terjadi gangguan seperti terpleset, tersandung, kejadian
tiba tiba, sehingga memudahkan jatuh.
Nasution, Zulkarnain. Status Mental Dengan Resiko Jatuh pada Lansia. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. Available at http://uda.ac.id/jurnal/files/Zulkarnain%202008.swf
diakses pada tanggal 24 Februari 2017
Darmojo, B.R, & Martono, H.H. (2004). Buku ajar Geriatrik; Ilmu kesehatan lanjut
usia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Stanley, M. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Nugroho, W (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta:EGC
Reuben, (1996). Respon Imunitas yang Rendah Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.
Dalam: Makara, Kesehatan 10 (1): 47-53.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volum 2. Jakarta : EGC
SKENARIO SOSIO DRAMA
Suatu malam di rumah Ibu Kader pada pukul 02.00 dini hari saat nenek Ayu
terbangun dan ingin ke kamar mandi untuk BAK namun dia terjatuh dari tempat tidur
yang mengakibatkan nenek Ayu menjadi keseleo.
Nenek Ayu : aduh, . . sakitt banget , aduh keles bangkiang yang e (sambil
memegang pinggangnya )
Karena semua keluarga yang lain sudah tertidur dengan lelap, nenek Ayu tidak
ada yang menolong, nenek Ayu juga tidak minta pertolongan karena merasa tidak enak
dengan anggota keluarga lainnya. Nenek Ayu berusaha merangkak, menuju kamar
mandi dan setelah itu kembali ke tempat tidur dengan menahan sakit di kaki dan
pinggangnya. Keesokan harinya terlihat nenek sarah berjalan agak pincang dan ibu
kader menanyakan ada apa dengan kaki nenek Ayu.
Ibu Kader : nenek kenapa dengan kaki nya ? kok jalannya begitu
Nenek Ayu : ya, kemarin saya terbangun di tengah malam ingin BAK karena
tidak bisa menahan saya terburu-buru namun saya terjatuh dan kaki
dan pinggang saya sampai sekarang masih sakit.
Ibu Kader : kenapa tidak membangunkan saya atau orang lain ?
Nenek Ayu : saya tidak enak membangunkan yang lainnya, saya takut
mengganggu waktu tidur kalian
Ibu Kader : sekarang masih sakit nek kaki nya ? Nenek berbaring saja di
tempat tidur dulu.
Ibu Kader memanggil Mahasiswa Perawat, sementara itu nenek Ayu hanya
berbaring dan masih merasakan sakit di kakinya. Beberapa saat kemudian, ibu Kader
dan mahasiswa Perawat datang.
Mahasiswa : nenek sarah, ada apa ? kata Ibu Kader, kemarin terjatuh ya ?
Nenek Ayu : ya dik, kemarin saya terbangun ingin BAK karena terburu-buru
saya terjatuh dan kaki saya sampai sekarang sakit sekali.
Mahasiswa : di sebelah mana nek sakitnya ? di kaki kanan atau kiri ?
Nenek Ayu : ini di kaki sebelah kiri saya, di pergelangan mata kaki dik.
Mahasiswa : coba saya periksa dulu ya nek.
Nenek Ayu : baik dik
Setelah beberapa menit kemudian, petugas selesai memeriksa kaki nenek Ayu.
Mahasiswa : nenek, saya sudah selesai memeriksa kaki nya. Ini hanya terkilir
ya nenek, tidak apa-apa. Nyerinya karena ada pembengkakan.
Nanti saya akan kompres kaki nenek dengan alkohol. Nenek jika
terjadi hal yang sama, saya harapkan nenek meminta pertolongan
dengan memanggil salah satu keluarga dan lebih berhati-hati.
Nenek Ayu : terimakasih dik
Di Balai Banjar terlihat ketiga kakek-kakek sedang berjalan-jalan menuju warung
tiba-tiba salah satu dari mereka terjatuh.
Kakek dekgus : mai ngopi malu mih, med melali nok ..
Kakek Anom : mai naee
Kakek Sena : ..
Kakek Anom : *gedebruk* adududduuhhh sakittt sakittt
Kakek dekgus : nak kenken ne pragat ulung geenn ..
Kakek Sena : (berjalan lurus meninggalkan kakek agus dan dekgus) weee
ngopii yuk jani?
Kakek dekgus : weeee tulungin timpale ulung
Kakek Anom : weee bongolll tulungin cang
Kakek Sena : wee ngudiang ditu negak ? payu ngopii enggalin nae
Kakek dekgus : wee nak labuh nee , tulungin maluu mai
Kakek Sena : apa ? ngudiang ke pelabuhan ?
Kakek Anom : maiii aluuu cangg ulung neee
Tiba-tiba Mahasiswa Perawat dan Ibu Kader yang sedang ada di dekat balai banjar
menghampiri dan datang karena mendengar sedikit keributan di halaman tersebut
Kader Lansia : weee, wenten kenapi niki kek ? adi uyut sajan ?
Kakek Sena : kenten buk jegeg, nee kak Anom Ulung, ulung gen gaenne
Kakek Dekgus : Nak jegeg ajak memunyi, ngidang nyambung,
Kader Lansia : nak mule umur nike kek, ampunang onyehe, jani mai tulungin
pekak Anom malu
Pada sore hari yang terang, di sebuah warung tegal dekat panti Balai Banjar di
samping jalan raya yang cukup sepi, kakek Anom, kakek dekgus, dan kakek Sena
terlihat sedang duduk santai menikmati indahnya sore hari dengan secangkir teh di
masing-masing tangan mereka. Di kejauhan terlihat juga seorang nenek ditemani
cucunya sedang berjalan ke arah mereka. Sang nenek terlihat membawa barang bawaan
yang cukup banyak sedangkan cucunya yang masih remaja membawa beberapa barang
bawaan. Jika di terka umur nenek itu sekitaran 55 tahun ke atas dan cucunya sekitaran
18 tahun.
Kakek Dekgus : kek anom, cobak tolih kelod , ade cewek cantik mejalan.
Kakek Anom : ae, sajan. Cantik-cantik rajin membantu nenek ne kek. Kak Sena
coba tolih kelod mase, ade cewek cantik mejalan.
Kakek Dana : ngih, niki wawu teh adane. Enak sajan. . . .
Kakek Dekgus : sampunang kakek sena ajake ngomong, sing nyambung. Sing keto
kek Sena?
Kakek Dana : ahh ?? Ngih (kakek dana mengangguk dan tersenyum).
Ketika kakek dekgus, kakek anom dan kakek Sena sedang asyik berbincang-
bincang. Terdengar suara seorang wanita dari arah yang sangat dekat. Suara itu berteriak
meminta pertolongan. Kakek dekgus, kakek agus dan kakek dana pun segera menoleh
kea rah sumber suara. Mereka pun terkejut melihat nenek yang tadi di bicarakan tiba-
tiba tergeletak di permukaan jalan dan barang bawaannya pun berserakan di jalanan.
Sedangkan cucunya terlihat bingung mencari-cari pertolongan karena keadaan jalanan
pada saat itu benar-benar sepi, tidak ada satupun orang maupun kendaraan yang lewat.
Kakek dekgus, kakek anom pun segera bangun untuk menghampiri nenek yang jatuh
tersebut.
Sakmas : Tolong tolongg Dadong tiange ulung. Mih Antos dumun dong
nggih.
Kakek Sena : we, ngudiang bangun ??
Kakek Dekgus : ento, wenten anak labuh kakek sena . . .
Kakek Anom : Mai bangun, tulungin anak ulung.
Kakek Sena : ngih, jalan ampun maluan, teh tiang durung telas.
Kakek Dekgus : Ahh, ne mare kakek sena adan ne, mai encolan bangun tulungin
anak ulung (menyeret kakek sena bangun)
Kak Anom : ingetang ngabe kursi 2, kursi warung niki gen abe.
Setibanya ketiga kakek tersebut di tempat nenek yang jatuh, segeralah mereka
menolong nenek tersebut seperti yang di ajarkan oleh mahasiswa perawat ketika kakek
anom jatuh.
Kakek Dekgus : Ulung niki dadong gek?
sakmas : Ngih kak, tulungin dadong tiange kak.
Kakek Anom : Ngih mangkin sampun gek.
Kakek Sena : Mangkin kak nulungin sareng kak dekgus, gek tenang nggih.
Kakek Anom : Dong, napi ne ne sakit dong ?
Sakmas : Nggih dong napine sane sakit dong?
Nenek Era : Niki kak, bangkiang tiang sakit. Tulungin tiang kak.
Kakek Dekgus : Kak Sena, kak Anom, bantu tiang nggih nulungin dadong echa.
Tiang sane nuntun cara-cara menolong ne.
Kakek Dana dan Kakek Agus : Nggih Kak.
Kakek Sena : Baik sekarang Kak Anom teken Kak Dekgus untuk membantu
dadong Era miring kekanan, bantu dadong Era untuk berlutut
perlahan-lahan nggih dong. letakkan satu buah kursi didepan
dadong Era. Nah sekarang Dadong Era bertumpu yah pada
kursi. Setelah itu Dadong Era bisa membawa salah satu
kaki kedepan, kaki kanan nya kedepan ya dong, sekarang
injakan telapak kaki pada lutut. sekarang dadong Era
mendorong dari belakang menggunakan lengan dan
kaki,kemudian duduk di kursi di belakang .
Sakmas : Suksma nggih kak sampun nulungin dadong tiange.
Dadong Era : mihh, sakit sajan bangkiang dadong , aduhhh aduhhhh
duhh duh.
Kakek Anom : Nggih, mangkin dong era istirahat dumun dini. Niki cucu
dadong echa nggih? Nggih yening lakar mejalan mulih
alon-alon ngajak dadong nggih.
Sakmas : Dadong adeng-adeng mangkin mejalan nggih.
Kakek Sena : Mai tiang ngatin mulih mase, cen barang-barang dadong?
Tiang ngabe mulih