Anda di halaman 1dari 23

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial ini
sebagai suatu laporan atas hasil diskusi kami yang berkaitan dengan kegiatan
tutorial pada Blok 21, Blok Kedokteran Keluarga
Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan
dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan
dengan skenario 3 ini serta Learning Objective yang kami cari. Karena ini semua
disebabkan oleh keterbatasan kami.
Tak lupa terimakasih kami ucapkan kepada dr.Erwin Kresnoadi, Sp.An
dan dr. Reditya Novianni selaku tutor kami atas masukan-masukan beliau selama
proses diskusi. Kami berharap laporan ini dapat memberi pengetahuan serta
manfaat kepada para pembaca.

Mataram, 21 Desember 2014

( Kelompok Tutorial VI )

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................1

Daftar Isi..........................................................................................................2

I. Pendahuluan

1.1 Skenario 3 Blok 21...............................................................................3

1.2 Mind Map.............................................................................................4

1.3 Learning Objective...............................................................................4

II. Pembahasan

2.1 Manajemen puskesmas..5


2.2 Konseling.10
2.3 Sistem Rujukan. .....18

Daftar Pustaka................................................................................................24

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario III Blok 21

Seorang wanita hamil G4P3A0 berusia 38 tahun datang ke puskesmas dengan


keluhan bengkak di ekstremitas, pandangan kabur dan mual muntah. Setelah
dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, maka oleh dokter di
puskesmas, pasien tersebut didiagnosis preeklamsia untuk itu dokter menyiapkan
proses rujukan untuk pasien tersebut. Namun keluarga menolak untuk dirujuk
dengan alasan tidak ada yang akan menjaga di RS nanti. Dokter dan bidan
kemudian melakukan komunikasi dan konseling terhadap keluarga tentang
keadaan pasien tersebut. Setelah mendapat penjelasan dari dokter dan bidan
akhirnya keluarga setuju untuk dilakukan proses rujukan sesuai dengan alur
rujukan yang terdapat dalam manajemen Puskesmas

1.2 Mind Map

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Pasi Pusk
Def
en esm Fung
nisi
as Ko Tuju
si
Azaz
nse an
-
Man
lin ajem
azaz
Def en
g Tata
nisi
Def Ham
nisi Ruj cara
Jenis bata
Tata uka n
cara
Ham
Alur n
bata
n
1.3 Learning Objective

a. Manajemen Puskesmas
b. Konseling
c. Sistem Rujukan

BAB II

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Puskesmas

Definisi

Puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan


fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.

Azas Penyelenggaraan Puskesmas

1. Asas pertanggungjawaban wilayah, artinya Puskesmas bertanggungjawab


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tingal di wilayah
kerjanya. Program Puskesmas yang dilaksanakan selain menunggu kunjungan
masyarakat ke Puskesmas (kegiatan dalam gedung Puskesmas/kegiatan
pasif), juga memberikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin ke masyarakat
melalui kegiatan di luar gedung (kegiatan aktif/outreach activities)
2. Asas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar
berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas. Potensi
masyarakat perlu dihimpun.

Langkah langkah dan tahapan yang perlu dilakukan :

Sosialisasi program
Mengenalkan tim fasilitator kepada masyarakat, menjelaskan tujuan
program yang akan dilaksanakan beserta dengan waktu pelaksanaan dan
batas waktunya. Membuka peluang partisipasi dan partisipasi masyarakat
beserta pemerintah desa, kecamatan maupun kabupaten.

Kajian secara partisipatif

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Menggunakan metode yang tepat dalam pelaksanaan kajian seperti:
pemetakan sosial, transek, kalender musim, kajian kebijakan, kajian pasar
dll. Penekanan penggunaan instrument tersebut berpangku pada upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
pembangunan kehutanan

3. Asas keterpaduan
Asas ini menjadikan puskesmas dapat menyatukan program kerja dari sektor
yang satu ke sektor yang lain. Artinya selain puskesmas menjalankan program
kesehatan, puskesmas dapat juga menjalankan program lain selain kesehatan.
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu :

Keterpaduan lintas program, yaitu upaya memadukan penyelenggaraan berbagai


upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab Puskesmas
Keterpaduan lintas sektoral, yaitu upaya memadukan penyelenggaraan upaya
Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari
sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha
4. Asas rujukan
Asas rujukan adalah asas yang diberlakukan apabila puskesmas tidak dapat
menangani suatu masalah kesehatan. Asas ini ditetapkan untuk bekerja sama
dengan rumah sakit.

Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan


- rujukan kasus
- bahan pemeriksaan
- ilmu pengetahuan
Rujukan upaya kesehatan masyarakat
- rujukan sarana dan logistik
- rujukan tenaga
- rujukan operasional
Tujuan Puskesmas

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

Fungsi Puskesmas
1 Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
- Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya
agar menyelenggarakan pembangunan yg berwawasan kesehatan
- Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
- Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan
2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga&
masyarakat:
- Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat
- Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan
- Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan
3 Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
- Pelayanan kesehatan perorangan
- Pelayanan kesehatan masyarakat

Manajemen Puskesmas
Manajemen Puskesmas didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sistematis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien.
Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan Puskesmas membentuk fungsi-

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
fungsi manajemen. Ada 3 (tiga) fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni
Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian, serta Pengawasan dan
Pertangungjawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara
terkait dan berkesinambungan.
Fungsi manajemen yang digunakan oleh Puskesmas diadaptasi dari fungsi
manajemen yang dikemukakan oleh Terry dengan penambahan fungsi evaluating
(Penilaian), sehingga fungsi-fungsi manajemen Puskesmas adalah sebagai
berikut :
a. Planning (Perencanaan);
b. Organizing (Pengorganisasian);
c. Actuating (Penggerakan Pelaksanaan);
d. Controlling (Pengawasan/Pembimbingan);
e. Evaluating (Penilaian).
Planning (Perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan Puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan
untuk mencapainya. Tanpa ada fungsi perencanaan Puskesmas, tidak ada
kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan
Puskesmas. Melalui fungsi perencanaan Puskesmas akan ditetapkan tugas-tugas
pokok staf dan dengan tugas-tugas ini pimpinan Puskesmas akan mempunyai
pedoman supervisi dan menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf untuk
menjalankan tugas-tugasnya.
Organizing (Pengorganisasian) adalah serangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya yang dimiliki Puskesmas dan memanfaatkan
secara efisien untuk mencapai tujuan Puskesmas. Atas dasar pengertian tersebut,
fungsi pengorganisasian juga meliputi proses pengintegrasian semua sumber daya
yang dimiliki Puskesmas.
Actuating (directing, commanding, motivating, influencing) atau fungsi
penggerakan pelaksanaan Puskesmas adalah proses pembimbingan kepada staf
agar mereka mampu dan mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugasnya
sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, dan dukungan sumber
daya yang tersedia. Kepemimpinan yang efektif, pengembangan motivasi, fungsi
manajemen ini memerlukan perumusan standar kinerja (standard performance).

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Evaluating (Penilaian) adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau
tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan saran-
saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program.
Meskipun kelima fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, tetapi
sebagai suatu kesatuan proses, dimana kelimanya merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Kelima fungsi ini sifatnya sekuensial,
artinya fungsi yang satu mendahului fungsi yang lainnya, dimana aktivitas
manajerial dimulai dengan planning dan berakhir pada evaluating. Jika
perencanaan (planning) telah disusun, kemudian struktur organisasi dirancang
sedemikian rupa agar setiap tugas dan hubungan antar unit kerja dalam organisasi
dapat merealisasikan rencana (organizing). Jika struktur organisasi telah
dirancang, maka pimpinan memilih dan menetapkan personalia dengan kualifikasi
yang tepat untuk menempati posisi dalam struktur organisasi dan mengerjakan
berbagai tugas. Kemudian individu atau tim yang bekerja dalam organisasi
digerakan dan diarahkan agar mereka bertindak atau bekerja efektif untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan (actuating). Akhirnya semua aktivitas
atau operasi organisasi dikontrol untuk mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai
sesuai dengan standar kinerja yang telah ditentukan (controlling), kemudian hasil
yang dicapai dibandingkan dengan tolok ukur atau kriteria kinerja yang telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan kesimpulan dan saran-saran yang dapat dilakukan
pada setiap tahap pelaksanaan program (evaluating).

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Keterangan :
: garis lini
: garis koordinasi fungsional
: garis konsultasi

2.2 Konseling
Definisi
Konseling telah lama dikenal sebagai salah satu upaya untuk membantu
individu memecahkan masalah yang dihadapinya. Konseling telah banyak
digunakan di berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, psikologi, psikiatri
dsb. Rogers menyebutkan bahwa konseling terutama ditujukan untuk memberikan
bantuan dalam merubah sikap dan tingkah laku seseorang. Sementara itu literatur
yang lain menyebutkan bahwa konseling merupakan proses pertukaran informasi,
pemberikan dukungan dan rujukan pada klien melalui dialog atau wawancara.
Wawancara atau dialog merupakan alat utama dalam konseling. Tanggung jawab
dalam pengambilan keputusan sepenuhnya berada dalam tangan klien.
Konseling adalah suatu komunikasi tatap muka, untuk membantu penderita
menetapkan pilihan atas dasar pemahaman yang lengkap tentang dirinya serta
masalah kesehatan yang sedang dihadapi secara mandiri.
Menurut Stefflre dan Grant, dalam pengertian konseling terdapat empat hal
yang mereka tekankan, yaitu:
a. Konseling Sebagai Proses
Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat.
Butuh proses yang merupakan waktu untuk membantu klien dalam
memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan.

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Permasalahan klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat
dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara berkelanjutan.
b. Koseling Sebagai Hubungan Spesifik
Hubungan antara konselor dan klien merupakan unsur penting dalam
konseling. Hubungan koseling harus dibangun secara spesifik dan berbeda
dengan hubungan sosial lainnya. Karena konseling membutuhkan hubungan
yang diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara
positif tanpa syarat, dan empati.
c. Konseling adalah Membantu Klien
Hubungan konseling bersifat membantu (helping). Membantu tetap
memberikan kepercayaan pada klien dalam menghadapi dan mengatasi
permasalahan mereka. Hubungan konseling tidak bermaksud mengalihkan
pekerjaan klien pada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan mengatasi masalahnya.
d. Konseling untuk Mencapai Tujuan Hidup
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan
diri, proses belajar dari perilaku adaptif, dan belajar melakukan pemahaman
yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya membuat know about
tetapi juga how to sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir
konseling pada dasarnya adalah sejalan dengan tujuan hidupnya yang oleh
Maslow (1968) disebut aktualisasi diri.

Batasan dan Karakteristik Konseling

Batasan Konseling adalah hubungan antara dua orang (konselor dan klien) yang
bersifat saling membantu, untuk menyelesaikan masalah tertentu. Konseling
merupakan proses kolaborasi yang bertujuan memberdayakan klien dalam
menanggapi masalah kehidupan. Konseling bertujuan mengembangkan
mekanisme koping yang efektif dalam menghadapi masalah kehidupan. Dasar
pendekatan konseling adalah pendekatan humanistik, yaitu keyakinan bahwa
seseorang mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menentukan bagi
dirinya, mempunyai potensi untuk berkembang yang pada dasarnya baik.

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Konselor berperan sebagai fasilitator yang mendorong diwujudkannya potensi
yang baik itu, dan ia menghargai klien sebagai individu yang unik dan bebas serta
bertanggung jawab.

Tujuan
Secara umum, konseling bertujuan untuk :
a. Memberikan Pemahaman Yang Lebih Baik Terhadap Diri Individu Itu
Sendiri Dan Permasalahan Yang Dihadapinya Membantu Terbentuknya
Sikap Dan Perilaku Penting Untuk Menghadapi Masalah Secara Optimal
Sesuai Dengan Potensi Yang Dimiliki.
b. Mengurangi Kecemasan Dan Memfasilitasi Terbentuknya Pemahaman
Yang Lebih Baik Dan Mekanisme Coping Yang Sesuai Membentuk
Individu Merencanakan Dan Menetapkan Pilihan Atau Langkah-Langkah
Di Masa Mendatang.
c. Memberikan Rujukan Untuk Memperoleh Informasi Yang Lebih Spesifik
Tentang Kesehatan Individu Tersebut Atau Untuk Pemeriksaan Lebih
Lanjut.
Dengan demikian, konseling dapat membantu klien menggali permasalahan
yang dihadapi secara mendetail, memahami dan mengambil langkah-langkah
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Melalui konseling diharapkan terjadi
perubahan yang bersifat fundamental dalam diri klien, terutama perubahan dalam
sikap dan tindakan.

Tatacara Konseling
Dalam menjalankan konseling, pendekatan-pendekatan berikut dapat
digunakan, meliputi pendekatan tidak langsung (non-directive), pendekatan
langsung (directive) dan pendekatan eklektik.
A. Pendekatan Tidak Langsung (non-directive)
Pendekatan ini awalnya dipelopori oleh Carl Rogers sehingga dikenal sebagai
Rogerian Approach. Pendekatan ini menekankan pentingnya terjalin rasa percaya
klien pada konselor sebelum konseling berjalan sehingga memungkinkan klien
untuk mengungkapkan diri. Melalui proses wawancara, konselor mencoba untuk

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
membuka wawasan klien terhadap perilaku dan pemahamannya tentang suatu
permasalahan dan mengenali adanya ketidaksesuaian antara perilaku dan
pemahaman tersebut dengan pengalaman atau realita yang dihadapi oleh klien.
Dengan demikian klien sendirilah yang menjadi penilai dari pengalamannya, dan
kemudian memperbaiki kesalahan-kesalahannya kearah perkembangan yang
positif. Pendekatan ini bersifat klien-centered, yang memiliki pengertian bahwa
peranan dan kendali utama terhadap keputusan yang akan diambil berada di
tangan klien.

B. Pendekatan Langsung (directive approach)


Pendekatan langsung atau behavioral approach yang dipelopori oleh Skinner
menitikberatkan pada pelacakan sebab dan akibat tingkah laku yang menjadi
masalah. Oleh karena itu pendekatan ini bersifat problem-centered. Pendekatan ini
berpendapat bahwa tingkah laku individu merupakan hasil dari struktur tertentu
yang ada pada individu tersebut. Jika tingkah laku tersebut tidak sesuai dan
menjadi masalah, maka bantuan harus diberikan untuk mencari pola tingkah laku
yang sesuai. Dalam konseling langsung, konselorlah yang sepenuhnya
bertanggung jawab atas jalannya konseling dengan mengarahkan pembicaraan,
member masukan atau arahan untuk menyelesaikan masalah. Namun demikian,
pendekatan ini kurang mendorong timbulnya rasa tanggung jawab untuk membuat
dan menjalankan suatu keputusan. Pendekatan ini seringkali tidak memberikan
hasil yang lebih baik dari klien centered approach untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh klien.

C. Pendekatan Eklektik
Pendekatan ini merupakan gabungan dari kedua pendekatan tersebut di atas.
Respon konselor yang nondirektif member kesempatan kepada klien untuk
berperan dalam wawancara. Sedangkan respon konselor yang direktif bertujuan
mengendalikan arah konseling dan isi wawancara konseling. Dengan demikian
diperlukan kemahiran konselor dalam membaca suasana konseling sehingga dapat
memutuskan kapan akan menggunakan pendekatan tidak langsung dan kapan
menggunakan pendekatan langsung.

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Selain tata cara konseling yang sudah disampaikan di atas, menurut sumber
lainnya ada tata cara konseling yang baik dijelaskan sebagai GATHER, yaitu
G : Greet
A : Ask and Assest
T : Tell
H : Hellp
E : Explain
R : Refer and Return
A. Greet (Menyampaikan Salam)
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah menyampaikan salam kepada pasien
pada waktu pasien pertama kali memasuki ruangan konseling. Sambutlah pasien
dengan hangat dan ramah. Tujuannya adalah agar timbul kepercayaan (rapport)
sehingga komunikasi akan lebih mudah dilakukan. Jangan lupa mengamati sikap
dan perilaku pasien, baik pada waktu memasuki ruangan, menjawab salam dan
ataupun pada waktu duduk. Sering melalui pengamatan yang pertama ini akan
dapat diperoleh gambaran yang sesungguhnya tentang keadaan pasien.

B. Ask And Assest (Mengajukan Pertanyaan Dan Menilai)


Dalam mengajukan pertanyaan sebaiknya tidak bersifat langsung, dalam arti
tidak menanyakan masalah apa saja yang dihadapi pasien, melainkan secara tidak
langsung, dalam arti mengemukakan kesediaan dokter untuk membantu
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Mengajukan pertanyaan tentang
masalah pasien secara langsung sering menimbulkan rasa tidak nyaman serta
dapat menggelisahkan pasien. Bentuk pertanyaan yang sebaiknya diajukan bukan
'ada masalah apa?' melainkan 'apa yang bisa saya bantu?'.
Berilah waktu yang cukup kepada pasien agar dapat memberikan penjelasan
yang selengkap-lengkapnya tentang masalah yang dihadapinya.
Pada waktu pasien menyampaikan masalah yang sedang dihadapinya tersebut,
dokter perlu memberikan perhatian yang penuh dan bersungguh-sungguh. Jangan
memotong pembicaraan, jangan sinis atau menganggap rendah apa yang
dikemukakan pasien. Perhatikan pula sikap dan perilaku pasien pada waktu
menyampaikan penjelasan tentang masalah yang dihadapinya tersebut

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
C. Tell (Menyampaikan Uraian Sesuai Dengan Kebutuhan Pasien)

Apabila pasien selesai menyampaikan semua masalah yang dihadapinya,


selanjutnya dokter diharapkan dapat menyampaikan uraian seputar masalah yang
disampaikan pasien tersebut. Maksudnya adalah agar pasien memiliki pemahaman
yang cukup tentang berbagai aspek yang ada kaitannya dengan permasalahan
yang sedang dihadapi serta kemungkinan jalan keluarnya masing-masing, lengkap
dengan berbagai keuntungan dan atau kerugian dari masing-masing jalan keluar
tersebut.
Pada waktu menyampaikan uraian ini, berilah dorongan kepada pasien agar
pasien bersedia dan berani mengajukan pertanyaan.

D. Help (Membantu Pasien Mengambil Keputusan)


Apabila uraian yang disampaikan dipandang telah cukup serta pasien tidak
mengajukan pertanyaan lagi, kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan seorang
dokter adalah membantu pasien mengambil keputusan tentang penyelesaian
masalah kesehatan yang sedang dihadapinya. Pengambilan keputusan tetap
dilakukan sendiri oleh pasien, bukan oleh dokter.

E. Explain (Menyampaikan Penjelasan Selengkapnya Tentang Berbagai


Aspek yang Terkait Dengan Keputusan Yang Telah Diambil)
Kegiatan kelima yamg dilakukan oleh dokter pada waktu menyelenggarakan
pelayanan konseling adalah menyampaikan penjelasan yang selengkap-
lengkapnya tentang berbagai aspek yang terkait dengan keputusan yang diambil,
yang dalam hal ini adalah cara penyelesaian masalah kesehatan yang telah
ditetapkan.
Doronglah pasien untuk bersedia dan berani mengajukan pertanyaan untuk
suatu yang kurang dipahami.

F. Refer And Return (Merujuk Pasien dan Menjelaskan Kunjungan Ulang)


Apabila penjelasan yang disampaikan telah dipandang cukup, lanjutkan
dengan menyelenggarakan pelayanan kedokteran yang sesuai dengan cara
penyelesaian masalah yang telah diputuskan oleh pasien.

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Pelayanan kedokteran yang dimaksud dapat dilaksanakan sendiri oleh dokter
keluarga, atau kalau tidak mampu dirujuk (refer) ke sarana pelayanan kedokteran
lainnya.
Selanjutnya perlu pula disampaikan tentang jadual kunjungan ulang (return)
yang harus dilakukan oleh pasien sehubungan dengan pelayanan kesehatan yang
telah diperolehnya.

Faktor Yang Mempengaruhi


A. Sarana Konseling
Untuk dapat menjamin keberhasilan pelayanan konseling perlulah disediakan
sarana konseling yang baik. Pelayanan konseling yang dilaksanakan dalam
ruangan yang tidak nyaman, terlalu panas, terlalu dingin, ramai, bising, serta
terlalu terbuka, bukanlah suatu pelayanan konseling yang baik. Pelayanan
konseling yang dilaksanakan dalam ruangan seperti ini, bukan saja dapat
menghambat keterbukaan pasien, tetapi dapat juga menimbulkan rasa takut,
gelisah ataupun khawatir. Apabila keadaan memang memungkinkan, sangat
dianjurkan pelayanan konseling tersebut dapat dilaksanakan dalam ruangan yang
terjaga privacynya.

B. Suasana Konseling
Untuk dapat menjamin keberhasilan pelayanan konseling perlulah diciptakan
suasana konseling yang baik sehingga dapat membantu munculnya kepercayaan
dan keterbukaan pasien terhadap dokter. Pelayanan konseling yang dilaksanakan
dalam suasana tertekan, marah-marah atau tidak bersungguh-sungguh, bukanlah
pelayanan konseling yang baik. Pelayanan konseling yang dilaksanakan dalam
suasana yang seperti ini tidak akan membantu munculnya kepercayaan dan
keterbukaan pasien terhadap dokter.

C. Pelaksana Konseling
Untuk menjamin keberhasilan pelayanan konseling perlulah dipersiapkan
tenaga pelaksana yang baik sehingga di samping dapat menimbulkan kepercayaan
dan keterbukaan pasien, juga dapat menyampaikan berbagai penjelasan tentang

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
masalah kesehatan, tanpa maksud menggurui, sesuai dengan kebutuhan pasien.
Tenaga pelaksana konseling yang baik mrmang harus memiliki beberapa
persyaratan khusus. Persyaratan yang dimaksud adalah : Mempunyai minat yang
besar untuk menolong orang lain. Bersikap terbuka dan bersedia menjadi
pendengar yang baik terhadap pendapat orang lain. Mampu menunjukkan empati
dan menumbuhkan kepercayaan serta peka terhadap keadaan dan kebutuhan
pasien. Mempunyai daya pengamatan yang tajam serta memiliki kemampuan
untuk mengenal dan mengatasi masalah yang dihadapi pasien.

2.3 Sistem Rujukan

Definisi

Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan ini dikembangkan atas dasar


Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 032/Birhup/72
tentang pelaksanaan Referal System, adapun batasan dan pengertian pada Bab I
Ketentuan Umum, Pasal 1 sebagai berikut:

Referral System adalah suatu usaha pelayanan kesehatan antara pelbagai tingkat
unit-unit pelayanan medis dalam suatu daerah tertentu ataupun untuk seluruh
wilayah Republik Indonesia.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai


suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau
secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).

Jenis Rujukan

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik


dan rujukan kesehatan.

1. Rujukan Medis

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Merupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
untuk masalah kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem
kesehatan, khususnya kedokteran serta memulihkan status kesehatan
pasien. Jenis-jenis rujukan medis :

Rujukan Pasien (Transfer of patient)


Merupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan
yang kurang mampu ke strata yang lebih sempurna atau sebaliknya
untuk pelayanan tindak lanjut.
Rujukan Ilmu Pengetahuan (transfer of knowledge & transfer of
personel)
Merupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli
dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan
dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita,
diskusi kasus dan demonstrasi operasi (transfer of knowledge).
Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (Transfer of specimen)
Merupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata
pelayan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu,
atau sebaliknya untuk tindak lanjut.
2. Rujukan Kesehatan

Merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk


kesehatan masyarakat. Dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan
ataupun mencegah penyakit yang ada di masyarakat. Jenis-jenis rujukan
kesehatan adalah :

Rujukan Tenaga
Merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di
masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.
Rujukan Sarana

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan
kesehatan yg lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau
sebaliknya untuk tindak lanjut
Rujukan Operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah
kesehatan masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau
sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.

Jenis rujukan berdasarkan pembagian wewenang & tanggungjawab

1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita


sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan
selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama
jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter
pemberi rujukan tidak ikut campur.

Tata cara melakukan rujukan :


1 Alasan dilakukannya rujukan harus jelas & lengkap
2 Dokter yang melakukan rujukan harus berkomunikasi secara langsung dengan
dokter tempat rujukan (tertulis : surat, isi formulir khusus; lisan: telepon)
3 Keterangan tentang pasien saat rujukan harus lengkap tapi tak berlebihan. Min
yang harus disampaikan : masalah kesehatan, hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, jenis pemeriksaan yangtelah dilakukan, pengobatan yang telah
diberikan
4 Sepantasnya, dokter yang dimintai bantuan pelayanan rujukan bersedia merujuk
kembali pasien tersebut bila pelayanan rujukan telah selesai dilaksanakan.

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Alur Perujukan
RSU KelasA/Khusus/
Jakarta /Surabaya

RSU Propinsi/Swasta Di Ibu Kota Propinsi LAB KES


RS Jiwa
RS Khusus
BKMM
KKP

Dokter/Bidanpraktekumum
RSU Kelas C/Swata Di Kabupaten/Kota Di Mataram

RSU Kelas D/Swasta Di Kabupaten/Kota

Puskesmas, PuskesmasPerawatan, Puskesmas PONED

Polindes Poskesdes Posyandu Klinik-RB/Perorangan Pustu

MASYARAKAT UMUM/KADER DENGAN PROBLEMNYA

Catatan:
Untukrujukanpasiengawat/darurat/khususdibolehkantidakmengikutialurini.

Beberapa aspek yang harusdiperhatikan, antara lain:

a. Klasifikasi Rumah Sakit


Rumah sakit umum propinsi dengan klasifikasi B sebagai pusat rujukan
bagi RSU Kabupaten/Kota dengan Klasifikasi C atau D atau sarana
kesehatan lainnya, Termasuk rumah sakit militer, Rumah sakit
bhayangkara,dan swasta di Propinsi NTB.
b. Lokasi/Wilayah Kabupaten/Kota

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Rumah Sakit umum daerah Kabupaten/Kota sebagai tujuan rujukan dari
Puskesmas. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota sudah
mempunyai 4 spesialis utama diharapkan dapat menjadi tujuan rujukan
dari RSUD Kabupaten/Kota terdekat yang belum mempunyai spesialis
yang dituju.Puskesmas sebagai tujuan rujukan utama puskesmas, Polindes,
Desa siaga, dan kader dan masyarakat diwilayahnya.
c. Koordinasi unsur-unsur pelaksana tehnis
Unsur-unsur tehnis pelaksana tehnis rujukan lain sebagai sarana tujuan
rujukan yang dapat dikoordinasikan di tingkat propinsi NTB , antara
lain:Balai laboraorium kesehatan daerah(labkes),Rumah sakit jiwa, Balai
Kesehatan Matra Masyarakat (BKMM), kantor kesehatan
pelabuhan(KKP).

Hambatan

1. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas inisiatif dokter
serta penjelasan yang dilakukan tidak dapat meyakinkan pasien, dapat
menimbulkan rasa kurang percaya pasien terhadap dokter.
2. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas permintaan
pasien, dapat menimbulkan rasa kurang senang pada diri dokter, namun
seharusnya dokter tidak menolak permintaan pasien tersebut.
3. Apabila dokter tempat dimintakan konsultasi tidak memberikan jawaban,
melainkan mengambil alih wewenang dan tanggung jawab penanganan
pasien, atau dokter tempat rujukan tidak merujuk kembali pasien tersebut
setelah dilakukan tindakan.
4. Apabila dokter yang melakukan konsultasi dan atau rujukan tidak
sependapat dengan saran atau tindakan dokter konsultan.
5. Apabila ada pembatasan dalam melakukan konsultasi dan ataupun
rujukan. Pembatas yang dimaksud banyak macamnya. Pembatas yang
berasal dari dokter, misalnya sikap dan perilaku yang tidak menunjang.
Yang berasal dari pasien misalnya tidak bersedia dan ataupun tidak cukup
biaya atau kesulitan transportasi.
6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. (1997). Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Ikatan Dokter


Indonesia: Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. (2011). Petunjuk Teknis Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Available
from: http://www.ighealth.org/en/product/downloadfile/127/Petunjuk-
Teknis-Sistem-Rujukan-Pelayanan-Kesehatan-Technical-Guide-for-Health-
Referral-System (Accessed : 28 Desember 2011).
Azwar azrul, dkk. 2004. A Primer On Family Medicine Practice. Singapore
International Foundation. Singapore

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1
Sulaeman, Endang Sutisna. 2009. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di
Puskesmas. FK Universitas Sumatera Utara. Medan.

S k e n a r i o 3 K e l o m p o k Tu t o r i a l 6 Page 1

Anda mungkin juga menyukai