Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 Perubahan Atas Undang-Undang No. 18
tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan Pajak Daerah
adalah Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan untuk membiayai penyelenggaraan pemerinta daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Davey (1988:39-40) ada beberapa pengertian tentang pajak daerah antara lain :

1. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dengan pengaturan dari daerah sendiri;

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya dilakukan
oleh Pemerintah Daerah;

3. Pajak yang ditetapkan dan dipungut oleh Pemerintah Daerah;

Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasilnya diberikan
kepada, dibagihasilkan, atau dibebani pungutan tambahan (opsen) oleh Pemerintah Daerah

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian Pajak Daerah ?
1.2.2 Apa Saja Jenis Dan Objek Pajak Daerah ?
1.2.3 Bagaimana Hubungan Pajak Daerah Dengan Pajak Pusat ?

1.3 Tujuan penulisan


Menjelaskan pengertian pajak daerah, jenis dan obyek pajak daerah serta untuk mengetahui
bagaimana hubungan pajak daerah dengan pajak pusat .

BAB II
PEMBAHASAN

1
2.1 Pengertian Pajak Daerah

Pajak Daerah, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. (Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009)
Menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 Perubahan Atas Undang-Undang No. 18
tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan Pajak Daerah
adalah Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan untuk membiayai penyelenggaraan pemerinta daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Davey (1988:39-40) ada beberapa pengertian tentang pajak daerah antara lain :

1. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dengan pengaturan dari daerah sendiri;
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya dilakukan
oleh Pemerintah Daerah;
3. Pajak yang ditetapkan dan dipungut oleh Pemerintah Daerah;

Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasilnya
diberikan kepada, dibagihasilkan, atau dibebani pungutan tambahan (opsen) oleh Pemerintah
Daerah

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pengertian Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak daerah oleh
pemerintah kota/kabupaten kepada masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk membiayai
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pajak merupakan komponen penerimaan yang sangat penting. Menurut Mikesell and Hay

2
(1969,75)
Taxes are of special importance because :

1. they provide a verry large portion of the revenue of governmental units on all levels,

2. they are compulsory contributions to the cost of government, whether the affected
taxpayer approves or disapproves of the levy.

Pajak sangat penting karena :

1. Pajak memberikan bagian yang sangat besar bagi pendapatan pemerintah disemua
tingkatan, dan

2. (Pajak wajib memberikan kontribusi kepada biaya pemerintah, meskipun para wajib
pajak setuju atau tidak setuju terhadap pajak tersebut) .

Menurut Davey (1988:28-29), pemerintah Daerah dapat memperoleh pendapatan dari


perpajakan dengan tiga cara,yaitu :

1. Pembagian hasil pajak-pajak yang dikenakan dan dipungut oleh Pemerintah Pusat;

2. Pemerintah Daerah dapat memungut tambahan pajak diatas suatu pajak yang dipungut
dan dikumpulkan oleh pemerintah pusat;

3. Pungutan-pungutan yang dikumpulkan dan ditahan oleh Pemerintah Daerah sendiri.

2.2 Jenis dan Obyek Pajak Daerah

2.2.1 Jenis Pajak Daerah

Dari segi kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah, Pajak Daerah
dibagi menjadi dua, yakni:

1. Pajak Daerah Propinsi

3
1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah tanah dan Air Permukaan.

2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota (menurut UU 34/2000)

1) Pajak Hotel dan Restoran;

2) Pajak Reklame;

3) Pajak Hiburan;

4) Pajak Parkir;

5) Pajak Penerangan Jalan;

6) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C.

2.2.2 Obyek Pajak Daerah

1. Pajak Hotel

Menurut peraturan daerah No. 26 tentang Pajak Hotel (2002:1) : pajak hotel di
sebut pajak daerah pungutan daerah atas penyelenggaraan hotel.

Hotel adalah : Bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/istirahat, memperoleh pelayanan atau fasilitas lainnya dengan di pungut
bayaran, termasuk bangunan yang lainnya yang mengatur,di kelolah dan dimiliki
oleh pihak yang sama kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

4
Pengusaha hotel ialah : Perorangan atau badan yang menyelenggarakan usaha
hotel untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang
menjadi tanggungannya.

Objek pajak adalah : Setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di


hotel, Objek pajak berupa

1) Fasilitas penginapan seperti gubuk pariwisata (cottage), Hotel,wisma,losmen


dan rumah penginapan termasuk rumah kost dengan jumlah kamar 15 atau
lebih menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.

2) Pelayanan penunjang antara lain : Telepon, faksimilie, teleks, foto copy,


layanan cuci, setrika, taksi dan pengangkut lainnya disediakan atau dikelolah
hotel

3) Fasilitas Olahraga dan hiburan

Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran
atas pelayanan hotel. Wajib pajak hotel adalah : Pengusaha hotel. Dasar
pengenaan adalah : Jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel dan tarif
pajak ditetapkan sebesar 10%, Masa pajak I (satu) bulan takwim, jangka waktu
lamanya pajak terutang dalam masa pajak pada saat pelayanan di hotel.

2. Pajak Restoran

Menurut Peraturan Daerah No. 29 tentang Pajak Restoran (2002:1) : pajak


restoran yang di sebut pajak adalah pungutan daerah atas pelayanan restoran.
Restoran atau rumah makan adalah : Tempat menyantap makanan dan atau
minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran,tidak termasuk usaha jasa
boga atau catering.

Objek Pajak yaitu setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di


restoran. Subjek pajak orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas

5
pelayanan restoran, Wajib pajak rastoran yaitu Pengusaha restoran dan tarif pajak
di tetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

3. Pajak Hiburan

Menurut Peraturan Daerah No.28 tentang Pajak Hiburan (2002:1) : Pajak Hiburan
atau di sebut pajak adalah pajak hiburan di Kabupaten Musi Banyuasin. Hiburan ialah
semua jenis pertunjukan permainan dengan nama dan bentuk apapun yang di tonton
atau di nikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran di Kabupaten Musi
Banyuasin.

Objek Pajak Semua Penyelenggaraan Hiburan berupa :

1) Penyelenggara pertunjukan film di bioskop dengan tarif pajak sebesar 31%

2) Pertunjukan kesenian tradisional, Pertunjukan sirkus, Pemeran seni, Pameran


busana dengan tarif pajak 10%.

3) Pergelaran Musik dan tarif ditetapkan sebesar 15%

4) Karaoke ditetapkan sebesar 20%

5) Permainan Bilyar ditetapkan sebesar 20%

6) Pertandingan Olahraga ditetapkan sabesar 10%

Subjek pajak hiburan orang pribadi atau badan yang menonton atau menikmati
hiburan, Wajib pakak hiburan orang pribadi atau badan penyelenggara hiburan

4. Pajak Reklame

Menurut Peraturan Daerah No.27 Tentang Pajak Reklame (2002:1) : Pajak


reklame yang selanjutnya disebut pajak adalah pungutan daerah atas
penyelenggaraan reklame. Reklame yaitu benda, alat, media yang menurut bentuk

6
susunan dan corak raganya untuk tujuan komersial di pergunakan untuk
memperkenalkan,mengajukan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang yang
di tempatkan atau di dengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang di lakukan
oleh pemerintah.

Objek Pajak ialah penyelenggaraan reklame seperti :

1) Reklame Kain

2) Reklame Melekat, Stiker

3) Reklame Berjalan termasuk pajak kendaraan

4) Reklame Udara

5) Reklame Suara

6) Reklame Film/Slide

7) Reklame Peragaan

Subjek Pajak Reklame adalah : Orang pribadi atau badan yang


menyelenggarakan atau memesan reklame.Tarif pajak ditetapkan sebesar 25%

2.3 Hubungan Pajak Pusat Dengan Pajak Daerah

Pajak pusat dan pajak daerah mulai muncul di Indonesia sejak diberlakukannya
sistem otonomi daerah . Otonomi Daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam r an gk a
p el a ya n an te rh ad a p ma s ya r a k a t d an p el a ks an a an pe mb an gu n an s es ua i

7
d en ga n pe ra t ur an perundang-undangan. dalam konteks otonomi di Indonesia , daerah
otonom tersebut merupakan provinsi provinsi di Indonesia.
Semangat desentralisasi Fiskal pun mulai disebarluaskan dan menjadi program
ambisius pemerintah Indonesia sejak awal decade 2000, tepatnya mulai tahun fiskal 2001.
Pada tahun itu, pemerintah daerah mulai dari provinsi, kabupaten, dan kota diberikan
wewenang yang lebih luas un tu k me ng a tu r da n be rt an gg un g j aw ab t er ha d ap
p e mb el a nj aa n d i be be r ap a s ek to r b a r.
k on s e ku en s i l og is da ri p er lu a s an w ew en a ng it u ad a l ah me n i ng k at n ya
p en ge l ua r an d ae r ah . Peningkatan itu dapat terlihat jelas ketika pada tahun 2001,
jumlah belanja daerah mencapai kurang lebih 30% dari total belanja nasional.
D es e nt r al i s a s i F is k al i n il a h ya n g me n j ad i hu bu ng a n a nt a ra p aj a k
p us a t d en g an paj ak da e ra h d i In do ne s i a . P er lu as an w ew en an g k eu an g a n
p e me ri n ta h pu s a t da l a m ha l me n ga tu r ke u an ga n te rs eb u t pe rl u di i mb a n gi
d en g an p er lu a s a n o to ri t as d ae r a h un t u k me m pe r ol eh pendapatan daerahnya
sendiri yaitu dengan perluasan otoritas pemerintah daerah untuk menambah objek pajak
daerahnya sendiri. Dari sinilah tercipta adanya pajak pusat yang dipungut untuk
pendapatan APBN dan Pajak Daerah yang dipungut untuk pendapatan APBD.
Kedua nya merupakan pungutan sebagai pendapatan pada anggaran hanya saja pajak pusat
mengambil porsi lebih luas secara skala anggaran nasional dan pajak daerah hanya
berfokus pada pendapatan daerahya saja.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pajak Daerah, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. (Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009)
Dari segi kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah, Pajak Daerah dibagi
menjadi dua, yakni: Pajak Daerah Propinsi dan Pajak Daerah Kabupaten/Kota (menurut UU
34/2000).
D es e nt r al i s a s i F is k al a da l ah ya n g me n j ad i hu bu ng a n a nt a ra p aj a k pus at
d en g an paj ak da e ra h d i In do ne s i a

9
REFERENSI :

http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/10-08-16,%20NK%20dan%20RUU%20APBN
%202011_BabV.pdf

http://hendriologi.blogspot.com

http://www.scribd.com/doc/221108967/Hubungan-Pajak-Pusat-Dengan-Pajak-Daerah#scribd

10

Anda mungkin juga menyukai