Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI WANITA

2.1.1 DEFINISI GENDER.

1. Gender merupakan Peran sosial dimana peran laki-laki dan


perempuan ditentukan perbedaan fungsi, perbedaan tanggung jawab
laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat
berubah atau diubah sesuai perubahan zaman peran dan kedudukan
sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan budayanya karena
seseorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan. (WHO 1998).

2. Gender adalah suatu konsep budaya yang berupaya untuk membuat


perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran, perilaku,
mentalitas dan karakteristik emosional.

3. Gender adalah peran dan kedudukan seseorang yang


dikonstruksikan oleh budaya karena seseorang lahir sebagai
perempuan atau lahir sebagai laki-laki.

Contoh :Sudah menjadi pemahaman bahwa laki-laki itu akan menjadi


kepala keluarga, pencari nafkah, menjadi orang yang menentukan bagi
perempuan. Seseorang yang lahir sebagai perempuan, akan menjadi
ibu rumah tangga, sebagai istri, sebagai orang yang dilindungi, orang
yang lemah, irasional, dan emosional.

dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut. :

1. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang,


menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk
dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula
disebut dengan peran di sector publik.

2. Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang


untuk kegiatann yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya
manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak,
memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika,
membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut juga
peran di sektor domestik.
3. Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang
untuk berpartisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti
gotong-royong dalam menyelesaikan beragam pekerjaan yang
menyangkut kepentingan bersama.

Perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang


ditentukan secara sosial . Gender berhubungan dengan persepsi dan
pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan
laki-laki yang dibentuk masyarakat,bukan karena biolologis.

2.1.2 Definisi Seksualitas.

1. Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis


(khususnya system reproduksi dan hormonal) diikuti dengan
karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan seseorang adalah laki-
laki atau perempuan (Depkes RI, 2002:2).

2. Seksualitas/Jenis Kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis


yang mudah dilihat melalui cirri fisik primer dan secara sekunder yang
ada pada kaum laki-laki dan perempuan(Badan Pemberdayaan
Masyarakat, 2003).

3. Seksualitas/Jenis Kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang


ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu
9handayani, 2002 :4).

4. Seks adalah karakteritik genetic/fisiologis atau biologis seseorang


yang menunjukkan apakah dia seorang perempuan atau laki-laki
(WHO, 1998)

Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perbedaan antara Gender


dan Jenis Kelamin/seksualitas

Jenis Kelamin

Gender

Tidak dapat berubah, contohnya alat kelamin laki-laki dan perempuan


Dapat berubah, contohnya peran dalam kegiatan sehari-hari, seperti
banyak perempuan menjadi juru masak jika dirumah, tetapi jika di
restoran juru masak lebih banyak laki-laki.

Tidak dapat dipertukarkan, contohnya jakun pada laki-laki dan


payudara pada perempuan

Dapat dipertukarkan

Berlaku sepanjang masa, contohnya status sebagai laki-laki atau


perempuan

Tergantung budaya dan kebiasaan, contohnya di jawa pada jaman


penjajahan belanda kaum perempuan tidak memperoleh hak
pendidikan. Setelah Indo merdeka perempuan mempunyai kebebasan
mengikuti pendidikan

Berlaku dimana saja, contohnya di rumah, dikantor dan dimanapun


berada, seorang laki-laki/perempuan tetap laki-laki dan perempuan

Tergantung budaya setempat, contohnya pembatasan kesempatan di


bidang pekerjaan terhadap perempuan dikarenakan budaya setempat
antara lain diutamakan untuk menjadi perawat, guru TK, pengasuh
anak

Merupakan kodrat Tuhan, contohnya laki-laki mempunyai cirri-ciri


utama yang berbeda dengan cirri-ciri utama perempuan yaitu jakun.

Bukan merupakan budaya setempat, contohnya pengaturan jumlah a


nak dalam satu keluarga

Ciptaan Tuhan, contohnya perempuan bisa haid, hamil, melahirkan dan


menyusui sedang laki-laki tidak.

Buatan manusia, contohnya laki-laki dan perempuan berhak menjadi


calon ketua RT, RW, dan kepala desa bahkan presiden.

2.1.3 DISKRIMINASI GENDER

Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender

1. Marginalisasi (peminggiran).

merupakan suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis


kelamin yang mengakibatkan kemiskinan
Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Misalnya banyak
perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus,
baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang
didapatkan. Hal ini terjadi karena sangat sedikit perempuan yang
mendapatkan peluang pendidikan. Peminggiran dapat terjadi di rumah,
tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara yang bersumber
keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsi-
asumsi ilmu pengetahuan (teknologi).

contoh : guru TK dan pembantu rumah tangga dinilai sebagai


pekerjaan rendah sehingga berpengaruh terhadap gaji / upah yang
diterima.

2. Subordinasi (penomorduaan),

anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu memimpin,


cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor
dua setelah laki-laki.

contoh : masih sedikit jumlah wanita yang bekerja pada peran dan
posisi pengambilan keputusan kepenentu kebijakan dibandingkan
dengan laki-laki.

3. Stereotip (citra buruk)

pandangan buruk terhadap perempuan.

contoh : perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang


dan berbagai sebutan buruk lainnya.

4. Violence (kekerasan),

serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan


mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi,
subordinasi maupun stereotip diatas.

Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan contoh kekerasan


paling banyak dialami perempuan.

5. Beban kerja berlebihan /beban ganda/ double burden

tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus


menerus.

contoh : seorang perempuan selain melayani suami (seks), hamil,


melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu,
kadang ia juga ikut mencari nafkah (di rumah), dimana hal tersebut
tidak berarti menghilangkan tugas dan tanggung jawab diatas.

2.1.4 Keterkaitan Antara Gender dengan Kesehatan Reproduksi.

Pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor


sosial budaya, serta hubungan kekuasaan antar laki-laki dan
perempuan, merupakan faktor penting yang berperan dalam
mendukung atau mengancam kesehatan seseorang. Hal ini dinyatakan
dengan jelas oleh WHO dalam koferensi perempuan sedunia ke IV
diBejing pada tahun 1995.

1. Jenis Kelamin, Gender, dan Kesehatan

Berbagai penyakit atau gangguan hanya menyerang perempuan,


misalnya gangguan yang berkaitan dengan kehamilan dan kanker
serviks, sementara itu hanya laki-laki yang terkena kanker
prostat.Kapasitas perempuan untuk hamil dan melahirkan
menunjukkan bahwa mereka memerlukan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Perempuan memerlukan kemampuan untuk mengendalikan fertilitas
dan melahirkan dengan selamat, sehingga akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya
sangat menentukan kesejahteraan dirinya. Kombinasi antara faktor
jenis kelamin dan peran gender dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
budaya seseorang dapat meningkatkan resiko terhadap terjadinya
beberapa penyakit, sementara di sisi lain memberikan perlindungan
terhadap penyakit lainnya. Perbedaan yang timbul dapat berupa
keadaan sebagai berikut :

1. Perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan.

2. Sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu


penyakit.

3. Sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang sakit.

4. Sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengobatan dan akses


pelayanan kesehatan.

5. Sikap petugas kesehatan dalam memperlakukan laki-laki dan


perempuan.
2. Pengaruh Gender Terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan

Menikah pada usia muda bagi perempuan berdampak negatif


terhadap kesehatannya. Namun menikah di usia muda kebanyakan
bukanlah keputusan mereka, melainkan karena ketidak berdayaannya
(isu gender). Di beberapa tempat di Indonesia, kawin muda dianggap
sebagai takdir yang tak bisa ditolak. Perempuan tidak berdaya untuk
memutuskan kawin dan dengan siapa mereka akan menikah.
Keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki; ayah ataupun
keluarga laki-laki lainnya.

2.1.5 Issue gender dalam elemen kesehatan


reproduksi essensial.

1. Kesehatan ibu da bayi (safe motherhood)

a. Ketidak mampuan perempuan dalam mengambil keputusan


kaitanya dengan kesehatan dirinya misalnya menentukan kapan hamil
dan dimana akan melahirkan hal tersebut berhubungan dengan
kedudukan perempuan yang lemah dikeluarga dan masyarakat.

b. Sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-


laki, misal: 1) dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari yang
menempatkan bapak/anak laki-laki pada posisi yang diutamakan dari
pada anak dan ibu perempuan hal tersebut sangat merugikan
kesehatan perempuan terutama bila sedang hamil 2) tuntutan untuk
tetap bekerja keras dengan ibu hamil seperti pada saat kondisi ibu
tersebut tidak hamil. 3). Pantangan-pantangan bagi perempuan untuk
melakukan kegiatan/ makanan-makanan tertentu yang cukup bergizi,
seperti ikan dan telur.

2. Keluarga Berencana (KB)

a. Perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan


metoda kontrasepsi yang diinginkan antara lain karena ketergantungan
kepada keputusan suami, info yang kurang lengkap,dll

b. Pengambilan keputusan: partisipasi laki-laki dalam program KB


sangat kecil dan kurang, namun kontrol terhadap perempuan dalam
hal memutuskan untuk ber-KB sangatlah dominan.

c. Ada anggapan bahwa KB adalah urusan perempuan karena


kodrat perempuan untuk hamil dan melahirkan.

3. Kesehatan reproduksi remaja


a. Ketidak adilan dalam membagi tanggung jawab, misal: pada
pergaulan terlalu bebas, remaja putri selalu menjadi korban dan
menanggung segala akibatnya (seperti: kehamilan tidak diinginkan,
putus sekolah). Ada kecenderungan untuk menyalahkan pihak
perempuan, sedangkan remaja putra seolah-olah terbebas dari segala
permasalahan, walaupun ikut andil dalam menciptakan
permasalahanya tersebut.

b. Dalam tindakan aborsi ilegal, yang diancam oleh sanksi dan


hukum adalah perempuan yang menginginkan tindakan aborsi
tersebut, sedangkan laki-laki yang menyebabkan kehamilan tidak
tersentuh oleh hukum.

MATERI 2

Anda mungkin juga menyukai