TINJAUAN PUSTAKA
1
kearah bawah yaitu pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk
membrane timpani kanan. Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan
menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak
lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-
belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak
perforasi membrane timpani. Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang
pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus
longus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melakt pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasifaring dengan telinga tengah.4
2
dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis media supuratif kronis
bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2
bulan, disebut sebagai otitis media supuratif subakut.1
2.3 Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan
faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs
syndrom. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif
tinggi adalah defisiensi immun sistemik.3
Penyebab OMSK antara lain3:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,
dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.
Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara
umum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai
faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis
media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
3. Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan / atau otitis media dengan efusi.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode
3
kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai
adalah Gramnegatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.
5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran
nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara
normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan
bakteri.
6. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau
toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
7. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema
tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum
diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk
mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba
tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal. Beberapa
faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada
OMSK :
a) Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
b) Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
c) Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
d) Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami
pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses
ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
4
2.4 Patofisiologi
Disfungsi tuba Eustachius merupakan penyebab utama terjadinya
radang telinga tengah ini (otitis media, OM).1
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan
tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara
luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang
pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar
menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih
mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM
daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di
telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh
sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal
seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan
menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret
di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin
kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri
menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah
bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified
respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan
tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia,
mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM
ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk
lapisan epitel sederhana.
5
Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah
yang tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut
telinga tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit
telinga pada waktu bayi.
2.5 Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa
= tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif
dan OMSK tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar
dari kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang
keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja,
dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya
OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada
OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma. Kolesteatom adalah suatu kista
epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai
dengan kolesteatom. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau
OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau
di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatom pada OMSK dengan
perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
timbul pada OMSK tipe bahaya.1
Bentuk perforasi membran timpani adalah1 :
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan
postero-superior, kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari
anulus fibrosus.
6
Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi
total.
Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan
kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.
7
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat
hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat
bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom,
tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang
pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang
pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif
berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga
kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang
pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila
terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang
dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat
karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
telinga mungkin ada tetapi mungkin
oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis.
8
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius
lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel
labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul
biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada
panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi
besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat
komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena
infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga
dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi
meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat
vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada
membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga
telinga tengah.
2.7 Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di
liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan
seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan
pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala
disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang
keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan
keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Gejala klinis
9
Ada beberapa gejala klinis yang menyebabkan pasien berobat ke pelayanan
kesehatan, antara lain:
a. Telinga berair (otorrhoe), sekret bersifat purulen (kental, putih) atau
mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan.
b. Gangguan pendengaran, ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-
tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat
pula bersifat campuran.
c. Otalgia (nyeri telinga), nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK,
dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius.
d. Vertigo, vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius
lainnya.
3. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
4. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai
hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan
pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Pemeriksaan
penala adalah pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran
dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur
(speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked responce
audiometry) bagi pasien anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan
audiometri nada murni.
5. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih
efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
6. Pemeriksaan bakeriologik dengan media kultur pada OMSK
10
Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh
pada media kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik
dalam tubuh manusia (dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA)
masih mengandalkan teknik kultur murni.
7. Pemeriksaan penunjang lain berupa uji resistensi kuman dari sekret telinga.
2.8 Penatalaksanaan 1
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus
berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.
Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu:
adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar; terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring,
hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk jaringan patologik yang
irreversibel dalam rongga mastoid dan ; gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat
pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien
alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi
yang dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selama 2 bulan maka idealnya dilakukan meringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen,
memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki
pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih
11
dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi
atau tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu
mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat
adalah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti.
Terapi konservatif dengan medika mentosa hanyalah merupakan terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses periosteal
retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
mastoidektomi.
Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK,
harus dilakukan isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap
antimikroba. Meskipun demikian, tidak semua OMSK berhasil diatasi dengan
terapi antimikroba, walaupun terapi yang diberikan telah sesuai dengan uji
kepekaan.7
2.9 Komplikasi
Komplikasi OMSK dapat dibagi atas:1,5
a. Komplikasi intratemporal (komplikasi ekstrakranial) terdiri dari parese
n. Fasial dan labirinitis.
b. Komplikasi ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses
ekstradural, abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis,
abses otak, hidrosefalus otitis. Pada radang telinga tengah menahun ini
walaupun telinga berair sudah bertahuntahun lamanya telinga tidak
merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit disertai demam, sakit
kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi komplikasi ke
intracranial.
12
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : A / Laki-laki / 15 bulan
b. Pekerjaan/pendidikan : -
c. Alamat : Taruko
13
pasien yang hanya berupa 1 ruangan berukuran 3 x 3 m dari papan. Namun,
keluarga pasien hanya tidur saja di sana, semua keperluan sehari-hari
dilakukan di rumah nenek pasien.
- Ibu pasien adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarga, jadi nenek
pasien sangat memperhatikan pasien.
- Kondisi perekonomian keluarga pasien dan neneknya masih kurang.
4. Keluhan Utama
Keluar cairan di kedua telinga sejak 1 hari yang lalu.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 112 x/ menit
Nafas : 24 x/menit
TD : tidak diperiksa
Suhu : 37,8 0C
14
BB : 10 Kg
TB : 87 cm
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : Reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem -/-
Telinga
15
Kel kongenital Tidak ada Tidak ada
Sempit
Diding liang
telinga Hiperemi Tidak Tidak
Warna - -
Reflek cahaya - -
Bulging - -
Utuh
Retraksi - -
Atrofi - -
Jumlah perforasi - -
Jenis - -
Perforasi
Kwadran - -
16
Pinggir - -
Gambar
Rinne
Schwabach
Tes garpu tala
(tidak dilakukan/ Weber
pasien balita) Kesimpulan
Hidung
17
Sinus paranasal
Rinoskopi Anterior
Sempit
Cavum nasi
Lapang
Warna
Permukaan
Edema
Warna
Permukaan
Edema
18
Cukup
lurus/deviasi
Permukaan
Warna
Septum Spina
Krista
Abses
Perforasi
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Warna
Massa Konsistensi
Mudah digoyang
Pengaruh
vasokonstriktor
Gambar
19
Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher
9. Diagnosis Kerja
OMSK Benigna Aurikula Dextra et Sinistra fase aktif
10. Diagnosa Banding
-
11. Manajemen
Preventif
Jaga kesehatan anak, makan makanan yang sehat dan bergizi.
Segera bawa anak ke pusat pelayanan kesehatan jika menderita infeksi saluran
pernafasan.
Jaga kebersihan telinga anak.
Jangan mengorek-ngorek telinga anak.
Promotif
Kuratif
Amoxicillin 3 x tab
CTM 3 x tab
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Rehabilitatif
20
Ajari orang tua cara membersihkan liang telinga pada kunjungan pertama
Bersihkan dan keringkan liang telinga, bila tidak mungkin dilakukan
pasanglah tampon longgar.
Cegah agar tidak masuk air ke dalam telinga.
12. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Puskesmas Kuranji
Dokter : Mirna
S3dd tab
S3dd cth 1
S 3 dd tab
Pro : A
Umur : 15 bln
Alamat :Taruko
21
BAB III
DISKUSI
Telah datang seorang pasien laki-laki umur 15 bulan dengan diagnosis kerja
Otitis Media Supuratif Kronis Aurikula Dextra et Sinistra tipe Benigna fase aktif.
Diagnosis kerja ditegakkan berdasarkan anamnsesa dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesa didapatkan keluar cairan di kedua telinga sejak 1 hari yang
lalu. Cairan berwarna putih kehijauan, kental dan tidak berbau. Pasien telah dikenal
menderita OMSK sejak tiga bulan yang lalu. Cairan yang keluar sifatnya hilang
timbul, berwarna putih atau putih kehijauan dan tidak berbau. Cairan baru muncul di
telinga kalau pasien menderita infeksi pada saluran nafas atas. Saat ini pasien
menderita infeksi saluran pernapasan atas yang merupakan faktor risiko keluarnya
cairan pada telinga pasien. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tampak sekret kental
berwarna putih kehijauan yang tidak berbau pada kedua liang telinga pasien yang
mengisi seluruh liang telinga pasien. Pemeriksaan membran timpani tidak dapat
dilakukan karena keterbatasan alat di Pustu. Pada hidung pasien terdapat sekret
purulen berwarna putih namun rhinoskopi tidak dapat dilakukan karena alat tidak
tersedia.
Kepada orang tua diingatkan kembali cara membersihkan telinga anak agar
dibersihkan secara teratur. Orangtua juga diingatkan agar segera membawa anak ka
22
pusat pelayanan kesehatan jika menderita demam dan terutama kesehatan dan daya
tahan tubuh anak harus dijaga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan
FKUI, Jakarta. 2006: p. 64-77.
2. Christanto, A. et al. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan
Spesies Bakteri Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia
Kedokteran No. 155, 2007
3. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik
Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003
http://www.ketulian.com/v46/web/index.php?to=article&id=27 pada 12
Agustus 2011.
4. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai
Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22
5. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta.
1994: p. 392-412.
6. Boesoirie, TS dan Lasminingrum. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan
Otitis Media Supuratif. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran
UNPAD/RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung. 2009. Diakses dari
http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 pada 22
Nofember 2012.
7.
23