I. Pendahuluan
Kata nyeri kepala sering disamakna dalam penggunaanya dengan kata sakit kepala di
masyarakat. Dalam anamnesis perlu ditanyakan kualitas nyeri, intensitas, lokasi, durasi,
frekuensi, gejala yang menyertai serta perjalanan penyakitnya. Nyeri kepala yang
berlangsung kronik dan sering kambuh tentu berbeda dengan nyeri yang akut. Nyeri yang
kronik dan sering kambuh cenderung ke penyebab vaskuler dan psikogenik, sedangkan yang
berat dan akut mungkin memiliki latar belakang yang lebih serius.
Secara garis besar nyeri kepala dapat dibagi atas nyeri kepala primer dan sekunder.
Pada nyeri kepala primer, nyeri kepala merupakan keluhan utama, artinya nyeri kepala
tersebut bukan timbul karena ada kelainan yang mendasari. Nyeri kepala primer utama
menurut klasifikasi dari International Headache society adalah migren dengan dan tanpa
aura, nyeri kepala tegang (tension type headache) dan nyeri kepala berkelompak ( cluster
headache).
II. Epidemiologi
Hampir semua orang pernah mengalami nyeri kepala, sekitar 99% orang pernah
mengalaminya seumur hidupnya. Sekitar 90% orang sekurangnya satu kali mengalami
nyeri kepala dalam satu tahun, dan pada sekitar 40% ini nyeri kepala cukup mengganggu
dalam kegiatan sehari-hari. Pada sebahagian besar kasus, nyeri kepala penyebabnya tidak
serius dan tidak merusak otak .
III. Defenisi
Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau
menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah dan leher. Struktur di
kepala yang peka terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot, arteri ekstra dan
intraserebral, meningen, dasar fossa anterior, fossa posterior, tentorium serebeli, sinus
venosus, nervus V, VII, IX, X, radix posterior C2,C3, bola mata, rongga hidung, rongga
sinus, dentin dan pulpa gigi. Sedangkan otak tidak sensitif terhadap nyeri. Pada struktu
yang peka terhadap nyerir terdapat ujung saraf nyeri yang mudah dirangsang oleh :
1. traksi atau pergeseran sinus venosus dan cabang cabang kortikal
2. traksi, dilatasi atau inflamasi pada arteri intra dan ekstrakranial
1
3. traksi, pergeseran atau penyakit yang mengenai saraf kranial dan servikal
4. perubahan tekanan intrakranial
5. penyakit jaringan kulit kepala, wajah, mata, hidung, telinga dan leher
IV. Klasifikasi
Menurut International Headache society, secara garis besar klasifikasi nyeri
kepala terbagi atas :
2
4. lama nyeri
migren dalam jam
tension headache hari-bulan
neuralgia trigeminal menyengat, detik-menit
5. kapan nyeri
cluster headache: sewaktu tidur nyeri waktu bangun tidur
tension headache: siang dan sore lebih sering, rangsangan emosi
migren; pencetus cahaya, cuaca, alkohol
neuralgia trigeminal: tecetus waktu menelan, bicara, sikat gigi
6. kualitas dan intensitas
migren: denyut hebat (susah kerja)
cluster headache: denyut seperti bor
tension headache: seperti memakai topi baja berat
7. gejala penyerta
migren: muntah, vertigo, diplopia
cluster: ptosis ipsilateral, mioasis, konjungtiva merah
tension headache: foto dan fonofobia.
Tanyakan pula tentang faktor presipitasi, faktor yang memperberat atau mengurangi
nyeri kepala, pola tidur, faktor emosional/ stress, riwayat keluarga, riwayat trauma kepala,
riwayat penyakit medik (peradangan selaput otak, hipertensi, demam tifoid, sinusitis,
glaucoma dan sebagainya), riwayat operasi, riwayat alergi, prahaid (pada wanita), riwayat
pemakaian obat (analgetik, narkotik, penenang, vasodilator dll)
Pemeriksaan khusus meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan bentuk,
nyeri tekan dan benjolan. Palpasi pada otot untuk mengetahui tonus dan nyeri tekan daerah
tengkuk. Perabaan arteri temporalis superfisialis dan arteri carotis komunis. Pemeriksaan
leher, mata, hidung, tenggorok, telinga, mulut dan gigi geligi perlu dilakukan. Pemeriksaan
neurologis lengkap, ditekankan pada fungsi saraf otak termasuk funduskopi, fungsi motorik,
sensorik serta koordinasi.
Nyeri kepala yang menunjukkan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi penunjang:
nyeri kepala hebat pertama kali yang timbul mendadak
nyeri kepala yang paling berat yang pernah dialami
3
nyeri kepala berat yang progresif selama beberapa hari atau minggu
nyeri kepala yang timbul bila latihan fisis, batuk, bersin, atau membungkuk.
Nyeri kepala yang disertai penyakit umum atau demam, mual, muntah atau kaku
kuduk
Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis (afasia, koordinasi buruk,
kelemahan fokal atau rasa baal, mengantuk, fungsi intelek menurun, perubahan
keperibadian dan penurunan visus).
Pemeriksaan Penunjang :
1. Ro foto kepala melihat struktur tengkorak
2. Ro foto servikal menentukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal
3. CT Scans/ MRI pada nyeri kepala yang menunjukkan kemungkinan penyakit
intrakranial (tumor, perdarahan subarachnoid, AVM dll)
4. EEG dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, tauma kepala atau
presinkop
5. Foto sinus paranasal melihat adanya sinusitis
6. Angiografi untuk kasus spesifik seperti aneurisma
7. LP infeksi, perdarahan intrakranial
8. EMG kontraksi otot yang terus menerus pada tengkuk, belakang dan depan kepala
9. Labor pemeriksaan kimia darah
VI. Migren
Migren adalah nyeri kepala yang episodik, berulang, dengan karateristik nyeri kepala
berdenyut dengan penyebab vascular biasanya unilateral. Sering disertai oleh rasa mual,
muntah, fotofobia (peka cahaya), fonofobia (peka bunyi) dan rasa lemas. Migren lebih sering
dijumpai pada wanita daripada pria,2/3-3/4 kasus dijumpai pada wanita.
Kata migren berasal dari bahasa prancis, dibentuk dari bahasa Yunani hemicranias
(separuh kepala), namun migren dapat melibatkan kedua sisi kepala sejak dari mula serangan
pada 40% pasien. Empat puluh persen lainnya mengalami nyeri kepala sesisi saja dan sekitar
20 % lainnya nyeri kepala bermulai darisatu sisi kemudian menjadi umum.
4
4 kali lebih besar pada migren dengan aura dan 1,9 kali lebih besar pada yang tanpa aura
dibanding populasi umum. Cukup lama diduga bahwa peranan vascular penting pada migren
seperti fase nyeri diperkirakan disebabkan oleh pembuluh darah yang melebar sementara aura
disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah. Namun, akhir-akhir ini teori ini tidak
memadai untuk menerangkan kelainan migren. Walau belum terungkap dengan
baikmpetofisiologi migren ini diduga beberapa factor memiliki peranan diantaranya adalah
disposisi genetic, hipereksitabilitas neuron pusat, depresi kortikal yang menjalar melebar,
aktivasi batang otak dan aktivasi vascular trigeminal.
Gejala migren bervariasi luas, dan manifestasinya sering berbeda dari pasien yang
satu dengan yang lainnya, dan juga pada satu pasien gejalanya dapat pula berubah. Nyeri
kepala yang diderita dapat disertai banyak gejala lain mencakup rasa mengantuk, perubahan
suasana hati, gampang tersinggung, iritabel, banyak kencing beserta gejala gangguan
penglihatan dan saraf fokal lain.
Migren Komplikata
Pada migren komplikata, didapatkan deficit saraf (neurologi) yang berlangsung lebih
lama dari nyeri kepalanya, misalnya lumpuh otot bola(oftalmoplegia), atau lumpuh separuh
badan (hemiparese). Dari 500 pasien yang menderita serangan migren berat, raskin (1998),
mendapatkan 87% menderita nausea, 82% menderita fotofobia, 72% merasa enteng di
5
epala, 65% kulit kepala menjadi peka nyeri, 56% mengalami muntah, 36% mengalami
gangguan visual.
Migren tanpa aura disebut juga sebagai migren umum (common migraine). Nyeri
kepala ini tidak menunjukkan gejala neurologi lain yang khas sebelum atau selama adanya
nyeri kepala.
Kriteria diagnostic bagi migren tanpa aura, yang dikemukakan oleh HIS bagi migren tanpa
aura adalah :
Terdiri dari aura visual yang muncul secara gradual yang mendahului nyeri kepala dan
berlangsung sekitar 15-30 menit. Gangguan visual dapat berupa skotoma (bercak hitam) yan
bergerak dan dapat juga berupa gangguan dilapang penglihatan seperti garis, spectra
fortifikasi ( garis terang bergerigi atau dikemukakan oleh pasien sebagai cahaya berbintang-
bintang, lampu senter, garis bergerigi atau distorsi penglihatan yang muncul disebahagian
atau seluruh lapangan pandangan.
Gejala nonvisual, yang tidak berkaitan dengan penglihatan dapat berlangsung singkat
seperti hemiparesis (lemah separuh badan) atau hemihipestesia (kurang merasa separuh
badan), yang dapat juga mendahului nyeri kepala sebagai aura.
6
1. Gejal visual ( penglihatan) yang putih sempurna (reversible). Mencakup gejala positif
(yaitu cahaya kunang-kunang, bercak-bercak), atau garis-garis) dan/atau gejala
negative (yaitu penglihatan hilang)
2. Gejala sensorik yang pulih sempurna , termasuk gejala positif (yakni rasa seperti
kesemutan) dan atau negative (yaitu rasa baal)
3. Gejala gangguan bicara (berbahasa, disfasia) yang pulih sempurna.
3. Sekurangnya dua dari gejala berikut:
1. Gejala visual homonym dan atau gejala sensorik unilateral
2. Sekurangnya satu gekala autra yang muncul gradual 5 menit dan atau berbagai
gejala aura muncul beraturan selam 5 menit
3. Tiap gejala berlangsung 5 menit, namun 60 menit.
4. Nyeri kepala yang memenuhi kriteria migren tanpa aura (B-D). Nyeri kepala mulai
sewaktu aura atau mengikuti aura dalam waktu 60 menit.
5. Tidak disebabkan gangguan lain.
7
1.6.1 Probabel migren tanpa aura
1.6.2 Probabel migren denagna ura
1.6.3 Probabel migren kronis
Pada migren dapat diidentifikasi empat fase, namun tidak tiap pasien mengalaminya.
Keempat fase tersebut adalah:
1. Fase prodormal, terdapat 1-24 jam sebelum nyeri kepala
2. Fase aura, terjadi 0-60 menit, sebelum atau bersamaan
dengan timbulnya nyeri kepala
3. Fase nyeri kepala, yang berlangsung 4-72 jam
4. Fase nyeri kepala berhenti, biasanya nyeri kepala
menghilang dengan tidur
5. Fase postdrom dapat berlangsung beberapa jam atau hari
setelah fase nyeri kepala.
Terapi Migren
Penatalaksaan Pengobatan Migren
Tatalaksana pengobatan migren dapat dibagi kepada 4 kategori :
A. Langkah Umum
Pasien perlu menghindari pencetus nyeri, seperti perubahan pola tidur, makanan
( coklat, makanan yang mengandung MSG dan tyramin), keadaan lapar, stress, suara
yang bising, bau-bauan tertentu yang tajam, kontraseptive oral, cahaya terang, kelap
kelip, perubahan cuaca, berada di tempat yang tinggi seperti gunung dan pesawat
udara. Faktor pencetus ini bervariasi pada setiap pasien.
B. Terapi Abortif
Pada serangan yang ringan sampai sedang atau serangan berat yang berespon
baik terhadap obat yang sama dapat dipakai : analgetik OTCs (over the
Counters), NSAIDs (oral). Pengobatan NSAID ini dapat menggunakan
parasetamol, Aspirin, ibuprofen, Naproxen sodium, ketorolac dan diclofenac
potassium.
Bila tidak berespon terhadap NSAIDs, dipakai obat spesifik seperti : Triptans
(naratriptans, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan), Dihydro ergotamine
(DHE), obat kombinasi (misalnya : aspirin dengan asetaminofen dan kafein)
8
Yang tidak berespon terhadap obat-obat diatas dapat dipakai opiate dan
analgetik yang mengandung butalbital.
C. Terapi preventif
Prinsip umum terapi preventif adalah untuk mengurangi frekuensi berat dan lamanya
serangan, meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan, meningkatkan aktivotas
sehari-hari serta pengurangan disabilitas. Indikasi terapi preventif berdasarkan factor-
faktor sebagai berikut :
a. Serangan berulang yang mengganggu aktivitas
b. Nyeri kepala yang sering
c. Adanya kontra indikasi terhadap terapi akut
d. Kegagalan terapi atau overuse
e. Efek samping yang berat terhadap terapi akut
f. Munculnya gejala-gejala dan kondisi yang luar biasa umpamanya migren
basilar hemiplegic, aura yang memanjang.
Obat yang digunakan dapat berupa golongan beta bloker (seperti atenolol, metaprolol,
nadolol dan propanolol), Calcium channe blockers (flunarizine dan verapamil), Serotonin
reseptor antagonist (methylsergide), Pizotyline (pizotifen), trysiclic analgesics (amitriptilin,
nortriptiline), anti epileptic (divalproex, sodium valproate, valproic acid), gabapentin atau
topiramate. Pemilihan obat preventif dilakukan berdasarkan pertimbangan kondisi penderita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sastrodiwijo S, Kusuma P, Markum S, Nyeri Kepala Menahun. Bagian Neurologi: FKUI.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 1986.
2. Nyeri Kepala : Gangguan Kesadaran di Bidang Penyakit Syaraf. Bagian Neurologi FK
UNAND Padang.
3. Nyeri Kepala. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Editor Mansjoer A. Penerbit Media
Ausclapius. FKUI. Jakarta . 2000 : hal 34 36.
9
4. Sjahrir, Hasan. Konsensus nasional II Diagnostik dan Penatalaksanaan nyeri kepala.
Kelompok Studi Nyeri Kepala (PERDOSSI). 2005
5. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi dalam neurologi. Salemba
Medika.Jakarta, 2001.
6. Lumbantobing. Nyeri Kepala, Nyeri punggung Bawah, Nyeri kuduk. FKUI. Jakarta,
2008.
10
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Mutia Rahmi/ Perempuan/ 21 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Mahasiswi/ STIE AKBP Tingkat 2
c. Alamat : Jl. Pramuka 2B N0.11, Padang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah saudara : anak ke 4 dari 6 bersaudara
c. Status Ekonomi Keluarga : penghasilan dari Ibu sebagai Juru masak di rumah
makan Rp. 1.500.000,-/bulan, bapak tidak bekerja
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah semipermanen, perkarangan sempit, luas bangunan 80m2
- Ventilasi dan sirkulasi udara baik
- Listrik ada
- Sumber air : sumur, air minum dari PDAM di rumah nenek pasien
- Jamban tidak ada, septic tank tidak ada, saluran air limbah ada tapi tidak
mengalir lancar
- Sampah dibakar
- Pasien memelihara kucing, ayam dan bebek. Kandang ayam dan bebek di
depan rumah pasien di dekat jemuran pakaian keluarga pasien.
Kesan : hygiene dan sanitasi kurang baik
11
memakai koyo dan istirahat, dan bila sakit kepala tidak berkurang, pasien
membeli obat paracetamol dan diminum 1 tablet, sakit kepala berkurang
sedikit. Sakit kepala menghilang paling cepat setelah 4 jam dan paling lama
2-3 hari.
- Riwayat bersin-bersin pada pagi hari dan alergi lainnya tidak ada.
- Riwayat menderita penyakit hipertensi tidak ada.
- Tidak ada anggota keluarga yang lain menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
5. Keluhan Utama
Sakit kepala sebelah sejak 1 hari yang lalu.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : CMC
12
Nadi : 77 x/ menit
Nafas : 20 x/menit
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7 0C
BB : 45 kg
TB : 162 cm
IMT : 17.15 Gizi Kurang
Status Internus
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit normal
THT : tidak ada kelainan
Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB
Gigi : tidak ada kelainan
Dada :
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
13
Status Neurologis
Nervus Kranialis :
Koordinasi : Tes telunjuk hidung tidak terganggu, tes romberg (-), Stepping test (-), Tes
tumit lutut tidak ada kelainan
555 555
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
8. Laboratorium Anjuran : -
14
10. Diagnosis Kerja: Migren tanpa Aura
12. Manajemen
a. Preventif :
- Tidur yang teratur, makan teratur, olahraga, menghindari puncak stres dan
palung relaksasi.
b. Promotif :
- Edukasi kepada pasien tentang tatacara menghindari faktor pencetus
- Edukasi kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaan penyakit apabila
dalam serangan.
c. Kuratif :
d. Rehabilitatif :
- Rujuk ke bagian neurologi neurologi bila sakit kepala tidak berkurang
- Jika serangan semakin bertambah berat, maka segera ke puskesmas atau RS
terdekat, atau spesialis neurologi.
15
Dinas Kesehatan Kodya Padang
S 3 d d tab I
S 3 dd tab I
S 3 dd tab I
S 1 dd tab I (malam)
Umur : 21 tahun
16