Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA

PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA


Perkembangan demokrasi PraOrde Baru
Semenjak dikeluarkannya maklumat wakil presiden No. X 3 november 1945, yang
menganjurkan pembentukan partai-partai politik, perkembangan demokrasi dalam
masa revolusi dan demokrasi pearlementer dicirikan oleh distribusi kekuasaan yang
khas. Presiden Soekarno ditempatkan sebagai pemilik
kekuasaan simbolik dan ceremonial, sementara kekuasaan pemerintah yang riil dimiliki
oleh Perdana Menteri, Kabinet dan, Parlemen. Partai politik memainkan peranan sentral
dalam kehidupan politik dan proses pemerintahan. Kompetisi antar kekuatan dan
kepentingan politik mengalami masa keleluasaan yang terbesar sepanjang sejarah
Indonesia merdeka. Pergulatan politik ditandai oleh tarik menarik antara partai di
dalam lingkaran kekuasaan dengan kekuatan politik di luar lingkungan kekuasaan,
pihak kedua mncoba menarik pihak pertama ke luar dari lingkungan kekuasaan.
Kegiatan partisipasi politik di masa ini berjalan dengan hingar bingar, terutama melalui
saluran partai politik yang mengakomodasikan ideologi dan nilai primordialisme yang
tumbuh di tengah masyarakat, namun hanya melibatkan segelintir elit politik. Dalam
masa ini yang dikecewakan dari Soekarno adalah masalah presiden yang hanya sebagai
simbolik semata begitu juga peran militer.

Akhirnya massa ini mengalami kehancuran setelah mengalami perpecahan antar elit
dan antar partai politik di satu sisi, serta di sisi lain akibat adanya sikap Soekarno dan
militer mengenai demokrasi yang dijalankan. Perpecahan antar elit politik ini diperparah
dengan konflik tersembunyi antar kekuatan parpol dengan Soekarno dan militer, serta
adanya ketidakmampuan setiap kabinet dalam merealisasikan programnya dan
mengatasi potensi perpecahan regional ini mengindikasikan krisis integral dan
stabilitas yang parah. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Soekarno untuk merealisasikan
nasionalis ekonomi, dan diberlakukanya UU Darurat pada tahun 1957, maka sebuah
masa demokrasi terpimpin kini telah mulai.

Periode demokrasi terpimpin ini secara dini dimulai dengan terbentuknya Zaken
Kabinet pimpinan Ir. Juanda pada 9 April 1957, dan menjadi tegas setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Kekuasaan menjadi tersentral di tangan presiden, dan secra
signifikan diimbangi dengan peran PKI dan Angkatan Darat. Kekuatan-kekuatan
Suprastruktur dan infrastruktur politik dikendalikan secara hampir penuh oleh
presiden. Dengan ambisi yang besar PKI mulai menmperluas kekuatannya sehingga
terjadi kudeta oleh PKI yang akhirnya gagal di penghujung September 1965, kemudian
mulailah pada massa orde baru.

Dari uraian diatas dapat di simpulkan, antara lain:

1. Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam kedaan memprihatinkan.


Mengalami 25 pergantian kabinet, 20 kali pergantian kekuasaan eksekutif dengan
rata-rata satu kali pergantian setiap tahun.
2. Stabilitas politik sevara umum memprihatinkan. Ditandai dengan kuantitas
konflik politik yang amat tinggi. Konflik yang bersifat ideologis dan primordial
dalam masa 20 tahun pasca merdeka.
3. Krisis ekonomi. Dalam masa demokrasi parlementer krisis dikarenakan karena
kabinet tidak sempat untuk merealisasika program ekonomi karena pergantian
kekuasaan yang sering terjadi. Masa demokrasi terpimpin mengalami krisis
ekonomi karena kegandrungannya terhadap revolusi serta urusan internasional
sehingga kurangnya perhatian disektor ekonomi.
4. Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan. Ketidaksiapan aparatur
pemerintah dalam proses politik menjaadikan birokrasi tidak terurus.
1. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan.
Implementasi demokrasi pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan baru terbatas
pada interaksi politik diparlemen dan berfungsinya pers yang mendukung revolusi
kemerdekaan. Meskipun tidak banyak catatan sejarah yang menyangkut perkembangan
demokrasi pada periode ini, akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal
mendasar. Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua, presiden
yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi dictator. Ketiga, dengan
maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik
yang kemudian menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di Indonesia untuk masa-
masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita.

2. Perkembangan demokrasi parlementer (1945-1959)


Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950 sampai 1959, dengan
menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusionalnya. Pada masa
ini adalah masa kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen
demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses
politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya
sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet
harus meletakkan jabatannya. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini
merupakan contoh konkret dari tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi.
Ada hampir 40 partai yang terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi dalam proses
rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan partainya maupun para pendukungnya.

Demokrasi parlementer gagal karena (1) dominannya politik aliran, sehingga membawa
konsekuensi terhadap pengelolaan konflik; (2) basis sosial ekonomi yang masih sangat
lemah;(3) persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan
Angkatan Darat, yang sama-sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan.

3. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukkan
gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena partai
politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan dan kurang
memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh.disamping itu Soekarno
melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan dan gotong royong.

Politik pada masa ini diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat antara ketiga kekuatan
politik yang utama pada waktu itu, yaitu: presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia,
dan Angkatan Darat. Karakteristik yang utama dari demokrasi terpimpin adalah:
menggabungkan sistem kepartaian, dengan terbentuknya DPR-GR peranan lembaga
legislatif dalam sistem politik nasionall menjadi sedemikian lemah, Basic Human
Right menjadi sangat lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari
semnagt anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses
hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Pandangan A. Syafii Maarif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan
Soekarno seagai Ayah dalam famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan
terpusat berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam
Demokrasi Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai
demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin.
Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap
eksekutif. (Sunarso, dkk. 2008:132-136)
Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru
Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan tingkat
ekonomi, poltik dan, ideologi sesaat atau temporer. Tahun-tahun awal pemerintahan
Orde Baru ditandai oleh adanya kebebasan politik yang besar. Presiden Soeharto yang
menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan model Demokrasi
yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba), untuk menegaskan
klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi
negara Pancasila. Dalam masa yang tidak lebih dari tiga tahun ini, kekuasaan seolah-
olah akan didistribusikan kepada kekuatan masyarakatan. Oleh karena itu pada
kalangan elit perkotaan dan organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu 1971,
tumbuh gairah besar untuk berpartisipasi mendukung program-program pembaruan
pemerintahan baru.

Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan antara kekuasaan


negara dengan masyarakat. Negara Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan
yang kuat dan relatif otonom, dan sementara masyarakat semakin teralienasi dari
lingkungan kekuasaan danproses formulasi kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari
(1) kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi
legitimasi politik yangkuat kepada negara; (2) dijalankannya regulasi-regulasi politik
semacam birokratisasai, depolitisasai, dan institusionalisasi; (3) dipakai pendekatan
keamanan; (4) intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan
keleluasaan kepda negara untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi; (5)
tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak bumi dan gas
serta dari komoditas nonmigas dan pajak domestik, mauppun yang berasal dari
bantuan luar negeri, dan akhirnya (6) sukses negara orde baru dalam menjalankan
kebijakan pemenuhan kebutuhan pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat
yang potensinya muncul karena sebab struktural.

Pemberontakan G-30-S/PKI merupaka titik kulminasi dari pertarungan atau tarik


tambang politik antara Soekarno, Angkatan Darat, dan Partai Komunisme Indonesia.
Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat mendominasi
pemerintahan, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim
Orde Baru ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur
tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik, masa mengambang,
monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi lembaga nonpemerintah. Beberapa
karakteristik pada masa orde baru antara lain: Pertama, rotasi kekuasaan eksekutif
boleh dikatakan hamper ridak pernah terjadi. Kedua, rekruitmen politik bersifat tertutup.
Ketiga, PemilihanUmum. Keempat, pelaksanaan hak dasar waega Negara. (Rukiyati,
dkk. 2008:114-117)

Perkembangan Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998 Sampai Dengan


Sekarang).
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai
hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan
masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak
dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap
sebagai sumber utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.

Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara,


khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat
hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan
terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan
dengan model Demokrasi Pancasila di era Orde Baru. Dalam masa pemerintahan
Habibie inilah muncul beberapa indicator kedemokrasian di Indonesia. Pertama,
diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam
kebangsaan dan kenegaraan. Kedua, diberlakunya system multi partai dalam pemilu
tahun 1999.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi
Pancasila, tentu saja dengan karakteristik tang berbeda dengan orde baru dan sedikit
mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950-1959. Pertama, Pemilu yang
dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya. Kedua, ritasi
kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada tingkat desa.
Ketiga, pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
Keempat, sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan
menyatakan pendapat

https://tifiacerdikia.wordpress.com/lecture/lecture-1/ilmu-
kewarganegaraan/perkembangan-demokrasi-di-indonesia/
A. Latar Belakang
Demokrasi adalah pemerintahan rakyat,maksudnya pemerintahan memberi kekuasaan
dan wewenang kepada rakyat,semua keputusan berdasarkan suara
rakyat.Jadi,Demokrasai Indonesia adalah pemerintahan dari semua rakyat
Indonesia,oleh rakyat Indonesia dan untuk rakyat Indonesia dari Sabang sampai
Merauke.
Indonesia menjadi salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.Perkembangan
sistem demokrasi berlangsung sejak tahun 1945 hingga masa sekarang.Perkembangan
demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut dari masa kemerdekaan sampai saat
ini.Hal ini dibuktikan dengan telah dilaksanakannya beberapa bentuk demokrasi
dinegara Indonesia. Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi dalam lima
periode,yaitu demokrasi pada periode ( 1945 1950 ),demokrasi pada periode (1950-
1959),demokrasi pada periode (1959 1966),demokrasi pada periode (1966
1998),dan demokrasi pada periode (1998 Sekarang)
Pada dasarnya demokrasi merupakan tonggak suatu negara,sebab tanpa adanya
demokrasi suatu negara tidak akan dapat berkembang denggan baik.Demokrasi
mampu menciptakan suatu negara yang maju dan berkembang dengan baik.Demokrasi
pada dasarnya sudah ada sejak abad ke 19, akan tetapi di abad ke 15 dan abad ke
16 demokrasi sudah mulai berkembang di Eropa Barat.Demokrasi yang dianut di
Indonesia adalah demokrasi berdasarkan pancasila, masih dalam taraf perkembangan
dan mengenai sifat dan ciri cirinya terdapat berbagai tafsiran dan pandangan.Tetapi
yang tidak boleh disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi
konstitusional cukup jelas tersirat didalam Undang Undang Dasar 1945 yang belum di
amandemen.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kehidupan demokrasi di Indonesia dari masa
kemerdekaan sampai sekarang ?
2. Bagaimana sistem demokrasi setelah tumbangnya orde baru telah membuka
peluang bagi reformasi politik dan demokratisasi ?
3. Bagaimana peran amandemen UUD 1945 dan diterapkannya sistem pemilu yang
baru menjadi tonggak yang penting dalam sejarah politik Indonesia modern ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Azas Azas Ilmu Politik
2. Untuk mengetahui Perkembangan demokrasi di Indonesia dari masa kemerdekaan
sampai sekarang
3. Untuk mengetahui sistem demokrasi setelah tumbangnya orde baru
4. Untuk mengetahui peran amandemen UUD 1945

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Sejak negara ini terbentuk pasca proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945,
sudah ada beberapa macam demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia, antara
lain :
1. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan ( 1945 1950 )
Masa antara tahun 1945 1950 merupakan masa revolusi fisik di Indonesia. Pada saat
itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik.
Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan.Hal tersebut
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 (dihapus berdasarkan
amandemen IV tahun 2002).Pada pasal tersebut tertulis Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat, DewanPerwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung
dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh
Presiden dengan bantuan Komite Nasional.Untuk menghindari kesan bahwa negara
Indonesia adalah negara yang absolut, pemerintah mengeluarkan maklumat antara lain:
Maklumat Wakil Presiden Nomor X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan KNIP
menjadi Lembaga Legislatif.
Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 tentang Perubahan Sistem
Pemerintahan Presidensial menjadi Parlementer.

2. Perkembangan Demokrasi Parlementer (1950-1959)


Pada masa antara tahun 1950-1959, Indonesia memberlakukan sistem demokrasi
parlementer.Sistem demokrasi parlementer ini dikenal juga dengan sistem Liberal.
Konstitusi yang digunakan pada masa demokrasi liberal adalah Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950.Masa demokrasi liberal ditandai dengan berubahnya sistem
kabinet ke sistem parlementer.
Pada masa tersebut, presiden hanya sebagai simbol.Presiden berperan sebagai kepala
negara, bukan sebagai kepala pemerintahan.Kepala pemerintahan dipegang oleh
seorang perdana menteri.
Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi
dalam proses politik yang berjalan.Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan
dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak pemerintah yang
mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.Ada hampir 40 partai yang
terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi dalam proses rekruitmen baik pengurus,
atau pimpinan partainya maupun para pendukungnya.
Terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki pada masa pelaksanaan demokrasi
parlemen,yaitu:
Berkembangnya partai politik pada masa tersebut.Pada masa ini, terlaksana pemilihan
umum pertama di Indonesia untuk memilih anggota konstituante.Pemilu tahun 1955
merupakan pemilu multipartai.Melalui pelaksanaan pemilu,berarti Negara telah
menjamin hak politik warga negara.
Tingginya akuntabilitas politik.
Berfungsinya parlemen sebagai lembaga legislatif.
Adapun kegagalan pelaksanaan demokrasi liberal adalah:
Dominannya kepentingan partai politik dan golongan sehingga menyebabkan
konstituante digunakan sebagai ajang konflik kepentingan.
Kegagalan konstituante menetapkan dasar negara yang baru.
Masih rendahnya tingkat perekonomian masyarakat. Akibatnya,masyarakat tidak
tertarik untuk memahami proses politik.Kegagalan sistem parlementer dibuktikan
dengan kegagalan parlemen menyusun konstitusi negara.
Sidang konstituante mampu memenuhi harapan bangsa Indonesia.Hingga akhirnya,
Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi:
o Menetapkan pembubarkan konstituante.
o Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali dan tidak berlakunya UUDS 1950.
o Pembentukan MPRS dan DPAS.

3. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959 1966)


Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966,yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan
Sukarno.Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu
mengandalkan pada kepemimpinan Presiden Sukarno.Terpimpin pada saat
pemerintahan Sukarno adalah kepemimpinan pada satu tangan saja yaitu presiden.
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong-royong diantara
semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom
dengan ciri :
a. Dominasi Presiden
b. Terbatasnya peran partai politik
c. Berkembangnya pengaruh PKI
Menurut pandangan A.SyafiI Maarif,demokrasi terpimpin sebenarnya ingin
menempatkan Soekarno sebagai Ayah dalam family besar yang bernama Indonesia
dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya.Dengan demikian, kekeliruan yang
besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap
nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri
pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif
terhadap eksekutif. (Sunarso, dkk. 2008:132-136)
Tugas demokrasi terpimpin :
Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak stabil
sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal menjadi lebih mantap/stabil.
Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi Parlementer/Liberal. Hal
ini disebabkan karena pada masa demokrasi parlementer, kekuasaan presiden hanya
terbatas sebagai kepala negara.Sedangkan kekuasaan Pemerintah dilaksanakan oleh
partai.
Dampaknya : Penataan kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal, yaitu
demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi sentralisasi
(pemusatan kekuasaan di tangan presiden).
Pelaksanaan masa Demokrasi Terpimpin :
Kebebasan partai dibatasi Presiden cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan.Pemerintah berusaha menata kehidupan politik sesuai
dengan UUD 1945.Dibentuk lembaga-lembaga negara antara lain MPRS,DPAS,
DPRGR dan Front Nasional.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain :
Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
Peranan Parlemen lemah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden
membentuk DPRGR
Jaminan HAM lemah
Terjadi sentralisasi kekuasaan
Terbatasnya peranan pers
Kebijakan politik luar negeri sudah memihak RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.

4. Pelaksanaan Demokrasi Orde Baru (1966 1998)


Tahun-tahun awal pemerintahan Orde Baru ditandai oleh adanya kebebasan politik
yang besar.Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2
RI dan menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi,yaitu dinamakan Demokrasi
Pancasila (Orde baru),untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah
yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.
Negara Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom
dan sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan dan proses
formulasi kebijakan.Kedaan ini adalah dampak dari :
a. Kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi
politik yangkuat kepada Negara.
b. Dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai, dan
institusionalisasi.
c. Dipakai pendekatan keamanan.
d. Intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan
kepada negara untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi.
e. Tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak bumi dan gas
serta dari komoditas nonmigas dan pajak domestik, mauppun yang berasal dari
bantuan luar negeri, dan akhirnya.
f. Sukses negara orde baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan pokok
rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya muncul karena sebab
struktural.
Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat mendominasi
pemerintahan, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.Menurut M. Rusli Karim,rezim
Orde Baru ditandai oleh dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur
tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik, masa mengambang,
monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi lembaga nonpemerintah.Beberapa
karakteristik pada masa orde baru antara lain:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pernah terjadi.
2. Rekruitmen politik bersifat tertutup.
3. PemilihanUmum.
4. Pelaksanaan hak dasar warga Negara. (Rukiyati, dkk. 2008:114-117)
Sebagai bentuk pelaksanaan demokrasi, pemerintah melaksanakan pemilihan umum
setiap 5 tahun sekali. Pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih anggota DPR/MPR.
Pemerintah Orde Baru berhasil menyelenggarakan pemilihan umum tahun 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, dan 1997. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Baru juga
terjadi berbagai penyimpangan, antara lain:
a. Terjadi sentralistik kekuasaan yang menjurus pada otoriter.
b. Sentralisasi kekuasaan mengakibatkan pelaksanaan pembangunan tidak merata.
c. Merebaknya praktik-praktik KKN(korupsi,kolusi,dan nepotisme) dalam pemerintahan.
d. Terjadi monopoli di bidang perekonomian oleh kelompok tertentu yang dekat
dengankekuasaan.
e. Tidak adanya pembatasan jabatan presiden.
5. Pelaksanaan Demokrasi Masa Reformasi (1998 Sampai Dengan Sekarang)
Berakhirnya masa Orde Baru, melahirkan era baru yang disebut masa reformasi.
OrdeBaru berakhir pada saat Presiden Suharto menyerahkan kekuasaan kepada Wakil
Presiden B.J.Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah demokrasi
dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Masa reformasi berusaha
membangun kembali kehidupan yang demokratis dengan mengeluarkan peraturan
undangan, antara lain:
a. Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi.
b. Ketetapan Nomor VII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR tentang Referendum.
c. Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bebas dari KKN.
d. Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI.
e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV Sebagai bentuk
pelaksanaan demokrasi, pada masa reformasi dilaksanakan Pemilihan Umum 1999.
Pelaksanaan Pemilu 1999 merupakan salah satu amanat reformasi yang harus
dilaksanakan.Sebagai upaya perbaikan pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa
langkah yang dilaksanakan, yaitu:
Banyaknya partai politik peserta pemilu.
Pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung.
Pemilu untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di DPR, MPR, dan DPD.
Pelaksanaan pemilu berdasarkan asas luber dan jurdil.
Pemilihan kepala daerah secara langsung.
Kebebasan penyampaian aspirasi lebih terbuka.

B. Sistem Demokrasi Setelah Tumbangnya Orde Baru


Pengalaman orde baru mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa pelanggaran
terhadap demokrasi membawa kehancuran bagi negara dan penderitaan rakyat.Oleh
karena itu bangsa Indonesia bersepakat untuk sekali lagi melakukan demokratisasi,
yakni proses pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat
terbentuk, kedaulatan rakyat dapat ditegakkan dan pengawasan terhadap lembaga
eksekutif dapat dilakukan oleh lembaga wakil rakyat (DPR).
Soeharto dapat dianggap sebagai presiden yang akan memulai langkah-langkah
demokratisasi dalam orde reformasi.Oleh karena itu, langkah yang dilakukan
pemerintahan Habibie adalah mempersiapkan pemilu dan melakukan beberapa
langkah penting dalam demokratisasi.
Pada masa pemerintahan Habibie juga terjadi demokratisasi yang tidak kalah
pentingnya yaitu penghapusan dwifungsi ABRI (angkatan bersenjata republik
Indonesia) sebagai fungsi sosial-politik ABRI (sekarang TNI atau Tentara Nasional
Indonesia) dihilangkan. Fungsi pertahanan menjadi fungsi satu-satunya yang dimiliki
Tentara Nasional Indonesia semenjak reformasi internal TNI tersebut.
Dalam masa pemerintahan Habibie inilah muncul beberapa indicator kedemokrasian di
Indonesia.Pertama,diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk
berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan.Kedua,diberlakunya system multi
partai dalam pemilutahun 1999.
Langkah terobosan yang dilakukan dalam proses demokratisasi adalah amandemen
Undang-undang dasar 1945 yang dilakukan oleh MPR hasil pemilihan umum 1999
dalam empat tahap selama empat tahun (1999-2002).Beberapa perubahan penting
dilakukan terhadap Undang-undang Dasar 1945 agar UUD 1945 mampu menghasilkan
pemerintahan yang demokratis.Peranan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga
lagislatif diperkuat, semua anggota DPR dipilih dalam pemilihan umum, pengawasan
terhadap presiden lebih diiperketat dan hak asasi manusia memperoleh jaminan yang
semakin kuat.Amandemen Undang-undang Dasar 1945 juga memperkenalkan
pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung
(pilpres).Pilpres pertama dilakukan pada tahun 2004 setelah pemilihan umum untuk
lembaga legislatif.
Langkah demokratisasi berikutnya adalah pemilihan umum untuk memilih kepala
daerah secara langsung (pilkada) yang diatur dalam Undang-undang No. 32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah. Undang-undang ini mengharuskan semua kepala
daerah di seluruh Indonesia dipilih melalui pilkada mulai pertengahan 2005.Semenjak
itu, semua kepala daerah yang telah habis masa jabatanya harus dipilih melalui
pilkada.Pilkada bertujuan untuk menjadikan pemerintah daerah lebih demokratis
dengan diberikanya hak bagi rakyat untuk menentukan kepala daerah.
C. Peran Amandemen UUD 1945
Peran amandemen UUD 1945 sangat berpengaruh dalam sistem pemilu saat ini.
Seperti halnya mampu menghasilkan pemerintah yang demokratis.Amandemen UUD
1945 juga memperkenalkan pemilihan umum untuk memilih presiden dan Wakil
Presiden secara langsung pada tahun 2004.
Pada saat pemilihan Presiden tahun 2004 jika dalam Pilpres didapat suara >50%
jumlah suara dalam pemilu dengan sedikitnya 20% disetiap provinsi yang tersebar di
lebih dari separuh jumlah provinsi Indonesia, maka dinyatakan sebagai Presiden dan
Wakil Presiden terpilih.Jika tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
terpilih, maka pasangan yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pilpres putaran kedua. Pasangan yang memperoleh suara terbanyak dalam pilpres
putaran kedua dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih.
Sistem pemilu saat ini menjadi tonggak paling penting karena terpilihnya Presiden dan
Wakil Presiden yang didahului oleh terpilihnya anggota-anggota DPR, DPD (Dewan
Perwakilan Daerah) dan DPRD telah menuntaskan demokratisasi di bidang lembaga-
lembaga politik di Indonesia.Dengan adanya perubahan-perubahan diatas, demokrasi
di Indonesia telah mempunyai dasar yang kuat untuk berkembang.Setelah terjadi
amandemen,sistem pemerintahan Indonesia mengalami perubahan pokok-pokok kunci
pemerintahan, yaitu :
a) Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas.Wilayah Negara terbagi
menjadi beberapa prvinsi.
b) Bentuk pemerintahan adalah Republik.
c) Sistem pemerintahan adalah presidensial.
d) Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.
e) Kabinet atau menteri diangkat leh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
f) Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD.
g) Kekuasaan yudikatif dijalankan leh mahkamah agung dan badan peradilan di
bawahnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah Negara pada tanggal 17
Agustus 1945,para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945
(yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia menganut paham atau ajaran demokrasi,dimana
kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari pelaksanaan demokrasi yang
pernah ada di Indonesia ini.Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat dibagi menjadi
beberapa periode antara lain :
a. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan ( 1945 1950 )
b. Perkembangan Demokrasi Parlementer (1950-1959)
c. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959 1966)
d. Pelaksanaan Demokrasi Orde Baru (1966 1998)
e. Pelaksanaan Demokrasi Masa Reformasi (1998 Sampai Dengan Sekarang)
Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut,demokrasi di Indonesia telah
mempunyai dasar yang kuat untuk dapat berkembang.

B. Saran
Setelah membaca atau mendengarkan makalah ini diharapkan kepada pembaca/
pendengar mampu memahami pelaksanaan demokrasi yang ada di
Indonesia.Sehingga mampu menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara
Indonesia yang baik.

Anda mungkin juga menyukai