102013405
Jakarta 2014
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : tamarajulia@rocketmail.com
PENDAHULUAN
jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon thyroid merangsang konsumsi
O2 pada sebagian besar sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan
keterlambatan perkembangan fisik dan mental, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta
pada anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya, sekresi thyroid
yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takhikardi, tremor dan kelebihan
pembentukan panas.1,2
Pada mammalia, kelenjar thyroid juga mensekresi kalsitonin, yaitu suatu hormon yang
Kelenjar thyroid berkembang mulai pada minggu keempat kehidupan fetal dengan
membentuk endoderm di medial, tumbuh ke bawah dari pangkal lidah. Proses tumbuh ke bawah
ini dengan cepat membentuk saluran yang disebut ductus thyroglossus. Saluran ini bermuara
pada lidah berhubungan dengan foramen secum. Ujung bawah terbelah menjadi dua lobus dan
akhirnya terletak berhubungan dengan trachea pada sekitar minggu ketujuh. Ductus thyroglossus
kemudian menghilang, tetapi bagian terbawah sering tetap ada dalam bentuk lobus piramidalis.3,4
endodermal dipisahkan menjadi kelompokan sel kecil, yang dengan cepat membentuk suatu
lumen yang dikelilingi oleh selapis sel-sel. Koloid tampak dalam lumen pada sekitar minggu
kesebelas dan strukturnya sekarang disebut folikel. Tiroksin tampak ada dalam kelenjar pada
dari kantong insang keempat. Badan ini terdiri atas sel-sel yang berasal dari krista neuralis.
Badan ultimobranchial menjadi satu dengan primordium thyroid dan sel-selnya menyebar
Thyroid adalah suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskular, berwarna merah kecoklatan
dengan konsistensi yang lunak. Kelenjar thyroid terdiri dari dua buah lobus yang simetris.
Berbentuk konus dengan ujung cranial yang kecil dan ujung caudal yang besar. Antara kedua
lobus dihubungkan oleh isthmus, dan dari tepi superiornya terdapat lobus piramidalis yang
bertumbuh ke cranial, dapat mencapai os hyoideum. Pada umumnya lobus piramidalis berada di
Setiap lobus kelenjar thyroid mempunyai ukuran kira-kira 5 cm, dibungkus oleh fascia
propria yang disebut true capsule, dan di sebelah superficialnya terdapat fascia pretrachealis
Kelenjar thyroid berada di bagian anterior leher, di sebelah ventral bagian caudal larynx
dan bagian cranial trachea, terletak berhadapan dengan vertebra C 5-7 dan vertebra Th 1. Kedua
sternohyoideus dan m.sternothyroideus. Ujung cranial lobus mencapai linea obliqua cartilaginis
thyreoideae, ujung inferior meluas sampai cincin trachea 5-6. Isthmus difiksasi pada cincin
trachea 2,3 dan 4. Kelenjar thyroid juga difiksasi pada trachea dan pada tepi cranial cartilago
cricoidea oleh penebalan fascia pretrachealis yang dinamakan ligament of Berry. Fiksasi-fiksasi
tersebut menyebabkan kelenjar thyroid ikut bergerak pada saat proses menelan berlangsung.
Di sebelah medial terdapat larynx, pharynx, trachea dan oesophagus, lebih ke bagian profunda
terdapat nervus laryngeus superior ramus externus dan di antara oesophagus dan trachea berjalan
nervus laryngeus recurrens. Nervus laryngeus superior dan nervus laryngeus recurrens
merupakan percabangan dari nervus vagus. Pada regio colli, nervus vagus mempercabangkan
ramus meningealis, ramus auricularis, ramus pharyngealis, nervus laryngeus superior, ramus
cardiacus superior, ramus cardiacus inferior, nervus laryngeus reccurens dan ramus untuk sinus
caroticus internus, vena jugularis interna dan nervus vagus. Carotid sheath terbentuk dari fascia
colli media, berbentuk lembaran pada sisi arteri dan menjadi tipis pada sisi vena jugularis
interna. Carotid sheath mengadakan perlekatan pada tepi foramen caroticum, meluas ke caudal
mencapai arcus aortae. Fascia colli media juga membentuk fascia pretrachealis yang berada di
bagian profunda otot-otot infrahyoideus. Pada tepi kelenjar thyroid, fascia itu terbelah dua dan
membungkus kelenjar thyroid tetapi tidak melekat pada kelenjar tersebut, kecuali pada bagian di
Kelenjar thyroid memperoleh darah dari arteri thyroidea superior, arteri thyroidea inferior
dan kadang-kadang arteri thyroidea ima (kira-kira 3 %). Pembuluh darah tersebut terletak antara
Arteri thyroidea superior merupakan cabang pertama arteri caroticus eksterna, melintas
turun ke kutub atas masing-masing lobus kelenjar thyroid, menembus fascia pretrachealis dan
belakang caroted sheath dan mencapai aspek posterior kelenjar thyroid. Truncus thyrocervicalis
merupakan salah satu percabangan dari arteri subclavia. Arteri thyroidea inferior terpecah
menjadi cabang-cabang yang menembus fascia pretrachealis dan memasok darah ke kutub
Tiga pasang vena thyroidea menyalurkan darah dari pleksus vena pada permukaan anterior
kelenjar thyroid dan trachea. Vena thyroidea superior menyalurkan darah dari kutub atas, vena
thyroidea media menyalurkan darah dari bagian tengah kedua lobus dan vena thyroidea inferior
menyalurkan darah dari kutub bawah. Vena thyroidea superior dan vena thyroidea media
bermuara ke dalam vena jugularis interna, dan vena thyroidea inferior bermuara ke dalam vena
brachiocephalica.8
Persarafan simpatis diperoleh dari ganglion cervicalis superior dan ganglion cervicalis
media yang mencapai kelenjar thyroid dengan mengikuti arteri thyroidea superior dan arteri
thyroidea inferior atau mengikuti perjalanan nervus laryngeus superior ramus eksternus dan
nervus laryngeus recurrens. Serat-serat saraf simpatis mempunyai efek perangsangan pada
komponen sensoris untuk dinding larynx di sebelah cranial plica vocalis. Nervus laryngeus
recurrens mengandung komponen motoris untuk semua otot intrinsik laryngeus dan komponen
internus berjalan menembus membrana thyrohyoidea, dinding anterior fossa piriformis dan
mencapai otot-otot lateral serta membawa komponen sensoris untuk dinding larynx di cranial
plica vocalis dan aditus laryngeus. Sedangkan ramus eksternus mempersarafi m. cricothyroidea.
Kerusakan pada nervus laryngeus superior menyebabkan perubahan suara yang khas dan
pharynx dengan melewati bagian profunda tepi inferior m. constrictor pharyngeus inferior dan
berada pada bagian dorsal articulatio cricothyroidea. Kerusakan pada nervus recurrens
Pembuluh limfe kelenjar thyroid melintas di dalam jaringan ikat antar lobulus dan
berhubungan dengan anyaman pembuluh limfe kapsular. Dari sini pembuluh limfe menuju ke
Di sebelah lateral, pembuluh limfe mengikuti vena thyroidea superior dan melintas ke
Kelenjar thyroid hampir seluruhnya terdiri atas kista-kista bulat yang disebut folikel.
Folikel adalah unit struktural dan unit fungsional, terdiri atas epitel selapis kubis yang
mengelilingi suatu ruangan yang berisi koloid. Folikel-folikel bervariasi ukurannya dari diameter
sekitar 50 m sampai 1 mm dan yang terbesar tampak secara makroskopis. Folikel dikelilingi
oleh membrana basalis yang tipis dan jaringan ikat interstisial membentuk jala-jala retikulin
pada keadaan fungsional kelenjar itu. Jika thyroid secara relatif tidak aktif, sel-selnya hampir
gepeng. Sedangkan dalam keadaan kelenjar sangat aktif, sel-sel akan berbentuk kolumnar.
Namun keadaan fungsional kelenjar tidaklah harus secara ekslusif berdasarkan pada tingginya
epitel.3
Sel-sel folikular semuanya membatasi lumen dan mempunyai inti bulat dengan warna
agak pucat. Di ruang interfolikular, terdapat fibroblast yang tersebar dan serat-serat kolagen yang
tipis. Selain itu, terdapat sejumlah besar kapilar tipe fenestrata yang sering berhubungan
Ultrastruktur sel-sel folikular memperlihatkan semua ciri-ciri sel yang pada saat yang
sama membuat, mengekskresikan, menyerap dan mencerna protein. Bagian basal sel-sel ini
penuh dengan retikulum endoplasma kasar. Inti umumnya bulat dan terletak di pusat sel.
Kompleks Golgi terdapat pada kutub apikal. Di daerah ini terdapat banyak lisosom dan beberapa
fagosom besar. Membran sel kutub apikal memiliki mikrovili. Mitokondria, retikulum
Sel-sel C terletak di antara membrana basalis dan sel-sel folikular. Berbentuk lonjong,
lebih besar dan lebih pucat daripada sel folikular dan juga berisi inti lebih besar dan lebih
pucat.3,11
Iodium yang dikonsumsi diubah menjadi iodida kemudian diabsorbsi. Kelenjar thyroid
mengkonsentrasikan iodida dengan mentransport aktif iodida dari sirkulasi ke dalam koloid.
Mekanisme transport tersebut dikenal dengan iodide trapping mechanism. Na+ dan I-
ditransport dengan mekanisme cotransport ke dalam sel thyroid, kemudian Na+ dipompa ke
Di dalam kelenjar thyroid, iodida mengalami oksidasi menjadi iodium. Iodium kemudian
berikatan dengan molekul tirosin yang melekat ke tiroglobulin. Tiroglobulin adalah molekul
glikoprotein yang disintesis oleh retikulum endoplasma dan kompleks Golgi sel-sel thyroid.
Enzim yang berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodida adalah thyroid peroksidase.
Senyawa yang terbentuk adalah monoiodotirosin (MIT) dan diodotirosin (DIT). Dua molekul
Triiodotironin (T3) mungkin terbentuk melalui kondensasi MIT dengan DIT. Sejumlah kecil
reverse triiodotironin (rT3) juga terbentuk, mungkin melalui kondensasi DIT dengan MIT.
Dalam thyroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa beriodium adalah 23 % MIT, 33 %
DIT, 35 % T4 dan 7 % T3. RT3 dan komponen lain terdapat hanya dalam jumlah yang sangat
sedikit.1,2,3,11
Sel-sel thyroid mengambil koloid melalui proses endositosis. Di dalam sel, globulus
koloid menyatu dengan lisosom. Ikatan peptida antara residu beriodium dengan tiroglobulin
terputus oleh protease di dalam lisosom, dan T4, T3, DIT serta MIT dibebaskan ke dalam
sitoplasma. T4 dan T3 bebas kemudian melewati membran sel dan dilepaskan ke dalam
sirkulasi.1,2,11
MIT dan DIT tidak disekresikan ke dalam darah karena iodiumnya sudah dibebasakan
sebagai akibat dari kerja intraselular iodotirosin dehalogenase. Hasil dari reaksi enzimatik ini
adalah iodium dan tirosin. Iodium digunakan kembali oleh kelenjar dan secara normal
menyediakan iodium dua kali lipat dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh pompa iodium.1,2,11
Hormon thyroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma, yaitu:
albumin, TBA). Kebanyakan hormon dalam sirkulasi terikat pada protein-protein tersebut dan
hanya sebagian kecil saja (kurang dari 0,05 %) berada dalam bentuk bebas. 1, 2, 12
Hormon yang terikat dan yang bebas berada dalam keseimbangan yang reversibel. Hormon yang
bebas merupakan fraksi yang aktif secara metabolik, sedangkan fraksi yang lebih banyak dan
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG merupakan protein pengikat yang paling
spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini
sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktifitas metabolik triiodotironin lebih
besar.1,2,12
Perubahan konsentrasi TBG dapat menyebabkan perubahan kadar tiroksin total dalam
sirkulasi. Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, hepatitis, sirosis
primer kandung empedu dan karsinoma hepatoselular dapat mengakibatkan peningkatan kadar
tiroksin yang terikat pada protein. Sebaliknya, penurunan TBG, misalnya pada sindrom nefrotik,
pemberian glukokortikoid dosis tinggi, androgen dan steroid anabolik dapat menyebabkan
penting adalah deiodinasi yang bertanggung jawab atas ekskresi 70 % hormon yang disekresi. 30
% lainnya hilang dalam feses melalui ekskresi empedu sebagai glukuronida atau persenyawaan
sisanya diubah menjadi reverse 3,3,5-triiodotironin (rT3) yang merupakan hormon metabolik
Mekanisme kerja hormon thyroid ada yang bersifat genomik melalui pengaturan ekspresi
gen, dan non genomik melalui efek langsung pada sitosol sel, membran dan mitokondria.1, 12
Mekanisme kerja yang bersifat genomik dapat dijelaskan sebagai berikut, hormon thyroid yang
tidak terikat melewati membran sel, kemudian masuk ke dalam inti sel dan berikatan dengan
reseptor thyroid (TR). T3 dan T4 masing-masing berikatan dengan reseptor tersebut, tetapi
Kompleks hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA melalui jari-jari zinc dan
meningkatkan atau pada beberapa keadaan menurunkan ekspresi berbagai gen yang mengkode
Ada dua gen TR manusia, yaitu gen reseptor pada kromosom 17 dan gen reseptor
pada kromosom 3. Dengan ikatan alternatif, setiap gen membentuk paling tidak dua mRNA yang
berbeda, sehingga akan terbentuk dua protein reseptor yang berbeda. TR2 hanya ditemukan di
otak, sedangkan TR1, TR2 dan TR1 tersebar secara luas. TR2 berbeda dari ketiga reseptor
yang lain, yaitu tidak mengikat T3 dan fungsinya belum diketahui. Reseptor thyroid (TR)
berikatan dengan DNA sebagai monomer, homodimer dan heterodimer bersama dengan reseptor
Dalam hampir semua kerjanya, T3 bekerja lebih cepat dan 3-5 kali lebih kuat daripada
T4. Hal ini disebabkan karena ikatan T3 dengan protein plasma kurang erat, tetapi terikat lebih
Secara umum efek hormon thyroid adalah meningkatkan aktifitas metabolisme pada
hampir semua jaringan dan organ tubuh, karena perangsangan konsumsi oksigen semua sel-sel
tubuh. Kecepatan tumbuh pada anak-anak meningkat, aktifitas beberapa kelenjar endokrin
aktif, kecuali pada jaringan otak orang dewasa, testis, uterus, kelenjar limfe, limpa dan hipofisis
anterior.1,2,13
Beberapa efek kalorigenik hormon thyroid disebabkan oleh metabolisme asam lemak yang
dimobilisasi oleh hormon ini. Di samping itu hormon thyroid meningkatkan aktivitas Na+-
Bila pada orang dewasa taraf metabolisme ditingkatkan oleh T4 dan T3, maka akan terjadi
peningkatan ekskresi nitrogen. Bila masukan makanan tidak ditingkatkan pada kondisi tersebut,
maka protein endogen dan simpanan lemak akan diuraikan yang berakibat pada penurunan berat
badan.1,2
Hormon thyroid memiliki efek yang kuat pada perkembangan otak. Bagian SSP yang paling
dipengaruhi adalah korteks serebri dan ganglia basalis. Di samping itu, kokhlea juga
dipengaruhi. Akibatnya, defisiensi hormon thyroid yang terjadi selama masa perkembangan akan
Hormon thyroid juga menimbulkan efek pada refleks. Waktu reaksi refleks regang menjadi lebih
Pada hipertiroidisme, terjadi tremor halus pada otot. Tremor tersebut mungkin disebabkan karena
peningkatan aktivitas pada daerah-daerah medula spinalis yang mengatur tonus otot.2
Hormon thyroid memberikan efek multipel pada jantung. Sebagian disebabkan karena kerja
langsung T3 pada miosit, dan sebagian melalui interaksi dengan katekolamin dan sistem saraf
simpatis.1,2
Hormon thyroid meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor -adrenergik pada jantung, sehingga
Hormon-hormon ini juga mempengaruhi jenis miosin yang ditemukan pada otot jantung. Pada
pengobatan dengan hormon thyroid, terjadi peningkatan kadar myosin heavy chain- (MHC-),
Pada sebagian besar penderita hipertiroidisme terjadi kelemahan otot (miopati tirotoksisitas).
Kelemahan otot mungkin disebabkan oleh peningkatan katabolisme protein. Hormon thyroid
mempengaruhi ekspresi gen-gen myosin heavy chain (MHC) baik di otot rangka maupun otot
jantung. Namun , efek yang ditimbulkan bersifat kompleks dan kaitannya dengan miopati masih
belum jelas.1,2
Peranan hormon thyroid dalam peningkatan sintesis protein dapat dijelaskan sebagai berikut: (1)
Hormon thyroid memasuki inti sel, kemudian berikatan dengan reseptor hormon thyroid. (2)
Hormon thyroid merangsang hampir semua aspek metabolisme karbohidrat, termasuk ambilan
meningkatkan kecepatan absorbsi dari traktus gastrointestinalis dan juga meningkatkan sekresi
Hormon thyroid menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol plasma turun
sebelum kecepatan metabolisme meningkat, yang menunjukkan bahwa efek ini tidak bergantung
pada stimulasi konsumsi O2. Penurunan konsentrasi kolesterol plasma disebabkan oleh
Hormon thyroid penting untuk pertumbuhan dan pematangan tulang yang normal. Pada anak
dengan hipotiroid, pertumbuhan tulang melambat dan penutupan epifisis tertunda. Tanpa adanya
hormon thyroid, sekresi hormon pertumbuhan juga terhambat, dan hormon thyroid memperkuat
Fungsi thyroid diatur terutama oleh kadar TSH hipofisis dalam darah. Efek spesifik TSH
Sekresi TSH meningkat oleh hormon hipotalamus, thyrotropin releasing hormone (TRH)
yang disekresi oleh ujung-ujung saraf pada eminensia media hipotalamus. TRH mempunyai efek
langsung pada sel kelenjar hipofisis anterior untuk meningkatkan pengeluaran TRHnya.2,14
Salah satu rangsang yang paling dikenal untuk meningkatkan kecepatan sekresi TSH oleh
hipofisis anterior adalah pemaparan dengan hawa dingin. Berbagai reaksi emosi juga dapat
mempengaruhi pengeluaran TRH dan TSH sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi
Peningkatan hormon thyroid dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi TSH oleh
hipofisis anterior. Bila kecepatan sekresi hormon thyroid meningkat sekitar 1,75 kali dari normal,
maka kecepatan sekresi TSH akan turun sampai nol. Penekanan sekresi TSH akibat peningkatan
sekresi hormon thyroid terjadi melalui dua jalan, yaitu efek langsung pada hipofisis anterior
sendiri dan efek yang lebih lemah yang bekerja melalui hipotalamus.2,14
Abnormalitas Sekresi Hormon Thyroid
Hipotiroidisme
penurunan aktifitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental melambat dan peningkatan
simpanan lemak.6
Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan adanya
akumulasi air dan musin di bawah kulit, sehingga terlihat penampakan edema. Sedangkan pada
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah terjadinya produksi hormon thyroid yang berlebihan. Hal ini
mengakibatkan aktifitas metabolik meningkat, berat badan menurun, gelisah, tremor, diare,
frekuensi jantung meningkat dan pada hipertiroidisme berlebihan gejalanya adalah toksisitas
hormon.6,15
Gejalanya berupa pembengkakan jaringan di bawah kantong mata, sehingga bola mata
menonjol.6,15
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, William. Kelenjar Thyroid, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi kedua
2. Guyton, Arthur C. Hormon Thyroid, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, edisi ketiga.
3. Geneser, Finn. Kelenjar Thyroid, Buku Teks Histologi, jilid 2, edisi pertama. Jakarta, Binarupa
Aksara.1994.
EGC. 2000.
5. Sabiston, David C. Glandula Thyroidea, Buku Ajar Ilmu Bedah, jilid 1. Jakarta, EGC. 1995.
6. Sloane, Ethel. Kelenjar Thyroid, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, edisi pertama. Jakarta,
EGC.2004.
7. Guibson, John. Kelenjar Thyroid, Fisiologi & Anatomi untuk Perawat, edisi kedua. Jakarta,
EGC. 2003.
8. Moore, Keith L. and Anne M. R. Agur. Glandula Thyroidea, Anatomi Klinis Dasar. Jakarta,
Hipokrates. 2002.
9. Putz, R. and R. Pabst. Neck, Sobotta, Atlas of Human Anatomy, part 1, 12th edition. Los
11. Junqueira, L. Carlos, et al. Tiroid, Histologi Dasar, edisi kedelapan. Jakarta, EGC. 1998.
12. Price, Sylvia Anderson, et. al. Gangguan Kelenjar Thyroid, Patofisiologi, Konsep Klinis
13. Syaifuddin. Kelenjar Thyroid. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia, edisi pertama.
14. Schwartz, Seymour I., et. al. Tiroid dan Paratiroid, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, edisi
15. Thomson, A. D., et. al. Penyakit Kelenjar Endokrin, Catatan Kuliah Patologi, edisi ketiga.
Jakarta, EGC.1997