Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia selalu terlibat


di dalam pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana maupun
yang kompleks. Proses dalam pengambilan keputusan selalu terkait dengan
proses berpikir kritis.
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan
berfikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut
pandang selain itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalam
keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar
berfikir kritis, analisis pertanyaan kritis, hubungan pemecahan masalah,
pengambilan keputusaan dan kreatifitas dalam berfikir kritis serta factor-
faktor yang mempengaruhi berfikir kritis.
Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan, yaitu memberi
asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu
dituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis
dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan memberi gambaran
kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif
dan bermutu. Seorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap
masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama,
sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru, seorang
profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang paling
efektif dan ilmiah dan memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejahteraan
diri maupun orang lain.

1
Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki,
kita menjadi lebih mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan menbuat
simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses
berfikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi,
tantangan dan dukungan. Berpikir kritis adalah proses perkembangan
kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir
kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh
dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan
mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan
kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan
keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan
merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi
klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai
pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan
bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan
membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam
praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan
menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua
pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan
keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah
secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara apa
yang ada dan apa yang seharusnya ada. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus

2
memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan
adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.
Karena pentingnya pembahasan mengenai berpikir kritis dan peranannya
dalam pengambilan keputusan dalam ilmu keperawatan, maka untuk lebih
lengkapnya penyusun akan membahas mengenai berpikir kritis dan
pengambilan keputusan dalam makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis dan pengambilan
keputusan?
1.2.2. Apa sajakah jenis-jenis/macam-macam berpikir kritis dan
pengambilan keputusan?
1.2.3. Apa sajakah ruang lingkup berpikir kritis dan pengambilan keputusan?
1.2.4. Apa sajakah strategi/cara-cara berpikir kritis dan pengambilan
keputusan?
1.2.5. Jelaskan contoh kasus/aplikasi berpikir kritis dan pengambilan
keputusan?
1.2.6. Apa sajakah manfaat dari berpikir kritis dan pengambilan keputusan?

1.3. Tujuan Tulisan


1.3.1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian dari berpikir
kritis dan pengambilan keputusan.
1.3.2. Untuk mengetahui dan memahami tentang jenis-jenis/macam-macam
berpikir kritis dan pengambilan keputusan.
1.3.3. Untuk mengetahui dan memahami tentang ruang lingkup berpikir
kritis dan pengambilan keputusan.
1.3.4. Untuk mengetahui dan memahami tentang strategi atau cara-cara
berpikir kritis dan pengambilan keputusan.
1.3.5. Untuk mengetahui dan memahami tentang contoh kasus/aplikasi
berpikir kritis dan pengambilan keputusan.
1.3.6. Untuk mengetahui dan memahami tentang manfaat berpikir kritis dan
pengambilan keputusan.

1.4. Manfaat Tulisan


1.4.1. Secara Teoretis

3
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa
keperawatan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan.

1.4.2. Secara Praktis

Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan


sebagai suatu pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang
nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan dipraktikkan langsung di
lingkungan masyarakat.

1.5. Metode Tulisan

Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode bacaan dan


penelusuran IT. Pada metode bacaan, kami menggunakan beberapa referensi
atau buku-buku/literatur. Sedangkan pada metode penelusaran IT ini, kami
mencari tambahan referensi pada internet. Kedua metode tersebut kami
gunakan untuk melengkapi data-data yang ada hubungannya dengan pokok
bahasan Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan.

1.6. Sistematika Tulisan


COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Massalah
1.3. Tujuan Tulisan
1.4. Manfaat Tulisan
1.5. Metode Tulisan
1.6. Sistematika Tulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Berpikir Kritis
2.1.1. Pengertian

4
2.1.2. Model Berpikir Kritis
2.1.3. Ruang Lingkup Berpikir Kritis
2.1.4. Manfaat Berpikir Kritis
2.1.5. Cara atau Langkah Berpikir Kritis
2.2. Pengambilan Keputusan
2.2.1. Pengertian Pengambilan Keputusan
2.2.2. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
2.3. Contoh dan Aplikasi di Bidang Keperawatan
2.3.1 Contoh dan Aplikasi Berpikir Kritis
2.3.2 Contoh dan Aplikasi Pengambilan Keputusan

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Berpikir Kritis


2.1.1. Pengertian

Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis ada


baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian berpikir. Tri
Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu
proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang
(visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai
proses pemecahan masalah. Berpikir adalah menggunakan pikiran dan
mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan
merefleksikan (Gordon, 1995 ). Jadi yang merupakan pengertian berpikir

5
merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu


dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk
membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,
menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery & Potter,2005).
Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian
secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,
masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis
adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang
kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta
mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu
kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting


bagi seorang profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam
memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan
mengarah-sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan
data bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995). Berpikir kritis berdasarkan pada
metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar dalam proses
keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk
keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan
holistik untuk pemecahan masalah.

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang


berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah
sebuah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam
pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur
melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir
kualitas-tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri, berpikir ulang,
oposisi, tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis

6
mentransformasikan cara individu memandang dirinya sendiri, memahami
dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).

2.1.2. Model Berpikir Kritis

Model T.H.I.N.K dikemukakan oleh Rubenfeld & Scheffer (2006).


Model T.H.I.N.K menjelaskan berpikir kritis merupakan perpaduan dari
beberapa aktivitas berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika
proses berpikir tersebut terjadi. Berpikir kritis merupakan proses
kompleks yang jauh dari berpikir lurus. Walaupun berpikir kritis dapat
dibagi menjadi beberapa bagian untuk dipelajari, komponen-komponennya
harus dilekatkan kembali agar penggunaannya optimal.

a. Ingatan Total (T)


Mengingat kembali fakta-fakta atau mengingat kembali
dimana serta bagaimana menemukannya bila diperlukan.
Fakta dapat berasal dari buku, hasil pengkajian, lingkungan.
Kemampuan mengakses pengetahuan: disimpan dalam ingatan
estela dipelajari.
Tiap orang memiliki fakta dalam ingatannya.
Total recall tergantung kemampuan memory.
b. Kebiasaan (H)
Berpikir secara berulang-ulang sehingga jadi kebiasaan/things
I do without thinking.
c. Penyelidikan (I)
Mengkaji issue dengan mendalam dan mananyakan yang
tampak tidak jelas.
Menggali dan menanyakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan fakta sesuai dengan asumsinya.
Cara utama untuk membuat kesimpulan
Berpikir induktif
d. Ide dan kreativitas (N)
Kebalikan dari habits
Segala sesuatu yang sudah dipelajari, digabung, dikaitkan dan
diterapkan pada situasi yang unik
e. Mengetahui bagaimana anda berpikir (K)
Dimulai dengan menggunakan refleksi diri

7
Digunakan untuk menyesuaikan pemikiran secara terus-
menerus ke konteks kebutuhan pasien dan area pelayanan
kesehatan yang selalu berubah
Mempertimbangkan segala sesuatu dalam pikiran kita dan
berusaha keras untuk meningkatkan bagaimana kita berpikir
dan apa yang kita lakukan dengan berfokus pada apa yang kita
pikirkan, rasakan, dan lakukan dalam situasi tertentu tersebut.

Model ini dirancang untuk peniaian keperawatan ditingkat pelayanan,


pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan,
model ini mengemukakan lima komponen berpikir kritis yang mengarahkan
perawat untuk membuat rencana tindakan agar asuahan keperawatan aman
dan efektif.

1. Dasar Pengetahuan Khusus


Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu
pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan
untuk memikirkan masalah keperawatan.
2. Pengalaman
Pengalaman klinis memberikan suatu sarana laboratorium untuk
menguji pengetahuan keperawatan. Benner (1984) menuliskan bahwa
perawat yang ahli memahami konteks dari situasi klinis, mengenali
isyarat, dan menginterpretasikannya sebagai relevan atau tidak
relevan. Tingkat kompetensi ini datang dari pengalaman. Pelajaran
terbaik yang harus dipelajari oleh peserta didik keperawatan yang baru
adalah mengambil manfaat semua yang dialami klien. Menggunakan
salah satunya sebagai batu loncatan untuk membangun dan
mendapatkan pengetahuan baru, membuat perbandingan dan kontras,
dan merangsang pikiran inovatif.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan
perawat untuk membuat penilaian keperawatan.
Tiga tipe kompetensi :
a. Berpikir kritis umum

8
Berpikir kritis umum mencakup metoda ilmiah, pemecahan
masalah, dan pembuatan keputusan. Pemecahan masalah
mencakup mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan
antara apa yang sedang terjadi dengan apa yang seharusnya
terjadi. Kemampuan memecahkan masalah dalam suatu situasi
memungkinkan perawat menerapkan pengetahuan tersebut
pada situasi klien lainnya. Dalam membuat keputusan,
individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Keputusan
yang harus dibuat secara bebas dengan dasar nilai dan
keinginan individu. Sekali keputusan telah dibuat, individu
harus yakin bahwa keputusan tersebut adalah pilihan yang
terbaik.
b. Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Kompetensi yang tercakup disini adalah pertimbangan
diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan
klinis. Dalam pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan untuk
pasien, perawat berperan membuat pengkajian
berkesinambungan berdasarkan masalah medis klien
(Carnevali & Thomas, 1993). Dalam hal ini perawat tidak
membuat diagnosa medis, perawat mencari tanda dan gejala
yang diantisipasi yang merupakan hal umum untuk
mendiagnosis, membantu membuat kesimpulan klinis tentang
kemajuan perawat. Misalnya: klien yang mempunyai riwayat
infark miokard (serangan jantung) harus dipantau munculnya
kekambuhan nyeri dada dan perubahan tanda-tanda vital.
Perawat harus mampu secara kritis untuk menganalisa situasi
klinis yang terus berubah sehingga kebutuhan mendesak klien
dapat diantisipasi. Ini merupakan peran kolaburatif penting
harus diterima perawat.
c. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.
Proses keperawatan merupakan pendekatan sistematis yang
digunakan untuk secara kritis mengkaji dan menelaah kondisi

9
klien, mengidentifikasi respon klien terhadap masalah
kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian
mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan telah efektif.
Pembuatan keputusan klinis untuk kelompok klien :
Identifikasi masalah dari setiap klien.
Bandingkan klien dan tetapkan masalah mana yang
lebih mendesak berdasarkan kebutuhan dasar, status
klien yang tidak stabil atau terus berubah, dan
kompleksitas masalah.
Antisipasi waktu yang akan dibutuhkan untuk
mencapai prioritas masalah.
Putuskan bagaimana cara membandingkan aktivitas
untuk memecahkan lebih dari satu masalah pada setiap
kesempatan.
Pertimbangan bagaimana cara melibatkan klien sebagai
pembuat keputusan dan partisipan dalam perawatan
4. Sikap untuk Berpikir Kritis
Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan
keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan
ketrampilan kognitif untuk berpikir secara kritis dan penting untuk
memastikan bahwa ketrampilan ini digunakan secara adil dan
bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis adalah:
tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati,
integritas, ketekunan, dan kreativitas.
a. Tanggung Gugat
Sebagai perawat profesional, perawat harus mampu membuat
keputusan dalam berespon terhadap hak, kebutuhan, dan minat
klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun
penilaian yang dibuatnya atas nama klien.
b. Berpikir Mandiri
Perawat belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan
rentang yang luas yang dilanjutkan dengan membuat penilaian
sendiri. Penilaian disertai dengan penerimaan masukan dari
orang lain, dengan catatan: ide atau masukan dari orang lain

10
tersebut harus disertai dengan rasional serta jawaban yang
logis. Berpikir mandiri adalah inti dari riset keperawatan
c. Mengambil Resiko
Keputusan yang telah diambil mempunyai resiko untuk
ditelaah kembali sehingg adibutuhkan niat dan kemauan
mengambil resiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah
dan selanjutnya melakukan tindakan didasarkan pada
keyakinan yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat.
d. Kerendahan Hati
Pemikir kritis menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan
mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan
untuk membuat keputusan yang tepat. Kerendahan hati perlu
dipersiapkan oleh seorang perawat untuk mengetahui
ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah praktik
keperawatan. Perawat harus memikirkan kembali situasi,
mencari pengetahuan tambahan, dan kemudian menggunakan
informasi untuk membentuk konklusi (kesimpulan).
Kerendahan hati perawat akan mendorong keinginan untuk
berhadapan dengan perawat yang lebih berpengalaman dan
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
menangapi masalah klien dengan tepat mendukung perawat
menjadi dewasa secara profesional.
e. Integritas
Orang yang mempunyai integritas dengan cepat berkeinginan
untuk mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan
dalam ide dan keyakinannya.
f. Ketekunan
Pemikir kritis harus bertekad untuk menemukan pemecahan
dan jalan keluar yang efektif untuk masalah keperawatan klien.
Perawat harus belajar sebanyak mungkin mengenai masalah,
mencoba berbagai pendekatan untuk keperawatan dan terus
menari sumber tanbahan sampai pendekatan yang tepat.
Misalnya: pasien DM (Diabetes Melitus) mempunyai luka di
jari kaki. Untuk menemukan tindakan yang tepat, perawat

11
perlu konsultasi dengan ahli gizi, dokter, dan mencari
jurnal/artikel yang berhubungan dengan luka DM

g. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan berpikir orijinal, hal ini
berarti menemukan jalan keluar dari masalah yang ditemukan
dengan cara yang lain. Misal: anggota keluarga menderita
artritis sehingga sakit jika digunakan untuk membungkuk.
Mensikap hal tersebut, keluarga memakukan balok kecil di
kaki kursi, hal ini dilakukan agar pasien tidak perlu
membungkuk jika akan duduk.

5. Standar
Kemampuan perawat untuk berpikir kritis terhadap masalah klien,
sehingga penting untuk menggunakan standar berpikir kritis untuk
memastikan bahwa keputusan yang tepat telah dibuat. Standar
profesional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk
penilaian keperawatan dan kriteria untuk tanggung jawab dan
tanggung gugat profesional. Penerapan standar mengharuskan perawat
menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok
(Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994) Standar untuk berpikir kritis
adalah jelas, spesifik, konsisten, mendalam, komplet, mencukupi,
tepat, akurat, masuk akal, logis, luas, signifikan, terbuka.

2.1.3. Ruang Lingkup Berpikir Kritis

Terdapat dua standar yang termasuk ruang lingkup dalam berpikir


kritis, yaitu standar intelektual dan standar profesional.

1. Standar Intelektual diantaranya jelas, tepat, spesifik, relevan, akurat,


masuk akal, konsisten, logis, mendalam, luas, kompleks, adekuat,
terbuka, dan signifikan.
2. Standar Profesional diantaranya kriteria etis untuk penilaian
keperawatan, kriteria untuk evaluasi dan tanggung jawab profesional.

12
2.1.4. Manfaat Berpikir Kritis

Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam


keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan


sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan
yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data
keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas
keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam
keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

2.1.5. Cara atau Langkah Berpikir Kritis

Berpikir secara kritis melibatkan suatu rangkaian terintegrasi tentang


kemampuan dan sikap berpikir. Individu harus mampu menerima informasi,

13
menggunakan ingatan (memori) saat ini dan masa lalu, menerpkan logika dan
alasan, meninjau data dengan cara yang teratur, dan membuat keputusan
secara jelas dan kreatif. Adapun langkah berpikir kritis yaitu:

1. Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)


2. Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of
knowledge)
3. Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
4. Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
5. Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)

2.2. Pengambilan Keputusan


2.2.1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau


keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan
suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Menurut
James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan
untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Menurut
Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses berpikir untuk
memilih tindakan terbaik guna mencapai tujuan yang diharapkan. Keputusan
harus dibuat kapan pun terdapat pilihan eksklusif bersama atau saat terdapat
pilihan untuk melakukan tindakan atau tidak.

2.2.2. Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan


Adapun langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan yaitu:
1. Identifikasi tujuan
Perawat dapat mengidentifikasikan mengapa keputusan perlu diambil
dan kebutuhan yang perlu ditentukan.
2. Tetapkan kriteria
Ketika perawat menetapkan kriteria pengambilan keputusan, tiga
pertanyaan harus terjawab: apa hasil yang diharapkan, apa yang perlu

14
dipertahankan, dan apa yang perlu dihindari. sebagai contoh, untuk
klien menderita nyeri, kriteria yang dibuat harus seperti berikut:
a. Apa yang harus dicapai? : Peredaan nyeri
b. Apa yang perlu dipertahankan? : Fungsi fisik, fungsi kognitif,
psikologis, kenyamanan pasien.
c. Apa yang perlu dihindari? : Depresi sistem saraf pusat, depresi
pernafasan, mual.
3. Timbang kriteria
Dalam tahap ini, pengambilan keputusan menetapkan prioritas atau
mengurutkan aktivitas atau layanan dengan urutan kepentingan dari
yang kurang penting sampai yang penting saat dihubungkan dengan
situasi khusus. Karena menimbang sifatnya khusus terhadap situasi,
aktivitas dapat diurutkan sebagai yang paling penting pada satu situasi
dan tidak penting pada situasi yang lain. Sebagai contoh apabila klien
yang mengalami nyeri menderita kanker stadium akhir, peredaan nyeri
mungkin lebih penting dibandingkan menghindari efek samping obat
pereda nyeri tersebut.
4. Cari alternatif
Pengambilan keputusan mengidentifikasi semua cara yang mungkin
dilakukan untuk memenuhi kriteria tersebut. Pada situasi klinis,
alternatif dapat dipilih dari kisaran intervensi keperawatan atau
strategi perawatan klien. Nyeri dapat diatasi dengan obat oral atau
injeksi, jika perlu atau sesuai jadwal, atau tanpa intervensi farmasi
sama sekali, bahkan menggunakan modalitas penyembuhan alternatif
dan pelengkap (CAM).
5. Kaji alternatif
Perawat menganalisis alternatif untuk memastikan bahwa ada
penjelasan rasional objektif terkait kriteria yang ditetapkan untuk
memilih satu strategi yang lain. Untuk nyeri yang disebabkan oleh
prosedur (seperti pengangkatan benda asing), CAM mungkin tidak
cukup kuat meredakan nyeri dan obat oral mungkin efektif, tetapi
berkerja terlalu lambat, sehingga narkotik IV mungkin menjadi pilihan
terbaik.
6. Proyeksikan

15
Perawat memakai pemikiran kreatif dan skeptisisme untuk
menentukan konsekuensi negatif yang mungkin terjadi sebagai hasil
keputusan dan menyusun rencana untuk mencegah, meminimalkan
atau mengatasi semua masalah. Apabila narkotik IV dipilih, prosedur
keamanan apa yang harus ada, misalnya, antidot narkotik dan oksigen
tambahan.
7. Implementasikan
Rencana keputusan diimplementasikan. Terapi nyeri mulai dilakukan.
8. Evaluasi hasil
Seperti semua asuhan keperawatan, dalam melakukaan evaluasi,
perawat menentukan keefektifan rencana dan menetapkan apakah
tujuan awal telah tercapai. Bagaimana klien mengukur tingkat nyeri
setelah prosedur.

2.3. Contoh dan Aplikasi di Bidang Keperawatan


2.3.1 Contoh dan Aplikasi Berpikir Kritis

Proses keperawatan adalah metode perencanaan dan pemberian asuhan


keperawatan individu yang sifatnya rasional dan sistemik. Fase proses
keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.

Contoh Penggunaan Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan


Fase Proses Keperawatan Aktivitas Berpikir Kritis
Pengkajian Melakukan observasi yang andal
Membedakan data yang relevan
dengan data yang tidak relevan
Membedakan data yang penting dan
tidak penting
Memvalidasi data
Mengatur data
Mengelompokkan data sesuai dengan
kerangka berpikir

16
Mengidentifikasi asumsi
Diagnosis Menemukan pola dan hubungan
diantara petunjuk
Mengidentifikasi celah pada data
Membuat kesimpulan
Menunda penilaian ketika
kekurangan data
Menentukan hubungan antar disiplin
Menetapkan masalah
Mengkaji asumsi
Membandingkan pola dengan standar
atau kebiasaan
Mengidentifikasi faktor yang
menimbulkan masalah
Perencanaan Membentuk generalisasi yang valid
Memindahkkan pengetahuan dari
satu situasi ke situasi lain
Menyusun kriteria evaluasi
Membuat hipotesis
Melakukan hubungan antar disiplin
Memprioritaskkan masalah klien
Mengeneralisasi prinsip dari ilmu
pengetahuan lain
Implementasi Menerapkan pengetahuan untuk
melakukan intervensi
Menguji hipotesis
Evaluasi Memutuskan apakah hipotesis benar
Melakukan evaluasi berdasarkan
kriteria

Hubungan pemikiran Paul dan Elder (1995) terhadap fase proses


keperawatan dan penerapannya pada contoh klinis tercantum sebagai berikut :

17
Hubungan Unsur Pemikiran Paul dan Elder dengan Proses Keperawatan
Unsur Kesejajaran
Pemikiran dengan
Penerapan Klinis
Paul Proses
Keperawatan
Informasi Pengkajian Data: seorang pria latin berusia 45 tahun mengeluh sakit
kepala berat, kelebihan berat badan 10 kg, tekanan darah
180/95 mm Hg. Ia mengatakan meminum pil untuk
tekanan darah hanya saat dia mengalami sakit kepala.
Bekerja sebagai seorang tukang kebun milik pribadi,
tinggal bersama istri, ibu mertua dan empat anak.
Saat diberikan data ini, orang yang berpikir kritis
menyadari dibutuhkan lebih banyak data mengenai nilai
kesehatan budaya klien dan alasan terhadap perilaku yang
dikatakannya tersebut. Kegagalan untuk berpikir secara
kritis dan mendapatkan data tambahan menyebabkan
penetapan tujuan, diagnosis dan intervensi menjadi tidak
akurat.
Maksud Penetapan Tujuan: meningkatkan kepatuhan terhadap regimen
Pemikiran tujuan pengobatan untuk meredakan sakit kepala dan mencegah
cedera serebrovaskular (CVA). Dengan berpikir secara
kritis perawat akan mencoba menentukan tujuan klien dan
setuju dengan tujuan bersama.
Pertanyaan Diagnosis Seorang yang berpikir kritis akan menunda
seputar isu pengidentifikasian diagnosa klien sampai didapatkan lebih
banyak data dan prioritas klien diketahui. Hal ini
mencegah diagnosis prematur akibat data yang tidak
memadai.
Sudut Diagnosis Sebagai orang yang berpikir kritis, perawat menyadari
pandang bahwa sudut pandang klien dapat berbeda dengan sudut
pandang perawat. Meskipun perawat mendukung sistem
kepercayaan pengobatan barat yang memprioritaskan

18
pengobatan penyakit, orang yang berpikir kritis juga
menyadari bahwa klien terseut mungkin menganut
kepercayaan tentang persepsi sehat sakit, terapi, dan
tindakan pencegahan yang berbeda.
Interpretasi Diagnosis Orang yang berpikir kritis mengenali bahwa pemakaian
dan obat-obatan dan resep yang tidak teratur oleh klien
inferensi mungkin disebabkan oleh banyak hal (mis., efek samping
(kesimpula yang mengganggu atau yakin bahwa sakit karena
n dan kehendak tuhan dan tidak dapat dicegah) dan tidak akan
anjuran) menyimpulkan diagnosis dengan etiologinya sampai
didapatkan lebih banyak data. Kegagalan berpikir kritis
dapat menyebabkan interpretasi yang tidak relevan, tidak
adekuat, dan dangkal (mi., kesalahan saat interpretasi
bahwa masalah klien adalah kurang pengetahuan).
Asumsi Diagnosis Orang yang berpikir kritis membuat asumsi menurut data
dasar yang tidak bias dan luas serta tujuan klien yang
ditetapkan bersama. Orang yang berpikir kritis
menghindari membuat asumsi yang tidak terbukti,
misalnya pada asumsi bahwa peningkatan pengetahuan
akan meningkatkan kepatuhan klien atau bahwa klien ini
termotivasi untuk mencegah CVA.
Konsep Diagnosis Orang yang berpikir kritis menggunakan konsep tentang
(teori, perencanaan motivasi, teori berubah dan keperawatan multikultural
hukum, untuk memahami perilaku dan motivasi klien untuk
prinsip, berubah. Kegagalan untuk berpikir kritis dapat
model) menyebabkan ketergantungan eksklusif pada sebuah
konsep yang terlalu sederhanan seperti pengetahuan
menyebabkan perubahan.
Implikasi Perencanaan Orang yang berpikir kritis mempertimbangkan implikasi
dan implementas dan konsekuensi strategi keperawatan tertentu sebelum
konsekuens i mengimplementasikan rencana asuhan. Rencana asuhan
i termasuk tujuan dan hasil didasarkan pada pengkajian

19
yang berkelanjutan terhadap nilai budaya, kepercayaan
dan kebutuhan klien. Kegagalan berpikir kritis dapat
menyebabkan intervensi yang tidak efektif seperti
penyuluhan klien yang berfokus hanya pada perbaikan
defisit pengetahuan tentang obat yang diprogramkan.
Orang yang berpikir kritis mengenali bahwa defisit
pengetahuan dapat atau tidak menyebabkan salah satu
masalah.
Interpretasi Evaluasi Orang yang berpikir kritis mendasarkan evaluasi hasil
dan pada klien dan keefektifan intervensi keperawatan pada
inferensi kriteria baku dan dapat diukur serta mempertimbangkan
secara rasional apakah hasil telah divalidasi. Kegagalan
berpikir kritis dapat menyebabkan ketidakpatuhan klien
dan kesimpulan bahwa klien tersebut tidak belajar secara
efektif dan membutuhkan petunjuk lebih lanjut.

2.3.2 Contoh dan Aplikasi Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan dan proses keperawatan mempunyai


beberapa kesamaan dan perawat menggunakan pengambilan keputusan pada
semua langkah proses keperawatan. Adapun perbandingan antara proses
keperawatan dan proses pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:

Perbandingan Antara Proses Keperawatan Dan Proses Pengambilan


Keputusan
Proses Keperawatan Proses Pengambilan Keputusan
Mengkaji Mengidentifikasi tujuan
Diagnosis
Merencanakan Menetapkan kriteria
Menimbang kriteria
Mencari alternatif
Mengkaji alternatif
Memproyeksikan
Mengimplementasikan Mengimplementasikan

20
Mengevaluasi Mengevaluasi hasil
*Proses pengambilan keputusan paralel dengan proses keperawatan, tetapi
juga digunakan pada tiap tahap proses tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih


kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat
tentang tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup
penilaian dan analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan,
pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan
mengambil suatu keputusan.

Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah


kemampuan mendasar bagi tenaga kesehatan. Khusus dalam bidang
keperawatan pengambilan keputusan sangat dibutuhkan dalam membuat
asuhan keperawatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis sangat erat hubungannya


dengan pengambilan keputusan. Karena khususnya dalam bidang kesehatan
seperti perawat sangat perlu dibutuhkannya berpikir kritis tertutama dalam
pengambilan keputusan dalam menyelesaikan asuhan keperawatan

3.2. Saran

21
Dengan penyusunan paper ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar para
pembaca dapat lebih memahami mengenai berpikir kritis dan pengambilan
keputusan sehingga ilmu yang didapatkan dapat bermanfaat di masa yang
akan datang.

22

Anda mungkin juga menyukai