PENDAHULUAN
1
Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki,
kita menjadi lebih mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan menbuat
simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses
berfikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi,
tantangan dan dukungan. Berpikir kritis adalah proses perkembangan
kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir
kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh
dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan
mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan
kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan
keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan
merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi
klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai
pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan
bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan
membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam
praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan
menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua
pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan
keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah
secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara apa
yang ada dan apa yang seharusnya ada. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus
2
memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan
adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.
Karena pentingnya pembahasan mengenai berpikir kritis dan peranannya
dalam pengambilan keputusan dalam ilmu keperawatan, maka untuk lebih
lengkapnya penyusun akan membahas mengenai berpikir kritis dan
pengambilan keputusan dalam makalah ini.
3
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa
keperawatan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan.
4
2.1.2. Model Berpikir Kritis
2.1.3. Ruang Lingkup Berpikir Kritis
2.1.4. Manfaat Berpikir Kritis
2.1.5. Cara atau Langkah Berpikir Kritis
2.2. Pengambilan Keputusan
2.2.1. Pengertian Pengambilan Keputusan
2.2.2. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
2.3. Contoh dan Aplikasi di Bidang Keperawatan
2.3.1 Contoh dan Aplikasi Berpikir Kritis
2.3.2 Contoh dan Aplikasi Pengambilan Keputusan
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
BAB II
PEMBAHASAN
5
merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.
6
mentransformasikan cara individu memandang dirinya sendiri, memahami
dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).
7
Digunakan untuk menyesuaikan pemikiran secara terus-
menerus ke konteks kebutuhan pasien dan area pelayanan
kesehatan yang selalu berubah
Mempertimbangkan segala sesuatu dalam pikiran kita dan
berusaha keras untuk meningkatkan bagaimana kita berpikir
dan apa yang kita lakukan dengan berfokus pada apa yang kita
pikirkan, rasakan, dan lakukan dalam situasi tertentu tersebut.
8
Berpikir kritis umum mencakup metoda ilmiah, pemecahan
masalah, dan pembuatan keputusan. Pemecahan masalah
mencakup mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan
antara apa yang sedang terjadi dengan apa yang seharusnya
terjadi. Kemampuan memecahkan masalah dalam suatu situasi
memungkinkan perawat menerapkan pengetahuan tersebut
pada situasi klien lainnya. Dalam membuat keputusan,
individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Keputusan
yang harus dibuat secara bebas dengan dasar nilai dan
keinginan individu. Sekali keputusan telah dibuat, individu
harus yakin bahwa keputusan tersebut adalah pilihan yang
terbaik.
b. Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Kompetensi yang tercakup disini adalah pertimbangan
diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan
klinis. Dalam pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan untuk
pasien, perawat berperan membuat pengkajian
berkesinambungan berdasarkan masalah medis klien
(Carnevali & Thomas, 1993). Dalam hal ini perawat tidak
membuat diagnosa medis, perawat mencari tanda dan gejala
yang diantisipasi yang merupakan hal umum untuk
mendiagnosis, membantu membuat kesimpulan klinis tentang
kemajuan perawat. Misalnya: klien yang mempunyai riwayat
infark miokard (serangan jantung) harus dipantau munculnya
kekambuhan nyeri dada dan perubahan tanda-tanda vital.
Perawat harus mampu secara kritis untuk menganalisa situasi
klinis yang terus berubah sehingga kebutuhan mendesak klien
dapat diantisipasi. Ini merupakan peran kolaburatif penting
harus diterima perawat.
c. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.
Proses keperawatan merupakan pendekatan sistematis yang
digunakan untuk secara kritis mengkaji dan menelaah kondisi
9
klien, mengidentifikasi respon klien terhadap masalah
kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian
mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan telah efektif.
Pembuatan keputusan klinis untuk kelompok klien :
Identifikasi masalah dari setiap klien.
Bandingkan klien dan tetapkan masalah mana yang
lebih mendesak berdasarkan kebutuhan dasar, status
klien yang tidak stabil atau terus berubah, dan
kompleksitas masalah.
Antisipasi waktu yang akan dibutuhkan untuk
mencapai prioritas masalah.
Putuskan bagaimana cara membandingkan aktivitas
untuk memecahkan lebih dari satu masalah pada setiap
kesempatan.
Pertimbangan bagaimana cara melibatkan klien sebagai
pembuat keputusan dan partisipan dalam perawatan
4. Sikap untuk Berpikir Kritis
Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan
keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan
ketrampilan kognitif untuk berpikir secara kritis dan penting untuk
memastikan bahwa ketrampilan ini digunakan secara adil dan
bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis adalah:
tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati,
integritas, ketekunan, dan kreativitas.
a. Tanggung Gugat
Sebagai perawat profesional, perawat harus mampu membuat
keputusan dalam berespon terhadap hak, kebutuhan, dan minat
klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun
penilaian yang dibuatnya atas nama klien.
b. Berpikir Mandiri
Perawat belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan
rentang yang luas yang dilanjutkan dengan membuat penilaian
sendiri. Penilaian disertai dengan penerimaan masukan dari
orang lain, dengan catatan: ide atau masukan dari orang lain
10
tersebut harus disertai dengan rasional serta jawaban yang
logis. Berpikir mandiri adalah inti dari riset keperawatan
c. Mengambil Resiko
Keputusan yang telah diambil mempunyai resiko untuk
ditelaah kembali sehingg adibutuhkan niat dan kemauan
mengambil resiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah
dan selanjutnya melakukan tindakan didasarkan pada
keyakinan yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat.
d. Kerendahan Hati
Pemikir kritis menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan
mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan
untuk membuat keputusan yang tepat. Kerendahan hati perlu
dipersiapkan oleh seorang perawat untuk mengetahui
ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah praktik
keperawatan. Perawat harus memikirkan kembali situasi,
mencari pengetahuan tambahan, dan kemudian menggunakan
informasi untuk membentuk konklusi (kesimpulan).
Kerendahan hati perawat akan mendorong keinginan untuk
berhadapan dengan perawat yang lebih berpengalaman dan
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
menangapi masalah klien dengan tepat mendukung perawat
menjadi dewasa secara profesional.
e. Integritas
Orang yang mempunyai integritas dengan cepat berkeinginan
untuk mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan
dalam ide dan keyakinannya.
f. Ketekunan
Pemikir kritis harus bertekad untuk menemukan pemecahan
dan jalan keluar yang efektif untuk masalah keperawatan klien.
Perawat harus belajar sebanyak mungkin mengenai masalah,
mencoba berbagai pendekatan untuk keperawatan dan terus
menari sumber tanbahan sampai pendekatan yang tepat.
Misalnya: pasien DM (Diabetes Melitus) mempunyai luka di
jari kaki. Untuk menemukan tindakan yang tepat, perawat
11
perlu konsultasi dengan ahli gizi, dokter, dan mencari
jurnal/artikel yang berhubungan dengan luka DM
g. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan berpikir orijinal, hal ini
berarti menemukan jalan keluar dari masalah yang ditemukan
dengan cara yang lain. Misal: anggota keluarga menderita
artritis sehingga sakit jika digunakan untuk membungkuk.
Mensikap hal tersebut, keluarga memakukan balok kecil di
kaki kursi, hal ini dilakukan agar pasien tidak perlu
membungkuk jika akan duduk.
5. Standar
Kemampuan perawat untuk berpikir kritis terhadap masalah klien,
sehingga penting untuk menggunakan standar berpikir kritis untuk
memastikan bahwa keputusan yang tepat telah dibuat. Standar
profesional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk
penilaian keperawatan dan kriteria untuk tanggung jawab dan
tanggung gugat profesional. Penerapan standar mengharuskan perawat
menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok
(Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994) Standar untuk berpikir kritis
adalah jelas, spesifik, konsisten, mendalam, komplet, mencukupi,
tepat, akurat, masuk akal, logis, luas, signifikan, terbuka.
12
2.1.4. Manfaat Berpikir Kritis
13
menggunakan ingatan (memori) saat ini dan masa lalu, menerpkan logika dan
alasan, meninjau data dengan cara yang teratur, dan membuat keputusan
secara jelas dan kreatif. Adapun langkah berpikir kritis yaitu:
14
dipertahankan, dan apa yang perlu dihindari. sebagai contoh, untuk
klien menderita nyeri, kriteria yang dibuat harus seperti berikut:
a. Apa yang harus dicapai? : Peredaan nyeri
b. Apa yang perlu dipertahankan? : Fungsi fisik, fungsi kognitif,
psikologis, kenyamanan pasien.
c. Apa yang perlu dihindari? : Depresi sistem saraf pusat, depresi
pernafasan, mual.
3. Timbang kriteria
Dalam tahap ini, pengambilan keputusan menetapkan prioritas atau
mengurutkan aktivitas atau layanan dengan urutan kepentingan dari
yang kurang penting sampai yang penting saat dihubungkan dengan
situasi khusus. Karena menimbang sifatnya khusus terhadap situasi,
aktivitas dapat diurutkan sebagai yang paling penting pada satu situasi
dan tidak penting pada situasi yang lain. Sebagai contoh apabila klien
yang mengalami nyeri menderita kanker stadium akhir, peredaan nyeri
mungkin lebih penting dibandingkan menghindari efek samping obat
pereda nyeri tersebut.
4. Cari alternatif
Pengambilan keputusan mengidentifikasi semua cara yang mungkin
dilakukan untuk memenuhi kriteria tersebut. Pada situasi klinis,
alternatif dapat dipilih dari kisaran intervensi keperawatan atau
strategi perawatan klien. Nyeri dapat diatasi dengan obat oral atau
injeksi, jika perlu atau sesuai jadwal, atau tanpa intervensi farmasi
sama sekali, bahkan menggunakan modalitas penyembuhan alternatif
dan pelengkap (CAM).
5. Kaji alternatif
Perawat menganalisis alternatif untuk memastikan bahwa ada
penjelasan rasional objektif terkait kriteria yang ditetapkan untuk
memilih satu strategi yang lain. Untuk nyeri yang disebabkan oleh
prosedur (seperti pengangkatan benda asing), CAM mungkin tidak
cukup kuat meredakan nyeri dan obat oral mungkin efektif, tetapi
berkerja terlalu lambat, sehingga narkotik IV mungkin menjadi pilihan
terbaik.
6. Proyeksikan
15
Perawat memakai pemikiran kreatif dan skeptisisme untuk
menentukan konsekuensi negatif yang mungkin terjadi sebagai hasil
keputusan dan menyusun rencana untuk mencegah, meminimalkan
atau mengatasi semua masalah. Apabila narkotik IV dipilih, prosedur
keamanan apa yang harus ada, misalnya, antidot narkotik dan oksigen
tambahan.
7. Implementasikan
Rencana keputusan diimplementasikan. Terapi nyeri mulai dilakukan.
8. Evaluasi hasil
Seperti semua asuhan keperawatan, dalam melakukaan evaluasi,
perawat menentukan keefektifan rencana dan menetapkan apakah
tujuan awal telah tercapai. Bagaimana klien mengukur tingkat nyeri
setelah prosedur.
16
Mengidentifikasi asumsi
Diagnosis Menemukan pola dan hubungan
diantara petunjuk
Mengidentifikasi celah pada data
Membuat kesimpulan
Menunda penilaian ketika
kekurangan data
Menentukan hubungan antar disiplin
Menetapkan masalah
Mengkaji asumsi
Membandingkan pola dengan standar
atau kebiasaan
Mengidentifikasi faktor yang
menimbulkan masalah
Perencanaan Membentuk generalisasi yang valid
Memindahkkan pengetahuan dari
satu situasi ke situasi lain
Menyusun kriteria evaluasi
Membuat hipotesis
Melakukan hubungan antar disiplin
Memprioritaskkan masalah klien
Mengeneralisasi prinsip dari ilmu
pengetahuan lain
Implementasi Menerapkan pengetahuan untuk
melakukan intervensi
Menguji hipotesis
Evaluasi Memutuskan apakah hipotesis benar
Melakukan evaluasi berdasarkan
kriteria
17
Hubungan Unsur Pemikiran Paul dan Elder dengan Proses Keperawatan
Unsur Kesejajaran
Pemikiran dengan
Penerapan Klinis
Paul Proses
Keperawatan
Informasi Pengkajian Data: seorang pria latin berusia 45 tahun mengeluh sakit
kepala berat, kelebihan berat badan 10 kg, tekanan darah
180/95 mm Hg. Ia mengatakan meminum pil untuk
tekanan darah hanya saat dia mengalami sakit kepala.
Bekerja sebagai seorang tukang kebun milik pribadi,
tinggal bersama istri, ibu mertua dan empat anak.
Saat diberikan data ini, orang yang berpikir kritis
menyadari dibutuhkan lebih banyak data mengenai nilai
kesehatan budaya klien dan alasan terhadap perilaku yang
dikatakannya tersebut. Kegagalan untuk berpikir secara
kritis dan mendapatkan data tambahan menyebabkan
penetapan tujuan, diagnosis dan intervensi menjadi tidak
akurat.
Maksud Penetapan Tujuan: meningkatkan kepatuhan terhadap regimen
Pemikiran tujuan pengobatan untuk meredakan sakit kepala dan mencegah
cedera serebrovaskular (CVA). Dengan berpikir secara
kritis perawat akan mencoba menentukan tujuan klien dan
setuju dengan tujuan bersama.
Pertanyaan Diagnosis Seorang yang berpikir kritis akan menunda
seputar isu pengidentifikasian diagnosa klien sampai didapatkan lebih
banyak data dan prioritas klien diketahui. Hal ini
mencegah diagnosis prematur akibat data yang tidak
memadai.
Sudut Diagnosis Sebagai orang yang berpikir kritis, perawat menyadari
pandang bahwa sudut pandang klien dapat berbeda dengan sudut
pandang perawat. Meskipun perawat mendukung sistem
kepercayaan pengobatan barat yang memprioritaskan
18
pengobatan penyakit, orang yang berpikir kritis juga
menyadari bahwa klien terseut mungkin menganut
kepercayaan tentang persepsi sehat sakit, terapi, dan
tindakan pencegahan yang berbeda.
Interpretasi Diagnosis Orang yang berpikir kritis mengenali bahwa pemakaian
dan obat-obatan dan resep yang tidak teratur oleh klien
inferensi mungkin disebabkan oleh banyak hal (mis., efek samping
(kesimpula yang mengganggu atau yakin bahwa sakit karena
n dan kehendak tuhan dan tidak dapat dicegah) dan tidak akan
anjuran) menyimpulkan diagnosis dengan etiologinya sampai
didapatkan lebih banyak data. Kegagalan berpikir kritis
dapat menyebabkan interpretasi yang tidak relevan, tidak
adekuat, dan dangkal (mi., kesalahan saat interpretasi
bahwa masalah klien adalah kurang pengetahuan).
Asumsi Diagnosis Orang yang berpikir kritis membuat asumsi menurut data
dasar yang tidak bias dan luas serta tujuan klien yang
ditetapkan bersama. Orang yang berpikir kritis
menghindari membuat asumsi yang tidak terbukti,
misalnya pada asumsi bahwa peningkatan pengetahuan
akan meningkatkan kepatuhan klien atau bahwa klien ini
termotivasi untuk mencegah CVA.
Konsep Diagnosis Orang yang berpikir kritis menggunakan konsep tentang
(teori, perencanaan motivasi, teori berubah dan keperawatan multikultural
hukum, untuk memahami perilaku dan motivasi klien untuk
prinsip, berubah. Kegagalan untuk berpikir kritis dapat
model) menyebabkan ketergantungan eksklusif pada sebuah
konsep yang terlalu sederhanan seperti pengetahuan
menyebabkan perubahan.
Implikasi Perencanaan Orang yang berpikir kritis mempertimbangkan implikasi
dan implementas dan konsekuensi strategi keperawatan tertentu sebelum
konsekuens i mengimplementasikan rencana asuhan. Rencana asuhan
i termasuk tujuan dan hasil didasarkan pada pengkajian
19
yang berkelanjutan terhadap nilai budaya, kepercayaan
dan kebutuhan klien. Kegagalan berpikir kritis dapat
menyebabkan intervensi yang tidak efektif seperti
penyuluhan klien yang berfokus hanya pada perbaikan
defisit pengetahuan tentang obat yang diprogramkan.
Orang yang berpikir kritis mengenali bahwa defisit
pengetahuan dapat atau tidak menyebabkan salah satu
masalah.
Interpretasi Evaluasi Orang yang berpikir kritis mendasarkan evaluasi hasil
dan pada klien dan keefektifan intervensi keperawatan pada
inferensi kriteria baku dan dapat diukur serta mempertimbangkan
secara rasional apakah hasil telah divalidasi. Kegagalan
berpikir kritis dapat menyebabkan ketidakpatuhan klien
dan kesimpulan bahwa klien tersebut tidak belajar secara
efektif dan membutuhkan petunjuk lebih lanjut.
20
Mengevaluasi Mengevaluasi hasil
*Proses pengambilan keputusan paralel dengan proses keperawatan, tetapi
juga digunakan pada tiap tahap proses tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
21
Dengan penyusunan paper ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar para
pembaca dapat lebih memahami mengenai berpikir kritis dan pengambilan
keputusan sehingga ilmu yang didapatkan dapat bermanfaat di masa yang
akan datang.
22