Anda di halaman 1dari 112

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK KENNIE G


TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG PADA PASIEN GAGAL
JANTUNG KONGESTIF DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH

NIRWANA

C 121 11 631

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK KENNIE G


TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG PADA PASIEN GAGAL
JANTUNG KONGESTIF DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk


Menempuh ujian akhir dan memperoleh gelar
Sarjana keperawatan (S,kep)

NIRWANA
C 121 11 631

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK KENNIE G
TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG PADA PASIEN GAGAL
JANTUNG KONGESTIF DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Akhir


Hari/Tanggal : Senin, 28 Januari 2013
Pukul : 15.00-17.00
Tempat : Ruang 403 Lantai 4 PSIK Unhas

Oleh:
NIRWANA
C12111631

Dan yang bersangkutan dinyatakan


LULUS
Tim Penguji Akhir
Penguji I : Suni Hariati, S.Kep.Ns, M.Kep
..................................
Penguji II : Yuliana Syam, SKep, Ns M.Kes
...................................
Penguji III : Hapsah,S.Kep Ns M, Kep
....................................
Penguji IV : Wa Ode Nur Isnah S.kep, Ns, M.Kes ..................................
Mengetahui:

A.n. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin,
Universitas Hasanuddin,

Prof. dr. Budu, Ph.D.,Sp.M.KVR. Dr. Dra. Werna Nontji, S.Kp.,M.Kep


NIP. 19661231 199503 1 009
NIP. 19500114 197207 2 001
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nirwana

NIM : C 121 11631

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain,

maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima

sanksi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan

sama sekali.

Makassar, 26 februari 2013

Yang membuat pernyataan

Nirwana
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan judul Pengaruh pemberian terapi musik klasik kennie G

terhadap frekuensi denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif di Rumah

Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.

Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menyadari bahwa itu tak

lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun secara materil.

Olehnya itu, penulis mengucapkan terimah kasih kepada:

1. Bapak. Prof. dr. Irawan Yusuf, Ph.D selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin.

2. Bapak Dr. Budu, Ph.D,Sp.M.-KVR selaku pembantu dekan bidang akademik

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

3. Ibu. DR. Dra. Hj. Werna Nontji,S.Kp.,M.Kep. selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

4. Ibu Hapsah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu Wa Ode Nur

Isnah, S.Kep.,Ns.M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak

membimbing peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

5. Ibu Suni Hariyati S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji I dan Ibu Yuliana syam,

S,Kep.,Ns. M.Kes. selaku penguji II yang telah memberikan arahan dan

masukan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan penulisan ini.


6. Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Sulawesi

Selatan yang telah memberikan izin penelitian diwilayah Propinsi Sulawesi

Selatan

7. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar yang telah

memberi izin untuk meneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar.

8. Ibu Magdalena Rieuwpassa,SKM,S.Kep,M.Kes selaku kepala diklat Rumah

Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar yang telah memberi izin untuk

meneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.

9. Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Unhas yang telah membantu

penulis dalam menyelesaian pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan.

10. Rekan-rekan Ners B angkatan 2011 yang telah banyak memberi bantuan dan

dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Kedua Orang Tuaku (H. Nurdin Siming dan Hj Nursida) dan juga buat

saudaraku yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis selama

mengikuti pendidikan.

12. Suamiku tercinta Budiman Amd,SH.MH. atas segala doa dan cinta

kasihsayang serta dukungan yang diberikan baik moral maupun materil ke

peneliti.

13. Anak anakku tersayang Arifah,Arief dan Ariel yang selalu mendoakan ibunya

dan memberikan motivasi sehingga studi ini terselesaikan.

14. Sahabat sejati dan seperjuangan Salniah, Dahri, Nirwana Nurdin. Yang telah

membantu dan memberikan masukan sehingga skripsi ini terselesaikan.


15. Semua pihak yang telah membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu

kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan dari

pembaca yang budiman untuk penyempurnaan penulisan selanjutnya. Di samping

itu penyusun juga berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dan

bagi nusa dan bangsa. Wassalam.

Makassar, Desember 2012

Peneliti
ABSTRAK

Nirwana. C12111631. PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK KENNIE G


TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
KONGESTIF DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR MAKASSAR, dibimbing oleh
Hapsah dan Wa Ode Nur Isnah.
Latar belakanng: American Heart Association(AHA)2004 melaporkan 5,2 juta penduduk
Amerika menderita gagal jantung kongestif, di Rs Jantung Harapan Kita pada tahun 2008 skitar
65% pasien yang menderita gagal jantung kongestif dari 400-500 pasien yang berobat jalan setiap
hari, di Rs Cipto Mangunkusumo tahun 2006 sekitar 3,2% pasien yang menderita gagal jantung
kongestif dari 11,711 pasien, di Rs Labuang Baji Makassar tahun 2010 sebanyak 76 pasien yang
menderita gagal jantung kongestif, Tahun 2011sebanyak 117 pasien yang menderita gagal jantung
kongestif dengan angka kematian sebanyak 11orang. Kejadian gagal jantung kongestif akan
semakin meningkat dimasa depan dengan penurunan fungsi jantung akan menyebabkan jantung
melakukan mekanisme kompensasi untuk meningkatkan daya kerja jantung. Beberapa faktor yang
mempengaruhi frekuensi denyut jantung yaitu aktivitas tubuh, kecemasan, tidur, tekanan darah,
tingkat emosi, stress, usia, berat badan dan obat-obatan.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pengaruh musik klasik Kennie G terhadap frekuensi denyut
jantung pada pasien gagal jantung kongestif di RSUD Labuang Baji Makassar.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental design : one group pre test and
post test design. Instrumen yang digunakan adalah musik klasik Kennie G dan EKG untuk
mengukur frekuensi denyut jantung. pada penelitian ini jumlah responden sebanyak 18 orang. Uji
statistik yang digunakan adalah uji T berpasangan
Hasil: Pada penelitian ini diperoleh hasil yaitu bahwa nilai rata-rata frekuensi denyut jantung hari
pertama sebelum terapi musik 120,50 kali/menit setelah terapi 111,67 kali/menit. Untuk hari kedua
sebelum terapi musik nilai rata-rata 109,17 kali/meit sedangkan setelah terapi musik nilai rata-rata
adalah 99,00 kali/menit. Dengan nilai p =0,000.
Kesimpulan dan saran: Ada pengaruh terapi musik klasik kennie G terhadap penurunan
frekuensi denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif di Rumah Sakit Labuang Baji
Makassar. Untuk peneliti yang akan datang agar meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi
denyut jantung yang belum sempat diteliti pada penelitian ini, sehingga hal-hal yang berkaitan
dengan frekuensi denyut jantung dapat terungkap secara keseluruhan.
Kata kunci:Terapi musik, Frekuensi denyut jantung.
Sumber Literatur : 28 Kepustakaan (1992-2012)
ABSTRACT

Nirwana. C12111631. THE EFFECT OF CLASSICAL MUSIC THERAPY OF KENNIE G


ON HEART RATE IN PATIENTS WITH CONGESTIVE HEART FAILURE IN A
HOSPITAL OF LABUANG BAJI MAKASSAR.. guided by Hapsah dan Wa Ode Nur Isnah.
Background: American Heart Association (AHA) 2004 report 5.2 million Americans suffer from
congestive heart failure, in Harapan Kita Hospital 2008 about 65% patient from 400-500 patient
out patients in every day. In Cipto Mangunkusumo hospital 2006 about 3,2% from 11,71 patients,
In Labuang Baji Makassar 2010 as many as 76 patients, in 2011 there were 117 patients suffer
from congestive heart failure with death rate as many as 11 peoples. incidence of congestive heart
failure is increasing in the future with a drop in heart function will cause the heart to perform
compensatory mechanism to enhance the work of the heart. several factors that affect the
frequency of the activity of the body's heart rate, anxiety, sleep, blood pressure, level of emotion,
stress, age, weight and medication.
Research goals: to determine the effect of classical music of Kenny G on the heart rate in patients
with congestive heart failure Labuang Baji Hospital Makassar
Methods: This study uses the method pre experimental design: one group pre test and post test
design. instrument used is the classical music of Kennie G and ECG to measure heart rate. the
number of respondents in this study as many as 18 people. statistical tests used were paired T test.
Results: In this study the results obtained is that the average heart rate the first day of music
therapy seblu 120.50 beats / min after treatment 111.67 beats / min. for a second day before the
second day of the value of music therapy on average 109.17 times / min, while after the music
therapy the average value was 99.00 beats / min. with p = 0.000.
Conclusions and suggestions: There are influences of classical music of Kennie G to decrease
the heart rate in patients with congestive heart failure in a hospital Labuang Baji Makassar. For
researchers to come in order to examine the variables that affect the heart rate which have not been
investigated in this study, so things related to heart rate can be expressed as a whole.
Keywords: music therapy, frequency heart rate
Literature sources: 28 literature (1992-2012)
DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul............................................................................................. i

Lembar Pengesahan .................................................................................... ii

Pernyataan Keaslian Penelitian ................................................................... iii

Kata Pengantar ............................................................................................ iv

Abstrak ........................................................................................................ v

Daftar Isi ..................................................................................................... vi

Daftar Tabel ................................................................................................ vii

Daftar Lampiran .......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1

B. Rumusan masalah .................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 9

A. Tinjauan tentang Gagal jantung Kongestif................................................ 9

B. Tinjauan tentang Frekuensi Denyut Jantung ............................................ 20

C. Tinjauan tentang Terapi Musik ................................................................. 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ................................. 36


A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 36

B. Hipotesis ................................................................................................... 36

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 37

A. Rancangan Penelitian ............................................................................... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 38

C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 38

D. Alur Penelitian........................................................................................... 40

E. Variabel Penelitian .................................................................................... 42

F. Defenisi Oprasional ................................................................................... 42

G. Instrumen Penelitian ................................................................................ 43

H. Pengolahan dan Analisa Data .................................................................. 43

I. Etika Penelitian ........................................................................................ 44

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 46

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 46

B. Pembahasan .............................................................................................. 51

C. Keterbatasan Peneliti ................................................................................ 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 56

A. Kesimpulan ................................................................................................ 56

B. Saran ......................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik


responden diruang perawatan CVCU RSUD
labuang baji Makassar ......................... 46

Tabel 5.2 Perbedaan denyut jantung pada pasien gagal jantung


kongestif hari I .. 47

Perbedaan denyut jantung pada pasien gagal jantung


Tabel 5.3 kongestif hari II ................. 48

Perbedaan nilai rerata denyut jantung sebelum dan


Tabel 5.4 sesudah terapi musik klasik kennie G hari I dan hari
II diruang perawatan CVCU RSUD labuang baji
Makassar ..................................... 49
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembaran Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 : Lembaran Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 3 :Standar Operasioal Prosedur Terapi Musik

Lampiran 4 :Surat Permohonan dan Persetujuan Menjadi Respoden

Lampiran 5 : Lembar Master Tabel

Lampiran 6 : Lembar Hasil Uji Statistik Dengan Program SPSS 16

Lampiran 7 :Lembar hasil uji Transformasi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal jantung kongestif merupakan tahap akhir dari seluruh

penyakit jantung dan merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan

mortalitas pasien jantung (Maggioni, 2005). Menurut data WHO

dilaporkan bahwa sekitar 3000 pnduduk amerika menderita gagal

jantung. Penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan

menjadi penyebab utama kematian secara menyeluruh dalam waktu lima

belas tahun mendatang, meliputi Amerika, Eropa dan sebagian besar

Asia termasuk Indonesa (Sitompul, 2004).

Pada umumnya gagal jantung kongestif diderita oleh lansia yang

berusia 50 tahun, insiden ini akan terus bertambah setiap tahun.

Amerikan Heart Association (AHA) (2004) melaporkan 5,2 juta

penduduk Amerika menderita gagal jantung, asuransi kesehatan

medicare USA paling banyak mengeluarkaan biaya untuk diagnosis dan

pengobatan gagal jantung dan diperkirakan lebih dari 15 juta kasus baru

gagal jantung setiap tahunnya di seluruh dunia (Cokat, 2008). Menurut

Fahri (2010) di RS jantung harapan kita, setiap hari ada sekitar 400

500 pasien berobat jalan dan sekitar 65% adalah pasien gagal jantung,

meskipun terapi gagal jantung mengalami perkembangan yang pesat,

angka kematian dalam 5-10 tahun tetap tinggi, sekitar 30-40% dari

1
pasien penyakit gagal jantung lanjut dan 5-10% dari pasien dengan gagal

jantung yang ringan.

MenurutHakim (2007), dalam Vani (2010) data prevalensi gagal

jantung secara nasional memang belum ada. Namun sebagai gambaran di

ruang rawat jalan dan inap Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo Jakarta

pada tahun 2006 lalu didapati 3,23 % kasus gagal jantung dari total

11,711 pasien. Sedangkan data rekam medik RSUD Labuang Baji

Makassar jumlah pasien gagal jantung kongestif di ruang rawat inap

CVCU pada tahun 2009 sebanyak 102 pasien, tahun 2010 sebanyak 76

pasien, sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 117 pasien. Data angka

kematian pasien gagal jantung kongestif di Rs labuang baji tahun 2009

sebanyak 15 orang, tahun 2010 sebanyak 8 orang, tahun 2011 sebanyak

11 orang.

Kejadian gagal jantung kongestif akan semakin meningkat di masa

depan karna semakin bertambah pula usia harapan hidup dan

berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan

perbaikan harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung

(Davis, 2000). Penurunan fungsi jantung akan menyebabkan jantung

melakukan mekanisme kompensasi agar meningkatkan daya kerja

jantung, salah satu kompensasi jantung yaitu takikardia dan peningkatan

kontraktilitas melalui aktivitas system saraf simpatis (Dipiro et all,

2008).

2
Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi frekuensi denyut jantung

yaitu aktivitas tubuh, kecemasan, tidur, tekanan darah, tingkat emosi,

terjadinya infeksi, stress, usia dan berat badan, keadaan emosi atau psikis

(Smeltzer, 2001). Sedangkan dari terapi atau obat-obatan yang bisa

mempengaruhi denyut jantung adalah terapi digoksin dan beta bloker

(Neal, 2005). Kompensasi yang dilakukan jantung yang terus menerus

dapat menimbulkan kerugian yaitu terjadinya disfungsi sistol atau

diastole yang menyebabkan terjadinya gagal jantung (Dipiro et all,

2008).

Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung kongestif meliputi

penatalaksanaan secara farmakologis dan non farmakologis,

penatalaksanaan gagal jantung adalah untuk memperbaiki gejala dan

prognosis, sehingga semakin cepat kita mengetahui penyebab gagal

jantung akan semakin baik prognosisnya (Gibbs, 2000). Penatalaksanaan

terapi secara non farmakologi akan saya gunakan dalam penelitian ini

salah satunya adalah terapi musik. Dimana musik merupakan bagian dari

terapi komplementer medicine atau terapi pelengkap, terapi

komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah massase,

terapi musik, diet, tehnik relaksasi, vitamin dan produk herbal.

Komplementer medicine dikenal sebagai metode penyembuhan dengan

cara yang berbeda dengan menggunakan metode konvensional didunia

kedokteran yang mengandalkan obat kimia dan operasi.

3
Musik dikenal sebagai sesuatu yang menarik dan menyenangkan.

Dengan kata lain musik dikenal sebagai sesuatu yang terdiri atas nada

dan ritme yang mengalun secara teratur (Rachmawati, 2005). Dalam

rumusan The American Music Therapy Association, terapi musik secara

spesifik disebutkan sebagai sebuah profesi dibidang kesehatan yaitu

terapi musik yang menggunakan musik dan aktifitas musik untuk

mengatasi berbagai masalah dalam aspek fisik, psikologis, kognitif dan

kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik (Djohan, 2006).

Seiring dengan perkembangan zaman, ketertarikan peneliti

terhadap musik dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan juga

mengalami perkembangan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Chafin (2004), mendengarkan musik klasik dapat mengurangi

kecemasan dan sters, sehingga tubuh mengalami relaksasi, yang

mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah dan denyut jantung.

Penelitian yang dilakukan oleh Ekeberg dalam Sirait (2005)

menunjukkan pengaruh jenis musik keras atau musik rock terhadap

denyut jantung. Hasilnya adalah peningkatan denyut nadi sebesar 7-12

denyut permenit, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ognefest

dalam Sirait (2005) melakukan tes serupa dan hasilnya denyut nadi

meningkat 10 denyut permenit. Sedangkan waktu Air dari Bach

dimainkan menggunakan musik lembut denyut nadi menurun 5 denyut

permenit. Kesimpulannya walaupun pendengar musik duduk diam di

4
kursinya, energi yang berlebihan dari musik rock tetap mempengaruhi

jantung untuk berdetak lebih cepat.

Di RSUD Labuang Baji Makassar belum ada penerapan

menstabilkan denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif

melalui terapi musik klasik kennie G, dengan latar belakang dan hal-hal

tersebut, maka penulis ingin mengembangkan pengetahuan dan

pengalaman tentang manfaat terapi musik klasik kennie G didalam

menerapkan asuhan keperawatan khususnya untuk menurunkan

frekuensi denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif yang

mengalami takikardi di RSUD Labuang Baji Makassar.

B. Rumusan Masalah

Angka kejadian gagal jantung kongestif dari tahun ketahun

mengalami peningkatan meskipun telah diberikan terapi penanganan

gagal jantung tetap saja memperpendek usia harapan hidup. American

Heart Association tahun 2004 penduduk Amerika yang mengalami

gagal jantung kongestif sekitar 5,2 juta jiwa, di Rumah Sakit jantung

harapan kita sekitar 65% pasien yang menderita gagal jantung kongestif

dari 400 500 pasien yang berobat jalan setiap harinya, di Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2006 sekitar 3,23 % pasien yang

menderita gagal jantung kongestif dari 11,711 pasien, sedangkan di

Rumah Sakit Labuang Baji Makassar tahun 2011 pasien yang menderita

gagal jantung kongestif sekitar 117 pasien dan angka kematiannya

sebanyak 11 orang. Penurunan fungsi jantung menyebabkan jantung

5
melakukan mekanisme kompensasi yaitu takikardia untuk meningkatkan

kontraktilitas melalui aktivasi system saraf simpatis, oleh karna itu

peneliti memblok saraf simpatis dan mengaktifkan saraf parasimpatis

melalui terapi musik klasik kennie G, Terapi musik klasik dapat

membuat tubuh mengalami relaksasi mengakibakatkan terjadinya

penurunan denyut jantung. Penelitian tentang pengaruh terapi musik

terhadap pasien gagal jantung kongestif belum pernah dilakukan, untuk

itu peneliti akan merumuskan pertanyaan dalam penelitian ini adalah

Apakah ada perbedaan pemberian terapi musik klasik kennie G

terhadap frekuensi denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif

di RSUD Labuang Baji Makassar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh terapi musik klasik kennie G terhadap

frekuensi denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif di

RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya frekuensi denyut jantung pada pasien gagal

jantung kongestif sebelum diberikan terapi musik klasik kennie

G di RSUD Labuang Baji Makassar

b. Diketahuinya frekuensi denyut jantung pada pasien gagal

jantung kongestif setelah diberikan terapi musik klasik kennie G

di RSUD Labuang Baji Makassar

6
c. Diketahuinya perbedaan frekuensi denyut jantung pasien gagal

jantung kongestif sebelum dan setelah terapi musik klasik

kennie G di RSUD Labuang Baji Makassar

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberi manfaat adalah :

1. Bagi peneliti

Meningkatkan pengetahuan mengenai pengaruh terapi musik klasik

kennie G terhadap frekuensi denyut jatung pada pasien gagal jantung

kongestif, penelitian ini merupakan bahan pelajaran, pengembangan

diri dan penguasaan ilmu, agar diaplikasikan langsung saat meberikan

pelayanan kepada pasien.

2. Institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan sebagai referensi tambahan untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan tentang penurunan frekuensi denyut

jantung melalui penberian terapi musik klasik kennie G dalam

melakukan asuhan keperewatan klien gagal jantung kongestif,

3. Institusi Pelayanan /Rumah sakit.

Bagi intitusi pelayanan/ Rumah sakit, Hasil penelitian ini bisa

dijadikan masukan sebagai penyusunan standar operating prosedur

(SOP) untuk pelaksanaan tindakan keperawatan khususnya pasien

gagal jantung kongestif

7
4. Pengembangan penelitian

Sebagai studi awal dimana data yang diperoleh dapat digunakan untuk

penelitian lebih lanjut dalam mengetahui efek musik klasik kennie G

sebagai terapi non farmakologi pada penderita gagal jantung kongestif,

sehingga biaya yang mahal, efek samping pemakaian obat gagal

jantung kongestif dan lamanya pengobatan dapat diminimalkan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Gagal Jantung Kongestif

1. Definisi

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis

berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak dapat

memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan

atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume

diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang

sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan

(Mansjoer,2001).

Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk

mempertahankan curah jantung (Cardiac Output = CO) dalam

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila tekanan pengisian

ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di

sistem vena maka keadaan ini dikenal dengan gagal jantung kongestif

(Kabo & Karim, 2002).

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk

memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan

akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare 2001).

9
2. Epidemiologi

Gagal jantung merupakan suatu sindrom bukan merupakan

diagnose penyakit dengan meningkatnya harapan hidup disertai makin

tingginya angka keselamatan setelah serangan infark miokard akut

akibat kemajuan dan pelaksanaanya mengakibatkan semakin banyak

pasien yang hidup dengan disfungsi ventrikel kiri yang selanjutnya

masuk ke dalam gagal jantung kronik. Akibatnya angka perawatan di

rumah sakit karna gagal jantung kongestif juga ikut meningkat.

Prevalensi gagal jantung di Amerika dan Eropa sekitar 5,3 juta warga

Amerika mengalami gagal jantung dengan penambahan 550.000 kasus

didiagnosis setiap tahunnya (Dipiro et all, 2008). Hanya 3 tahun

pasien yang baru didiagnosa gagal jantung dapat bertahan hidup rata-

rata 5 tahun (Goodman & Gilman, 2007).

3. Etiologi

Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif

meliputi kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah

jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal

jantung dengan masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut

otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal

masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah darah

yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor : yaitu

preload, kontraktilitas dan afterload.

10
a. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding

langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya

regangan serabut otot jantung.

b. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang

terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan

panjang serabut jantung dan kadar kalsium.

c. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus

dihasikan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang

ditimbulkan oleh tekanan arteriol. Pada gagal jantung, jika salah

satu atau lebih faktor ini terganggu maka curah jantung berkurang

(Brunner & Suddarth, 2002).

Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau

terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan

1) Gagal jantung kiri.

Kongestif paru terjadi pada ventrikel kiri, karna ventrikel kiri

tidak mampu memompa darah yang datang dari paru,

peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan

terdorong ke jaringan paru.Manifestasi klinik yang dapat

terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, denyut jantung

cepat (takikardi) dengan bunyi S3, kecemasan dan kegelisahan.

2) Gagal jantung kanan.

Bila ventrikel kanan gagal memompakan darah, maka

yang menonjol adalah kongestif visera dan jaringan perifer.

11
Hal ini terjadi karena sisi jantung kanan tidak mampu

mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak

dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal

kembali dari sirkulasi vena.

Manifestasi klinik yang Nampak meliputi edema

ekstremitas bawah (edema dependen), yang biasanya

merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,

hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena jugularis

(vena leher), asites (penimbunan cairan dalam rongga

peritoneal), anoreksia, nokturial, mual dan lemah.

4. Patofisiologi Gagal jantung

Penurunan kontraksi ventrikel akan diikuti penurunan curah

jantung yang akan selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah (TD),

dan penurunan volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan

merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral. Vasokonstriksi

dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan

darah, sedangkan peningkatan prload akan meningkatkan kontraksi

jantung melalui hukum starling. Apabila keadaan ini tidak segera

diatasi, peninggian afterload, dan hipertensi disertai dilatasi jantung

akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung

yang tidak terkompensasi. Dengan demikian terapi gagal jantung

adalah dengan vasodilator untuk menurunkan afterload venadilator,

12
dan diuretik untuk menurunkan preload, sedangkan motorik untuk

meningkatkan kontraktilitas miokard (Kabo & Karim, 2002).

5. Klasifikasi Gagal Jantung

Klasifikasi gagal jantung menurut New York Association

(NYHA) menurut (Melilea, 2008) :

a. NYHA kelas I

Para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan

fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung

seperti cepat lelah, sesak nafas atau berdebar-debar, apabila

mereka melakukan kegiatan biasa.

b. NYHA kelas II

Penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik mereka

tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, tetapi kegitan fisik yang

biasa menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti

kelelahan, jantung berdebar, sesak nafas atau nyeri dada.

c. NYHA kelas III

Penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam

kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat,

akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah

menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti yang

tersebut diatas.

13
d. NYHA kelas IV

Penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa

menimbulkan keluhan.Waktu istirahatpun juga menimbulkan

gejala-gejala insufisiensi jantung yang bertambah apabila mereka

melakukan kegiatan fisik meskipun sangat ringan.

6. Penanganan

Obat bagi penderita jantung menurut Udjianti, 2011

a. Nitrogliserin/Nitrat

Nitrat adalah obat anti angina yang merelaksasikan otot polos

vaskuler sehingga teerjadi vasodilatasi terutama di vena atau

arteri sehingga dapat menurunkan preload jantung. Indikasi nitrat

untuk pasien angina pectoris dan gagal jntung kongestif. Sediaan

oral yaitu cedocard, vascardin, fasorbid. Untuk sediaan

sublingualnya yaitu iso-sorbid Di Nitrat (ISDN) 2,5-5 mg

sedangkan sediaan IV-Line yaitu isoket dan cedocard. Efek

samping nitrat adalah sakit kepala, muka merah, palpitasi,

hipotensi dan takikardia. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah

pemberian obat nitrat yaitu observasi tekanan darah dan denyut

jantung sebelum, selama dan setelah pemberian obat nitrat,

observasi keluhan nyeri dada, pemberian melalui intravena harus

dimonitor ketat tetap observasi tekanan darah serta keluhan nyeri

dada.

14
b. Inotropik simptomimetik

Adalah obat yang memberikan efek menstimulasi reseptor a,

reseptor b terutama reseptor dopaminergik sehingga menimbukan

efek tertentu tergantung dosis pemberiannya. Untuk dosis ringan

1-5 mikrogram/KgBB/menit efeknya mengaktifkan reseptor

dopaminergic dan memberikan efek vasodilatasi arteri coroner,

ginjal dan otak sehingga meningkatkan perfusi jaringan. Untuk

dosis sedang 5-10 mikrogram/KgBB/menit efeknya mengaktifkan

reseptor B1 sehingga meningkatkan kontraktilitas miokard. Untuk

dosis berat 10-20 mikrogram/KgBB/menit efeknya mengaktifkan

reseptor a (melepas adrenalin) sehingga menimbulkan

vasokonstriksi perifer dan dapat menimbulkan distritmia.

Indikasi inotropic adalah untuk pasien gagal jantung, syok

kardiogenik dan hipotensi. Efek samping inotropic adalah

takikardia, palpitasi, distritmia dan vasokonstriksi perifer yang

dapat menyebabkan nekrosis jaringan (dosis berat). Sediaan

obatnya yaitu dopamine dan dobutamin. Hal yang perlu

diperhatikan pada saat memberikan obat ini adalah obsrvasi

tanda-tanda vital, monitor tetesan kecepatan cairan,

elektrokardiograph, perubahan urin dan perubahan perfusi perifer,

jangan memberikan dopamine atau dobutamin dalam satu

line/jalur IV- line dengan pemberian natrium bicarbonate.

15
c. Digitalis

Adalah obat yang berguna untuk memperkuat kontraktilitas

miokard. Indikasi digitalis ini untuk pasien gagal jantung

kongetif, distritmia supraventricular ( atrial flutter, atrial fibrilasi,

atrial tachikardi). Efek digitalis ini untuk inotropik positif

(memperkuat kontraksi miokard) dan kronotropik negative (

menekan irama sinus sehingga denyut jantung menjadi lambat

atau menghambat penyaluran inpuls listik/konduksi dari atrium ke

ventrikel.

Dosis digitalis diberikan kepada pasien jika dalam 2

minggu terakhir klien tidak mendapat terapi digitalis, maka dapat

diberikan digitalis cepat (IV) dengan dosis 0,2-0,4 mg setiap 4-6

jam sampai dengan total dosis 1,6 mg. Untuk dosis

maintenancenya 0,25-0,50 mg/hari. Efek samping penggunaan

digitalis adalah gangguan lambung mual-muntah, bradikardi dan

gangguan susunan saraf pusat (pusing, sakit kepala, gangguan

penglihatan, delirium kejang dan lain-lain). Yang perlu

diperhatikan pada saat pemberian digitalis adalah cek irama dan

frekuensi denyut jantung sebelum pemberian jika kurang dari 60

bpm atau ada gejala mual dan muntah pemberian digitalis

dihentikan dan dilaporkan ke dokter.

16
d. Diuretik

Adalah obat yang mampu mempercepat diuresis air dan zat-zat

terlarut didalamnya melalui ginjal. Efek duretik meningkatkan

pengeluaran urine sehingga bisa nenurukan preload jantung.

Indikasi diuretik diberikan pada pasien gagal jantung kongestif,

edema paru dan hipertensi.Efk samping diuretik pada pasien yaitu

bias menyebabkan dehidrasi, hypokalemia dan hponatremia. Pada

saat penggunaan diuretic yang perlu diperhatikan adalah

mengobservasi intake dan output cairan secara ketat, cek kadar

elektrolit secara berkala atau sesuai indikasi dan timbang berat

badan pasien setiap hari atau menilai derajat edema.

e. Beta Blockers

Adalah obat yang bekerja memblokir reseptor B sehingga

mengurangi aktivitas system otonom simpatis. Jika bekerja pada

resptor B1 efek pada miokard mampu menurunkan daya

konraktilitas miokard, memperlambat penyaluran inpuls dari SA

node sehingga menurunkan denyut jantung kemudian jika bekerja

pada reseptor B2 akan mempunyai efek pada otot polos bronkial

(bronkokonstriksi) danvaskuler perifer (vasokonstriksi perifer).

Obat yang umum diberikan adalah obat kardioselektif dan

non kardioselektif. Efek samping beta bloker adalah

brokospasme, gagal jantung, depresi dan mimpi buruk. Hal yang

17
diperhatikan pada saat pemberian obat adalah observasi tanda-

tanda vital, denyut jantung, EKG, rontgen toraks.

f. Calcium Antagonis

Calcium antagonis adalah obat yang bekerja menghambat

pemasukan kalsium kedalam sel otot polos vaskuler perifer

sehingga menimbulkan efek vasodilatasi, sedangkan pada system

konduksi jantung calcium antagonis memperpanjang masa

konduksi dan masa refrakter AV node serta menekan otomatisitas

SA node. Indikasi calcium antagonis diberikan pada pasien

angina pectoris dan disritmia supraventrikuler. Sediaan obatnya

yaitu verapamil, nifedipin, adalat, diltiazem, herbesser.

Efek samping pemberia calcium antagonis yaitu terjadi

vasodilatasi berlebihan (pusing, muka merah, sakit kepala

berdenyut, hipotensi, reflex takikardi dan palpitasi)

bradikardi,sinus atau heti sinus. Hal yang perlu diperhatikan pada

pemberian obat ini aadalah mengobservasi tekanan darah sebelum

dan setela pemberian obat, monitor gambaran EKG secara teliti

dan observasi keluhan pasien.

g. Anti hipertensi

Obat yang dipakai adalah diuretik, beta bloker, calcium

antagonis, ace inhibitor ( kaptopril, enalapril, rimipril),

simatikolitik(reserpine, methyldopa) efeknya langsung pada

hipotalamus dan saraf simpatis perifer, vasodilator arteri efeknya

18
merelaksasikan otot polos arteri dan vena (arteri dan vena dilator)

digunakan pada hipertensi krisis

h. Antikoagulan

Jenis obat yang diberikan adalah heparin, syntrom 2-20 mg/hari

atau sesuai dengan waktu pembekuan, anti agregasi platelet

(antiplatelet) yaitu asam salisilat (aspirin/apilet). Efek

antikoagulan adalah menghambat pembekuan darah sedangkan

efek sampingnya adalah perdarahan dan yang perlu diperhatikan

pada saat penggunaan obat antikoagulan adalah mengobservasi

tanda-tanda perdarahan, tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran,

cek factor pembekuan sebelum, selama, dan sesudah terapi.

i. Trombolitik

Jenis obatnya yaitu streptokinase dan tissue plasminogen activator

(t-PA). Efek obat ini melartkan fibrin sehingga tidak terjadi

oklusi/sumbatan arteri coroner atau menghambat terbentuknya

bekuan darah/thrombus. Streptokinase 1.500 000 IU diberikaan

dalam waktu 60 menit. Obat ini diberikan pada pasien acute

myocardial infarction. Efek samping penggunaan obat ini adalah

perdarahan, hipotensi, alergi.

19
B. Tinjauan tentang Frekuensi Denyut Jantung

1. Definisi

Menurut Smeltzer (2001), denyut jantung adalah suara yang

dikeluarkan oleh dan akibat aliran darah melalui jantung, denyut

jantung yang normal jika 60-100 kali per menit. Sedangkan denyut

jantung yang lambat kurang dari 60 kali permenit dan cepat atau

takikardia jika diatas 100 kali per menit.

Denyut jantung sebaiknya diukur ketika tubuh dalam keadaan

santai, yang paling baik jika baru saja bangun tidur. Resting denyut

jantung mempresentasikan seberapa fit kondisi tubuh seseorang. Jika

denyut jantung melebihi batas atas range tersebut artinya jantung

bekerja terlalu keras untuk memompa darah keseluruh tubuh, dalam

keadaan seperti ini tubuh akan lebih mudah mengalami penyakit gagal

jantung kongestif (Abdurrasyid, 2008).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi denyut jantung yaitu:

Aktifitas tubuh, kecemasan, tidur, tekanan darah, tingkat emosi,

terjadinya infeksi, stress, usia, berat badan dan keadaan emosi atau

psikis (Smeltzer, 2001)

3. Cara menghitung denyut jantung

a) Menggunakan alat EKG

Metode pengukuran denyut jantung yaitu dapat menggunakan

Elektro kardiografi atau EKG dengan memasangnya secara benar

20
menurut prosedur pemasangan EKG pada bagian dada pasien.

Dengan diperoleh dari lembar EKG dengan berbagai metode,

kertas grafik EKG diagi oleh garis-garis tebal dan tipis, vertical

dan horizontal dengan interval standar. Terdapat 300 kotak besar

dalam lembar tiap menit. Dengan demikian metode yang akurat

dan mudah untuk menentukan frekuensi jantung dengan irama

regular adalah dengan menghitung jumlah kotak besar antara dua

gelombang R maka frekuensi jantung adalah 300:5 = 60

(Smeltzer, 2001).

b) Menggunakan tehnik perabaan/palpasi

Denyut jantung istirahat, cukup menggunakan jari telunjuk dan

jari tengah. Rabalah pergelangan tangan dengan sisi yang yang

lain secara ringan, jangan ditekan terlalu kuat lebih mudah

meraba denyut nadi pada pergelangan tangan dibawah ibu jari.

Lokasi lain yang juga cukup mudah untuk dicari adalah denyut

nadi di leher yang letaknya diawah rahang. Hitung jumlah denyut

nadi dalam satu menit atau dalam 10 detik yang hasilnya dikali 6,

atau dalam 15 detik hasilnya dikalikan 4. Semakin sedikit waktu

yang dipakai untuk menghitung denyut nadi kemungkinan

kesalahannya semakin besar, oleh karena itu sebaiknya

menghitung nadi dalam waktu 1 menit itu lebih akurat (Santoso,

2007).

c) Menggunakan Alat Monitor

21
Untuk mempermudah pemantauan denyut jantung secara persisi

dapat digunakan denyut jantung monitor. Alat ini dapat

memantau denyut jantung secara terus menerus bahkan selama

melakukan gerakan, alat ini terdiri atas dua bagian yaitu detector

denyut jantung yang berfungsi sebagai transmitter, diletakkan di

bagian dada pada daerah jantung. Bagian lainnya berupa monitor

kecil diletakkan dipergelangan tangan yang juga brfungsi sebagai

jam tangan (Santoso,2007).

C. Tinjauan Tentang Terapi musik

1. Pengertian Terapi Musik

Terapi musik teridiri dari dua kata, yaitu kata terapi dan

musik.Terapi (therapy) adalah penanganan penyakit dan diartikan

juga sebagai pengobatan sedangkan musik adalah suara atau nada

yang mengandung irama (Djohan, 2006).

Dalam rumusan The American Music Therapy Association,

terapi musik secara spesifik disebutkan sebagai sebuah profesi

dibidang kesehatan yang menggunakan musik dan aktifitas musik

untuk mengatasi berbagai masalah dalam aspek fisik, psikologis,

kognitif, dan kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik

(Djohan, 2006).

Word Music Therapy Federation mengemukakan definisi

terapi musik yang lebih menyeluruh yaitu terapi musik adalah

penggunaan musik dan atau elemen musik oleh seseorang terapis

22
musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien atau kelompok

dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi

interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan

ekspresi, menata diri atau untuk mencapai tujuan terapi lainnya.

Proses ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, mental,

sosial, maupun kognitif dalam rangka upaya pencegahan, rehabilitasi,

atau pemberian perlakuan. Bertujuan mengembangkan potensi dan

atau memperbaiki individu, baik melalui penataan diri sendiri maupun

dalam relasinya dengan orang lain, agar ia dapat mencapai

keberhasilan dan kualitas hidup yang lebih baik (Djohan, 2006).

2. Manfaat Terapi Musik

Rachmawati (2005), mengutip pada penelitian Crithley &

Hensen tentang musik dan otak melaporkan bahwa karena sifatnya

non-verbal, musik bisa menjangkau sistem limbik yang secara

langsung dapat mempengaruhi reaksi emosional dan reaksi fisik

manusia seperti detak jantung, tekanan darah, dan temperatur tubuh.

Hasil pengamatan mereka menyebutkan bahwa dengan mengaktifkan

aliran ingatan yang tersimpan di wilayah corpus collosum musik

meningkatkan intergrasi seluruh wilayah otak.

Penelitian yang berkenaan dengan pengaruh musik terhadap

kondisi psikologis individu telah banyak dilakukan, dan hasilnya

memperlihatkan adanya reaksi fisik dan jiwa sebagai respon terhadap

musik. Reaksi tersebut dapat berupa ketenangan, relaksasi ataupun

23
berupa perubahan dalam ritme pernafasan, tekanan darah pada jantung

dan aliran darah. Menurut Djohan (2005), terapi musik secara khusus

sangat efektif dalam tiga bidang pengobatan, yaitu :

a. Sakit, kecemasan, dan depresi.

b. Cacat mental, emosi, dan fisik.

c. Gangguan neurologis.

Rachmawati (2005), mengemukakan beberapa gagasan

beradasarkan data-data hasil penelitian berkenaan dengan cara kerja

musik dalam memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia dan

memberikan daya penyembuh diantaranya adalah :

a. Musik menutupi bunyi atau perasaan yang tidak menyenangkan.

b. Musik dapat memperlambat atau menyeimbangkan gelombang

otak.

c. Musik mempengaruhi pernafasan.

d. Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan

darah.

e. Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan

koordinasi tubuh.

f. Musik mempengaruhi suhu badan.

g. Musik dapat menaikan tingkat endofrin (zat candu otak yang

dapat mengurangi rasa .sakit dan menimbulkan fly alamiah).

h. Musik dapat mengatur hormonal.

24
Menurut Djohan (2006), ada delapan alasan penggunaan terapi musik

dalam kegiatan medis adalah:

a. Sebagai audioanalgesik atau penenang dan sebaliknya untuk

menimbulkan pengaruh biomedis yang positif atau psikososial.

b. Sebagai fokus latihan dan mengatur latihan.

c. Meningkatkan hubungan terapis, pasien, dan keluarga.

d. Memperkuat proses belajar.

e. Sebagai stimulator auditori atau pengaruh arus balik atau

menghilangkan kebisingan.

f. Mengatur kegembiraan dan interaksi personal yang positif.

g. Sebagai penguat untuk kesehatan dalam hal keterampilan

fisiologis, emosi, dan gaya hidup.

h. Mereduksi stres pada pikiran dan kesehatan tubuh.

Menurut (Djohan, 2006), penggunaan terapi musik ditentukan oleh

intervensi musikal dengan maksud memulihkan, menjaga,

memperbaiki emosi, fisik, psikologis, dan kesehatan serta

kesejahteraan spiritual. Adapun elemen-elemen pokok yang ditetapkan

sebagai intervensi dalam terapi musik, yaitu :

a. Terapi musik digunakan oleh terapis musik dalam sebuah tim

perawatan yang anggotanya termasuk tim medis, pekerja sosial,

psikolog, guru, atau orang tua.

b. Musik merupakan alat terapi yang utama. Musik digunakan untuk

menumbuhkan hubungan saling percaya, mengembangkan fungsi

25
fisik, dan mental klien melalui aktifitas yang teratur secara

terprogram. Contoh intervensi bisa berupa bernyanyi,

mendengarkan musik, bermain alat musik, mengkomposisikan

musik, mengikuti gerakan musik, dan melatih imajinasi.

c. Materi musik yang diberikan akan diatur melalui latihan-latihan

sesuai arahan terapis. Intervensi musikal yang dikembangkan

akan digunakan terapis didasarkan pada pengetahuannya tentang

pengaruh musik terhadap perilaku, baik kelemahan atau kelebihan

klien sebagai sasaran terapi.

d. Terapi musik yang diterima klien disesuaikan secara fleksibel

serta dengan memperhatikan tingkat usia. Terapis musik bekerja

langsung pada sasaran dengan tujuan terapi yang spesifik. Sasaran

yang hendak dicapai termasuk komunikasi, intelektual, motorik,

emosi, dan keterampilan sosial.

Lebih lanjut (Djohan, 2006), menambahkan tiga konsep utama

mengenai pengaruh musik, yaitu :

a. Musik penting karena merupakan sesuatu hal yang baik.

b. Musik merupakan bagian dari kehidupan serta salah satu

keindahan budaya manusia, selain terdapat nilai-nilai positif yang

sangat berguna.

c. Dengan mengembangkan kemampuan musik, maka akan dimiliki

keunggulan-keunggulan yang menyertainya. Kegiatan latihan,

26
mendengarkan, dan menghargai musik akan meningkatkan

perkembangan kognitif, fisik, emosi, dan sosial.

3. Jenis-jenis Terapi Musik

Dalam dunia penyembuhan dengan musik, di kenal ada dua terapi

musik yaitu :

a. Terapi Musik Aktif

Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar bermain

menggunakan alat, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu

singkat dengan kata lain pasien berinteeraksi aktif dengan dunia

musik. Untuk melakukan teeraapi musik aktif tentu saja dibutuhkan

bimbingan seorang pakar terapi musik yang kompoten.

b. Terapi Musik Pasif

Terapi ini adalah terapi yang sangat murah, mudah, dan efektif pasien

tinggal mendengarkan dan menghayati alunan musik tertentu yang

disesuaikan dengan masalahya. Hal terpenting dalam terapi musik

passif adalah memilih jenis musik harus tepat dengan kebutuhan

pasien (terapi musik).

4. Jenis Musik Dan Pengaruhnya terhadap fisik dan psikologis

Menurut Rachmawati (2005), jenis musik tertentu memiliki

pengaruh terhadap fisik dan psikologis. Tabel 2.1 berikut

menggambarkan pengaruh jenis musik yang didengar oleh manusia.

27
Tabel 2.1
Musik dan Pengaruhnya

No Jenis Musik Pengaruh Sumber


.
1 Musik Rock Pemicu kecenderungan merusak diri Merrit (2003)
dan keinginan bunuh diri pada kaum
remaja dan dewasa muda
2 Musik yang berirama Merusak sistem tubuh, bertentangan Merrit (2003)
anapestic (tekanan dengan ritme tubuh
diakhir)
3 Musik hangar bingar, Memisahkan tubuh dan jiwa serta Merrit (2003)
sumbang pemicu sifat agresif dan menentang
4 Musik yang bising Kegelisahan merupakan ritme yang Khan (2002)
(berasal dari kegelisahan) merusak tubuh
5 Tangga nada lydis (c-c) Ditolak plato karena dianggap terlalu Plato (Prier,
lunak dan kurang jantan 2002)
6 Musik Ricard Wagner Agresif (serdadu Hitler) Merrit (2003)
7 Komposisi klasik Rite of Melemahkan otot Merrit (2003)
Spring karya Stravinsky,
dan La Valse karya
Ravel
8 Musik yang mengumbar Melemahkan jiwa, agresif, perilaku Khan (2002)
hawa nafsu dan syahwat, tidak terkendali, liar, budi pekerti
syair ratapan dan rendah
menyesali nasib (rendah
moral)
9 Musik Waltz (teratur, Melatih keteraturan, sesuai dengan John Diamon
penekanan pada irama ritme tubuh (Merrit 2003)
pertama)
10 Tangga nada Doris (e-e) Meniru keadaan jiwa mereka yang Plato (Prier,
tangga nada mulia penuh kebijaksanaan bertugas 2002)
memimpin Negara
11 Tangga nada frigis (d-d) Penuh sifat aktif, meniru semangat Plato (Prier,
tanda nada menyala, perjuangan para pahlawan 2002)
berapi-api
12 Musik klasik (Mozart) Kompleksitas tinggi, matematis, Bodner
terstruktur, memiliki keseimbangan (2002),
yang tinggi, dinamis, kreatif, A.M.S.,
meningkatkan kecerdasan dan Merrit
kecerdasan spatial (2003),
Madaule
(2002)
13 Musik Gregorian Bersifat spiritual, memberi Madaule
kedamaian, kesadran yang tenang (2002), Prier
(2002)
14 Musik tradisional daerah Musik yang mengajarkan jati diri ATM, SS,
(etnis) individu secara umum Rachmawati
(1998)
15 Jenis musik lembut Melembutkan hati, menenangkan, ATM, SS,
melatih keanggunan, reduksi stres, Rachmawati
dan meningkatkan produktifitas (1998)

28
5. Mekanisme kerja musik dan pengaruhnya terhadap frekuensi denyut

jantung pada pasien gagal jantung kongestif

Pada dasarnya musik dapat mempengaruhi kita secara fisik mental

dan spiritual. Menurut data-data penelitian yang dilakuan oleh Amalia

mengenai efek musik terhadap berbagai bagian dan fungsi tubuh kita,

termasuk bagaimana efeknya terhadap otak, peningkatan berbagai hormon,

dan hubungannya dengan ritme tubuh (Sirait, 2006).

Semua jenis bunyi atau bila bunyi tersebut dalam suatu rangkaian

teratur yang kita kenal dengan musik, akan masuk melalui telinga,

kemudian menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga

dalam serta menggetarkan sel-sel berambut di dalam koklea untuk

selanjutnya melalui saraf koklearis menuju ke otak. Ada 3 buah jaras

Retikuler atau Reticular Activating System yang diketahui sampai saat ini.

Pertama: jaras retikuler-talamus, Kedua: melalui hipotalamus, dan ketiga:

melalui axon neuron secara difus mempersarafi neokorteks (Djohan,

2007).

Menurut price (1995), Talmus merupakan stasiun relai yang penting

dalam otak dan juga merupakan pusat pengintegrasi subkortikal yang

penting. Semua jaras sensorik utama (kecuali system olfaktorius)

membentuk sinaps dengan nucleus thalamus dalam perjalanannya menuju

korteks serebri, thalamus bertindak sebagai pusat sensasi primitif yang

tidak kritis, dimana individu dapat samar-samar merasakan nyeri, tekanan,

raba, getar dan suhu yang ekstrim, misalnya nyeri dapat dirasakan tetapi

29
tidak dapat ditentukan tempatnya. Diskriminasi sensorik yang lebih halus

memerlukan resolusi kortikal tetapi respon emosional terhadap ransang

sensorik mungkin terintegrasi pada tingkat thalamus, thalamus juga

berperan penting dalam integrasi ekspresi motorik oleh karna hubungan

fungsinya terhadap pusat motorik serebri, serebellum, dan ganglia basalis.

Hipotalamus terletak dibawah thalamus, hipotalamus berkaitan

dengan pengaturan ransangan dari system susunan saraf otonom perifer

yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi. Hipotalamus juga

berperan penting dalam pengaturan hormone antidiuretik dan dan oksitosin

disintesis dalam nuklei yang terletak dalam hipotalamus, hipotalamus juga

berfungsi mengatur cairan tubuh dan susunan elektrolit, suhu tubuh,

fungsi endokrin dan ekspresi ketenangan, atau kemarahan, lapar dan haus.

Sistem limblik adalah batas atau tepi atau pembatasan yang

mengelilingi korpus kolosum, struktur utamanya adalah girus singuli dan

guris hipokampus serta hipokampus. Fungsi utama dari system limblik

adalah berkaitan dengan pengalaman, dan ekspresi alam perasaan,

perasaan dan emosi, terutama reaksi takut, marah dan emosi yang

berhubungan dengan prilaku seksual. Sistem limblik memiliki hubungan

timbal balik dengan banyak struktur saraf sentral pada beberapa tingkat

terintegrasi termasuk neokorteks, hipotalamus dan system aktivasi reticular

dari batang otak, system ini teritegrasi dan dinyatakan sebagai suatu pola

tingkah laku melalui hipotalamus yang mengkoordinasi respon otonom,

somatik dan endokrin (price,1995).

30
Sistem saraf otonom merupakan system saraf campuran, serabut

serabut aferennya membawa masukan dari organ-organ visceral

(menangani pengaturan denyut jantung, diameter pembuluh darah,

pernapasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan dan

sebagainya). Saraf eferen motorik mempersarafi otot polos, otot jantung

dan kelenjer-kelenjer visceral, susunan saraf otonom terutama menangani

pengaturan fungsi visceral dan interaksinya dengan lingkungan dalam

(price,1995).

System saraf otonom dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama

adalah saraf otonom parasimpatis dan saraf otonom simpatis. Bagian

simpatis meninggalkan SSP dari daerah torakal dan lumbal(torakolumbal)

medulla spinalis. Bagian parasimpatis keluar dari otak melalui komponen

saraf kranial dan bagian sacral medulla spinalis. Beberapa fungsi simpatis

adalah peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernafasan serta

penurunan aktivitas saluran cerna, tujuan utama fungsinya adalah

mempersiapkan tubuh agar siap menghadapi stress atau apa yang

dinamakan respon bertempur atau lari. Sebaliknya beberapa fungsi saraf

parasimpatis adalah menurunkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan

serta meningkatkan pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan

pencernaan dan pembuangan. Jadi saraf parasimpatis membantu

konservasi dan homeostasis fungsi- fungsi tubuh (price, 1995).

31
. Serabut saraf simpatis dan parasimpatis terutama menyekresikan

salah satu dari kedua bahan transmitter sinaps ini, asetilkolin atau

norepinefrin. Serabut-serabut yang menyekresi asetilkolin disebut serabut

kolinergik, serabut yang menyekresi norepinefrin disebut serabut

adrenergic, suatu istilah yang berasal dari adrenalin nama lain dari

epinefrin. Jadi ujung saraf terminal dari system parasimpatis semua atau

sungguh-sungguh semua menyekresi asetilkolin. Sebagian besar ujung

saraf simpatis menyekresi norepinefrin, oleh karna itu asetilkolin disebut

transmitter parasimpatis dapn norepinefrin disebut transmitter simpatis

(Guyton & Hall, 2007)

Pengaturan frekuensi irama jantung dipengaruhi oleh saraf

simpatis dan parasimpatis, saraf parasimpatis yang menuju ke jantung akan

melepaskan hormone asetilkolin sehingga mampu menurukan frekuensi

irama jantung. Begitupun sebaliknya, jika saraf simpatis yang aktif akan

meningkatkan frekuensi irama jantung. Dalam hal penurunan tekanan

darah, denyut jantung serta stress diduga bahwa konsentrasi katekolamin

plasma mempengaruhi aktivasi simpatoadrenergik dan juga menyebabkan

terjadinya pelepasan stress-released hormones, pemberian musik dengan

irama lambat akan mengurangi pelepasan katekolamin kedalam pembuluh

darah sehingga konsentrasi katekolamin dalam plasma menjadi rendah.

Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung

berkurang dan tekanan darah turun (Saloma, 2007).

32
Dalam mengurangi rasa sakit musik mempengaruhi system

autonomik, merangsang kelenjer hipofisis yang menyebabkan keluarnya

endorphin (opiate alami) sehingga terjadi penurunan rasa sakit dan akan

menyebabkan berkurangnya penggunaan analgetik terapetik. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian yang didiskusikan oleh pakar kesehatan di

New Orleans, mereka mengungkapkan bahwa Terapi musik klasik selama

30 menit sehari mampu menggantikan obat hipertensi. Dr. Raymon Bahr,

direktur Unit Penyakit Jantung di Rumah Sakit St Agnes di Baltimore,

menggunakan musik klasik untuk membantu pasien mengatasi krisis.

Ternyata, mendengarkan musik klasik selama 30 menit bisa menenangkan,

setara dengan mengonsumsi 10 miligram valium obat penenang (Saloma,

2007).

Campbell (2002) menyatakan bahwa musik mampu menjernihkan

pikiran dan bunyi musik mampu menciptakan bentuk-bentuk fisik yang

mempengaruhi kesehatan, kesadaran dan tingkah laku kita seharihari.

Akan tetapi dalam pemilihan musik khusus untuk menurunkan frekuensi

jantung bukan sembarang musik tapi menggunakan musik yang bersifat

rileks dengan tempo lambat sekitar 60 ketukan permenit seperti musik

klasik karya Mozart. Musik yang memproduksi bunyi-bunyi sedang (750-

3000 hertz) cenderung merangsang paru, jantung dan emosi. Bunyi dari

musik yang bergetar membentuk pola dan menciptakan medan resonansi

dan gerakan diruang sekitarnya, energi akan diserap oleh tubuh manusia

33
dan energi itu secara halus mengubah pernafasan, detak jantung tekanan

darah dan ketegagan otot (Campbell, 2002).

Dapat disimpulkan bahwa denyut jantung manusia terutama

disesuaikan dengan bunyi dan musik, denyut jantung menggapai variable-

variabel musik seperti frekuensi, tempo dan cenderung menjadi lebih cepat

atau menjadi lebih lambat guna menyamai ritme suatu bunyi, semakin

cepat musiknya semakin cepat detak jantung, semakin lambat musiknya

semakin lambat detak jantung. Semuanya dalam suatu kisaran yang

moderat. Sama dengan laju pernafasan, detak jantung yang lebih lambat

menciptakan tingkat stress yang lebih rendah, menenangkan pikiran dan

membantu tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri, musik merupakan

alat pacu alamiah (Campbell, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Ekeberg menunjukkan pengaruh

jenis musik terhadap denyut jantung. Siswa di sebuah sekolah menjadi

subyek penelitian dan mereka diukur kecepatan denyut nadinya sebelum

mendengar musik. Kemudian musik jenis hard rock diperdengarkan

selama 5 menit. Semua siswa harus tetap duduk tenang di kursi mereka.

Pada akhir tes, denyut nadi diperiksa kembali dan dicatat. Hasilnya adalah

peningkatan denyut nadi sebesar 7-12 denyut per menit. Tore Sognefest,

seorang Master in Music dari Academy of Music, Bergen, Norway,

melakukan tes yang serupa terhadap siswa di sekolahnya. Musik dari grup

AC/DC, "Hell's Bells" diperdengarkan dan hasilnya denyut nadi meningkat

10 denyut per menit, sedangkan waktu "Air" dari Bach dimainkan yaitu

34
dngan musik yang lembut, denyut nadi menurun 5 denyut per menit.

Kesimpulannya, walaupun pendengar duduk diam di kursinya, energi yang

berlebihan dari musik rock tetap akan mempengaruhi jantung untuk

berdetak lebih cepat, itu sebabnya pendengar musik rock sangat sulit untuk

duduk diam bila mendengar musik yang mempercepat denyut jantung.

Energi yang terakumulasi akan mencari jalan untuk dilepaskan. Selain

meningkatkan denyut jantung, tekanan darahpun dapat meningkat oleh

adanya adrenalin. Hal ini juga akan kembali meningkatkan produksi

adrenalin, karena tubuh yang berada dalam keadaan stress, berusaha untuk

mengatasinya dengan memproduksi lebih banyak adrenalin agar

alert/waspada (Ekeberg dalam sirait, 2005)

35
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Secara rinci kerangka konsep pengaruh pemberian terapi musik terhadap

Frekuensi denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif di RSUD

Labuang Baji Makassar dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Variable Independen Variabel Dependen

Frekuensi Denyut Jantung


Terapi Musik

Keterangan :

= variable yang diteliti

Gambar 3.1.Bagan keragka konsep pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap frekuensi
denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif di RSUDLabuang Baji Makassar.

B. Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan frekuensi denyut jantung pasien gagal jantung kongestif

sebelum dan setelah terapi musik klasik kennie G di RSUD Labuang Baji

Makassar.

36
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah Pre

eksperimentaldesign: one group pre test and post test design, yaitu rancangan

eksperimen dengan cara sampel diobservasi (pengukuran) sebelum dan

setelah dilakukan treatment (perlakuan). Rancangan ini dapat diilustrasikan

sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010)

Pretest Perlakuan Postest

Kelompok Eksperimen 01 X 02

Keterangan :

01: Pengukuran Denyut jantung sebelum diberikan perlakuan berupa

pemberian terapi musik

X : Pemberian perlakuan berupa pemberian terapi musik dengan

memperdengarkan musik klasik instrumental kennie g.

02: Pengukuran Denyut jantung setelah diberikan perlakuan berupa

pemberiaan terapi musik

Sebelum dilakukan intervensi peneliti melakukan pra test dengan cara

observasi langsung dan mengukur denyut jantung, kemudian intervensi

dilakukan dengan cara memberikan atau memperdengarkan musik

37
klasik Kennie G, setelah intervensi post tes dilakukan lagi observasi

pengukuran denyut jantung.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di ruangan CVCU RSUD Labuang Baji

Makassar

2. Waktu

Mulai dari pembuatan proposal sampai penyajian hasil sedangkan

pengumpulan data dilakukan Bulan April dan penelitian dilakukan pada

tanggal 3 Nopember s/d 31 Desember 2012.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita gagal jantung

kongestif yang di ruangan CVCU RSUD Labuang Baji Makassar

berjumlah 117 orang.

2. Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental

Sampling yakni pengambilan sampel yang dikakukan dengan mengambil

kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian yang sesuai dengan kriteria dan jumlah

sampel 18 0rang (Notoatmojo, 2010).

38
Kriteria Inklusi:

a. Penderita gagal jantung yang dirawat di ruangan CVCU RSUD

Labuang Baji Makassar.

b. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan

menjadi responden.

Kriteria Eksklusi:

a. Penderita gagal jantung yang dalam kondisi tidak sadar.

b. Pasien yang sedang dalam pengaruh atau efek obat digitals.

c. Pasien dengan gangguan pendengaran.

39
D. Alur Penelitian

Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari PSIK FK


Unhas

Izin Penelitian Dari RSUD Labuang Baji


Makassar

Penentuan Populasi Sebanyak 117 Responden

Penentuan sampel Sebanyak 18 Responden

Design : Pre experimental


Tehnik : Insidental sampling

Observasi denyut jantung sebelum terapi musik hari I, melakukn


terapi musik klasik kennie G selama 30 menit, observasi denyut
jantung setelah terapi musik hari I. kemudian hasil denyut jantung
bedasarkan EKG dicatat dilembar observasi.Untuk hari kedua
obsrvasi denyut jantung sebelum terapi musik, melakukan terapi
musik klasik kennie Pengolahan
G selamadan30analisa
menit,
datasetelah terapi musik
diobservasi lagi dengan memenggunakan alat EKG dan dan dicatat
dilembar observasi.

Hasil : penyajian data dan pembahas

Kesimpulan dan
saran

Gambar 4.1. Bagan alur penelitian pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap
frekuensi denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif di RSUD
labuang baji Makassar.

40
Alur penelitian yang akan dilkukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut: peneliti akan melakukan langkah awal berupa pengambilan ijin dari

PSIK UNHAS untuk diserahkan ke RSUD Labuang Baji Makassar untuk

pengambilan data kemudian data yang saya masukkan sebagai populasi

adalah data tahun terakhir yaitu tahun 2011 dimana jumlah populasi

sebanyank 117 responden, kemudian sampel yang memenuhi kriteria inklusi

sebanyak 18 responden, penelitian ini menggunakan design pre eksperimental

pre test and post test design dengan teknik accidental ampling.

Intervensi dilakukan oleh peneliti pre test dengan cara mengobservasi

frekuensi denyut jantung dengan menggunakan alat EKG setelah 10 menit

responden yang memenuhi kriteria inklusi di berikan seperangkat alat musik

berupa handpone yang disambungkan ke headset kemudian dipasang ditelinga

pasien dan musik klasik diperdengarkan selama 30 menit, dengan

menggunakan volume rendah sampai sedang (kira-kira 60-70 ketukan/menit).

setelah di intervensi saya akan mengistirahatkan pasien salama 10 menit

kemudian pre tes peneliti mengobservasi frekuensi denyut jantung, kemudian

hasilnya akan saya catat dilembar observasi kemudian saya analisa dan

mengolah data menggunakan uji T berpasangan, setelah diolah dilakukan

penyajian data, kemudian peneliti menarik kesimpulan dan saran terhadap

penelitian yang telah dilakukan.

41
E. Variabel

1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari

suatu subjek ke subjek lainnya, sehingga variabel dapat pula disebut

sebagai karakteristik suatu benda atau subjek. Menurut fungsinya dalam

konteks penelitian secara keseluruhan, khususnya dalam hubungan antar

variabel terdapat beberapa jenis, yaitu:

1) Variabel independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah terapi musik klasik

kennie G

2) Variabel dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah frekuensi denyut jantung.

F. Defenisi oprasional dan kriteria objektif

1. Terapi musik klasik

Terapi musik adalah tekhnik yang digunakan dalam

menyembuhkan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama

tertentu. Musik yang digunakan dalam terapi adalah musik klasik Kennie

G. Adapun caranya adalah peneliti akan memperdengarkan musik klasik

Kennie G di ruang perawatan jantung/CVCU dalam keadaan dan suasana

tenang dan nyaman dengan menggunakan handphone yang disambungkan

ke headset kemudian dipasang ditelinga pasien dan musik klasik

diperdengarkan selama 30 menit, dengan menggunakan volume rendah

sampai sedang (kira-kira 60-70 ketukan/menit).

42
2. Frekuensi Denyut jantung

Denyut jantung adalah frekuensi atau suara yang dikeluarkan oleh jantung

dan akibat aliran darah melalui jantung.kestabilan denyut jantung apabila

denyut jantung 60-100 permenit yang dapat dinilai dengan menggunakan

alat EKG.

G. Instrumen Penelitian

Jenis musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik klasik

Kennie G dengan judul forever in love dan implora dengan menggunakan

handphone yang disambungkan ke headset kemudian diperdengarkan di

telinga responden. Instrumen atau alat yang digunakan dalam mengukur

frekuensi denyut jantung adalah alat EKG merk Fukuda type 7000. Setelah

diukur dicatat di lembar observasi. .

H. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan data

a. Editing

Setelah diobservasi, kemudian dikumpulkan dalam bentuk data, data

tersebut dilakukan pengecekan dan memeriksa kelengkapan data,

kesinambungan, dan memeriksa keseragaman data.

b. Coding

Untuk memudahkan pengolahan data, semua data dikumpulkan dan

ditulis di lembar observasi.

43
c. Tabulasi

Data dikelompokkan ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang

dimiliki, kemudian data dianalisis secara statistik.

2. Analisis data

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari

tiap variabel yang diteliti.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas

terhadap variabel independen dengan menggunakan uji statistik T-

berpasangan dengan menggunakan program computer spss.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi

dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada

institusi/lembaga tempat penelitian dan dalam pelaksanaan penelitian, peneliti

tetap memperhatikan prinsip etik penelitian sesuai Pedoman Nasional Etik

Penelitian Kesehatan (2007), meliputi :

1. Respect for persons (Prinsip menghormati harkat martabat manusia)

Merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat

manusia sebagai pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak atau

memilih dan sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap

keputusannya sendiri. Penelitian yang dilakukan harus menghormati

44
otonomi responden dan melindungi responden terhadap otonominya yang

terganggu atau kurang. Peneliti menghormati hak subjek penelitian,

apakah subjek tersebut bersedia untuk ikut serta dalam penelitian atau

tidak, dengan memberikan Informen Consent (lembar persetujuan) pada

subjek penelitian.

2. Beneficence (Prinsip etik berbuat baik)

Penelitian yang dilakukan dengan mengupayakan manfaat

maksimal dengan kerugiaan minimal, resiko penelitian harus wajar

dibanding manfaat yang diharapkan, memenuhi persyaratan ilmiah, peneliti

mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu menjaga

kesejahteraan subyek penelitian serta tidak mencelakakan atau melakukan

hal-hal yang merugikan (non maleficence, do no harm) subjek penelitian.

3. Justice (Prinsip etik keadilan)

Penelitian yang dilakukan memperlakukan subjek penelitian

dengan moral yang benar dan pantas, memperhatikan hak dari subjek

penelitian serta distribusi seimbang dan adil dalam hal beban dan manfaat

keikut sertaan dalam penelitian.

45
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada bab ini akan dikemukakan hasil dan pembahasan tentang

pengaruh pemberian terapi musik klasik kennie G terhadap frekuensi denyut

jantung pada pasien gagal jantung kongestif di RSUD Labuang Baji

Makassar. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan

menggunakan metode Pre eksperimental design : one group pre test and post

test design, yaitu rancangan eksperimen dengan cara sampel diobservasi

(pengukuran) sebelum dan setelah dilakukan treatment (perlakuan). Dengan

analisa data menggunakan Paired t-Test dengan tingkat kemaknaan = 0,05.

Pengambilan data awal dilakukan pada tanggal 25 s/d 27 April 2012

di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar dan dilakukan

penelitian pada bulan Nopember s/d Desember 2012 di ruangan CVCU RSUD

Labuang Baji Makassar. Pada saat dilakukan penelitian jumlah responden

yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 18 orang, penelitian ini dilaksanakan

dengan memberikan intervensi berupa terapi musik klasik Kennie G, namun

sebelum dilakukan intervensi peneliti melakukan pre test untuk mengetahui

frekuensi denyut jantung yang mengalami peningkatan pada pasien gagal

jantung kongestif dengan menggunakan alat EKG pada pasien yang

mengalami peningkatan frekuensi denyut jantung pada pasien gagal jantung

diberikan intervensi terapi musik klasik kennie G dari bulan Nopember 2012

sampai dengan Desember 2012 dan terapi musik diberikan 2 kali untuk setiap

46
responden. Setelah dilakukan intervensi dilakukan post test dengan

menggunakan alat EKG kemudian dicatat dilembar observasi.

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berkut :

1. Analisa Univariat

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden di Ruang


Perawatan CVCU RSUD Labuang Baji Makassar 2012

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Umur (dalam tahun) :
25-35 tahun 3 16,7
36-45 tahun 1 5,5
46-55 tahun 3 16,7
56-65 tahun 6 33,3
66-75 tahun 5 27,8

Jenis Kelamin
Laki-Laki 10 55,6
Perempuan 8 44,4
Pekerjaan
PNS 6 33,3
Swasta 4 22,2
Tidak bekerja 8 44,4

Klasifikasi gagal jantung


Nyha I 4 22,2
Nyha II 11 61,1
Nyha III 3 16,7

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan

karakteristik pasien gagal jantung kogestif diruang perawatan CVCU

RSUD Labuang Baji Makassar meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan

dan klasifikasi gagal jantung. Berdasarkan data demografi responden

47
diperoleh gambaran bahwa dari segi umur, responden terbanyak berumur

55-65 tahun (33,3%). Dari segi jenis kelamin menujukkan bahwa lebih

dari sebagian responden berjenis kelamin laki-laki (55,6%). Sedangkan

dari segi pekerjaan menunjukkan bahwa responden terbesar pekerjaannya

adalah tidak bekerja (44,4%) dan dari klsifikasi gagal jantung terbanyak

adalah Nyha II (61,1%).

2. Analisa Bivariat

a. Perbedaan denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif hari I

Table 5.2

Perbedaan Denyut Jantung Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Hari


I Pre dan Post Terapi Musik Klasik Kennie G di Di Ruang
Perawatan CVCU RSUD Labuang Baji Makassar 2012

n Rerata s.b p

Hari I 18 120,50 16,72


Frekuensi denyut jantung
Sebelum(pre)terapi musik 0,000

Frekuensi denyut jantung 18 111,67 15,53


Sesudah(post)terapi musik

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa perbedaan denyut jantung pada

pasien gagal jantung kongestif sebelum dan sesudah hari pertama

diberikan terapi musik klasik kennie G diruang perawatan CVCU RSUD

Labuang Baji Makassar, jumlah responden sebanyak 18 orang, nilai rerata

atau mean denyut jantung pada hari pertama (pre test) sebelum terapi

musik 120,50 (16,72 kali/menit) Sedangkan (post test) setelah terapi

48
musik klasik nilai mean atau rerata denyut jantung adalah 111,67( 15,53

kali/menit).

b. Perbedaan denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif hari


II
Tabel 5.3
Perbedaan Denyut Jantung Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Hari
II Pre dan Post Terapi Musik Klasik Kennie G di Di Ruang
Perawatan CVCU RSUD Labuang Baji Makassar 2012

n Rerata s.b
p

Hari II 18 109,17 15,26


Frekuensi denyut jantung
Sebelum(pre)terapi musik
0,000

Frekuensi denyut jantung 18 99,00 15,44


Sesudah(post)terapi musik

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa perbedaan denyut jantung pada pasien gagal

jantung kongestif sebelum dan sesudah hari kedua diberikan terapi musik klasik kennie

G diruang perawatan CVCU RSUD Labuang Baji Makassar, jumlah responden

sebanyak 18 orang, nilai rerata atau mean denyut jantung pada hari kedua (pre test)

sebelum terapi musik 109,17(15,26 kali/menit) Sedangkan (post test) setelah terapi

musik klasik nilai mean atau rerata denyut jantung adalah 99,00(15,44 kali/menit).

49
c. Perbedaan nilai rerata denyut jantung hari I dan Hari II

Tabel 5.4
Perbedaan Nilai Rerata Denyut Jantung sebelum dan sesudah terapi musiK
klasik kennie G Hari I dan Hari II Di Ruang perawatan CVCU RSUD Labuang
Baji Makassar 2012

n Rerata s.b Perbedaan IK


p
Rerata sb
Pre & post

Hari I
Frekuensi denyut jantung 18 120,50 16,72 8,833 4,64 11,14-6,52
0,000
Sebelum(pre)terapi musik

Frekuensi denyut jantung 18 111,67 15,53


Sesudah(post)terapi musik

Hari II
Frekuensi denyut jantung 18 109,17 15,26 10,167 4,96 12,63-7,69
0,000
Sebelum(pre)terapi musik

Frekuensi denyut jantung 18 99,00 15,44


Sesudah(post)terapi musik

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa perbedaan nilai rerata denyut jantung

sebelum dan sesudah terapi musik klasik kennie G hari pertama dan hari kedua

diruang perawatan CVCU RSUD Labuang Baji Makassar . Untuk hari pertama

perbedaan rerata sebelum dan sesudah terapi musik adalah 8,834,46 dengan

interval kepercayaan 11,14-6,52. Untuk hari kedua perbedaan rerata sebelum dan

sesudah terapi musik klasik 10,164,96 dengan interval kepercayaan 12,63-7,69

50
dan didapatkan nilai p diperoleh 0,000(p<0,005). Karna ada perbedaan rerata

sebelum dan sesudah terapi musik klasik hari pertama dan hari kedua artinya ada

pengaruh yang bermakna sesudah pemberian terapi musik klasik kennie G

B. Pembahasan

1. Pengaruh pemberian terapi musik klasik kennie G terhadap frekuensi

denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif di RSUD Labuang

Baji Makassar.

Data dari penelitian ini didapatkan gambaran bahwa ada

pengaruh penberian terapi musik klasik kennie G di ruang perawatan

CVCU RSUD Labuang Baji Makassar sebelum diberikan terapi musik

frekuensi denyut jantung pada hari pertama (pre test) rata-rata 120,50

kali/menit (16,72 kali/menit) dan setelah diberikan terapi musik klasik

kennie G nilai rata-rata 111,67 kali/menit (15,53 kali/menit) . Untuk hari

kedua sebelum terapi nilai rata-rata adalah 109,17 kali/menit (15,26

kali/menit) sedangkan setelah terapi musik nilai reratanya adalah 99,00

kali/menit (15,44 kali/menit) dengan menggunakan uji paired t-test

didpatkan nilai p=0,000 yang berarti ada pengaruh pemberian terapi

musik klasik kennie G terhadap frekuensi denyut jantung pada pasien

gagal jantung kongestif di RSUD Labuang Baji Makassar. Hal ini

menunjukkan bahwa secara umum telah terjadi penurunan frekuensi

denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif setelah diberikan

51
terapi musik klasik kennie G. Hal ini memberikan perbaikan bagi kondisi

pasien dan memberikan kenyamanan pada pasien.

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian terapi musik klasik

kennie G sangat berpengaruh terhadap frekuensi denyut jantung, dari

frekwensi tinggi menjadi menurun. Campbel (2002) mengatakan bahwa

bunyi dari musik yang bergetar membentuk pola dan menciptakan medan

resonansi dan gerakan diruang sekitarnya, energi akan diserap oleh tubuh

manusia dan energi itu secara halus menngubah pernafasan, detak

jantung, tekanan darah, dan ketegangan otot. Hasil penelitian ini juga

didukung oleh Ekeberg (dalam Sirait, 2005) menyatakan bahwa musik

lembut dapat menurunkan denyut nadi sekitar 5 denyut permenit. Jadi

untuk menurunkan frekuensi denyut jantung pemilihan lagu harus tepat

bukan sembarang lagu tetapi menggunakan musik klasik dengan tempo

sekitar 60 ketukan permenit.

Penelitian yang dilakukan oleh Ekeberg menunjukkan pengaruh

jenis musik terhadap denyut jantung. Siswa di sebuah sekolah menjadi

subyek penelitian dan mereka diukur kecepatan denyut nadinya sebelum

mendengar musik. Kemudian musik jenis hard rock diperdengarkan

selama 5 menit. Semua siswa harus tetap duduk tenang di kursi mereka.

Pada akhir tes, denyut nadi diperiksa kembali dan dicatat. Hasilnya adalah

peningkatan denyut nadi sebesar 7-12 denyut per menit. Tore Sognefest,

seorang Master in Music dari Academy of Music, Bergen, Norway,

melakukan tes yang serupa terhadap siswa di sekolahnya. Musik dari grup

52
AC/DC, "Hell's Bells" diperdengarkan dan hasilnya denyut nadi meningkat

10 denyut per menit, sedangkan waktu "Air" dari Bach dimainkan yaitu

dengan musik yang lembut, denyut nadi menurun 5 denyut per menit.

Kesimpulannya, walaupun pendengar duduk diam di kursinya, energi yang

berlebihan dari musik rock tetap akan mempengaruhi jantung untuk

berdetak lebih cepat, itu sebabnya pendengar musik rock sangat sulit untuk

duduk diam bila mendengar musik yang mempercepat denyut jantung.

Energi yang terakumulasi akan mencari jalan untuk dilepaskan. Selain

meningkatkan denyut jantung, tekanan darahpun dapat meningkat oleh

adanya adrenalin. Hal ini juga akan kembali meningkatkan produksi

adrenalin, karena tubuh yang berada dalam keadaan stress, berusaha untuk

mengatasinya dengan memproduksi lebih banyak adrenalin agar

alert/waspada (Ekeberg dalam sirait, 2005)

Campbell (2002) mengatakan denyut jantung manusia

disesuaikan dengan bunyi dan musik, denyut jantung menggapai variable-

variabel musik seperti frekuensi, tempo dan cenderung lebih cepat detak

jantungnya. Semakin lambat musiknya semakin lambat detak jantungnya,

semakin cepat musiknya semakin cepat pula detak jantungnya.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

saloma (2007) tentang pengaruh musik klasik terhadap penuruna TD,

dalam penelitinnya dikemukakan bahwa dalam hal penurunan tekanan

darah, denyut jantung, serta stress diduga konsentrasi katekolamin plasma

mempengaruhi aktivasi simpatoadrenergik dan juga menyebabkan

53
terjadinya pelepasan stress released hormones, pemberian musik dengan

irama lambat akan mengurangi pelepasan katekolamin dalam pembuluh

darah sehingga konsentrasi katekolamin dalam plasma menjadi rendah,

hal ini mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung

berkurang dan tekanan darah turun.

Pada penelitian ini dipilih musik klasik kennie G yang

diperdengarkan selama 30 menit, beberapa studi menyarankan 25-90

menit mendengarkan musik cukup menimbulkan pengaruh fisiologis

terhadap tubuh, musik klasik diyakini memiliki dampak terapi yang

paling besar dan berpotensi untuk meningkatkan pengetahuan dan

pengembangan diri oleh hampir semua ahli terapi musik dan ilmuan otak

yang pernah meneliti pengaruh musik terhadap otak atau pikiran, musik

dapat membuat pernafasan menjadi lambat dan teratur sehingga akan

mempengaruhi control reflex kardiovaskuler dan tekanan darah, beberapa

peneliti mendapatkan musik akan membuat tubuh lebih rileks yang secara

fisiologis manifestasinya dapat dilihat dari perubahan denyut jantung,

tekanan darah dan tingkat kecemasan seseorang.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti merasa mendapatkan beberapa

keterbatasan yang membuat peneliti tidak dapat melakukan eksplorasi yang

lebih mendalam terkait dengan topik penelitian ini. Keterbatasan tersebut

antara lain :

1. Sampel

54
Jumlah sampel yang menderita gagal jantung kongestif pada waktu

dilakukan penelitian hanya sedikit berjumlah 18 orang.

2. Instrumen

Pengukuran frekuensi denyut jantung hanya dilakukan empat kali kepada

setiap responden yaitu dua kali pre terapi musik dan dua kali post terapi

musik klasik kenni G.

3. Kontrol

Pada penelitian ini tidak menggunakan kontrol karena keterbatasan

responden

55
BAB VI

KESIMPUL DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada pengaruh Terapi musik klasik Kennie G terhadap penurunan

frekuensi denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif di Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi musik klasik

Kennie G dengan frekuensi denyut jantung. Hasil analisa bivarit

menunjukkan ada hasil yang signifikan antara terapi musik klasik Kennie

G dengan penurunan frekuensi denyut jantung pada pasien gagal jantung

kongestif di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar yaitu diperoleh nilai

significancy 0,000 ( p< 0,05 ).

3. Frekuensi denyut jantung lebih tinggi sebelum diberikan terapi musik

klasik kennie G dibanding setelah dberikan terapi musik klasik kennie G

hal ini dibuktikan dengan hasil analisa data, nilai mean sebelum terapi

musik lebih tinggi daripada nilai mean sesudah terapi musik.sehingga

peelitian ini dapat menjawab hiipotesa yang telah dirumuskan yaitu ada

pengaruh pemberian terapi musik klasik Kennie G terhadap frkuensi

denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif di Rumah Sakit

Labuang Baji Makassar.

56
B. Saran

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat :

1. Institusi pendidikan

Disarankan kepada institusi pendidikan untuk memasukkan terapi

musik klasik Kennie G Sebagai bahan mata kuliah keperawatan

khususnya mata kuliah kardiovaskuler.

2. Institusi Pelayanan/Rumah sakit.

Hasil penelitian ini bisa dijadikan masukan sebagai penyusunan

standar operating prosedur (SOP) untuk pelaksanaan tindakan

keperawatan khususnya pasien gagal jantung kongestif, dan

disarankan kepada perawat dalam memberikan pelayanan kepada

pasien khususnya pasien gagal jantung kongestif yang mengalami

takikardi agar menggunakan musik klasik Kennie G sebagai intervensi

keperawatan dan diimplementikan kepada pasien.

3. Pengembangan penelitian

Sebagai studi awal dimana data yang diperoleh dapat digunakan untuk

penelitian lebih lanjut dalam mengetahui efek musik klasik kennie G

sebagai terapi non farmakologi pada penderita gagal jantung kongestif,

sehingga biaya yang mahal, efek samping pemakaian obat gagal

jantung kongestif dan lamanya pengobatan dapat diminimalkan.

57
58
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrosyid, (2008). Seminar malam klinik idai jaya. http:// www. Nursyifa.com
/ pengobatan/ info/sakit jantung.html.
Campbell, D, (2002). Efek Mozart. PT Granedia: Jakarta.

Cokat, (2008). Gagal Jantung dalam: http://cokat.multiply.com/journal. (Diakses


1 Maret 2011)

Davis, R.C., Hobbs F.D.R., & Lip, (2000). ABC of heart failure: history and
epidemiology, BMJ

Dipiro, J., Talbert, R., Yee, G., Matzke, G., Wells, B., Posey, L., (2008).
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Seventh
Edition, McGraw- History and epidemiology.Hill Medical Publishing,
New York, 174-213.

Djohan, (2006). Psikologi music, buku baik: Yogyakarta.

Goodman and Gilman, (2007). Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10,


diterjemahkan oleh Amalia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 875.

Gibbs, C.R., Davies, M.K., Lip, G,Y,H, (2000). ABC of heart failure
management: digoxin And other inotropes, beta blokers, and antiarrhtmic
and antithrombotic Treatment.BMJ:320; page 495- 498.
http://gema.sabda.org/efek musik pada tubuh manusia.

Guyton & Hall (2007), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, penerbit buku
kedokteran, Edisi 11 , EGC Jakarta.

Ismir & Fahri, (2010). Evaluasi Ekokardiogrfi pada gagal jantung distolik
Departemen Kardiologi dan kedokteran vaskuler FKUI.

Kabo & Karim, (2002). EKG dan penanggulangan beberapa penyakit jantung
untuk dokter umum. Balai penerbit FKUI: Jakarta.

Khan, H.I, (2002). Dimensi mistik musik dan bunyi, Pustaka Sufi: Yogyakarta.

Marulam, (2006). Gagal Jantung. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (p. 1513).
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Masdanang, (2008). Congestive Heart Failure/Gagal Jantung. Terdapat


dalam: http://masdanang.co.cc/?p=12. (Diakses 18 Februari 2011)

59
Melilea. 2008. Penyakit Jantung pada Seseorang. Terdapat dalam: http://organik-
melilea.blogspot.com/2008/05/menilai-faktor-faktor-resiko-penyakit.html.
(Diakses 1 Maret 2012)
Merrit,Stephanie. (2003), Simfoni otak, penerbit Kaifa: bandung.

Maggioni A.P, (2005). Review of the new ESC guidelines for the
pharmacological management of Chronic heart failure, European
jurnal supplements.

Neal, M. J., (2002). At a Glance Farmakologi Medis, Fourth Edition, Blackwell


Publishing Company, Oxfor

Notoatmojo, S, (2010). Metodologi penelitian kesehatan. PT. Rineka Cipta:

Jakarta.

Pusat jantung nasional harapan kita(online), (2009) jan 07(cited 2010 mar
03);availablefromURL:http://www.pjnhk.go.id/indeks.php?option=com_c
onten&task=view&id=2136&itemid=31.

Price S.A (1995). Patofisiologi:Konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi.4,


EGC, Jakarta

Rahmawati & Yeni, (2005) Musik sebagai pembentuk budi pekerti, buku panduan
: Yogyakarta.

Sirait, S.A.P, (2005). Efek music pada tubuh manusia. Majalah warta advent on
line (WAO), Edisi 12 Agustus 2005.

Setiadarma, P, & Monty, (2002). Terapi musik, millennia : Jakarta.

Santoso, A., Erwinanto., Munawar, M., Suryawan., Rifqi, S., Soerianata, S,


(2007), Diagnosis dan tata laksana praktis gagal jantung akut.

Sutanto, (2010). Cegah dan tangkal penyakit modern(hipertensi,stroke, jantung,


Kolesterol dan diabetes),Penerbit Andi: Yogyakarta

Smmeltzer, S, (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah, Brunner &


suddarth. Vol 2, Edisi 8. EGC. Jakarta.

60
Juni,U.W, (2010). Keperawatan kardiovaskuler, Jakarta: salemba medika.

Vani, (2010). Gambaran penyakit congestif hearth failure(chf) di RS Wahidin


sudiro husodo dan Stella maris Makassar. Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar : program PSIK UNHAS.

61
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI MUSIK PASIF

A. Pengertian
Terapi musik pasif adalah terapi musik yang murah, mudah dan efektif dimana pasien

tinggal mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan

masalahnya.

B. Tujuan

1. Menstabilkan denyut jantung pada pasien gagal jantung kongestif

C. Persiapan Alat

1. Musik sesuai kebutuhan ( menggunakan music instrumental kennie G )

2. Handpone

3. Headset

4. Alat ECG (untuk observasi frekwensi jantung pre dan post terapi music).

5. Alat tulis (lembar observasi dan pulpen)

D. Persiapan pasien

1.klien yang dipersiapkan untuk terapi adalah klien yang memenuhi kriteria inklusi yaitu:

1) Klien gagal jantung yang dirawat di ruangan CVCU Rumah Sakit labuang baji Makassar.

2) Klien yang bersedia menjadi responden

3) Klien gagal jantung yang dalam kondisi sadar

4) Klien yang tidak sedang dalam kondisi pengaruh efek obat digitalis.

5) Klien dengan keadaan tidak terbatas(tidak tuli).

62
E. Persiapan tempat/lingkungan.

1. Menggunakan ruangan CVCU rumah sakit labuang baji Makassar, dengan lingkungan yang

tenang dan pada jam istirahat pasien.

F. Waktu
Waktu yang dibutuhkan selama terapi musik pasif adalah 1030 menit.
Waktu pelaksanaannya dilakukan pada jam 22 dan jam 05 dini hari.
G. Prosedur Kerja
1. Menyampaikan salam
2. Perkenalan
3. Menyampaikan maksud pertemuan
4. Menyampaikan tujuan terapi
5. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi dan membuat kontrak waktu
6. Anjurka klien untuk bersandar atau berbaring di tempat tidur
7. Sebelum di lakukan terapi music, terlebih dahulu pasien diukur dulu frekwensi denyut
jantungnya dengan menggunakan alat EKG, kemudian dicatat dilembar observasi.
Setelah itu 10 menit kemudian dilakukanlah terapi musik.
8. Proses terapi musik berlangsung selama 30 menit
9. Anjurkan klien untuk menutup mata, menarik napas dalam melalui hidung dan kemudian
hembuskan perlahan-lahan melalui mulut.
10. Pasang headset ditelinga klien dan sambungkan ke hangpone
11. Terapis memutar musik.
12. Minta klien untuk berkonsentrasi pada saat musik diperdengarkan
13. Minta klien untuk membayangkan gelombang suara itu datang dari speaker dan mengalir
keseluruh tubuhnya.
14. Minta klien untuk tidak hanya merasakan secara fisik tetapi juga difokuskan kedalam
jiwa.
15. Minta klien untuk membayangkan alunan musik itu mengalir melewati seluruh tubuh dan
memperbaiki bagian tubuh yang sakit.
16. Minta klien untuk membuka mata dan sampaikan bahwa terapi telah selesai
17. Musik dihentikan

63
18. Tanyakan serta evaluasi perasaan klien setelah terapi musik
19. Beri pujian kepada klien bahwa terapi musik berlangsung dengan baik
20. Membuat kesimpulan akhir dari proses perlakuan dan membuat rekomendasi untuk
ditindaklanjuti
21. Setelah terapi pasien diistirahatkan selama 10 menit kemudian diobservasi dengan alat
EKG untuk mengukur frekwensi denyut jantung dan di catat di lembar observasi.
22. Penutup.

H. Evalusasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Semua kebutuhan untuk terapi musik telah disiapkan
2. Evaluasi Proses :
a. Pasien yang diterapi adalah pasien gagal jantung kongestif
b. Pasien antusias mengikuti terapi musik
c. Terapi musik dilaksanakan di ruangan CVCU rumah sakit labuang baji Makassar
3. Evaluai Hasil :
a. Pasien dapat mengetahui tentang terapi musik
b. Pasien merasakan manfaat terapi musik
c. Pasien mengungkapkan bahwa terapi musik dapat memberikan perasaan terhibur,
senang dan bisa menstabilkan denyut jantung.

64
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada yth.

Bapak/Ibu Calon Responden

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, dengan :

Nama : NIRWANA

NIM : C12 111 631

Hendak melaksanakan penelitian dengan judul Pengaruh penberian Terapi Musik klasik
kennie G Terhdap frekuensi Denyut Jantung pada pasien Gagal jantung kongestif di
RSUD Labuag Baji Makassar

Bahwa penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden.

Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian. Jika ibu tidak bersedia menjadi responden tidak ada ancaman maupun

sanksi bagi ibu.

Jika ibu telah menjadi responden dan terjadi hal yang merugikan, maka bapak/ibu boleh

mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi dalam penelitian.

Saya sebagai peneliti mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan bapak/ibu

menjadi responden dalam penelitian ini.

Peneliti

65
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya bertanda tangan di bawah ini , bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Makassar, dengan :

Nama :

Alamat :

Dengan judul Pengaruh penberian Terapi Musik klasik kennie G Terhdap frekuensi
Denyut Jantung pada pasien Gagal jantung kongestif di RSUD Labuag Baji Makassar

Saya berharap penelitian ini berupa perlakuan yang diberikan kepada saya tidak akan

mempunyai dampak negatif serta merugikan bagi saya dan keluarga saya

Demikian lembar persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya dipergunakan

sebagaimana mestinya

Makassar, ..

Responden

( )

66
MASTER TABEL
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK KENNIE G TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF
DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

UMUR FREKUENSI DENYUT JANTUNG HARI I FREKUENSI DENYUT JANTUNG HARI II


NO NAMA SEX PEKERJAAN
(TH) SEBELUM TERAPI SETELAH TERAPI SEBELUM TERAPI SETELAH TERAPI
1 R.1 55 Laki-laki PNS 104 100 101 93
2 R.2 67 Laki-laki PNS 107 101 100 93
3 R.3 53 Perempuan Tdk kerja 100 95 92 83
4 R.4 72 Laki-laki PNS 109 100 96 80
5 R.5 42 Perempuan tdk kerja 129 120 119 110
6 R.6 61 Perempuan tdk kerja 110 103 103 96
7 R.7 25 Perempuan tdk kerja 171 162 156 149
8 R.8 30 Laki-laki Tani 122 114 112 106
9 R.9 64 Perempuan tdk kerja 116 110 102 96
10 R.10 72 Perempuan Tdk kerja 117 112 110 102
11 R.11 52 Perempuan tdk kerja 119 105 102 94
12 R.12 25 Laki-laki PNS 126 110 111 102
13 R.13 60 Laki-laki Tani 144 135 134 108
14 R.14 69 Laki-laki Tani 115 108 107 98
15 R.15 65 Perempuan Tdk kerja 116 109 100 85
16 R.16 60 Laki-laki Tani 135 112 111 102
17 R.17 51 Laki-laki PNS 120 114 113 104
18 R.18 72 Laki-laki PNS 109 100 96 81

67
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Frekuensi Denyut Jantung H1


18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
sebelum

sesudah hari 1 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Frekuensi Denyut Jantung H1 Mean 120.50 3.941


sebelum
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 112.19

Upper Bound 128.81

5% Trimmed Mean 118.83

Median 116.50

Variance 279.559

Std. Deviation 16.720

Minimum 100

Maximum 171

Range 71

Interquartile Range 18

Skewness 1.776 .536

Kurtosis 4.101 1.038

sesudah hari 1 Mean 111.67 3.662

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 103.94

Upper Bound 119.39

5% Trimmed Mean 109.80

Median 109.50

Variance 241.412

Std. Deviation 15.537

Minimum 95

Maximum 162

Range 67

Interquartile Range 13

Skewness 2.279 .536

68
Kurtosis 6.273 1.038

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Frekuensi Denyut Jantung


.186 18 .098 .852 18 .009
H1 sebelum

sesudah hari 1 .274 18 .001 .762 18 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Frekuensi Denyut Jantung H1 sebelum

69
70
71
sesudah hari 1

72
73
Notes

Output Created 24-Dec-2012 15:42:57

Comments

Input Data D:\skripsi WANA\SEMINAR PROPOSAL


NIRWANA OKE\wana fail
on\SPSS.WAna.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

74
N of Rows in Working Data File 18

Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics for each analysis are based on


the cases with no missing or out-of-range
data for any variable in the analysis.

Syntax T-TEST
PAIRS=FrekuensiDeytSblmterapH1
FrekuensiDeytSblmterapH2 WITH
sesudah1 sesudah2 (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.031

Elapsed Time 00:00:00.015

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Frekuensi Denyut Jantung H1


120.50 18 16.720 3.941
sebelum

sesudah hari 1 111.67 18 15.537 3.662

Pair 2 Frekuensi Denyut Jantung H2


109.17 18 15.260 3.597
sebelum

sesudah hari 2 99.00 18 15.446 3.641

T-Test

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Frekuensi Denyut Jantung H1


18 .961 .000
sebelum & sesudah hari 1

Pair 2 Frekuensi Denyut Jantung H2


18 .948 .000
sebelum & sesudah hari 2

75
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Frekuensi Denyut


Jantung H1 sebelum - 8.833 4.643 1.094 6.524 11.142 8.071 17 .000
sesudah hari 1

Pair 2 Frekuensi Denyut


Jantung H2 sebelum - 10.167 4.962 1.169 7.699 12.634 8.693 17 .000
sesudah hari 2

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Frekuensi Denyut Jantung


18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
H2 sebelum

sesudah hari 2 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Frekuensi Denyut Jantung Mean 109.17 3.597


H2 sebelum
95% Confidence Interval for Lower Bound 101.58
Mean
Upper Bound 116.76

76
5% Trimmed Mean 107.52

Median 105.00

Variance 232.853

Std. Deviation 15.260

Minimum 92

Maximum 156

Range 64

Interquartile Range 12

Skewness 1.981 .536

Kurtosis 4.694 1.038

sesudah hari 2 Mean 99.00 3.641

95% Confidence Interval for Lower Bound 91.32


Mean Upper Bound 106.68

5% Trimmed Mean 97.28

Median 97.00

Variance 238.588

Std. Deviation 15.446

Minimum 80

Maximum 149

Range 69

Interquartile Range 14

Skewness 1.930 .536

Kurtosis 6.131 1.038

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

77
Frekuensi Denyut Jantung
.234 18 .010 .805 18 .002
H2 sebelum

sesudah hari 2 .183 18 .115 .818 18 .003

a. Lilliefors Significance Correction

Frekuensi Denyut Jantung H2 sebelum

78
79
80
sesudah hari 2

81
82
83
84
Statistics

Frekuensi Denyut Frekuensi Denyut


Jantung H1 Jantung H2
Umur Jenis Kelamin Pekerjaan sebelum sesudah hari 1 sebelum sesudah hari 2

N Valid 18 18 18 18 18 18 18

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Statistics

Frekuensi Denyut Frekuensi Denyut


Jantung H1 Jantung H2
Umur Jenis Kelamin Pekerjaan sebelum sesudah hari 1 sebelum sesudah hari 2

N Valid 18 18 18 18 18 18 18

Missing 0 0 0 0 0 0 0

85
Frequency Table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 3 16.7 16.7 16.7

2 1 5.6 5.6 22.2

3 3 16.7 16.7 38.9

4 6 33.3 33.3 72.2

5 5 27.8 27.8 100.0

Total 18 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 10 55.6 55.6 55.6

Peremnpuan 8 44.4 44.4 100.0

Total 18 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 6 33.3 33.3 33.3

Tani/Swasta 4 22.2 22.2 55.6

Tidaak bekerja 8 44.4 44.4 100.0

Total 18 100.0 100.0

86
Frekuensi Denyut Jantung H1 sebelum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 100 1 5.6 5.6 5.6

104 1 5.6 5.6 11.1

107 1 5.6 5.6 16.7

109 2 11.1 11.1 27.8

110 1 5.6 5.6 33.3

115 1 5.6 5.6 38.9

116 2 11.1 11.1 50.0

117 1 5.6 5.6 55.6

119 1 5.6 5.6 61.1

120 1 5.6 5.6 66.7

122 1 5.6 5.6 72.2

126 1 5.6 5.6 77.8

129 1 5.6 5.6 83.3

135 1 5.6 5.6 88.9

144 1 5.6 5.6 94.4

171 1 5.6 5.6 100.0

Total 18 100.0 100.0

87
sesudah hari 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 95 1 5.6 5.6 5.6

100 3 16.7 16.7 22.2

101 1 5.6 5.6 27.8

103 1 5.6 5.6 33.3

105 1 5.6 5.6 38.9

108 1 5.6 5.6 44.4

109 1 5.6 5.6 50.0

110 2 11.1 11.1 61.1

112 2 11.1 11.1 72.2

114 2 11.1 11.1 83.3

120 1 5.6 5.6 88.9

135 1 5.6 5.6 94.4

162 1 5.6 5.6 100.0

Total 18 100.0 100.0

88
Frekuensi Denyut Jantung H2 sebelum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 92 1 5.6 5.6 5.6

96 2 11.1 11.1 16.7

100 2 11.1 11.1 27.8

101 1 5.6 5.6 33.3

102 2 11.1 11.1 44.4

103 1 5.6 5.6 50.0

107 1 5.6 5.6 55.6

110 1 5.6 5.6 61.1

111 2 11.1 11.1 72.2

112 1 5.6 5.6 77.8

113 1 5.6 5.6 83.3

119 1 5.6 5.6 88.9

134 1 5.6 5.6 94.4

156 1 5.6 5.6 100.0

Total 18 100.0 100.0

89
sesudah hari 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 80 1 5.6 5.6 5.6

81 1 5.6 5.6 11.1

83 1 5.6 5.6 16.7

85 1 5.6 5.6 22.2

93 2 11.1 11.1 33.3

94 1 5.6 5.6 38.9

96 2 11.1 11.1 50.0

98 1 5.6 5.6 55.6

102 3 16.7 16.7 72.2

104 1 5.6 5.6 77.8

106 1 5.6 5.6 83.3

108 1 5.6 5.6 88.9

110 1 5.6 5.6 94.4

149 1 5.6 5.6 100.0

Total 18 100.0 100.0

90
Histogram

91
92
93
94
95
Uji Transformasi Data

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tran_age 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

tran_age Mean 2.0775 .01309

95% Confidence Interval for Lower Bound 2.0498


Mean
Upper Bound 2.1051

5% Trimmed Mean 2.0731

Median 2.0663

Variance .003

Std. Deviation .05553

Minimum 2.00

Maximum 2.23

Range .23

Interquartile Range .07

Skewness 1.356 .536

Kurtosis 2.552 1.038

M-Estimators

Huber's M- Tukey's Hampel's M-


a b c d
Estimator Biweight Estimator Andrews' Wave

tran_age 2.0680 2.0650 2.0675 2.0650

a. The weighting constant is 1.339.

b. The weighting constant is 4.685.

c. The weighting constants are 1.700, 3.400, and 8.500

96
M-Estimators

Huber's M- Tukey's Hampel's M-


a b c d
Estimator Biweight Estimator Andrews' Wave

tran_age 2.0680 2.0650 2.0675 2.0650

a. The weighting constant is 1.339.

b. The weighting constant is 4.685.

d. The weighting constant is 1.340*pi.

Percentiles

Percentiles

5 10 25 50 75 90 95

Weighted Average(Definition tran_age


2.0000 2.0153 2.0374 2.0663 2.1029 2.1658 .
1)

Tukey's Hinges tran_age 2.0374 2.0663 2.1004

Extreme Values

Case Number Value

tran_age Highest 1 7 2.23

2 13 2.16

3 16 2.13

4 5 2.11

5 12 2.10

Lowest 1 3 2.00

2 1 2.02

3 2 2.03

4 18 2.04

5 4 2.04

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
tran_age .159 18 .200 .906 18 .074

a. Lilliefors Significance Correction

97
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
tran_age .159 18 .200 .906 18 .074

*. This is a lower bound of the true significance.

tran_age

98
99

Anda mungkin juga menyukai