Anda di halaman 1dari 12

Bab IV

Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma pada tanggal 16
Juni 2016, didapatkan sampel sebanyak 26 orang berusia lebih dan sama dengan 18 tahun. Hasil
penelitian ini kami sajikan dalam table sebagai berikut:

4.1. Analisis Univariat

Tabel 4.1. Sebaran Menurut Usia Pasien yang Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma Juni 2016

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.


Deviasi

Usia 26 18 65 35,42 12,797

Tabel 4.2. Sebaran Menurut Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Pasien
yang Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Juni 2016

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Perempuan 8 69,2

Laki-laki 18 30,8

Tingkat Pendidikan Tinggi 0 0

Sedang 9 34,6

Rendah 17 65,4

Pendapatan UMR 9 34,6

Dibawah UMR 17 65,4


Total 26 100

Tabel 4.3. Sebaran Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi pada Pasien yang Minum
Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Juni 2016

48
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviasi

Pretest 26 50 65 58,58 4,785


Posttest 26 57 68 61,81 3,522

Tabel 4.4. Insiden Perubahan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi Minum Obat
Anti Tuberkulosis pada Pasien yang Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma Juni 2016

Perubahan Pengetahuan
Naik Tetap Turun
Insiden 65,38% 11,54% 23,08%

4.2. Analisis Bivariat

Tabel 4.5. Uji Normalitas


Pretest Posttest Usia

KS Z N Sig. Ks Z N Sig. KS Z N Sig.


0,964 26 0,310 0,870 26 0,436 0,693 26 0,723

Tabel 4.6. Pengaruh Edukasi Minum Obat Anti Tuberkulosis terhadap Pengetahuan
Sebelum dan Sesudah Edukasi pada Pasien yang Minum Obat Anti Tuberkulosis di
Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Juni 2016

Pengetahuan
Uji Statistik p value Ho
Pretest Posttest

49
Edukasi 58,58 61,81 Paired t-test 0,001 Ditolak

Tabel 4.7. Hubungan antara Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Pengetahuan Sebelum
Edukasi Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien yang Minum Obat Anti Tuberkulosis
di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Juni 2016

Variabel Nilai P Pretest Uji Statistik H0


Usia 0,392 Korelasi Gagal Ditolak
Jenis Kelamin
Perempuan 0,958 Independent Gagal Ditolak
Laki laki T-Test
Tingkat Pendidikan
Tinggi
Sedang 0,001 Anova Ditolak
Rendah
Pendapatan
UMR 0,002 Independent Ditolak
Dibawah UMR T - Test

Tabel 4.8. Hubungan antara Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Pengetahuan Sesudah
Edukasi Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien yang Minum Obat Anti Tuberkulosis
di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Juni 2016

Variabel Nilai P Posttest Uji Statistik H0


Usia 0,300 Korelasi Gagal Ditolak

50
Jenis Kelamin
Perempuan 0,773 Independent Gagal Ditolak
Laki laki T-Test
Tingkat Pendidikan
Tinggi
Sedang 0,000 Anova Ditolak
Rendah
Pendapatan
UMR 0,018 Independent Ditolak
Dibawah UMR T - Test

Bab V

Pembahasan

5.1. Analisis Univariat Sebaran Menurut Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan
Pendapatan Mengenai Pengetahuan Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien yang
Minum Obat di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Juni 2016

51
Berdasarkan tabel 4.1. dan 4.2., diketahui sebaran usia dengan total responden 26, usia
terendah 18, usia tertinggi 65, dengan nilai rata-rata (mean) 35,42 dengan standar deviasi 12,797.
Sedangkan sebaran mengenai jenis kelamin didapatkan perempuan sebanyak 8 responden atau
sebesar 30,8% dan laki laki sebanyak 18 responden atau sebesar 69,2%.

Berdasarkan sebaran tingkat pendidikan, didapatkan pendidikan tinggi sebanyak 0


responden atau sebesar 0%, pendidikan sedang 9 responden atau sebesar 34,6%, dan pendidikan
rendah sebanyak 17 responden atau sebesar 65,4%. Berdasarkan pendapatan, didapatkan
kelompok dengan Upah Minimum Regional (UMR) sebanyak 9 responden atau sebesar 34,6%
dan dibawah UMR sebanyak 17 responden atau sebesar 65,4%.

5.2. Data Statistik Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi pada Pasien yang Minum
Obat di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Juni 2016

Pada tabel 4.3., diketahui pengetahuan sebelum edukasi dengan nilai terendah sebesar 50,
nilai tertinggi sebesar 65, dan didapatkan rata rata (Mean) sebesar 58,58 (73,2%) dengan
standar deviasi 4,785. Sedangkan pengetahuan sesudah edukasi dengan nilai terendah sebesar 57,
nilai tertinggi 68, dan didapatkan rata rata (Mean) sebesar 61,81 (77,2%) dengan standar
deviasi 3,522.

Bila dilihat dari hasil distribusi data rata rata nilai pretest dan posttest, didapatkan delta
perubahan antara pretest dan posttest sebesar 3,23 (4%). Perubahan delta pretest posttest ini bisa
dipengaruhi oleh faktor dari subjek penelitian ataupun peneliti. Bila dari subjek penelitian adanya
faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pendapatan dapat mempengaruhi hasil
perubahan pengetahuan. Sedangkan dari segi peneliti, didapatkan beberapa faktor antara lain
bagaimana penyampaian materi oleh peneliti, bahasa yang digunakan oleh peneliti, isi materi
yang tepat sasaran dan mudah dimengerti, dan interaksi peneliti dengan subjek penelitian.

Berdasarkan faktor faktor yang mempengaruhi, jenis kelamin laki laki menurut
penelitian kurang patuh terhadap pengobatan TB karena laki laki lebih banyak bekerja dan
beraktivitas sehingga tidak mempunyai waktu untuk hadir dalam penyuluhan. Pekerjaan dan
pendapatan seseorang dipengaruhi oleh bagaimana pendidikan terakhir yang dilihat dari ijazah
sebelum ia bekerja. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi pula tingkat

52
pendidikannya. Tingkat pendidikan yang tinggi membuat seseorang memiliki wawasan dan
pengetahuan yang luas dan lebih mudah mengerti bila mendapat sebuah materi baru untuk
dipelajari.

Bila dilihat dari subjek penelitian yang rata rata memiliki tingkat pendidikan rendah
(tidak tamat SD, SD, SMP) sehingga faktor ini mempengaruhi subjek untuk menerima informasi
yang disampaikan oleh peneliti, namun dapat diperberat bila peneliti tidak kompeten dalam
penyampaian materi sehingga materi tidak dapat diterima dengan baik oleh subjek. Sebagian
besar subjek peneliti berusia dewasa dibandingkan dengan lansia. Menurut penelitian, usia
dewasa lebih mudah dan cepat mencerna, mengerti, dan mengingat informasi baru yang ia terima
dibandingkan dengan usia lansia yang lebih cepat lupa.

5.3. Insiden Perubahan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi Minum Obat Anti
Tuberkulosis pada Pasien yang Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma Juni 2016

Berdasarkan tabel 4.4., nilai selisih posttest dan pretest meningkat dengan insiden
65,38%, untuk yang tidak memiliki selisih nilai posttest dan pretest yang artinya tidak terjadi
peningkatan ataupun penurunan pada posttest dan pretest mempunyai angka insiden sebesar
11,54%, sedangkan yang mengalami penurunan nilai artinya nilai posttest lebih rendah daripada
nilai pretest angka insidensnya sebesar 23,08%.

Dari hasil angka insiden dan sebaran distribusi pengetahuan sebelum dan sesudah
edukasi, didapatkan lebih banyak terjadi peningkatan pada pasien dengan jenis kelamin laki
laki sebanyak 15 orang dari total 26 orang, pada pasien yang berpendidikan sedang sebanyak 10
orang dari total 26 orang, dan pada pasien dengan pendapatan dibawah UMR sebanyak 12 orang
dari total 26 pasien, sedangkan usia terjadi peningkatan pada pasien dengan usia dewasa (18-45
tahun) sebanyak 13 orang dan lansia (46-65 tahun) sebanyak 5 orang.

Dipikirkan pada subjek yang memiliki tingkat pendidikan sedang, memiliki wawasan dan
pengetahuan yang luas dan lebih mudah mengerti bila mendapat sebuah materi baru untuk
dipelajari, sehingga terjadi peningkatan perubahan pengetahuan.

53
5.4. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov karena uji ini untuk menguji
distribusi data normal atau tidak pada data numerik. Berdasarkan hasil normalitas pada tabel 4.5.,
maka dapat disimpulkan bahwa data sebelum diberikan intervensi berdistribusi normal karena p >
0,05 dan data setelah diberikan intervensi juga berdistribusi normal p > 0,05. Kesimpulannya
bahwa penelitian ini menggunakan uji analisis paired t-test karena syarat t-test berpasangan telah
terpenuhi dimana distribusi data adalah normal.35

5.5. Pengaruh Edukasi Minum Obat Anti Tuberkulosis terhadap Pengetahuan Sebelum dan
Sesudah Edukasi pada Pasien yang Minum Obat di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma
Juni 2016

Dengan uji paired t-test, diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<0,05), dengan demikian
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi
minum OAT.

Hasil penelitian kami ini sama dengan penelitian Erwin Herian Bangun 7, dimana terdapat
perbedaan bermakna antara pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi. Pada penelitian Erwin
Herian Bangun7 menggambarkan bahwa edukasi kesehatan merupakan suatu kegiatan yang dapat
mempengaruhi perubahan perilaku responden meliputi perubahan pengetahuan dan sikap.
Dengan diberikannya edukasi maka responden mendapat pembelajaran yang menghasilkan suatu
perubahan dari yang semula belum diketahui menjadi diketahui, yang dahulu belum dimengerti
sekarang dimengerti.

5.6. Pengaruh Usia terhadap Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi Minum Obat
Anti Tuberkulosis pada Pasien yang Minum Obat di Puskesmas Kelurahan Wijaya
Kusuma Juni 2016

Pada penelitian kami, pengaruh usia terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi
minum OAT melalui uji statistic Korelasi Bivariate didapatkan nilai p pretest sebesar 0,392 dan
nilai p posttest sebesar 0,300 maka H0 gagal ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh usia terhadap

54
pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi minum OAT pada usia lebih dan sama dengan 18
tahun di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

Sebagian besar subjek peneliti lebih banyak berusia dewasa dibandingkan dengan lansia.
Menurut penelitian, usia dewasa lebih mudah dan cepat mencerna, mengerti, dan mengingat
informasi baru yang ia terima dibandingkan dengan usia lansia yang lebih cepat lupa. Begitu pula
pada penyampaian materi secara singkat dan diuji menggunakan soal, beberapa peneliti
menyebutkan daya ingat lansia lebih rendah bila dibandingkan dengan usia dewasa, sehingga
hasil uji menunjukkan nilai yang rendah. 23

Hasil penelitian kami ini sama dengan penelitian Smet B21, dimana tidak terdapat
perbedaan bermakna antara usia terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi, karena
adanya faktor perantara seperti sikap seseorang dan faktor lain yang mempengaruhi seseorang.

5.7. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi Minum
Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien yang Minum Obat di Puskesmas Kelurahan Wijaya
Kusuma Juni 2016

Pada penelitian kami, pengaruh jenis kelamin terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah
edukasi minum OAT melalui uji statistic Independent t-test didapatkan nilai p pretest sebesar
0,958 dan nilai p posttest sebesar 0,773 maka H0 gagal ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh jenis
kelamin terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi minum OAT pada pasien yang
minum OAT di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

Pada subjek didapatkan sebagian besar jenis kelamin laki laki, yang menurut
beberapa penelitian sebelumnya yang mengaitkan antara jenis kelamin dan kepatuhan minum
obat TB bahwa jenis kelamin laki laki kurang patuh dibandingkan dengan perempuan karena
tanggung jawab dan kegiatan laki laki pada sehari hari lebih berat. 26

Kecenderungan laki-laki lebih tinggi untuk mangkir berobat kemungkinan karena laki-
laki aktivitasnya lebih tinggi dalam sehari-harinya, serta laki-laki merupakan tulang punggung
keluarga yang harus bekerja. Akibatnya bila diadakan penyuluhan, laki laki lebih jarang datang
karena kesibukannya, bilapun datang konsentrasinya berbeda dengan perempuan yang
aktivitasnya tidak terlalu berat sehingga dapat memusatkan konsentrasi pada materi penyuluhan.
55
Hasil penelitian kami ini sama dengan penelitian Kondoy PPH29,34, dimana tidak terdapat
perbedaan bermakna antara jenis kelamin terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi.

5.8. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi
Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien yang Minum Obat di Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma Juni 2016

Pada penelitian kami, pengaruh tingkat pendidikan terhadap pengetahuan sebelum dan
sesudah edukasi minum OAT melalui uji statistic Anova didapatkan nilai p pretest sebesar 0,001
dan nilai p posttest sebesar 0,000 maka H0 ditolak. Artinya, terdapat pengaruh tingkat pendidikan
terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi minum OAT pada pasien yang minum OAT
di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Juni 2016.

Hasil penelitian kami ini sama dengan penelitian Akhmad Hudan 19, dimana terdapat
perbedaan bermakna antara pendidikan terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi. Hal
ini menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan dasar memiliki ketidakpatuhan sebanyak
30,5%, sedangkan yang memiliki kepatuhan adalah sebesar 69,5%. Pada responden dengan
pendidikan menengah memiliki ketidakpatuhan sebanyak 4,8%, sedangkan yang memiliki
kepatuhan adalah sebesar 95,2%. Maka semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
menunjukkan tingginya pengetahuannya dan pengetahuan seseoranglah yang mendasari
seseorang itu bertindak.

Hal ini dapat dikaitkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
menunjukkan tingginya pengetahuannya, dan pengetahuan seseoranglah yang mendasari
seseorang itu bertindak. Berdasarkan hasil penelitian pendidikan rendah yaitu terdiri dari tidak
tamat SD,SD dan SMP mempunyai pengetahuan yang kurang akan pengetahuan mengenai TB
Paru, sehingga responden dengan pendidikan tinggi yaitu SMA dan D3/S1/S2/S3 lebih patuh
terhadap pengobatan dibandingkan responden dengan pendidikan rendah.28,29

5.9. Pengaruh Pendapatan terhadap Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi Minum
Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien yang Minum Obat di Puskesmas Kelurahan Wijaya
Kusuma Juni 2016
56
Pada penelitian kami, pengaruh pendapatan terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah
edukasi minum OAT melalui uji statistic Independent t-test didapatkan nilai p pretest sebesar
0,002 dan nilai p posttest sebesar 0,018 maka H0 ditolak. Artinya, terdapat pengaruh pendapatan
terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi minum OAT.

Pendapatan yang sesuai dengan UMR atau lebih dari UMR yang didapatkan dari hasil
bekerja setiap bulan menggambarkan bagaimana tingkat pendidikan orang tersebut. Banyak data
menyebutkan, bila pendapatan yang tinggi tingkat pendidikan seseorang tentunya tinggi dan
pengetahuan yang dimiliki juga sepadan. Namun pendapatan yang tinggi juga bisa didapatkan
dari lamanya seseorang tersebut bekerja dan tingkat pengalaman yang dimiliki. 34

Hasil penelitian kami ini sama dengan penelitian Passaribu L 24, dimana terdapat perbedaan
bermakna antara pendapatan terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi. Penelitian ini
menyebutkan bahwa rendahnya ekonomi seseorang merupakan factor penghambat dalam
pengobatan tuberculosis paru di Jakarta, Penelitian lain menyatakan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara pendapatan dengan kesembuhan seseorang. Dari penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa penghasilan mempunyai hubungan yang erat dengan kepatuhan, karena
rendahnya pendapatan bisa menjadi faktor penghambat dalam pengobatan TB paru dan hal inilah
yang menjadikan ketidakpatuhan pasien TB paru.

Bab VI

Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh edukasi minum obat anti tuberkulosis dengan
peningkatan pengetahuan minum obat pada pasien tuberkulosis paru lebih dan sama dengan 18
tahun di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma periode Juni 2016, dapat diambil kesimpulan :

57
6.1.1. Dari total 26 orang pada pasien tuberkulosis paru lebih dan sama dengan 18 tahun di
Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma, didapatkan rata-rata pengetahuan sebelum edukasi
adalah 58,58. Sedangkan rata rata pengetahuan sesudah edukasi adalah 61,81.

6.1.2. Dari total 26 orang pada pasien tuberkulosis paru lebih dan sama dengan 18 tahun di
Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma, didapatkan usia terendah 18 tahun dan usia
tertinggi 65 tahun. Sedangkan yang termasuk dalam kategori jenis kelamin perempuan
terdapat 18 orang (30,8%) dan laki laki 8 orang (69,2%). Dari segi tingkat pendidikan,
didapatkan pendidikan sedang 9 orang (34,6%) dan pendidikan rendah 17 orang (65,4%).
Dari segi pendapatan, dengan UMR 9 orang (34,6%) dan dibawah UMR 17 orang
(65,4%).

6.1.3. Terdapat pengaruh edukasi minum obat anti tuberkulosis dengan peningkatan
pengetahuan minum obat sebelum dan setelah edukasi pada pasien yang mendapatkan
pengobatan obat anti tuberkulosis paru pada usia lebih dan sama dengan 18 tahun di
Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma.

6.1.4. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan terhadap pengetahuan
sebelum dan sesudah edukasi minum obat anti tuberkulosis pada usia lebih dan sama
dengan 18 tahun di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma.

6.1.5. Tidak terdapat hubungan antara usia dan jenis kelamin terhadap pengetahuan sebelum dan
sesudah edukasi minum obat anti tuberkulosis pada usia lebih dan sama dengan 18 tahun
di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan diatas, peneliti hendak menyarankan beberapa hal
antara lain :

6.2.1. Bagi Kepala Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma

Mengadakan edukasi yang mudah dimengerti dan dipahami pasien untuk menurunkan
angka kematian tuberkulosis paru terhadap pengetahuan minum obat anti tuberkulosis
pada pasien lebih dan sama dengan 18 tahun.

58
Mengadakan edukasi rutin untuk pasien dan keluarga dengan menjalankan strategi DOTS
pada pasien yang mendapat pengobatan tuberkulosis guna mencegah terjadinya resistensi
obat anti tuberkulosis.
Meningkatkan pelaksanaan program P2M guna mengurangi jumlah penularan kasus TB
Paru..

6.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian dan kesimpulan diatas didapatkan tidak ada hubungan antara usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pendapatan serta tidak ada perbedaan antara
edukasi sebelum dan sesudah edukasi pada pasien yang mendapat pengobatan
tuberkulosis. Sehingga peniliti menyarankan untuk peneliti selanjutnya melakukan
penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pengetahuan
sebelum dan sesudah edukasi minum obat anti tuberkulosis pada pasien lebih dan sama
dengan 18 tahun., seperti lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan pasien.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan data penelitian ini sebagai data
dasar penelitian selanjutnya.
Diharapkan dapat meneruskan penelitian ini agar dapat melihat kemajuan dan
perkembangan tentang pengaruh edukasi minum obat anti tuberkulosis dengan
peningkatan pengetahuan minum obat pada pasien tuberkulosis paru pada pasien lebih
dan sama dengan 18 tahun.

59

Anda mungkin juga menyukai