EMOSI
Disusun Oleh:
FATHUL JANAH
NIM. 2014031006
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta kemudahan dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat,
salam dan berkah semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan seluruh umat
Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sabahat dan
siapa saja yang selalu berusaha melaksanakan sunnahnya. Makalah yang
membahas mengenai Emosi ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Lintas Budaya dengan dosen pengampu: Ibu Fereshti Lailani, S.Sos.,
M.Si.
Dalam penyusunannya tentu tidak terlepas dari bimbingan dan peran serta
berbagai pihak yang telah memberikan saran-saran maupun masukan guna
penyempurnaan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya. Kami menyadari sepenuhnya walaupun talah berusaha sebaik-
baiknya, namun makalah ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, kritik dan saran membangun sangat dibutuhkan guna perbaikan pada masa
mendatang. Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 3
BAB 2 PEMBAHASAN 5
A. Teori dan Pandangan Tradisional tentang Emosi 5
B. Konsep dan Definisi Emosi 6
C. Perbedaan Makna Emosi Bagi Orang dan Dalam Perilaku Lintas Budaya
7
D. Menuju Teori Emosi Lintas-Budaya 13
BAB 3 PENUTUP 16
A Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah
untuk:
1. Mengetahui apa teori dan pandangan tradisional tentang emosi.
2. Mengetahui bagaimana konsep dan definisi emosi.
3. Mengetahui seperti apa perbedaan makna emosi bagi orang dan dalam
perilaku lintas budaya.
4. Mengetahui bagaimana menuju teori emosi lintas budaya.
C. Perbedaan Makna Emosi bagi Orang dan dalam Perilaku Lintas Budaya
Menurut psikologi Amerika, emosi mengandung makna yang amat
kental, barangkali psikologi Amerika memandang perasaan batin yang
subjektif sebagai karakteristik utama yang mendefinisikan emosi. Namun
2. Ekspresi Emosi
Penelitian lintas budaya tentang ekspresi emosi pada umumnya
terfokus pada ekspresi wajah. Ekspesi wajah dari emosi dari emosi
merupakan aspek ekspresi emosi yang paling banyak dikaji, dan penelitian
lintas budaya mengenai ekspresi wajah inilah yang menjadi pendorong
utama kajian-kajian emosi di Psikologi Amerika. Ekman dan Izard
mendapatkan bukti pertama yang sistematis dan konklusif tentang
keuniversalan ekspresi marah, jijik, takut, senang, sedih, dan terkejut.
Keuniversalan ini berarti bahwa konfigurasi mimik muka masing-masing
3. Persepsi Emosi
Ekman dkk melakukan salah satu penelitian pertama yang
menunjukan bagaimana tiap budaya berbeda dalam mempersepsi emosi.
Mereka memperlihatkan foto-foto ke enam emosi universal pada pengamat
dari sepuluh budaya. Para subjek dari sepuluh budaya itu sepakat dalam
hal emosi apa yang ditampilkan, yang menunjukan universalitas rekognisi
emosi. Namun tetap terdapat perbedaan antar budaya dalam hal seberapa
kuat mereka mempersepsi emosi. Tes ini menunjukan budaya Asia menilai
lebih lemah intensitas emosi-emosi tersebut dibanding budaya-budaya
non-Asia. Matsumoto dan Ekman mereplikasikan temuan ini, menunjukan
bahwa perbedaan kultural dalam hal intensitas yang dipersepsi tetap ada,
baik ketika subjek menilai ekspresi orang dari budayanya sendiri maupun
dari budaya.
Di bagian lain dari penelitian lintas ras pada subjek Amerika, subjek-
subjek Kaukasia, kulit hitamm, Asia dan Hispanik (latin) melihat contoh-
contoh ekspresi wajah emosi universal dan diminta untuk memberi
penilaian secara skala tentang seberapa kuat intensitas emosi menurut
persepsi mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa orang kulit hitam
mempersepsi marah dan takut dengan intensitas lebih tinggi dari pada
orang Kaukasia dan Asia, mempersepsi wajah Kaukasia dengan intensitas
6. Fisiologi Emosi
Sampai saat ini, belum ada kajian yang secara formal menguji
perbedaan-perbedaan cultural dalam reaksi-reaksi fisiologis emosi. Meski
demikian, ada beberapa penelitian yang telah menguji perbedaan-
perbedaan cultural dalam reaksi-reaksi fisiologis perilaku yang dilaporkan
oleh orang-orang dari beberapa budaya yang berbeda( Matsumoto dkk,
1988 Scherer dkk 1988). Meski tidak bisa menggantikan fisiologis dalam
perilaku itu sendiri, data-data tersebut memunculkan beberapa spekulasi
menarik tentang kemungkinan adanya perbedaan-perbedaan cultural.