Anda di halaman 1dari 25

Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana

UNM 2010

MAKALAH

Motivasi dan Pembelajaran


Tugas Makalah Presentasi
Matakuliah Psikologi Pendidikan

1. Motivasi dilihat dari Psikologi Behaviorisme


2. Motivasi dilihat dari Psikologi Kognitifisme
3. Motivasi dilihat dari Psikologi Humanisme
4. Peranan Motivasi dan Regulasi Diri dalam mengembangkan
karakter guru

Oleh

Yusran Kapludin (10B03005)

Herlina F.Fahrudin. (10B03007)

Program Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH)


Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar
2010

1
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN
1) Teori-teori Motivasi dan Belajar
2) Teori Psikologi Belajar
a. Prespektif Behavioristik
b. Prespektif Kognetif
c. Prespektif Humanistik
3) Jenis-Jenis Motivasi
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
5) Upaya meningkatkan motivasi

B. PERAN MOTIVASI DALAM MENGEMBANGKAN REGULASI DIRI DAN


KARAKTERISTIK GURU
1) Motivasi dan regulasi diri dalam pembelajaran
2) Motivasi dan karakteristik guru dalam pembelajaran

C. Kesimpulan
D. Daftar Pustaka

2
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

A. PENDAHULUAN
1. TEORI - TEORI MOTIVASI DAN BELAJAR
a) Maslows Need Hierarchy Theory /Teori Kebutuhan
Teori ini dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun 1943. Teori ini juga merupakan
kelanjutan dari Human Science Theory Elton Mayo (1880-1949) yang
menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasaan seseorang itu jamak yaitu
kebutuhan biologis dan psikologis berupa material dan nonmaterial.
Dasar Maslows Need Hierarchy Theory :
a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu
menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus menerus, baru berhenti
jika akhir hayatnya tiba.
b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi
pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat
motivasi.
b) Mc. Clellands Achievment Motivation Theory Teori Motivasi Prestasi
didorong oleh kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan
keberhasilannya, dan nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Mc. Clelland
mengelompokan 3 kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja
seseorang, yaitu :
- Kebutuhan akan Prestasi ( Need for Achievment )
- Kebutuhan akan Afiliasi ( Need for Affiliation )
- Kebutuhan akan Kekuasaan ( Need for Power )

2. Teori-teori Psikologi Belajar


Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan maka bersamaan
dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Dalam masa
perkembangan psikologi pendidikan ini muncullah secara beruntun beberapa
aliran psikologi pendidikan masing-masing
1. Psikologi Behivioristik
2. Psikologi Kognitif
3. Psikologi Humanistik
1. Prespektif Behivioristik, motivasi dipandang dalam pengertian yang sangat
pasti. Ia sekedar pengharapan imbalan. Terdorong untuk memdapatkan
3
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

imbalan positif, dan terdorong oleh imbalan-imbalan yang diterima karena


prilaku-perilaku tertentu. ( Brown Douglas. 2008)
Menurut Skinner Palvov dan Thorndike menempatkan motivasi di pusat
teori tentang prilaku manusia. Dalam pandangannya behivioristik performa
dalam kegiatan dan motivasi untuk melakukan itu tampaknya bergantung
pada faktor-faktor eksternal: orang tua, guru, teman sebaya, persyaratan
pendidikan, spesifikasi kerja dan seterusnya.
Teori ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Artinya, segala
perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam
lingkungan sekitarnya. Di mana lingkungan tempat manusia tinggal, di
sanalah seluruh kepribadiannya akan terbentuk. Lingkungan yang baik
akan membentuk manusia menjadi baik. Juga sebaliknya, lingkungan yang
jelek akan menghasilkan manusia-manusia yang bermental jelek sesuai
dengan kondisi lingkungan tadi. Selain itu, konsep belajar behavioristik
juga menjelaskan bahwa belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain
adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau
dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan
ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon)
(Dalyono. M. 2007)
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan
respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal
yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau
berbuat, sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang. Dalam hal ini, akan menjadi
lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-
kebiasaan. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike

4
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
( http://www.psikomedia.com article pdf.) Aksess November 2010
Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan
dibiarkan objek melakukan berbagai pola aktivitas untuk merespon situasi
itu. Dalam hal ini objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga
menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan
stimulasinya. Cirri-ciri belajar dengan trial and error yaitu:
1 Ada motif pendorong aktivitas
2 Ada berbagai respon terhadap situasi
3 Ada eliminasi respon-respon yang gagal/salah
4 Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon-respon
stimulus, apabila murid tidak menunjukan reaksi-reaksi terhadap stimulus,
guru tidak mungkin dapat membimbing tingka lakunya kearah tujuan
behavior. Guru berperan penting di dalam kelas untuk mengkontrol dan
mengarahkan kegiatan belajar kea rah tercapainya tujuanyang telah
dirumuskan
Jenis-jenis stimulus.
1) Positive reinforsment; penyajian stimulus yang meningkatkan
probabilitas suatu respon
2) Negative reinforsment; pembatasan stimulus yang tidak
menyenangkan, yang jika dihentikan akan mengakibatkan probabilitas
respon
3) Hukuman; pemberian stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya
consideration or reprimand bentuk hukuman. (Dalyono, M. 2007)

2. Prespektif Kognitif. motivasi lebih menekankan pada keputusan keputusan


individual, pilihan-pilihan yang dibuat orang demi pengalaman atau tujuan
tertentu yang hendak mereka dekati atau hindari
Keller, 1983 seorang psokolog kognitif melihat kebutuhan atau dorongan
dasar sebagai kekuatan pendesak dibalik keputusan-keputusan kita.
sementara Ausubel 1968. Mengidentifikasi enam kebutuhan yang
menopang konsep motivasi yaitu:
a) Kebutuhan eksplorasi, melihat sisi lain pegunungan menyelidiki yang
tidak diketahui

5
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

b) Kebutuhan manipulasi, mempengaruhi dalam Skinner lingkungan


yang menyebabkan perubahan.
c) Kebutuhan aktivitas, gerakan dan latihan baik fisik maupun mental
d) Kebutuhan Stimulasi, kebutuhan untuk dirangsang oleh lingkungan,
oleh orang lain, atau ide-ide pikiran dan perasaan.
e) Kebutuhan pengetahuan, kebutuhan untuk memproses dan
menanamkan hasil-hasil eksplorasi, manipulasi aktivitas, dan stimulasi,
untuk menyelesaikan pertentangan, mencari penyelesaian bagi
berbagai masalah dan mencari system pengetahuan yang stabil
f) Kebutuhan peningkatan ego, kebutuhan agar diri dikenal dan diterima
dan disetujui oleh orang lain. Sebagaimana yang disebutkan oleh
Dornyei 2005 sebagai system diri.
Teori Belajar Cognetive- Developmental dari Piaget memandang bahwa
proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari kongkrit
menuju abstrak.
Menurut piaget tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur
yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Kemudian dalam teori
komprehensif tentang perkembangan intelegensi atau proses berpikir.
Menurut piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-
kemampuan mental baru yang sebelumnya belum ada. Pertumbuhan
intelektual adalah tidak kuantitatif melainkan kualitatif.
Para ahli biologi menekankan penjelasan tentang pertumbuhan struktur
yang memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri dengan
lingkungan. Hal ini membuat piaget melakukan penelitian menyelidiki
masalah yang sama dari segi penyesuaian / adaptasi manusia serta
meneliti perkembangan intelektual atau kognisi. Berdasarkan dalil bahwa
struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan
lingkungan.
Piaget mengunakan istila scheme secara interchangeably dengan
istilah struktur scheme adalah pola tingka laku yang dapat diulang
Scheme berhubungan dengan:
1. Refleks-refleks pembawaan; misalnya bernafas, makan, minum.

6
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

2. Scheme mental; misalnya Scheme of classification, scheme of


operation (pola tingkah laku yang masih sulit diamati seperti sikap, ) dan
scheme of operation (pola tingkah laku yang dapat diamati )
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu:
1. Struktur yang disebut juga scheme, seperti yang dikemukakan diatas.
2. Isi, disebut juga conten, yaitu pola tingkah laku spesifik tetkala
individu menghadapi sesuatu masalah.
3. Fungsi, disebut juga function yang berhubungan dengan cara
seseorang mencapai tujuan intelektual.
Organisasi : berupa kecakapan seseorang / organism dalam menyusun
proses-proses fisis dan phisis dalam bentuk system-sistem yang koheren.
Adaptasi : yaitu adaptasi individu terhadap lingkungan. Adaptasi ini terdiri
dari dua macam proses komplementer yaitu asimilasi da akomodasi.
Asimilasi : proses pengunaan struktur atau kemampuan individu untuk
menghadapi masalah dalam lingkungannya, sedangkan Akomodasi,
proses perubahan respon individu terhadap stimulasi lingkungan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak
mengandung tiga aspek yaitu: struktur, konten, function. Anak yang
sedang mengalami perkembangan. Fungsi dan adaptasi akan tersusun
sehingga melahirkan sesuatu rangkaian perkembangan, masing-masing
mempunyai struktur psikologis khusus yang menentukan kecakapan
pikiran anak.
Menurut piaget intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada
pada tingkat perkembangan khusus.
Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget yaitu:
1. Kematangan
2. Pengalaman fisik/ lingkungan
3. Transmisi social
4. Equilibrium atau self regulation.

Selanjtnya piaget membagi tingkat-tingkat perkembangan yaitu:


1. Tingkat sensoris motoris : umur 0 - 2 Tahun
2. Tingkat preoperasional : umur 2 - 7 tahun
3. Tingkat operasi konkret : umur 7 - 11 tahun
7
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

4. Tingkat operasi formal : umur 11 thn keatas.


tingkat-tingkat perkembangan tersebut tiap anak berbeda (Dalyono, 2007)

3. Prespektif Humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia


dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan
menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan
pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal,
otonomi, tujuan dan pemaknaan.
James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari
psikologi humanistik, yaitu:
(1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-
komponen;
(2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan
manusia lainnya;
(3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain;
(4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas
pilihan-pilihanya; dan
(5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai
dan kreativitas.
namun beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan
pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik.
Snyggs dan Combs (1949) dari kelompok fenomenologi yang mengkaji
tentang persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan
dengan apa yang dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah
sesuatu yang melekat dari kejadian itu sendiri, melainkan dari
persepsinya terhadap suatu kejadian.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada
kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil
pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan
aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam
pendidikan humanistik.
Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses
berfikirnya sendiri dan kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya.
Dia menyebutkan pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang
8
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

perasaan-persaannya dan juga memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan


kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha menjadi lebih baik.
Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik
untuk dapat diaplikasian dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu
filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan
pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran
dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar
dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada
hubungan emosional antara guru dengan siswa.
http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_education aksess November 2010
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam
proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini.
Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak
tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat
tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki
motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak
atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada
proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah
kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum
atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan
nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya cemas
dan takut, dan lain-lain. ( Rachmahana,R. Syifa 2008)

C. Jenis jenis Motivasi


Motivasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Motivasi Intrinsik Motivasi Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan
sesuatu yang berasal dari diri individu itu sendiri. Dikatakan motivasi
intrinsik apabila seorang siswa termotivasi untuk belajar semata-mata
untuk menguasai ilmu pengetahuan bukan karena motif lain seperti pujian,
nilai yang tinggi, atau hadiah. Motivasi itu muncul karena ia merasa
membutuhkan sesuatu dari apa yang ia pelajari.Kesadaran pentingnya

9
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk memunculkan


motivasi intrinsik. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik maka
selalu ingin maju dalam belajar sserta haus ilmu pengetahuan.
2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan
sesuatu karena adanya perangsang dari luar diri individu. Peserta didik
belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang
dipelajarinya, seperti nilai yang tinggi, kelulusan, ijazah, gelar, kehormatan
dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik meskipun kurang baik akan tetapi sangat
diperlukan dalam proses pendidikan agar anak didik mau belajar. Motivasi
ekstrinsik tidak selalu buruk. Ia sering digunakan karena bahan pelajaran
kurang menarik perhatian anak didik. ( Brown Douglas. 2008)

D. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Berhasil atau tidaknya seseorang dalam pencapaian hasil belajar disebabkan
oleh banyak faktor,
FAKTOR-FAKTOR YANGbaik yang berasal dari dalamMOTIVASI
PEMPENGARUHI diri siswa maupun
SISWA yang
berasal dari luar dirinya. Untuk memudahkan pembahasan dapat
diklasifikasikan sebagaimana bagan berikut :
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
FAKTOR INTERNAL FAKTOR EXTERNAL
UNSUR DALAM DIRI SISWA LUAR SISWA

Aspek Fisiologi Aspek Psikologi Faktor Metode


*Kesehatan Intelegensi Lingkungan SiswaMetode Mengajar
*Fungsi2 Jasmani Bakat Metode Belajar
Penglihatan Minat
Pendenganaran Motivasi
dll

Lingkungan Sosial Siswa Lingkungan Non Sosial


Keluargga, Orang tua, Saudara Suhu
Sekolah, Guru, Teman Cuaca
Masyarakat, Tetangga, Teman Bermain dll Iklim 10
Tempat belajar
Sarana Belajar
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

11
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama


yang lain. Bila aspek fisiologis siswa tidak baik maka akan mempengaruhi
aspek psikologis. Begitu juga bila lingkungan ( baik sosial maupun non social )
di sekitar siswa tidak baik, maka akan berdampak pada proses dan hasil
belajar. Oleh karena itu guru dan orang tua agar menciptakan situasi dan
kondisi belajar yang bisa mendukung keberhasilan belajar siswa, baik di
sekolah maupun di rumah. Hukum dari motivasi mengatakan kepada kita
bahwa pastisipan/peserta harus punya keinginan untuk belajar, dia harus siap
untuk belajar, dan harus punya alasan untuk belajar
http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm

E. Upaya Membangkitkan Motivasi


1. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk siswa. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku siswa. Ada tiga
komponen dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.
2. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa menyadarkan
kedudukannya pada awal, proses dan hasil belajar, menginformasikan
kekuatan usaha belajar, mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan
semangat belajar, menyadarkan proses belajar kemudian bekerja. Bagi
pengajar, membangkitkan, meningkatkan,memelihara semangat belajar
siswa sampai berhasil, mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di
kelas bermacam ragam : acuh, tak memusatkan perhatian, bermain di
samping yang bersemangat belajar, meningkatkan dan menyadarkan
pengajar untuk memilih satu diantara beberapa peran : penasihat, fasilitator,
instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik,
unjuk kerja rekayasa pedagogis : semua siswa berhasil, mengubahsiswa
tak minat menjadi bersemangat belajar, siswa cerdas tak berminat menjadi
bersemangat belajar (Dalyono M. 2007).
Fungsi guru dalam pendekatan terpadu adalah untuk lebih membebaskan
murid dari ketergantungan kepada guru, dengan tujuan akhir

12
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

mengembangkan responsibilitas murid untuk belajar sendiri. Guru hanya


membantu mereka dengan memberikan pilihan-pilihan yang masuk akal bagi
pikiran mereka, dan jika perlu guru bisa menolak memberikan bantuan untuk
hal- hal yang bisa ditangani oleh murid sendiri.
Lebih jauh, David Mills dan Stanley Scher dalam (( Rachmahana,R. Syifa
2008)
memaparkan tujuan pendidikan terpadu ini secara detail sebagai berikut :
a. Membantu murid untuk mengalami proses ilmu pengetahuan, termasuk
penemuan ide-ide baru, baik proses intelektual maupun afektif.
b. Membantu murid dalam mencapai kemampuan untuk menggali dan
mengerti diri mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan cara yang
ilmiah.
c. Meningkatkan pengertian dan ingatan terhadap konsep-konsep dan ide-ide
dalam ilmu pengetahuan.
d. Menggali bersama-sama murid, implikasi-implikasi dari aplikasi yang
mungkin dari ilmu pengetahuan.
e. Memungkinkan murid untuk menerapkan baik proses maupun pengetahuan
ilmiah untuk diri mereka, serta meningkatkan kesadaran murid terhadap
dunia mereka dan setiap pilihan yang mereka ambil.
Penerapan metode gabungan antara kognitif dan afektif ini menunjukkan hasil
yang lebih efektif dibanding pengajaran yang hanya menekankan aspek
kognitif. Para siswa merasa lebih cepat menangkap pelajaran dengan
menggunakan fantasi, role playing dan game , misalnya mengajarkan teori
Newton dengan murid berperan sebagai astronot.

B. PERAN MOTIVASI DALAM REGULASI DIRI DAN KARAKTER GURU


1 Motivasi dan Regulasi Diri dalam Pembelajaran
Saljo (1979) dalam Maharani Anita,2009 melakukan suatu penelitian
dengan bertanya pada beberapa siswa yang telah dewasa (adult students)
tentang apakah yang mereka pahami tentang belajar. Respon dari
responden tersebut diklasifikasi oleh Saljo menjadi lima kategori, yakni:
(1) belajar adalah peningkatan pengetahuan secara kuantitatif, karena
belajar memerlukan informasi atau mengetahui lebih banyak.
(2) Belajar seperti mengingat. Belajar adalah menyimpan informasi yang

13
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

dapat direproduksi.
(3) Belajar seperti memperoleh fakta, keahlian, dan metode yang dapat
bertahan dan digunakan saat diperlukan.
(4) Belajar seperti sesuatu yang masuk akal atau membuat abstraksi dari
sebuah arti. Belajar melibatkan hubungan antara materi de- ngan dunia
nyata.
(5) Belajar sebagai menginterpreta- si sesuatu dan memahami realita
dalam pandangan berbeda.
Komponen motivasi yang menpunyai hubungan dengan komponen regulasi
diri untuk belajar (self-regulated learning), yakni:
(1) komponen ekspetasi seperti keyakinan mahasiswa terhadap
kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas, dalam hal ini
keyakinan diri (self efficacy),
(2) komponen nilai seperti tujuan mahasiswa dan keyakinannya tentang
pentingnya dan ketertarikan atas sesuatu, dalam hal ini nilai intrinsik
(intrinsic value), dan
(3) komponen afektif seperti reaksi emosional mahasiswa terhadap tugas,
dalam hal ini kegelisahan atas tes (test anxiety).
Self-regulated learning menganggap bahwa responden relatif
mencerminkan diri mereka. Menurut Zimmerman (2001, 2002), dalam
(Maharani Anita,2009) karakteristik siswa yang memiliki regulasi diri adalah
berpartisipasi aktif dalam belajar baik dilihat dari sudut pandang
metakognitif, motivasi, maupun perilaku- nya. Atribut karakteristik tersebut
berhubungan juga dengan kinerja tinggi siswa dengan kapasitas tinggi
sebagaimana pada mereka yang memiliki kendala dalam belajar.
Menjelang akhir tahun 1980an, Zimmerman dan Martinez Pons
mengembangkan sebuah pendekatan pembelajaran yang disebut regulasi
diri dalam belajar atau Self-Regulated Learning (SRL) (Smith, 2001). SRL
adalah sebuah strategi regulasi diri dalam belajar yang didasari oleh asumsi
triadik resiprokalitas. Asumsi ini menyatakan bahwa pengelolaan diri dalam
belajar dipengaruhi oleh interaksi antara faktor individu, perilaku, dan

14
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

lingkungan (Bandura, 1997). Setiap faktor menjadi kausalitas bagi faktor


yang lain, oleh karena itu disebut Triadic Reciprocality Theory (Zimmerman,
1989; Kuiper, 2002; Schunk & Ertmer, 1999). dalam (Sucipto et all 2007 )
Seorang siswa dianggap melakukan regulasi diri jika secara metakognisi,
motivasional, dan bahavioral berpartisipasi aktif selama dalam situasi
pembelajaan (Nisbet & Shucksmith, 1986; Zimmerman, 1989, 1990) Ada
tiga komponen teoritis yang menggambarkan proses regulasi diri dalam
bidang pendidikan, yaitu
1) strategi belajar (learning strategi),
2) strategi pengelolaan (management strategi),
3) pengetahuan tentang belajar atau knowledge of learning (Kermarrec, dkk.
2004).
Strategi belajar merupakan strategi utama yang mengindikasikan tentang
cara siswa memilih dan memproses informasi yang disajikan dalam
pelajaran.
Strategi pengelolaan adalah strategi pendukung yang merepresentasikan
tentang bagaimana siswa secara mental mengorganisasi lingkungan belajar
dan memfasilitasi pemrosesan informasi.
Adapun pengetahuan tentang belajar berkenaan dengan informasi
umum yang digunakan oleh siswa untuk menjelaskan cara-cara strategik
dalam belajar (Kermarrec, dkk., 2004).
Komponen strategi belajar terdiri atas 6 subkomponen, yaitu (1)
mendengarkan instruksi; (2) berfikir dan menemukan pemahaman; (3)
melihat dan meniru; (4) memvisualisasikan dan membayangkan; (5)
memfokuskan perhatian; (6) mengulang dan melatih.
Komponen strategi pengelolaan mencakup 7 subkomponen, yaitu: (1)
mengelola perhatian; (2) mencari bantuan; (3) mengelola tugas dan menye-
suaikan tingkat kesulitan; (4) mengelola waktu; (5) mengurangi interaksi
teman sebaya; (6) mengelola motivasi; (7) melakukan evaluasi diri.
Adapun komponen strategi pengetahuan tentang belajar memiliki 4
subkomponen yaitu adalah (1) pengetahuan tentang diri; (2) pengetahuan
tentang strategi; (3) pengetahuan tentang situasi; (4) pengetahuan tentang
orang lain.

15
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

Semua kategori komponen tersebut diasosiasi dalam tiga bentuk model


regulasi diri dalam pendidikan yaitu model latihan atau pengulangan,
penggunaan informasi verbal, dan informasi nonverbal (Sucipto et all, 2007)
Namun demikian, seiring dengan perkembangan psikologi kognitif, maka
berkembang pula cara guru dalam mengevaluasi pencapaian hasil belajar,
terutama untuk domain kognitif. Saat ini, guru dalam mengevaluasi
pencapaian hasil belajar hanya memberikan penekanan pada tujuan
kognitif tanpa memperhatikan dimensi proses kognitif, khususnya
pengetahuan metakognitif dan keterampilan metakognitif. Akibatnya upaya-
upaya untuk memperkenalkan metakognisi dalam menyelesaikan masalah
kepada siswa sangat kurang atau bahkan cenderung diabaikan.

Schoenfeld (1992) mengemukakan secara lebih spesifik bahwa terdapat


tiga cara untuk menjelaskan metakognisi dalam pembelajaran yaitu: (a)
keyakinan dan intuisi, (b) pengetahuan tentang proses berpikir, dan (c)
kesadaran-diri (regulasi-diri). Keyakinan dan intuisi menyangkut ide-ide
yang disiapkan untuk menyelesaikan masalah. ide-ide tersebut membentuk
jalan/cara untuk menyelesaikan masalah. Pengetahuan tentang proses
berpikir menyangkut seberapa akurat seseorang dalam menyatakan proses
berpikirnya. Sedangkan kesadaran-diri atau regulasi-diri menyangkut
keakuratan seseorang dalam menjaga dan mengatur apa yang harus
dilakukannya ketika menyelesaikan masalah , dan seberapa akurat
seseorang menggunakan input dari pengamatannya untuk mengarahkan
aktivitas-aktivitas menyelesaikan masalah.

ONeil & Brown (1997) menyatakan bahwa metakognisi sebagai proses di


mana seseorang berpikir tentang berpikir dalam rangka membangun
strategi untuk memecahkan masalah. Sedang Anderson & Kathwohl (2001)
menyatakan bahwa pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan tentang
kognisi, secara umum sama dengan kesadaran dan pengetahuan tentang
kognisi-diri seseorang. Karena itu dapat dikatakan bahwa metakognisi
merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak
diketahui. Sedang strategi metakognisi merujuk kepada cara untuk
16
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir dan pembelajaran yang


berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat
mengawal pikirannya dengan merancang, memantau dan menilai apa yang
dipelajarinya.

Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada


tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya.
Hal ini berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama didalam berbagai
macam bidang penelitian psikologi, dan juga tidak dapat diterapkan pada
satu bidang psikologi saja. Namun demikian, pengertian metakognisi yang
dikemukakan oleh para peneliti bidang psikologi, pada umumnya
memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses
berpikirnya sendiri.

Wellman (1985) menyatakan bahwa:

Metacognition is a form of cognition, a second or higher order thinking


process which involves active control over cognitive processes. It can be
simply defined as thinking about thinking or as a persons cognition
about cognition

Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses berpikir dua tingkat
atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif. Karena
itu, metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang
berpikirnya sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri.
Selain itu, metakognisi melibatkan pengetahuan dan kesadaran seseorang
tentang aktivitas kognitifnya sendiri atau segala sesuatu yang berhubungan
dengan aktivitas kognitifnya (Livingston, 1997; Schoenfeld, 1992; dan
Sukarnan, 2005). Dengan demikian, aktivitas kognitif seseorang seperti
perencanaan, monitoring, dan mengevaluasi penyelesaian suatu tugas
tertentu merupakan metakognisi secara alami (Livingston, 1997).

Metakognisi mengacu pada pemahaman seseorang tentang


pengetahuannya, sehingga pemahaman yang mendalam tentang
pengetahuannya akan mencerminkan penggunaannya yang efektif atau
17
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

uraian yang jelas tentang pengetahuan yang dipermasalahkan. Hal ini


menunjukkan bahwa pengetahuan-kognisi adalah kesadaran seseorang
tentang apa yang sesungguhnya diketahuinya dan regulasi-kognisi adalah
bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisifnya secara efektif. Karena
itu, pengetahuan-kognisi memuat pengetahuan deklaratif, prosedural, dan
kondisional, sedang regulasi-kognisi mencakup kegiatan perencanaan,
prediksi, monitoring (pemantauan), pengujian, perbaikan (revisi),
pengecekan (pemeriksaan), dan evaluasi.

Baker & Brown, Gagne (Mohamad Nur, 2000) mengemukakan bahwa


metakognisi memiliki dua komponen, yaitu (a) pengetahuan tentang
kognisi, dan (b) mekanisme pengendalian diri dan monitoring kognitif.

2 MOTIVASI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER GURU

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.


Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup serta
mengembangkan karakter individu. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada individu yang
menjadi peserta didik. Adapun tugas guru dalam bidang kemanusiaan di
sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus
mampu menarik simpati sehingga menjadi idola para peserta didiknya.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, berdasarkan UU No 14
tahun 2005 pasal 20, maka guru berkewajiban untuk: a. Merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran b. Meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetauan, teknologi dan seni c.
Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang
keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran d.

18
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

Menjungjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik


guru serta nilai-nilai agama dan etika e. Memelihara dan memupuk
persatuan dan kesatuan bangsa.
Sedangkan peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar
Usman (2001:9-11) sebagai berikut.
1. Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilkinya karena hal
ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah
satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini
berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia
akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai
bekal dalam melaksanakan tugasnnya sebagai pengajar dan
demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya
secara didaktis. Maksudnya apa yang disampaiknnya itu betul-betul
dimiliki oleh anak didik.
Seorang guru juga hendaknya mampu memahami kurikulum, dan dia
sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi
kepada kelas. Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan
anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu
pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk
senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan.
2. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
kepada tujuan pendidikan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam
kelas tergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan

19
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

pribadi antara siswa di dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di
dalam kelas.Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar
dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khusunya ialah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan
alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa
bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkan. Sebagai manager guru bertanggung jawab memelihara
lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar
dan mengarahkan proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.
Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi
juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di
kalangan siswa.Tanggung jawab yang lain sebagai manager yang penting
bagi guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari
ke arah Self Directerd Behavior.
3 Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar-mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar
yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian
integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antar
manusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana yang berinteraksi dan berkomunikasi.
Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas
lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kjegiatan yang
dapat dilakukan oleh guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku
sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan
menumbuhkan hubungan yang positif dengan para siswa. Sebagai
fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
20
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, internet,


atau pun surat kabar.
4. Guru Sebagai Evaluator
Dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan, guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah
materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut
akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan
penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan
metode belajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk
mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan
penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk
kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di
kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-temannya. Dengan menelaah
pencapaian tujuan pelajaran, guru dapat mengetahui apakah proses
belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan
memuaskan, atau sebaliknya. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya
mampu dan terampil melaksanakan penilaian karena dengan penilaian
guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia
melaksanakan proses belajar. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil
belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang
telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh
melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses
belajar- mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya.
Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus- menerus
ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
5. Peran Guru dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan pengadministrasian, seorang guru dapat
berperan sebagai berikut. a. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilaian

21
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan


kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya. b. Wakil
masyarakat yang berarti dalam lingkungan sekolah, guru menjadi anggota
suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan
masyarakat dalam arti yang baik. c. Orang yang ahli dalam mata
pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan
kepada generasi muda yang berupa pengetahuan. d. Penegak disiplin,
guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin. e. Pelaksana
administrasi pendidikan, di samping menjadi pengajar, guru pun
bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus
mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi. f. Pemimpin
generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru
berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk
anggota masyarakat yang dewasa. g. Penerjemah kepada masyarakat,
artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan
kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-
masalah pendidikan.
6. Peran Guru Secara Pribadi
Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriental), seorang guru harus berperan
sebagai berikut. a. Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu
untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat
guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk
berpartisipasi di dalamnya. b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus
menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat
guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan. c. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah
dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan
sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga,
guru berperan sebagai orang tua bagi siswa- siswanya. d. Teladan, yaitu
senantiasa menjadi teladan yang baik untuk siswa. Guru menjadi ukuran
norma-norma tingkah laku dimata siswa. e. Pencari keamanan, yaitu yang

22
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat


berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di
dalamnya.
7. Peran Guru Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut : a. Ahli
psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi pendidikan, yang
melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi. b. Seniman
dalam hubungan antarmanusia (artist in human relation), yaitu orang yang
mampu membuat hubungan antarmanusia untuk tujuan tertentu, dengan
menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan. c.
Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan. d.
Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam
menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai
inovator (pembaharu). e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene
worker) yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental
khususnya kesehatan mental siswa.
Pendidikan nilai merupakan proses penanaman dan pengembangan nilai- nilai
pada diri seseorang. Dalam pengertian yang hampir sama, Mardiatmadja
dalam Mulyana (2004:119) mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan
terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta
menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan
nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah
mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan program pendidikan.
Sasaran yang hendak dituju dalam pendidikan nilai adalah penanaman nilai-
nilai luhur ke dalam diri peserta didik. Berbagai metoda pendidikan dan
pengajaran yang digunakan dalam berbagai pendekatan lain dapat digunakan
juga dalam proses pendidikan dan pengajaran pendidikan nilai. Hal tersebut
penting untuk memberi variasi kepada proses pendidikan dan pengajarannya,
sehingga lebih menarik dan tidak membosankan.

23
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

C. KESIMPULAN
Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi
pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi
Belajar adalah dorongan untuk melakukan sesuatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman, dorongan ini bisa
berasal dari diri individu itu sendiri maupun dorongan karena adanya perangsang
dari luar diri individu.
Motivasi erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah
satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul. Banyak dari kita yang
mempunyai keinginan dan ambisi besar, tapi kurang mempunyai inisiatif dan
kemauan untuk mengambil langkah untuk mencapainya. Ini menunjukkan
kurangnya enrgi pendorong dari dalam diri kita sendiri atau kurang motivasi.
Motivasi akan menguatkan ambisi, meningkatkan inisiatif dan akan membantu
dalam mengarahkan energi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Dengan
motivasi yang benar kita akan semakin mendekati keinginan kita.
Guru memiliki peran strategis untuk menjadi bagian penting dalam upaya
membangun karakter peserta didik. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui peran
serta guru secara optimal dalam proses penyiapan peserta didik yang memiliki
karakter sebagaimana disebutkan dalam UU No 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3
tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Karakter dan mentalitas sumber
daya manusia suatu bangsa akan menjadi pondasi dari tata nilai bangsa
tersebut. Dalam tataran operasional, upaya-upaya nyata dalam membentuk dan
memelihara karakter dan mentalitas tersebut bisa dilakukan oleh sosok guru
professional. Mengingat betapa startegisnya peran serta guru dalam upaya
membangun karakter bangsa, maka pembinaan profesionalisme guru yang
terfokus kepada empat kompetensi utama yakni kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional harus
dilandasi oleh konsepsi dan pendekatan-pendekatan dalam pendidikan nilai.
Sehingga guru mampu menjadi model terbaik, dan tampil sebagai pribadi yang
utuh/kaffah ditengah-tengah upayanya dalam melaksanakn tugas-tugas formal
keguruan.

24
Tugas Kelompok III Psikologi Pendidikan Motivasi dan Pembelajaran PKLH Program Pascasarjana
UNM 2010

Daftar Pustaka
Brown Douglas H, 2008 Terjemahan Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa
edisi kelima. Kedutaan Besar Amerika serikat Jakarta.
Dalyono M. 2007,. Psikologi Pendidikan. Rineka cipta Jakarta
http://www.psikomedia.com/ article pdf. Teori Psikologi Belajar dan Aplikasinya
Dalam Pendidikan aksess November 2010
http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm aksess November 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_education aksess November 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychology aksess November 2010
Mulyana, Rohmat, 2004, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta.
Maharani Anita,2009. Inventarisasi Keyakinan Motivasi Dan Self-Regulated Learning
Sebagai Petunjuk Metode Pengajaran Dan Perlakuan Lainnya .
Jurnal Pendidikan Inovatif, Jilid 4, Nomor 2, http:// www.find-
docs.com motivasi-regulasi-diri-dan-karakteristik~1.html akses
November 2010
Ratna Syifaa Rachmahana, 2008, Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam
Pendidikan Jurnal Psikolohi Humanistik NO. 1. VOL. I. 2008.
http://www.journal.uii.ac.id/ index.php/ JPI/ article. akses
November 2010.
Sucipto, Hidayat Y.,Budiman D.,Rahmat A., 2007. Implementasi Pendekatan Self-
Regulated Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Hibah Kompetitif http://www.find-
docs.com/ psikologi-regulasi-diri~7.html aksess November 2010
Usman Moh Uzer.2001, Menjadi Guru Profesional, Bandung ; Rosda Karya Kock

25

Anda mungkin juga menyukai