Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep IUD ( Intra Uterine Device)


1. Pengertian IUD
a. IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke

dalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit

tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. Yang dipasang pada saat

haid atau segera 40 hari setelah melahirkan (Subrata, 2003).


b. IUD/AKDR adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang

lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan

dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang

( Handayani, 2010).
c. IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) bagi banyak kaum

wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif

dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang

menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun

kadar air susu ibu (ASI). Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu

memperoleh informasi yang lengkap tentangalat kontrasepsi ini

(Manuaba , 2010).

2. Jenis Jenis IUD


Menurut Handayani, 2010 IUD yang banyak dipakai di indonesia dewasa

ini dari jenis yaitu :


a. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral

atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang

benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda

menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm

(benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30

mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D.

Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan

lain dari spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan

luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik


(Erfandi, 2008).
b. Cu T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada

bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.Lilitan kawat

tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan)

yang cukup baik.


c. Cu-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32

mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai

luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan

tembaga halus pada jenis Coper-T.


d. Multiload
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri

dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas

ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan

luas permukaan 250 mm atau 375 mm untuk menambah efektivitas.

Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, kecil, dan mini.


e. Nova-T (Handayani, 2010).
AKDR yang berkandung tembaga.
3. Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa lama

IUD tetap berada dalam rahim tanpa ekspulsi spontan, terjadinya


Kehamilan dan pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan

medis atau alasan pribadi. Efektivitas dari bermacam-macam IUD

tergantung pada :
a. IUD meliputi ukuran, bentuk dan mengandung Cu atau Progesterone.
b. Akseptor meliputi :
1) Umur : semakin tua usia makin rendah angka kehamilan
2) Ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.
3) Paritas : Makin muda usia, terutama pada nulligravida, makin tinggi

angka ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.


4) Frekuensi senggama.
4. Cara Kerja IUD yaitu menghambat pertemuan sperma dan sel telur.
Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada

yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan

rekasi radang setempat dengan serbukan lekosit yang dapat melarutkan

blastosis atau sperma.


a) Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada

pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup

dalam uterus.
b) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan sering

adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat

menghalangi nidasi.
c) AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lender serviks

sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk dapat melewati

cavum uteri.
5. Keuntungan IUD adalah :
a) Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan
b) Reversibel dan sangat efektif
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Metode jangka panjang
e) Tidak mengganggu produksi ASI
f) Dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus.
6. Kekurangan dari alat kontrasepsi IUD adalah :
a) Dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi panggul
b) Perforasi uterus, usus dan kandung kemih
c) Dapat terjadi kehamilan ektopik
d) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
e) Membutuhkan tenaga terlatih
f) Kemungkinan terlepasnya AKDR setelah pemasangan atau selama

pemakaian, sehingga akseptor harus mengecek dengan meraba

benang pada liang vagina sewaktu-waktu (bila ada indikasi terlepasnya

AKDR ) atau rutin dilakuka pemeriksaan sendiri setelah menstruasi.


7. Efek samping IUD adalah :
a) Kram perut
b) Pendarahan flek (spoting)
c) Haid berlebihan
d) Anemia
8. Indikasi
a) Usia reproduktif
b) Keadaan nulipara
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
e) Tidak menghendaki penggunaan KB metode hormonal
9. Kontra Indikasi
a) Dalam keadaan hamil.
b) Penyakit kelamin (gonorrhoe, sifilis, AIDS).
c) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya.
d) Tumor jinak atau ganas dalam rahim.
e) Kelainan pada panggul dan uterus.
f) Riwayat kehamilan ektopik.
g) Penyakit gula (diabetes melitus).
h) Anemia.
i) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

10. Faktor -faktor yang mempengaruhi pemilihan IUD


Ada beberapa faktor yang kurang mendukung penggunaan metode

kontrasepsi IUD yaitu :


a) Faktor internal
1) Pengalaman
Orang yang pernah memakai metode KB IUD, kemudian
mengalami efek samping yang dirasa mengganggu maka

kemungkinan akan mengalihkan metode kontrasepsi IUD yang

digunakan ke metode KB lainnya. (Erfandi, 2008).


2) Takut terhadap efek samping
Ketakutan akan keluarnya (ekspulsi) material IUD dari rahim. Hal ini

biasanya terjadi pada waktu haid, disebabkan ukuran IUD yang


terlalu kecil. Ekspulsi ini juga dipengaruhi oleh jenis bahan yang

dipakai. Makin elastis sifatnya makin besar kemungkinan terjadinya

ekspulsi. Sedangkan jika permukaan IUD yang bersentuhan


dengan rahim (cavum uteri) cukup besar, kemungkinan terjadinya

ekspulsi kecil. Ketakutan juga dapat terjadi akibat pengalaman

individual orang lain yang mengalami nyeri dan perdarahan

(spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya

menghilang dalam 1-2 hari (Erfandi, 2008).


3) Pengetahuan atau pemahaman yang salah tentang IUD
Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh

terhadap pemakaian kontrasepsi IUD. Dari beberapa temuan fakta

memberikan implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari

wanita kurang maka penggunaan kontrasepsi terutama IUD juga

menurun.Jika hanya sasaran para wanita saja yang selalu diberi

informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan

pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor

ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan

pengetahuan (Evereet, 2008).


4) Pendidikan PUS yang rendah
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

pasangan suami-istri yang rendah akan menyulitkan proses

pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan

tentang IUD juga terbatas (Erfandi, 2008).


5) Adanya penyakit atau kondisi tertentu yang merupakan

kontraindikasi pemasangan IUD.


Penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb), perdarahan dari

kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya, tumor jinak atau


ganas dalam rahim, kelainan bawaan rahim, penyakit gula

(diabetes militus), dan anemia (Erfandi, 2008).


6) Persepsi tentang IUD
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi seseorang

tidak akurat, seseorang tidak mungkin berkomunikasi dengan

efektif. Persepsilah yang menentukan seseorang untuk memiih

suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Sobur Alex, 2009).

Belum terbiasanya masyarakat setempat dalam penggunaan

kontrasepsi IUD bisa terjadi akibat salah persepsi atau pandangan-

pandangan subyektif seperti IUD dapat mempengaruhi

kenyamanan dalam hubungan seksual (Erfandi, 2008). Sikap dan

pandangan negatif masyarakat juga berkaitan dengan pengetahuan

dan pendidikan seseorang. Banyak mitos tentang IUD seperti

mudah terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan

kemandulan, dan lain sebagainya (Erfandi, 2008).

b) Faktor eksternal
1) Prosedur pemasangan IUD yang rumit.
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam

pemasangan IUD seringkali menimbulkan perasaan takut selama

pemasangan (Erfandi, 2008).


2) Pengaruh dan pengalaman akseptor IUD lainnya
Pengaruh dari cerita atau pengalaman mantan pengguna atau

akseptor IUD tentang ketidaknyamanan yang dirasakan akan

mengurungkan niat calon akseptor untuk menggunakan metode

IUD. Mereka akan memilih metode yang dianggapnya lebih aman,

mudah, dan sedikit efek samping (Erfandi, 2008).


3) Sosial budaya dan ekonomi
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini

disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi


yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang

diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi keekonomisannya,

kontrasepsi IUD lebih murah dari KB suntik atau pil, tetapi kadang

orang melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk

sekali pasang. Pandangan dari agama-agama tertentu yang

melarang atau mengharamkan penggunaan IUD. Ada beberapa

orang yang menganggap bahwa metode KB IUD termasuk yang

dilarang dalam ajaran agama, karena beberapa produk IUD saat ini

terbuat dari bahan yang tidak kondusif bagi zygote sehingga bisa

membunuhnya dan proses kehamilan tidak terjadi.


4) Pekerjaan
Wanita yang bekerja, terutama pekerjaan yang melibatkan aktivitas

fisik yang tinggi seperti bersepeda angin, berjalan, naik turun

tangga atau sejenisnya, kemungkinan salah akan persepsi untuk

menggunakan metode IUD dengan alasan takut lepas (ekspulsi),

khawatir mengganggu pekerjaan atau menimbulkan nyeri saat

bekerja. Pekerj`an formal kadang-kadang dijadikan alasan

seseorang untuk tidak menggunakan kontrasepsi, karena tidak

sempat atau tidak ada waktu ke pusat pelayanan kontrasepsi

(Erfandi, 2008).
c) Insersi atau Pemasangan IUD
Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan :
1) Ekspulsi.
2) Kerja kontraseptif tidak efektif.
3) Perforasi uterus.

Untuk sukses / berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal,

yaitu :

1) Ukuran dan macam IUD beserta tabung inserternya.


2) Makin kecil IUD, makin mudah insersinya, makin tinggi

ekspulsinya.
3) Makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah

ekspulsinya.
d) Waktu Kunjungan Ulang
1) 1 minggu setelah pemasangan
2) 1 bulan setelah pemasangan
3) 3 bulan kemudian
4) 6 bulan berikutnya
5) 1 tahun sekali
6) Bila terlambat haid 1 minggu
7) Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur.

B. KONSEP KONTRASEPSI IMPLANT


1. Pengertian
a) Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi bawah Kulit (Hanafi,

2004).
b) Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel

yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan

disusukan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit

adalah sebanyak 2 kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm

masing masing batang diisi dengan 70 mg levonorgetrel, dilepaskan ke

dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah

suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil

kombinasi (Prawirohardjo, 2009)


2. Ciri-ciri kontrasepsi implant
a) Efektif
b) Nyaman
c) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.
d) Pemasangan dan segera kembali setelah implant dicabut.
e) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan

bercak dan amenorea.


f) Aman dipakai pada masa laktasi.
3. Jenis implant
a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,

dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg Levonogestrel dan

lama kerjanya 5 tahun.


b) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 4, 0 mm
dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan

lama kerjanya 3 tahun.


c) Jadena dan Indoplant
Tediri dari 2 batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,3 cm,

diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levonorgestrel yang lama kerjanya 3

tahun.
4. Cara Kerja
1) Menekan ovulasi.
2) Menurunkan motilitas tuba.
3) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi.
4) Mengentalkan lendir serviks sehingga mengganggu transportasi

sperma.
5. Keuntungan
1) Daya guna tinggi
2) Cepat bekerja 24 jam setelah pemasangan
3) Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun (untuk jenis noroplant)
4) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
5) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
6) Bebas dari pengaruh estrogen
7) Tidak mengganggu proses senggama
8) Tidak mengganggu ASI
9) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
10) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
6. Keuntungan Non Kontrasepsi antara lain :
1) Mengurangi nyeri haid
2) Mengurangi jumlah darah haid
3) Mengurangi dan memperbaiki terjadinya anemia
4) Melindungi terjadinya kanker endometrium
5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
7) Menurunkan angka kejadian endometriosis
7. Efek Samping
1) Menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak

(spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta

amenorea.
2) Nyeri kepala
3) Peningkatan/penurunan berat badan
4) Nyeri payudara
5) Perasaan mual
6) Pusing kepala
7) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
8) Membutuhakan tindak pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan
9) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual

termasuk AIDS.
10) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya kontrasepsi ini

sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk

pencabutan.
11) Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkolosis

(rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).


8. Wanita Yang Boleh Menggunakan Implant
1) Usia reproduksi
2) Telah memilki anak ataupun belum
3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.


4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
5) Pasca persalinan dan tidak menyusui
6) Tekanan darah<180/110 mmHg dengan masalah pembekuan darah

atau anemia bulan sabit (sickle cell).


7) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung

estrogen.
8) Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil
9) Pasca keguguran
10)Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi
9. Wanita Yang Tidak Boleh Menggunakan AKBK
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya.
3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
5) Mioma uterus dan kanker payudara.
6) Gangguan toleransi Glukosa.
10. Waktu Mulai Menggunakan AKBK
1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Bila insersi

setelah hari ke-7 klien jangan berhubungan seks atau gunakan

kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi.


2) Dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak menjadi kehamilan.
3) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal diyakini

tidak hamil, jangan hubungan seks atau gunakan kontrasepsi lain

selama 24 jam setelah insersi


4) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,

insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh tidak perlu

kontrasepsi lain
5) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah non hormonal (kecuali AKDR) dan

klien ingin mengganti dengan implant, dapat diinsersikan pada saat

haid hari ke-7 dan klien jangan berhubungan seks selama 24 jam atau

gunakan metode kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi. AKDR


segera dicabut.
6) Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan.
7) Bila kontrasepi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implant dapat

diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut, tidak

diperlukan metode kontrasepsi lain.


8) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya

dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat asal saja klien

tersebut menyakini tidak hamil untuk klien menggunakan kontrasepsi

terdahulu dengan benar.


11. Instruksi untuk klien
a) Daerah insersi harus dibiarkan bersih dan kering selama 48 jam

pertama. Hal ini bertujuan mencegah infeksi pada luka insisi.


b) Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih,

pembengkakan atau lebam pada daerah insisi.


c) Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan tetapi hindari benturan,

gesekan atau penekanan pada daerah insersi.


d) Jika dipasang balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam,

sedangkan plester dibiarkan hingga lukanya sembuh (lima hari).


e) Setelah luka tersenut sembuh luka dapat disentuh dan dicuci dengan

tekanan yang wajar.


f) Bila ditemukan tanda-tanda infeksi seperti demam, bengkak atau

terdapat raa sakit yang menetap selama beberapa hari segera kembali

ke puskesmas.
12. Jadwal kunjungan ulang
a) 3 hari setelah pemasangan
b) Terdapat keluhan sebagai berikut : amenore yang disertai nyeri perut

bagian bawah, perdarahan yang banyak dari kemaluan, rasa nyeri

yang menetap pada lengan, luka bekas insisi mengeluarkan darah

atau nanah, ekspulsi batang implant, sakit kepala hebat atau

penglihatan menjadi kabur, nyeri dada hebat, dugaan adanya

kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul. 2003. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis. Data.Jakarta

Salemba Medika.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta : Jakarta.

BKKBN. 2005. Journal of Akseptor KB di Indonesia (Internet). Available from :

(http://www.bkkbn.com) (Accessed March 15, 2008).

Depkes RI 2008. Pelayanan Kontrasepsi Available from : (http//.www.depkes-ri.co.id)

(Accessed March 15, 2010).

Everett. 2008. KB dan Masalah Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC

Hartanto. 2003. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta : ISBN

Hanafi. 2001. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN

Hidayati. 2009. Buku Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika

Kumala. 2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan

Kardianan.2009. Journal of Pelayanan Kontrasepsi (Internet). Available from :

(http//.www.info-kia.com.id) (Accessed 15 Juli 2009).

Kurniawan.2008. Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sulistyo. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI

Winknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP

Anda mungkin juga menyukai