BAB I
PENDAHULU
AN
I LATAR BELAKANG
MASALAH
2|Page
PERKEMBANGAN
SINGKONG DI
INDONESIA
Menurut Data BPS luas area
tanaman singkong tahun
2011 tercatat 1,2 juta
Ha dengan produksi 23
juta ton singkong segar
setara dengan 8 juta ton
chips singkong atau 6,4
juta ton
tepung singkong. Industri kecil, menengah, dan besar berbahan
baku singkong terus tumbuh sampai mereka kesulitan
bahan baku sudah berjalan cukup lama, terutama di
Lampung dan Jawa Barat;
3|Page
Dewan Pimpinan MSI Nasional telah mengirim surat kepada
Menko Perekonomian RI dan Ketua Komisi IV DPR RI untuk
menetapkan singkong sebagai komoditas strategis pangan
utama setingkat dengan padi, jagung dan kedelai. Tepung
singkong dibebaskan dari pengenaan PPN 10% atau PPN 10%
ditanggung oleh pemerintah. Dukungan kepada Menteri BUMN
untuk mengucurkan CSR dari BUMN untuk mendukung
pelaksanaan GERNAS SSB 2013-2016 untuk memproduksi
tepung singkong sebanyak :
4|Page
a. Tahun 2013
memproduks 1,2 juta ton tepung singkon
b. Tahun 2014
imemproduk 2,4 juta ton tepung g
singkon
c. Tahun si
2015 g
memproduks 4,8 juta ton tepung singkon
d. Tahun imemproduk 9,6 juta ton tepung g
2016 singkon
si g
Dewan Pimpinan Nasional MSI telah mengirim surat dan
program GERNAS SSB 2013-2016 kepada menteri BUMN RI
untuk mohon dukungan dana CSR dari BUMN untuk
pelaksanaan GERNAS SSB 2013-2016.
6|Page
4. Berdasarkan program Klaster tersebut, maka Masyarakat
Singkong Indonesia (MSI) mulai tahun 2012 meluncurkan :
GERAKAN NASIONAL SINGKONG SEJAHTERA BERSAMA ATAU
GERNAS SSB , Phase I , 5 Tahun , mulai tahun 2012
-2016,dengan target :
Th. 2012 (Februari) : Sosialisasi GERNAS SSB keseluruh
Kab/Kota yang telah ada MSI-nya (16 Propinsi dan 50
Kabupaten).
Tahun 2013 : Pelaksanaan Pilot Proyek di 50
Kabupaten/Kota sebanyak 150 Klaster atau 3 klaster per
Kabupaten/Kota, yaitu masing-masing , 1 klaster Petani, 1
klaster buruh tani dan 1 klaster pemuda/pemudi tani .
Total biaya 150 klaster aRp 20 Milyar/klaster
= Rp 3 Triliyun ( CSR BUMN) dengan melibatkan 18.000 KK
petani atau 72.000 orang ( 1 KK = 4 orang, bapak, ibu dan
2 anak ). 150x300
Hax100 T=4,5 juta ton singkong segar= 1,5 juta chips
singkong = 1,2 juta ton Tepung Singkong.
Tahun 2014 : Pelaksanaan Proyek 300 klaster (ada
penambahan 150
klaster dengan biaya tambahan Rp 3 Triliyun ( CSR BUMN
phase ke-2
) di 50 Kabupaten/kota di 16 propinsi, melibatkan 36.000
KK petani atau 144.000 orang. Produksi : 300x300Hax100
Ton = 9 juta ton singkong = 3 juta ton chips Singkong =
2,4 juta ton setara tepung singkong.
Tahun 2015 : Perluasan MSI ke 17 Propinsi lainnya,
sehingga menjadi
33 propinsi, dengan pelaksanaan proyek 600 Klaster ,
biaya dari pengembanlian CSR pase-1 , dengan
melibatkan 72.000 KK petani
atau 288.000 orang diseluruh Kabupaten/Kota yang telah
ada MSI- nya di 33 Provinsi. Produksi :
600x300x100ton=18 juta ton singkong= 6 juta ton chips
= 4,8 ton setara tepung singkong.
Tahun 2016 : Diteruskan melaksanakan 1.200
Klaster a 300 ha/klaster dengan melibatkan 144.000 KK
atau 576.000 orang. Biaya dari pengembalian CSR pase
ke-2 oleh petani peserta terdahulu.
7|Page
Pada tahun 2016 tersebut akan dihasilkan singkong Darul
Hidayah atau Manggu sebanyak 1.200 Klaster x 300 ha x 100
ton/ha = 36 juta ton singkong basah atau setara dengan 12
juta ton chips singkong Setara dengan 9,6 juta tong tepung
singkong/Mocaf.
8|Page
seluruh Kabupaten/Kota di 33 Provinsi sebesar Rp 57,6 Triliyun
(dari dana awal Rp 6 Triliyun) dan dapat mensejahterakan
144.000 KK petani atau
576.000 jiwa ( 1 KK petani terdiri 4 orang, ayah, ibu
dan 2 anak).
9|Page
Syarat Tumbuh Tanaman
Singkong
Tanaman Singkong tumbuh optimal pada ketinggian antara 10-
700m dpl. Tanah yang sesuai adalah tanah yang berstruktur
remah, gembur, tidak liat
juga tidak poros. Selain itu kaya akan unsure hara. Jenis tanah
yang sesuai adalah tanah alluvial, latosol, podsolik merah
kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Sementara itu pH
yang dibutuhkan antara 4,5-8, dan untuk pH idealnya adalah
5,8.
10 | P a g e
minimal 10C. Kebutuhan akan sinar matahari sekitar 10
jam tiap hari. Hidup tanpa naungan.
Persiapan Bibit
Singkong
Ubu kayu paling mudah untuk diperbanyak. Cara yang
lazim digunakan adalah perbanyakan dengan cara setek batang
dari batang panenan sebelumnya. Setek yang baik diambil dari
batang bagian tengah tanaman agar matanya tidak terlalu tua
maupun tidak terlalu tua. Batang yang baik berdiameter 2-3 cm.
Pemotongan batang stek dapat dilakukan dengan
menggunakan pisau atau sabit yang tajam dan steril.
Jangan memakai gergaji untuk memotongnya karena gesekan
gergaji akan menimbulkan panas yang akan merusak bagian
pangkal dari batang. Potongan batang untuk setek yang baik
adala 3-4 ruas mata atau 15-20 cm. Bagian bawah dari
batang stek dipotong miring dengan maksud untuk menambah
dan memperluas daerah perakaran.
Penanaman Ubi
Kayu
11 | P a g e
Waktu penanaman yang baik dilakukan pada awal musim kering
atau kemarau dengan maksud untuk hasil penanaman dapat
dipanen pada awal
musim
hujan.
12 | P a g e
Batang setek di tanam agak miring dengan kedalaman 8-12 cm.
Pada lahan tanaman yang subur dapat digunakan populasi
tanaman 10.000 batang/ha dan untuk lahan yang kurang
begitu subur dapat digunakan populasi
14.500 batang/ha. Jarak tanam dengan system monokultur
adalah 100 x 50 cm. Untuk system tumpang sari, penanaman
dapat menyesuaikan dengan
lahan dan tanaman
lainnya.
Pemeliharaan Tanaman
Singkong
Tanaman ini termasuk tanaman yang dapat mandiri sehingga,
tanaman ini menjadi mudah dalam pemeliharaanya.
13 | P a g e
Panen
Singkong
Kriteria ubi kayu yang optimal adalah pada saaat kadar pati
optimal. Yakni ketika tanaman itu berumur 6-9 bulan
apabila untuk konsumsi. Untuk
pembuatan produk seperti tepung sebaiknya ubi kayu dipanen
pada umur
lebih dari 10 bulan, dan itu juga tergantung akan varietas yang
ditanam. Ciri saat panen adalah warna daun menguning dan
banya yang rontok.
14 | P a g e
untuk mempermudah pencabutan. Batang dicabut dengan
tangan atau alat pengungkit dari batang kayu atau linggis.
Hindari pemakaian cangkul, karena permukaannya yang lebar
yang tanpa disadari dapat memotong ubi.
16 | P a g e
Kebutuhan daging yang belum tercukupi merupakan pelung
pasar yang sangat menjanjikan bagi peternak sapi potong.
Tersajinya pasar yang cukup memadai disatu pihak, dipihak lain
melimpahnya pakan sapi potong dalam bentu hijauan dan
konsentrat merupakan peluang besar yang dapat ditangkap
oleh peternak.
18 | P a g e
Biaya yang diperlukan untuk menjalankan proyek budi daya
singkong gajah sebesar Rp.233.845.600.000 (dua ratus tiga
puluh tiga milyar delapan ratus empat puluh lima juta
enam ratus ribu rupiah) sedangkan pendapatan yang
diperoleh sebesar Rp.298.136.000.000 (dua ratus Sembilan
puluh delapan juta seratus tiga puluh enam juta rupiah)
sehingga laba bersih perusahaan sebesar
Rp.201.781.540.000 (dua ratus satu milyar tujuh ratus
delapan puluh satu juta lima ratus empat puluh ribu rupiah)
dengaa rincian sebagai berikut:
19 | P a g e
BAB
II
KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas
secara teori mengenai :a)
Cara budi daya singkong
gajah dan b) cara
beternak penggemukan
sapi potong berikut kompoten terkait yang berhubungan
dengan dua masalah tersebut.
"SINGKONG GAJAH"
merupakan VARIETAS "ASLI"
KALIMANTAN TIMUR YANG
DITEMUKAN OLEH PROF. DR.
RISTONO, MS.
Dari berbagai sampel
cabutan
Singkong Gajah dengan umur
antara 4 - 9 bulan memiliki
rasa
yang enak dan gurih
dengan
tekstur empuk bahkan ada
nuansa rasa ketan. Berbagai
jenis olahan Singkong basah
menjadi makanan diperoleh
kualitas yang bagus
antara lain berupa Keripik, Gethuk, Tape dan Bahan
sayur pengganti
kentang, dan lainnya yang memiliki potensi Ekonomi yang
cukup tinggi.
12 | P a g e
seperti mendirikan UKM, pabrik tapioka. Bahkan, singkong
gajah bisa menjadi komoditi ekspor setelah diolah menjadi bio-
etanol.
A. SYARAT PERTUMBUHAN
1. IKLIM
Untuk dapat berproduksi optimal, ubikayu memerlukan
curah hujan
150-200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada
umur 4-7 bulan, dan 100-150 mm pada fase menjelang
dan saat panen (Wargiono, dkk., 2006).
Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela
pohon/singkong sekitar
10 derajat C. Bila suhunya dibawah 10 derajat C
menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit
terhambat, menjadi kerdil karena
pertumbuhan bunga yang kurang
sempurna.
Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela
pohon/singkong
antara 60 "
65%.
Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman
ketela pohon /
singkong sekitar 10 jam / hari terutama untuk kesuburan
daun dan perkembangan umbinya.
2. MEDIA TANAM
Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon / singkong
adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak
terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan
organik. Tanah dengan struktur remah
mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih
mudah tersedia dan mudah diolah.
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon
/ singkong adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah
kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk
budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5 - 8,0 dengan
pH ideal 5,8. pada umumnya tanah di Indonesia ber pH
rendah (asam), yaitu berkisar 4,0- 5,5,
12 | P a g e
sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi
suburnya tanaman
ketela
pohon.
B. PEDOMAN BUDIDAYA
1) BIBIT
Gunakan varietas unggul yang mempunyai potensi
hasil tinggi, disukai konsumen, dan sesuai untuk daerah
penanaman. Sebaiknya varietas unggul yang
dibudidayakan memiliki sifat toleran kekeringan,
toleran lahan pH rendah dan/atau tinggi, toleran
13 | P a g e
keracunan Al, dan efektif memanfaatkan hara P yang
terikat oleh Al dan Ca.
Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup
tua (10-12 bulan).
Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal
dan sehat serta seragam
Batang telah berkayu dan berdiameter 2,5 cm lurus.
Belum tumbuh tunas-tunas baru
2) PENGOLAHAN MEDIA
TANAM
2.1. Persiapan, kegiatan yang perlu dilakukan sebelum
pengolahan lahan adalah :
Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan
kertas lakmus, pH meter dan atau cairan pH tester.
Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel
tanah yang akan ditanami untuk mengetahui
ketersediaan unsur hara, kandungan
bahan
organik.
Penetapan jadwal / waktu tanam berkaitan erat dengan
saat panen.
Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam
bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari),
sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi
tanaman sejenis.
Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan
kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume
produksi penting juga
diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan
harga saat panen dan pasar.
13 | P a g e
2.3. Pembentukan Bedengan
(Guludan)
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap
penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk
memudahkan penanaman, sesuai
dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan
ditujukan untuk
memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti
permbersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan
tanaman.
14 | P a g e
2.4. Pengapuran (Bila
diperlukan)
Untuk menaikan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat
sangat asam / tanah gambut, perlu dilakukan pengapuran.
Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan
(CaCO3). Dosis yang biasa digunakan adalah 1 " 2,5 ton /
hektar. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau
pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan
pemberian pupuk kandang.
C. TEKNIK
PENANAMAN
Penentuan Pola Tanam Pola tanaman harus memperhatikan
musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu
tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah
penanaman padi. Jarak tanam yang digunakan pada pola
monokultur adalah 80 x 120 cm.
D. PEMELIHARAAN
TANAMAN Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman,
yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang
baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus
diganti atau disulam. Penyulaman
dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu
panas. Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk
membuang semua jenis
rumput/tanaman liar./ pengganggu (gulma) yang hidup disekitar
tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2
kali penyiangan. Periode kritis atau periode tanaman harus
21 | P a g e
bebas gangguan gulma adalah antara 5-10 minggu setelah
tanam. Bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama
periode kritis tersebut, produktivitas dapat turun sampai
75% dibandingkan kondisi bebas gulma. Pembubunan Cara
pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah
disekitar tanaman dan setelah dibuat seperti gundukan.
Waktu pembubunan bersamaan dengan waktu penyiangan,
hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman
ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman
sehingga perlu
dilakukan pembubunan /ditutup dengan tanah agar akan
tidak kelihatan.
22 | P a g e
Perempelan / Pemangkasan Pada tanaman ketela pohon perlu
dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal
setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3, hal ini agar
batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi
dimusim tanam mendatang. .
E.
PEMUPUKAN
Pemupukan Secara Konvensional / Kebiasaan Petani Pemupukan
dilakukan dengan system pemupukan berimbang antara N, P,
K dengan dosis Urea :
135 kg, TSP/SP36 : 75 kg dan KCL : 135 kg. pupuk tersebut
diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K = 1/3 : 1: 1/3
atau Urea : 50 kg, TSP/SP36 :
75 kg dan KCL : 50 kg (sebagai pupuk dasar) dan pada
saat tanaman
berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K = 2/3:0:2/3
atau Urea :
85 kg dan KCL : 85
kg.
F. PENGAIRAN DAN
PENYIRAMAN
Kondisi lahan ketela pohon dari awal tanam sampai umur 4-
5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab tapi tidak
terlalu becek. Pada
tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan
dari sumber
23 | P a g e
air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering
dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat
merusak tanah. System yang baik digunakan adalah system
genangan sehingga air dapat sampai kedaerah perakaran
secara resapan. Pengairan dengan system genangan dapat
dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan
berdasarkan kebutuhan.
G. HAMA DAN
PENYAKIT
Hama
Uret
(Xylenthropus)
Ciri: berada dalam akar dari
tanaman.
Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar
batang dan umbi dirusak.
Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat
tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan
lahan.
Tungau merah (Tetranychus
bimaculatus)
Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan
menghisap cairan daun tersebut.
Gejala: daun akan menjadi
kering.
Pengendalian:menanam varietas toleran dan
menyemprotkan air yang banyak.
Penyakit
Bercak daun
bakteri
Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava
Bacterial Blight/CBG
.
Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak
dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati.
Pengendalian:menanam varietas yang tahan, memotong
atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit,
melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun.
23 | P a g e
Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum
E.F. Smith) Ciri: hidup di daun, akar dan batang.
Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti
tersiram air panas.
Akar, batang dan umbi langsung
membusuk.
Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam
varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan
Muara, melakukan
pencabutan dan pemusnahan tanaman yang
sakit berat.
Bercak daun coklat (Cercospora
heningsii)
Penyebab: jcendawan yang hidup di
dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat,
mengering, lubang-lubang bulat kecil dan
jaringan daun mati. Pengendalian:
melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman
24 | P a g e
varietas yang tahan, pemangkasan pada daun
yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
Bercak daun konsentris (Phoma
phyllostica) Penyebab: cendawan yang hidup pada daun.
Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada
daun muda.
Pengendalian : memperlebar jarak tanam,
mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian
tanaman yang sakit
RUMUS
PRODUKSI
Produktivitas = Genetika + Lingkungan +
Manajemen
Untuk memperoleh produktivitas singkong yang tinggi dan
oftimal, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
GENETIKA
SINGKONG
Pada dasarnya Singkong Gajah merupakan komoditas atau jenis
singkong yang ditemukan oleh Prof Ristono dari Indonesia. Dan
Karakter Singkong Gajah ini sangat istimewa : gen batang yang
cepat membelah dalam proses terbentuknya akar sehingga
pohon Singkong Gajah ini bisa cepat tumbuh dan sanggup
menghasilkan jumlah buah / umbi yang banyak. Singkong Gajah
ini juga mampu menghasilkan singkong yang enak gurih lagi
renyah.
LINGKUNG
AN
24 | P a g e
Dan Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian
dalam menentukan pilihan lahan untuk menanam Singkong
Gajah (dan juga singkong jenis lain) : Beberapa perubah
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
adalah:
1. Sinar matahari harus full dari pagi sampai sore jangan
sampai ada yang menghalanginya lagi.
2. Ketersediaan air yang mencukupi selama
dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman
tersebut.
3. Kondisi tanah gembur (pourositas daya pegang air lembut
dan stabil)
begitu.
4. Ketersediaan bahan organik yang lengkap dan mencukupi
nutrisi.
25 | P a g e
5. Kombinasi kelembaban dan angin yang pas sangat
membantu proses transpirasi sehingga dapat
menghasilkan proses fotosintesis dengan baik dan benar.
MANAJEM
EN
Dan Tahapan ini merupakan sebuah proses dari tahapan
persiapan bibit pengolahan lahan dan perawatan tanaman.
1.
Bibit
Pada kenyataannya Batang Singkong Gajah yang baik
dipergunakan sebagai bibit adalah pohon yang tidak terlalu
muda sudah mencapai ukuran diameter optimal namun tidak
terlalu tua. Batang muda akan mudah rusak tergores sehingga
memudahkan proses terinfeksi dan rusak pada tanaman. Dan
Batang yang terlalu tua akan menghambat proses perakaran
sehingga pertumbuhannya akan kerdil pendek. Lalu, Batang
dipotong/stek seukuran sekitar 25 cm atau setidaknya stek
memiliki 10 mata tunas. Pemotongan
diupayakan mempergunakan alat potong yang tajam dan steril
dari bakteri dan jamur, begitu. Dan, Batang stek sebaiknya
diupayakan dari luka gores/rusak saat pemotongan
penyimpanan atau pengangkutan serta dalam proses
penanaman, begitu. Dan, Perendaman stek bibit
menggunakan hormone auksin (pemacu akar) sitokinin
(memacu tunas baru) dan giberilin (pembesaran) juga sangat
bagus dilakukan sebelum stek ditanam, begitu.
2. Persiapan
Lahan
Dan, Buah singkong yang berada pada akar memerlukan ruang
gerak yang gembur aerasi yang bagus daya pegang akan air
yang bagus serta adanya sehingga ada ruang yang cukup bagi
akar serta adanya cadangan makanan/unsur hara organik yang
banyak , begitu.
3.
Penanaman
Dan, Proses penanam dilakukan dengan menancapkan
batang stek ke dalam tanah. Sepertiga hingga setengah
batang stek masuk ke dalam tanah. Jarak tanam yang ideal
25 | P a g e
adalah 1.5 m X 1.5 meter dengan jarak tanam yang ideal ini
memungkinkan cahaya matahari tetap akan bisa menembus
daun batang dan permukaan tanah sehingga proses fotosintesis
bisa maksimal, begitu.
4.
Perawatan
.
Dan, Cukup sederhana tidak serumit merawat tanaman hias
atau komoditas pertanian yang lain, begitu. Dan,
Pemupukan selain pupuk dasar yang
diberikan pada masa pra tanam sangat diperlukan juga adanya
pemupukan
26 | P a g e
susulan. Pemupukan susulan menggunakan pupuk kandang /
kompos dilakukan pada usia tanam 3 bulan, begitu. Dan,
Lahan juga perlu dijaga dari tumbuhnya gulma gulma
pengganggu. Kondisi lahan hingga usia tanam 4 bulan perlu
dijaga kelembabannya jika musim kemarau perlu dilakukan
menyiraman atau leb (dialiri air) cukup basah saja tidak
sampai tergenang air, begitu. Dan, Ada kemungkinan
muncul hama pengganggu seperti tungau kutu kebul tikus
atau jamur sehingga perlu diperhatikan sehingga bisa segera
diatasi munculnya hama pengganggu, begitu. Dan, Dengan
memperhatikan ketiga unsur (Genetika Lingkungan dan
Manajemen) dipastikan hasil panenan Singkong Gajah akan
tinggi dan sehat per batang memanen singkong di atas 20 kg
tidaklah sulit, begitu.
2. TEKNIS BUDIDAYA SINGKONG GAJAH
1. Pembibitan
a. Persyaratan Bibit
Berasal dari tanaman induk yang cukup
tua (10-12 bulan).
Pertumbuhannya normal ,sehat dan seragam.
Batangnya telah berkayu dan berdiameter 2,5
cm lurus.
BelumBibit
b. Penyiapan tumbuh tunas-tunas baru.
Bibit berupa stek batang.
Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai
tengah.
Setelah stek terpilih kemudian diikat,
masing-masing ikatan berjumlah antara 2530
batang stek.
Bibit yang akan ditanam, harus dilukai
pada 3 ruas
dibawah
2. Pengolahan lahan ketiak daunnya dan direndam
a. Pembukaan lahan
- Pembersihan lahan
b. Pemupukan dasar
- Pupuk dasar untuk luas lahan 10.000 m : Pupuk
kandang :
3 ton, Be
- pupuk Natural
padat padat
, ditebar : 10 kg
merata
c. Pengairan dan Penyiraman
- Lahan dibajak dan digaru dalam kondisi lembab
27 | P a g e
-
Pembuatan bedengan dengan lebar 1 2,5 m, tinggi
50 cm(kedalaman gembur), jarak antar bedeng
menyesuaikan lahan.
- Lahan didiamkan selama 1 minggu
- Setelah satu minggu lahan siap ditanami
3. Penanaman
- Jarak tanam 1 meter x 1 meter atau 1 meter x 1,25
meter
- Penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung
bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan
sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian
stek tertimbun
- Populasi tanah.
per 10.000 m kurang lebih 8.000 10.000
tanaman
4. Pemeliharaan
a. Penyulaman, dilakukan pada umur 1 -2 mst
b. Penyemprotan Be Natural Cair dosis 4-6 tutup
pertangki 14 liter air mulai umur 2 mst, 6 mst, 9
mst (+ 2 tutup Be Natural Hormon) Penyemprotan
Be Natural Cair dosis 4-6 tutup pertangki 14 liter air
mulai umur 2 mst, 6 mst, 9 mst (+ 2 tutup Be Natural
c. Hormon)
Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan atau
melihat kondisi gulma di lapangan. Minimal dilakukan
2 kali selama masa budidaya.
d. Perempelan/Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan dengan menyisakan 2 atau
3 cabang
utama.
e. Pemupukan
Pemupukan susulan I dilakukan pada umur 2 mst
Pemupukan susulan II dilakukan pada umur 4 mst
29 | P a g e
Singkong Gajah
adalah singkong
yang
berteknologi
dalam arti bahwa
tanaman ini
perlu campur
tangan
manusia dengan
kasih sayang
atau
memerlukan
pemeliharaan
yang serius.
Walaupun tanaman
ini mempunyai
daya adaptasi
yang tinggi
dibandingkan dengan jenis lainnya. namun
kemampuannya
bertahan hidup
dalam
mengahadapi
rumput liar
kurang kuat
30 | P a g e
Kandungan kayunya cukup tinggi sehingga biasa menjadi
sasaran dan berakibat kropos, bahkan mati. Oleh karena
itu, bibit tanaman ini sebaliknya direndam bahan anti
rayap atau obat perangsang tumbuh Petani singkong
tradisional lebih menggutamakan hasil panen pada umbi
sebagai bahan pangan. Dibebrapa tempat, umbi singkong
dijadikan bahan baku bioetanol. Sekarang budidaya singkong
bukan lagi terpancang pada umbi sebagai bahan pangan
melainkan sudah mulai ada petani singkong yang menjual
daunnya.
31 | P a g e
Teknik Dasar Penanaman
Singkong Gajah
Jarak Tanam pada penanaman Singkong Gajah perlu
diperhatikan untuk memperoleh umbi, bibit, dan daun yang
maksimal. Keteraturan jarak tanam menghasilkan keindahan
kebun dan juga mempermudah pemeliharaan tanaman seperti
pemupukan, penyiangan, dan pemeliharaan bedeng. Jarak
tanam pada singkong ini berdasarkan hasil penelitian yang di
pimpin oleh Prof. Ristono menunjukan adanya ketergantungan
pada tingkat kesuburan tanah. Pada tanah yang subur justru
menghendaki jarak tanaman yang longgar karena keinginan
singkong ini untuk keleluasaan membangun umbinya menjadi
panjang , besar serta banyak. Selain itu, percabangan
batang dan pertumbuhan daun dan batang juga akan leluasa
bisa mencapai tingkat kerimbunan yang cukup padat.
Keteraturan jarak antar pohon paling tidak satu meter,
bahkan ada pula yagn menanam dengan model jarak satu
meter kali dua meter. Sebaliknya, pada tanah yang tidak subur
penanaman dengan ukuran jarak yang berdekatan walaupun
umbi yang
diproduksinya menjadi
pendek.
Pemberian Pupuk
Organik
Kunci keberhasilan pertanian Sinkogn Gajah terlihat dari
pengolahan laha sejak awal dan pemberian pupuk organic
secara teratur. Apabila dirasakan memang biaya yagn
diperlukan cukup tinggi, namun hasil yang diperoleh tinggi
pula. Apabila pemberian pupuk hanya menggunakan pupuk
organi
dan pupuk hayati dalam artian tidak menggunakan pupuk
kimia sama sekali maka umbi yang dihasilkan paling tepat
untuk bahan industri pangan rasa Singkong Gajah yang
istimewa.
34 | P a g e
Penggemburan
Tanah
Penggemburan tanah akan lebih efektif dengan sekaigus
menaburkan pupuk organic atau pupuk kandang sehingga
percampuran bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman sedini mungkin telah dilakukan.
35 | P a g e
Di pasar internasional, gaplek dikenal dengan nama dagang
casava. Sementara pati singkong (tepung aci, tepung kanji)
disebut sebagai tapioka. Masyarakat Jakarta malahan menyebut
tepung aci ini sebagai sagu. Padahal jelas sekali perbedaan
antara tepung sagu dengan pati singkong. Yang disebut gaplek
adalah singkong (ketela pohon, ubi kayu = Manihot
esculenta/Manihot utillisima) yang telah dikupas dan
dikeringkan. Biasanya pengupasan dilakukan secara manual
dengan pisau dan tangan. Sementara pengeringannya
dilakukan dengan cara menjemurnya langsung di bawah panas
matahari. Tepung tapioka adalah pati singkong. Pati ini
diperoleh melalui penghancuran singkong segar, pelarutan
dengan air, pemerasan, pengendapan pati dan pengeringan.
Masyarakat tradisional melakukan proses ini secara manual
dengan mengupas singkong, memarutnya, memberinya air,
memeras lalu mengendapkan air perasan hingga diperoleh pati
yang kemudian dijemur sampai kering.
36 | P a g e
Dalam masyarakat modern, tepung casava adalah bahan pakan
ternak yang cukup penting, terutama untuk ternak unggas.
Bersamaan dengan jagung, bungkil, dedak, dan tepung ikan,
gaplek merupakan bahan utama pakan unggas dan juga ternak
ruminansia serta babi. Fungsi gaplek adalah sebagai sumber
serat dan karbohidrat bermutu namun harganya murah.
Karena singkong hanya bisa ditanam di kawasan tropis, maka
kebutuhan gaplek negara-negara sub tropis disuplai dari Afrika
dan Amerika tropis serta Asia Tenggara. MEE, AS dan RRC
merupakan konsumen gaplek dengan volume cukup besar.
Seharusnya Indonesia sebagai negara tropis bisa menangkap
peluang ini. Namun kenyataannya kuota ekspor gaplek dan
tepung tapioka kita ke MEE hampir selalu tidak bisa kita
penuhi. Bebarapa kali kita terpaksa mengimpor dari Thailand
untuk kita reekspor ke MEE. Hingga Thailand pun protes ke
MEE agar kuota mereka dinaikkan serta Indonesia diturunkan.
Masalahnya adalah, Indonesia sendiri sebagai penghasil
singkong, sekaligus juga merupakan konsumen yang cukup
besar pula. Industri ternak unggas kita yang maju pesat,
tentu memerlukan suplai pakan yang akan cenderung makin
banyak juga. Hingga kebutuhan bahan pakan ternaknya pun
akan terus bertambah besar. Termasuk kebutuhan gapleknya.
38 | P a g e
tepung tapiokanya. Biaya investasi untuk peralatan ini
diperkirakan antara
Rp 5.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000,- yang bisa
disusutkan sekitar
3 tahun. Kapasitas olahnya sekitar 1 sampai dengan 2 ton
singkong segar per hari. Setelah dikupas dan digiling,
diendapkan serta dijemur, dari 1 ton singkong segar itu, akan
diperoleh sekitar 200 kg. tepung aci. Dengan rincian, 10% dari
dari volume tersebut merupakan kulit dan pangkal serta pucuk
yang harus dibuang. Sekitar 60% berupa air yang 50%nya juga
akan dibuang. Dan dari 40% bahan padat tersebut, 20% akan
berupa pati dan
20% ampas. Dengan harga Rp 2.000,- per kg. nilai 200 kg.
tepung aci tersebut sekarang mencapai 400.000,- ditambah
dengan nilai ampas kering (untuk pakan ternak) @ Rp 100,- per
kg X 200 kg menjadi Rp 20.000,- Jadi total pendapatan dari
pengolahan tepung aci ini adalah Rp 400.000 + Rp
20.000,- = Rp 420.000,- Dengan ongkos prosesing Rp
150.000,- per ton singkong segar, maka masih ada marjin Rp
70.000,- yang menjadi hak pemilik singkong dan investor.
35 | P a g e
tepung dan menjemurnya dengan upah sekitar Rp 10.000,- per
hari. Berarti diperlukan modal kerja sekitar Rp
180.000.000,- Modal investasi diperkirakan paling banyak Rp
20.000.000,- Hingga keperluan modal adalah Rp 300.000.000,-
36 | P a g e
sekitar 2 bulan pada waktu panen singkong. Namun yang
menjadi pertanyaan adalah, siapa yang harus menyediakan
(memberi pinjaman) senilai Rp 300.000.000,- tersebut?
Seandainya pinjaman itu diperoleh dari bank, tentunya bank
akan meminta koleteral. Sebenarnya para petani tersebut bisa
mengajukan singkong yang hasil akhirnya akan menjadi
tepung tapioka tersebut sebagai koleteral. Tetapi koleteral
demikian tentu akan ditolak oleh bank. Sebab bank biasanya
minta koleteral berupa tanah atau tanah dengan bangunan,
kendaraan, emas dan lain-lain yang mudah diuangkan kembali.
Jaminan berupa raw material dan tepung tapioka masih tidak
lazim bagi kalangan perbankan di Indonesia. Padahal, jaminan
ini juga relatif mudah diuangkan. Dan dari hitung-hitungan
kasar yang ada, proses mengolah singkong segar menjadi
tepung tapioka relatif menguntungkan. Sebab kalau tidak
menguntungkan, bagaimana mungkin Gunung Sewu Grup,
Astra PENGOLAHAN
4.1 dan lain-lain konglomerat
UBI KAYU papan atasGAPLEK,
MENJADI Indonesia tertarik
untuk menangani
TEPUNG singkongDAN
SINGKONG segarTAPIOKA
menjadi tapioka?
Pembuatan
Gaplek
Berdasarkan bentuknya, gaplek dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu gaplek gelondongan, gaplek rajangan (chips),
gaplek irisan (slice) dan
gaplek kubus (cubes). Secara umum tahapan pembuatan
gaplek adalah
sebagai
berikut:
36 | P a g e
Kupas ubi kayu lalu cuci dengan air bersih.
Belah, iris atau Rajang ubi sesuai dengan
keinginan, yaitu: Gaplek gelondongan:
Belah ubi kayu memanjang dengan menggunakan
pisau atau alat pemotong lainnya menjadi 3-5 belahan.
Gaplek
Rajangan:
Belah ubi kayu menjadi 2 atau 3 bagian, kemudian
potong-potong atau Rajang dengan pisau atau alat
pemotong (chopper)
37 | P a g e
Gaplek irisan:
Iris ubi kayu tipis-tipis dengan pisau atau alat
pengiris khusus
(silicer)
Gaplek kubus potong-potong ubi kayu dengan mesin
khusus menjadi bentuk kubus dengan sisinya 1-2 cm.
Rendam ubi kayu dalam larutan garam dapur 8% (0,8
gram garam dalam 1 liter air) selama 15 menit.
Jemur hingga kadar airnya mencapai 14% dengan
menggunakan alas dan anyaman bambu, plastic, tikar
atau lantai jemur.
Untuk gaplek gelondongan, pengeringan dapat
dilakukan dengan menggantung belahan-belahan ubi
tersebut. Caranya belahan ubi ditusuk dan disusun berjejer
dalam satu rentangan tali yang masing- masing ujungnya
diikatkan pada tiang.
38 | P a g e
Rendam ubi yang telah dikupas dalam larutan garam
dapur 8% (0,8 gram dalam 1 liter air) selama 15 menit
atau dalam larutan soda kue (natrium bisulfit) yang biasa
dijual ditoko kue. Banyaknya soda kue yang diperlukan
adalah 0,04 gram dalam 1 liter air.
Parut ubi, campur hasil parutan dengan air bersih sambil
diremas- remas, lalu saring.
Endapkan hasil penyaringan untuk memisahkan pati
dengan air.
Pisahkan endapan dan air dengan jalan membuang air
yang terdapat diatas endapan.
Keringkan endapan atau aci basah lalu giling.
Hasil gulingan kemudian disaring untuk mendapatkan
tepung tapioka yang halus.
Ubi kayu
segar
Dikupas dan dicuci sampai bersih
Direndam dalam air garam 8% selama 15 menit
Diparut
Hasil parutan dicampur dengan air diremas-remas
Disaring
Endapan dikeringkan
Endapan yang telah kering digiling
Hasil gilingan disaring
5. PEMASARAN SINGKONG GAJAH
Tepung tapioka
39 | P a g e
100 Persen Masih
Impor ]
4. Bahan Baku Bioetanol [ BBM Pengganti
Bensin ]
5. Gaplek [ Singkong Yang Di Kupas Dan Di Jemur Sampai
Kering ] "Di
Ekspor Ke
China"
6. Bahan Baku Pakan
Ternak
1. Jawa
Timur
39 | P a g e
PT. Sorini Agro
Asia
Alamat : Jl. Halim Perdana Kusuma No 15 Desa Tajug,
Siman Ponorogo
Kapasitas Produksi Per Hari / Kebutuhan Bahan Baku Singkong
: 800 Ton
Harga Semua Jenis Singkong : Rp.700
s/d 1200
Refaksi : 10 s/d 15
Persen
2. Jawa
Tengah
Ngemplak Kab.
Pati
Karena Pabrik Di Ngempak Jumlahnya Mencapai Puluhan Pabrik
Yang Tersebar Di Sepanjang Jalan Utama , Saya Tidak Bisa
Menyebutkan Satu Persatu Nama Pabriknya. Kapasitas Produksi
Per Hari / Kebutuhan Bahan
Baku Singkong : Di Atas
1000 Ton. Harga Singkong :
Rp.900 s/d 1800
Refaksi : 30 s/d 50
Persen
40 | P a g e
3. Jawa Barat
CV. DELVIN AGRO
Alamat : Ds. Kaso Kec.Tambak Sari Ciamis. - Jawa Barat
Cp. 085777674822
4. Lampung Timur
PT. SORINI AGRO ASIA CORPORINDO Tbk.
Alamat : Ds. Tambah Subur , Kec. Way Bungur -
Lampung Timur
Lampung Selatan
CV. SEMANGAT JAYA
Alamat : Desa Bangunsari , Kec. Negrikaton , Kab. Pesawaran
- Lampung
Selatan
Pemilik Pabrik : Bapak Supar , HP : 081369501555
5. NTB
PT TAMBORA MAKMUR SEJAHTERA
Alamat : Jalan Raya Sumbawa Tano Km.26 Bhree , Desa
Bremang Sumbawa
NTB.
41 | P a g e
mengekspor gaplek sebanyak 20 ribu ton setiap bulan.
Padahal kebutuhan
gaplek dari berbagai negara mencapai 60 ribu ton per
bulan, ujar dia.
41 | P a g e
Perusahaannya, kata Mose, setiap tahun membutuhkan
pasokan gaplek sebanyak 600 ribu ton. Tak hanya di Cina,
perusahaannya juga tersebar di beberapa kawasan termasuk di
Amerika Serikat, Belanda, dan India.
42 | P a g e
sangat besar itu hanya dimanfaatkan Indonesia tidak lebih dari
14 persen atau senilai 21 juta dolar AS (sekitar Rp191,1 miliar).
43 | P a g e
memberi pengaruh besar bagi masyarakat, karena ada
penyerapan tenaga kerja yang besar," kata Benny yang juga
salah seorang pengurus Dewan Koperasi Indonesia.
43 | P a g e
Teknis pembuatan setanol dengan bahan ubi kayu.
1. Kupas ubi kayu segar sebanyak 50kg. Cuci dan giling.
2. Saring hasil gilingan untuk memperoleh bubur ubi kayu.
3. Tambahkan air 40-50 lt, aduk sambil dipanasi.
44 | P a g e
4. Tambahkan 1,5 ml enzym alfa-amilase. Panaskan selama
30-60 menit pada suhu 90 derajat Celcius. (hidrolisis)
5. Dinginkan hingga suhu mencapai 55-60 derajat Celcius
selama 3 jam , lalu dinginkan hingga suhu dibawah 35
C . Gunakan alat penukar
panas (Heat exchanger) untuk mempercepat proses
pendinginan.
6. Tambahkan 1 g ragi roti ,ure 65 g dan NPK 14 g .
Biarkan selama 72 jam dalam keadaan tertutup , tetapi
tidak rapat agar gas karbondioksida yang terbentuk bisa
keluar. Fermentasi yang berhasil ditandai dari aroma
berupa tape , suara gelembung gas yang naik keatas , dan
keasaman (PH) diatas 4. (fermentasi)
7. Pindahkan cairan yang mengandung 7-9% bioetanol itu
kedalam drum
lain yang didesain sebagai penguap
(evaporator).
8. Gunakan destilator , panaskan cairan bioetanol tersebut
pada suhu
79C. Kontrol suhu dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara yaitu mengatur aliran air refluks
dalam alat destilasi atau dengan mengatur api kompor.
(destilasi)
9. Fraksi bioetanol 90-95% akan berhenti mengalir secara
perlahan
44 | P a g e
mencari
mollase.
45 | P a g e
7. INVESTOR DAN BIOETHANOL PRODUCTION
45 | P a g e
Dengan harga premium yang semakin tinggi yang diakibatkan
menipisnya minyak bumi dunia, ketika harga minyak dunia US$
60 perbarel pemerintah Indonesia pasti harus menaggung
beban subsidi Rp 90 triliun/tahun. David j. o. Relly, CEO
chevron International seperti dikutip Herald Tribune,
memperkirakan satu triliun barel cadangan minyak bumi dunia
akan habis dalam waktu 30 tahun. Disamping itu,konsumsi
minyak bumi yang terus melonjak turut memicu pemanasan
global. Solusinya ? Bioetanol salah satu
46 | P a g e
alternatif jawabannya. Seiring dengan issu menipisnya
cadangan minyak bumi dunia dan seluruh bahan baku yang
melimpah di Indonesia. Peluang bioetanol sebagai bahan
bakar alternatif dimasa mendatang bakal menanjak. Itulah
sebabnya peluang usaha bioetanol di tanah air semakin
terbuka. Dengan begitu bioetanol tidak hanya
menyelamatkan tanah air dari krisis bahan bakar minyak tapi
juga dari krisis ekonomi.
KONSEP
PRODUKSI
46 | P a g e
Pada proposal ini akan diketahui tentang konsep produksi
yang kami hasilkan, dimana nantinya Kami tawarkan hubungan
kerjasama kedua- belah pihak. Baik pengelola & investor
dalam proses produksi ini, produk
yang dihasilkan adalah
Bioetanol
Dalam memenuhi standart yang ada di pasaran maka Kami
mengutamakan kualitas dalam menjalankan proses produksi,
baik dari bahan baku, mesin, manajemen, organisasi, sistem
pemasaran, dan hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
47 | P a g e
Sebagai bangsa yang besar dengan jumlah penduduk sekitar
220 juta jiwa, Indonesia menghadapi masalah energi yang
cukup mendasar. Sumber energi yang tidak terbarukan
(non-renewable) tingkat ketersediaannya semakin berkurang.
Sebagai contoh, produksi minyak bumi Indonesia yang telah
mencapai puncaknya pada tahun 1977 yaitu sebesar 1.7 juta
barel per hari terus menurun hingga tinggal 1.125 juta barel
per hari tahun 2004. Di sisi lain konsumsi minyak bumi terus
meningkat dan tercatat 0.95 juta barel per hari tahun 2000,
menjadi 1.05 juta barel per hari tahun 2003 dan sedikit
menurun menjadi 1.04 juta barel per hari tahun 2004 (Tabel 1).
Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Minyak Bumi di Indonesia
BIOETAN
OL
47 | P a g e
Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari
tumbuhan, dimana memiliki keunggulan mampu
menurunkan emisi CO2 hingga
18 %. DiIndonesia, minyak bioethanol sangat potensial untuk
diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya
merupakan jenis tanaman yang
banyak tumbuh di negara ini dan sangat dikenal masyarakat.
Tumbuhan
48 | P a g e
yang potensial untuk menghasilkan bioetanol adalah
tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti:
tebu, nira, sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung,
jerami, bonggol jagung, dan kayu.
2.
POTENSI
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dari
beberapa jenis tanaman tersebut ada jenis tanaman yang
potensialdikembangkan kerena karakteristik yang dimilikinya,
diantaranya adalah :
a. Kelapa
sawit
Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jack) merupakan jenis
tumbuhan monokotil, dimana kandungan sabutnya
(mesocarps) berakumulasi minyak. Pabrik-pabrik biodisel skala
komersial yang sekarang sudah beroperasi di tanah air
menggunakan CPO dari kelapa sawit sebagai bahan bakunya.
Faktor ketersediaan menjadi alasan utama kenapa
digunakannya CPO.
48 | P a g e
200 kg CPO, limbah padat Tandan Kosong Kelapa sawit (TKKS)
250 kg dan
0,5 m3 LCPKS. Ini dihitung dari neraca PKS, Jika dihitung dengan
cara ini, maka diperkirakan jumlah TKKS tahun 2006 adalah
sebanyak 20.75 juta
ton. Misalkan kadar air TKKS ini adalah 50%, maka jumlah
TKKS kering (OD) kira-kira 10.375 juta ton. Kandungan TKKS
adalah 45.80% selulosa dan 26.00% hemiselulosa. Kembali
ke perhitungan menurut Badger (2002) maka potensi
bioetanol adalah sebesar 2,000 juta Liter. Jumlah yang tidak
sedikit dan setara dengan 1446.984 liter bensin.
49 | P a g e
b. Jarak pagar (Jathropa curcas
linneaus).
Tanaman ini tergolong tanaman yang nakal karena dapat
dengan mudah beradaptasi pada berbagai cuaca dan tidak
membutuhkan banyak air serta pupuk. Usia panen tanaman ini
adalah enam hingga delapan bulan, namun hasil buah yang
optimal baru dapat dinikmati pada usia lima tahun. Bagian yang
diambil dari jarak pagar adalah biji dan kulit (karnel) buahnya,
dengan kandungan minyak masing-masing sebesar 33 persen
dan 50 persen. Setiap satu hektar lahan dapat ditanami
dengan 2.500 jarak pagar dan diperkirakan mampu
menghasilkan biodisel sekitar 1,7 kilo liter biodisel pertahun.
c. Tetes Tebu
( Molase )
49 | P a g e
d.
Sorgum
Sorgum yang selama ini dikenal sebagai bahan pangan
juga berprospek menjadi bahan bioetanol. Rendemen sorgum
biji jauh lebih tinggi, kata Dr M
Arif Yudianto, kepala bidang Teknologi Etanol dan
Derivatif B2TP.
Alumnus Tokyo University of Agriculture & Technologyitu
menggambarkan
2,5 kg sorgum kawali dapat menjadi seliter bioetanol.
Itu artinya rendemen Sorghum bicolor 40%.
50 | P a g e
Tingginya nilai pati mendorong Balai Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) mencetak sorgum dengan kadar gula tinggi. Tetua
yang dipakai adalah durra asal ICRISAT India. 'Sorgum itu
kemudian diinduksi sinar gamma. Nantinya ia akan memiliki
sifat tahan kekeringan, tahan serangan penyakit, dan menelan
biaya produksi rendah,' kata Dr Soeranto Hoeman, peneliti
BATAN.
e. Jerami
Padi
Jerami padi mengandung kurang lebih 39% sellulosa
dan 27,5%
hemiselullosa. Kedua bahan polysakarida ini dapat dihidrolisis
menjadi gula sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi
menjadi ethanol. Potensi produksi jerami padi per ha kurang
lebih 10 15 ton, jerami basah dengan kadar air kurang lebih
60%. Jika seluruh jerami per ha ini diolah menjadi ethanol (fuel
grade ethanol), maka potensi produksinya kurang lebih 766
hingga 1,148 liter/ha FGE (perhitungan ada di lampiran).
Dengan asumsi harga ethanol fuel grade sekarang adalah Rp.
5500,- (harga dari pertamina), maka nilai ekonominya kurang
lebih Rp. 4,210,765 hingga 6,316,148 /ha.
51 | P a g e
(2002) adalah sebesar 0.20L/kg jerami. Nah, dari data ini bisa
diperkirakan berapa potensi etanol dari jerami padi di Indonesia,
yaitu:
Kita ambil data yang pesimis yaitu cara Badger (2002), jumlah
etanol tersebut dapat menggantikan bensin sejumlah: 7,915 -
11,874 juta liter. Cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin
nasional selama satu tahun.
Selulo
sa
Selulosa adalah polymer glukosa (hanya glukosa) yang tidak
bercabang. Bentuk polymer ini memungkinkan selulosa saling
menumpuk/terikat menjadi bentuk serat yang sangat
kuat. Panjang molekul selulosa
ditentukan oleh jumlah unit glucan di dalam polymer,
disebut dengan
derajat polymerisasi. Derajat polymerase selulosa tergantung
pada jenis tanaman dan umumnya dalam kisaran 2000 27000
unit glucan. Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan
menggunakan asam atau enzim. Selanjutnya glukosa yang
dihasilkan dapat difermentasi menjadi etanol.
Hemiselulo
sa
Hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polymer
gula. Namun, berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun
51 | P a g e
dari glukosa, hemiselulosa tersusun dari bermacam-macam
jenis gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa terdiri dari
monomer gula berkarbon 5 (C-5) dan 6 (C-6), misalnya:
xylosa, mannose, glukosa, galaktosa, arabinosa, dan
sejumlah kecil rhamnosa, asam glukoroat, asam metal
glukoronat, dan asam galaturonat. Xylosa adalah salah satu
gula C-5 dan merupakan gula terbanyak kedua di di biosfer
setelah glukosa. Kandungan hemiselulosa di dalam biomassa
lignoselulosa berkisar antara 11% hinga 37 % (berat kering
biomassa). Hemiselulosa lebih mudah dihidrolisis daripada
selulosa,
tetapi gula C-5 lebih sulit difermentasi menjadi etanol
daripada gula C-6.
52 | P a g e
Gambar hemiselulosa
Ligni
n
Lignin adalah molekul komplek yang tersusun dari unit
phenylphropane yang terikat di dalam struktur tiga dimensi.
Lignin adalah material yang paling kuat di dalam biomassa.
Lignin sangat resisten terhadap degradasi, baik secara biologi,
enzimatis, maupun kimia. Karena kandungan karbon yang
relative tinggi dibandingkan dengan selulosa dan hemiselulosa,
lignin memiliki kandungan energi yang tinggi.
Glukos
a
Glukosa (C6H12O6) adalah gula sederhana
(monosakarida). Glukosa adalah salah satu produk utama
fotosistesis dan merupakan komponen structural pada
tanaman. Glukosa merupakan gula C-6 yang memiliki beberapa
bentuk, tetapi umumnya digambarkan sebagai cincin karon
seperti gambar di bawah ini.
Gambar
glukosa
Ethanol dapat diproduksi melalui fermentasi glukosa.
Umumnya biokonversi glukosa menjadi etanol dilakukan dengan
memanfaatkan yeast.
Reaksi umumnya adalah sebagai berikut: C6H12O6 -> 2CO2
+2C2H5OH +
52 | P a g e
Pana
s.
Pembakaran akan merombak etanol, oksidasi (penambahan
oksigen dari udara) hydrogen menghasilkan uap air (H2O),
karbon menjadi karbondioksida (CO2) dan melepaskan energi.
53 | P a g e
Kandungan Lignoselulosa & Potensi Etanol Yang
DapatDihasilkan Komponen selulosa yang bisa dirombak
menjadi etanol adalah hasil hidrolisis selulosa dan
hemiselulosa. Data-data di bawah ini dikumpulkan dari
beberapa sumber. Potensi produksi etanol dihitung dengan
metode yang disampaikan oleh Badger (2002). Kalau ada
yang punya data lebih baik dan lebih akurat silahkan dikoreksi.
Pervapor
asi
Pervaporasi merupakan proses pemisahan suatu campuran
dengan perubahan bentuk dari cair menjadi uap pada
sisi membran. Letak
perbedaannya, teknik pemisahan berbasis membran ini
bekerja berdasarkan mekanisme difusilarutan. Dengan
menggunakan metode pervaporasi inilah dipastikan bioetanol
yang dihasilkan fuel grade etanol alias sesuai standar mutu
bahan bakar yang berkadar etanol 99,8%.
Efekt
if
Untuk meningkatkan kadar etanol, teknologi membran lebih
efektif. Bandingkan dengan cara konvensional berupa
destilasi dan dehidrasi. Ketika proses destilasi, bioetanol
membentuk azeotrop. Artinya, antara etanol dan air yang
terkandung sulit dipisahkan. Destilasi dengan meninggikan
kolom sekali pun, air sulit diceraikan dari etanol. Memang
masih ada sebuah cara untuk menarik air yaitu dengan
menambahkan zat toluen.
Efisie
n
Artinya biaya itu jauh lebih murah ketimbang teknologi
gamping. Gamping alias kalsium karbonat acap
dimanfaatkan sebagai penyerap air untuk
mengatrol kadar etanol. Pelaksanaannya memang mudah.
Produsen tinggal
mencelupkan 1 kg gamping ke dalam wadah berisi 4 liter
bioetanol. Sayang, bukan cuma air yang terserap, tetapi juga
bioetanol. Kehilangan bioetanol akibat serapan gamping
mencapai 30%. Alkohol tak dapat keluar lagi lantaran terikat
pada pori-pori gamping.
Pemanfaatan Limbah
Bioetanol
Limbah dari proses produksi pun dapat dimanfaatkan
sebagai bahan campuran pembuatan pupuk organik. Karena
berasal dari biomasa, limbah bioetanol baik cair maupun
padat mengandung bahan organik yang dibutuhkan
tanaman, mengandung unsur makro dan mikro yang
diperlukan tanaman.
Limbah
Cair
Untuk membuat pupuk, 4 liter limbah cair dicampur dengan 1
liter larutan mineral, 1 kg ampas tebu yang sudah menjadi abu,
dan 2 sak alias 100 kg pupuk kandang. Pupuk kandang asal
kotoran ternak adalah sumber nitrogen, unsur makro yang
paling dibutuhkan tanaman. Limbah bioetanol
yang mengandung enzim alfa-amilase berperan mengurai
protein dalam kotoran ternak menjadi zat organik yang bisa
diserap tanaman. Untuk memperkaya hara, ditambahkan
larutan mineral terdiri dari unsur mikro seperti magnesium,
besi, mangan, dan boron.
Limbah
Padat
Sementara limbah padat bioetanol dicampur dengan bekatul
dan pupuk kandang digunakan sebagai pakan ternak
sapi. Hasil penelitian di
Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya,
Malang, limbah padat kaya kandungan karbohidrat, glukosa,
dan serat. Total kalori yang dihasilkan lebih tinggi dibanding
onggok ampas tapioka, yang sama-sama dihasilkan dari
singkongdan bungkil kedelai. Ragi untuk fermentasi kaya
protein. Fermentasi juga membuat protein singkong lebih
mudah diubah menjadi daging,Makanya total
kalorinya lebih tinggi. Maklum, meski pakan
utamanyatanaman hijau, asupan karbohidrat dan glukosa
pada sapi membuat pertambahan bobot lebih cepat. Itu
lantaran keduanya lebih mudah dikonversi menjadi daging
ketimbang selulosa-kandungan utama pakan hijauan. Makanya
begitu pakan mengandung limbah padat bioetanol diberikan
pada 3 sapi peranakan ongole, bobotnya naik 10% dari 240
kg. Tak melulu sapi, limbah padat
bioetanol bisa menjadi alternatif konsentrat buatan pabrik
untuk kerbau, kambing, dan ayam.
3.1 BAHAN
BAKU :
Ada 3 kelompok tanaman yang dapat dijadikan bahan baku
untuk produksi biethanol yaitu :
Mengandung Pati, semisal : singkong, kelapa sawit,
tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak,
malapari, dan nyamplung.
Bergula, semisal : tebu (sugarcane), gandum
manis (sweet sorghum), tetes tebu (molase), nira
aren, nira tebu nira surgum manis, dan
Serat Selulosa, semisal : batang sorgum, batang pisang,
jerami, kayu, dan bagas. Seluruh bahan baku ini semuanya
ada di Indonesia
Sumber biomassa lignoselulosa antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Limbah pertanian/industri pertanian : jerami, tongkol
jagung, sisa pangkasan jagung, onggok, dll
2. Limbah perkebunan: TKKS, bagase, sisa pangkasan
tabu, kulit buah
kakao, kulit buah kopi, dll
3. Limbah kayu dan kehutanan: sisa gergajian, limbah
sludge pabrik kertas, dll
4. Sampah organik: sampah rumah tangga, sampah pasar,
dll
Peralata
n:
Adapun rangkaian peralatan proses adalah
sebagai berikut:
Peralatan penggilingan
Pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor,
steam line dan insulasi
External Heat Exchanger
Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators)
Tangki Penampung Bubur
Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor
Unit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat
kontrol
Boiler, termasuk system feed water dan softener
Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting
Tangki penyimpan air hangat, termasuk pompa dan
pneumatik
Pompa Utilitas, Kompresor dan kontrol
Perpipaan dan Electrikal
Peralatan Laboratorium
Lain-lain, termasuk alat-alat maintenance
RINCIAN KEUANGAN
BAHAN BAKU
No Jenis Biaya Jumlah Harga Satuan Total
MOLASE
Biaya investasi
1 Mesin 1 paket Rp Rp
pengolah bioetanol 100.000.000/pak 100.000.000
2 Zeolit local 2 X et 1.500/kg
Rp Rp 141.000
47 kg
Total biaya investasi Rp
100.141.000
Biaya produksi
1 Molase 280 kg Rp 700/kg Rp 196.000
2 Ragi 310 g Rp 75.000/kg Rp 23.250
3 Urea 161 g Rp 2.000/kg Rp 322
4 NPK 80 g Rp 3.500/kg Rp 280
5 Biomassa 1 m3 Rp 10.000/m3 Rp 10.000
6 Listrik 5 kwh Rp 650/kwh Rp 3.250
7 Tenaga kerja 2 orang Rp Rp 40.000
operator 20.000/orang/ha
9 Biaya ri Rp 141
penyusutan zeolit
Totallokal
biaya produksi perhari Rp 273.243
Biaya produksi per liter Rp 3.903,5
Pendapatan perhari 70 liter x Rp 10.000 per liter Rp 700.000
Laba perhari Rp 426.757
R/C ratio 2,561
Net B/C ratio 61 %
Payback period 0,98
Laba Bersih perbulan = Laba per hari x
30 hari
= Rp 426.757 x 30
= Rp 12.802.710 / 2100 Liter
= atau Rp 6.096,5 / Liter
BAHAN BAKU
SINGKONG
No Jenis Biaya Jumlah Harga Satuan Total
Biaya investasi
1 Mesin 1 paket Rp Rp
pengolah 150.000.000/pak 150.000.000
2 bioetanol
Zeolit lokal 2 X 47 et 1..500/kg
Rp Rp 141.000
Total biaya investasi kg Rp
150.141.000
Biaya produksi
1 Bahan baku 455 kg Rp 300/kg Rp 136.500
singkong
2 Enzim alfa amilase 135 g Rp 71.000/kg Rp 9.585
3 Enzim beta 81 g Rp 77.000/kg Rp 6.237
4 amilase
Ragi 310 g Rp 75.000/kg Rp 23.250
5 Urea 161 g Rp 2.000/kg Rp 322
6 NPK 80 g Rp 3.500/kg Rp 280
7 Biomassa 2 m3 Rp 10.000/m3 Rp 20.000
10 Tenaga 3 orang Rp Rp 60.000
kerja operator 20.000/orang/ha
12 Biaya penyusutan zeolit lokal ri Rp 141
Total biaya produksi perhari Rp 256.315
Biaya produksi per liter Rp 3.661,6
Pendapatan perhari 70 liter x Rp 10.000 per liter Rp 700.000
Laba perhari Rp 443.685
R/C ratio 2,73
Net B/C ratio 63,4%
Payback period 0,94
KESIMPUL
AN
Bioetanol adalah bahan bakar alternatif masa depan
yang ramah lingkungan dan bersifat renewable
1. Lokasi
Kebun
Sebagian besar lahan perkebunan untuk para calon
investor terletak di bahu jalan dan dapat dilalui oleh mobil
keluarga. Lokasi berada di daerah
Kota Serang yaitu di Kecamatan Cipocok, Kecamatan Curuk
serta di daerah Kabupaten Serang yaitu Kecamatan Pabuaran,
Kecamatan Ciomas, Kecamatan Padarincang, Kecamatan
Mancak. Saat ini kami sedang melakukan pengembangan
perkebunan hingga di daerah Pandeglang Kalimantan Timur,
yakni di Kecamatan Bojong (lokasi kebun berjarak 5 km
dari
pabrik tepung tapioka modern). Sebagian besar lahan
perkebunan mengunakan sistem sewa berjangka.
2. Bibit
Singkong
Bibit Singkong yang kami tanam adalah 2 macam, yaitu:
Bibit kawinan antara Singkong Karet dan
Singkong Manggu
Bibit kawinan antara Singkong Karet dan
Singkong Kasesa
3. Modal
Investasi
Modal Investasi Kerjasama Budidaya Perkebunan
Singkong adalah sebesar Rp. 20.000.000,- per pohon
(batang), minimal modal investasi
adalah 22.000.000
batang.
4. Hasil Keuntungan
Investasi
Hasil Keuntungan Investasi Kerjasama Budidaya Perkebunan
Singkong adalah sebesar Rp. 5.000,- per pohon (batang)
atau setara dengan Rp.
100.000.000.000 (seratus milyar
rupiah)
5. Jumlah Tanaman yang
ditanam
Jumlah sesungguhnya tanaman yang kami tanam
kami lebihkan minimal 50% dari jumlah milik Investor.
Misalnya jika investor bergabung untuk 5000 tanaman,
maka kami menanam sejumlah minimal 7.500 tanaman. Hal
ini untuk mengantisipasi tanaman yang mati atau rusak
akibat hama serta apabila terjadi kegagalan
pencapaian produksi panen (panen tidak mencapai 20 kg
per batang misalnya).
6. Bagi
Hasil
Pola Bagi Hasil Kerjasama Budidaya Perkebunan Singkong ini
adalah:
Untuk Investor (Pemodal) adalah sebesar 50% dari
Panen Bersih
Pengelola (Pengarap) sebesar 50% dari
Panen Bersih
7. Durasi
Kerjasama
Durasi Kerjasama Budidaya Perkebunan Singkong ini
adalah selama
12 bulan.
Akte perjanjian kerjasama ditandatangani bersama
di hadapan
Notaris di
Serang.
8. Pemasaran Hasil
Panen
Saat ini kami memproduksi sendiri hasil panen
singkong menjadi berbagai turunannya seperti kripik
singkong, gaplek dan tepung.
Kami juga adalah salah pemasok singkong segar dan
turunannya ke pasar lokal, industri food, industri feed serta
industri bio ethanol di daerah Kalimantan Timur hingga
Lampung.
Para investor yang telah bergabung, kami bebaskan anda untuk
memonitor perkembangan kebun singkongnya kapan saja mulai
dari awal pembukaan lahan sampai penimbangan saat panen
raya (terbuka/transparan) tanpa
perlu membuat perjanjian atau menghubungi kami
terlebih dahulu, langsung saja ke kebun anda (on the spot).
Kelemahan
(Weaknesses):
Minimalnya pengetahuan pemasaran
(marketing)
Produk yang dihasilkan tidak dapat dibedakan
dengan produk pesaing
Letak perusahaan atau institusi
terpencil
Mutu produk
rendah
Peluang
(Opportunities):
Market yang terus
berkembang
Penggabungan
perusahaan
Munculnya segmen pasar
yang baru
Market
internasional
Pasar yang kosong karena ketidaksanggupan kompetitor
memenuhi permintaan pelanggan
Ancaman
(Threats):
Pesaing baru di segmen pasar
yang sama
Persaingan harga dengan
pesaing
Pesaing mengeluarkan produk yang lebih bagus
kualitasnya
Pesaing menguasai pangsa pasar
terbesar
Bioetanol dan
Pembuatannya
Bioetanol pada dasarnya adalah etanol atau senyawa
alkohol yang diperoleh melalui proses fermentasi biomassa
dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol yang diperoleh dari
hasil fermentasi bisa memilki berbagai macam kadar. Bioetanol
dengan kadar 90-94% disebut bioetanol tingkat industri. Jika
bioetanol yang diperoleh berkadar 94-99,5% maka disebut
dengan bioetanol tingkat netral. Umumnya bioetanol jenis ini
dipakai untuk campuran minuman keras, dan yang
terakhir adalah bioetanol tingkat bahan bakar. Kadar
bioetanol tingkat ini sangat tinggi, minimal 99,5%. Dewan
Standarisasi Nasional (DSN) telah menetapkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) untuk bioetanol. Saat ini ada dua jenis SNI
bioetanol, yaitu SNI DT 27-0001-2006 untuk bioetanol
terdenaturasi dan SNI-06-3565-1994 untuk alkohol teknis yang
terdiri dari Alkohol Prima Super, Alkohol Prima I dan Alkohol
Prima II. Alkohol Prima Super memiliki kadar maksimum 96,8 %
dan minimum 96,3 %, sedangkan Prima I dan Prima II minimal
96,1 % dan 95,0 %. Semua diukur pada temperature 15 oC.
Untuk mengkonversi biomassa menjadi bioetanol diperlukan
langkah- langkah sebagai berikut (Gan Thay Kong, 2010)
1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa. Pada langkah
ini pati atau
karbohidrat dihancurkan oleh enzim atau asam mineral
menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Jika bahan baku
yang digunakan buah-buahan mengandung gula tidak
perlu dilakukan hidrolisis
2. Proses Fermentasi, atau konversi gula menjadi etanol dan
CO2. Jumlah dan kadar bioetanol yang dihasilkan sangat
tergantung pada proses ini, oleh karena itu proses ini
harus dikontrol sehingga dapat dihasilkan bioetanol dalam
jumlah banyak dan berkadar tinggi.
3. Proses distilasi untuk memisahkan bioetanol dari air
sehingga diperoleh bioetanol dengan kadar 95-96%.
Karena titik didih air berbeda dengan bioetanol, maka
kedua komponen tersebut dapat dipisahkan melalui teknik
distilasi.
4. Proses dehidrasi untuk mengeringkan atau
menghilangkan sisa air di
dalam bioetanol sehingga tercapai bioetanol dengan
kadar lebih dari
99,5% (Fuel Grade Ethanol
(FGE))
Keunggulan
Bioetanol
Bioetanol merupakan zat kimia yang memiliki banyak
kegunaan, misalnya : Sebagai bahan kosmetik, sebagai
bahan bakar, sebagai pelarut, sebagai bahan minuman
keras
Penggunaan bioetanol mengurangi emisi gas CO (ramah
lingkungan)
secara signifikan, Bioetanol bisa dipakai langsung sebagai
BBN atau dicampurkan ke dalam premium sebagai aditif
dengan perbandingan tertentu (Gasohol atau Gasolin
alcohol), jika dicampurkan ke bensin maka bioetanol bisa
meningkatkan angka oktan secara signifikan.
Campuran 10% bioetanol ke dalam bensin akan
menaikkan angka oktan premium menjadi setara dengan
pertamax (angka oktan 91),
Production cost bioetanol relatif rendah oleh karena
itu bioetanol dapat dibuat oleh siapa saja termasuk UMKM
dan home industry.
Teknologi pembuatan bioetanol tergolong low
technology sehingga masyarakat awam dengan
pendidikan terbatas dapat membuat bioetanol sendiri
Sumber bioetanol, seperti singkong, tebu, buah-buahan
dan jagung
mudah
dibudidayakan.
Instalasi dan nilai
investasi
MENGHITUNG KAPASITAS
PRODUKSI
Nilai yang cukup untuk sebuah produk yang diolah dari limbah.
Nilai keuntungan ini akan semakin melimpah andaikata
limbah bioetanol tersebut diolah menjadi POC yang nilainya
bisa 3 x lipat lebih tinggi dari bioetanol. Catatan volume limbah
bioetanol 13 x lipat dari kapasitas produksinya. Jadi nilai
ekonomi POC bisa mencapai 39 kali dari potensi ekonomi
bioetanol.
MENGHITUNG KEBUTUHAN
PERALATAN
Drum
fermentor
Volume cairan yang
difermentasi 1600
liter x
25 hari = 40.000
liter, karena itu
kapasitas
fermentornya harus
bisa menampung
sebanyak itu.
Karena lama
fermentasi 3 hari,
jadi kapasitas
fermentornya adalah
4800 liter. Kalau
pakai drum dengan kapasitas 200 liter berarti perlu 14 drum.
Bisa juga menggunakan tandon air dengan kapasitas 500 liter
yang jumlahnya 10 tandon.
Tandon
Fermentor
3. ANALISIS USAHA
BIOETANOL
singkong. Asumsi:
1. Lahan yang digunakan untuk produksi adalah milik
sendiri, bukan sewa.
2. Umur ekonomis mesin produksi bioetanol 10 tahun.
3. Umur ekonomis zeolit lokal 500 kali pemakaian setara 500
hari.
4. Jam kerja produksi 8 jam/hari.
5. Harga jual bioetanol berkadar 99% Rp5.500 per liter.
6. Tingkat suku bunga Bank Indonesia saat perhitungan 8%.
7. Kapasitas produksi 70 liter per hari.
8. Bioetanol yang dihasilkan berkadar
Biaya 41.096
penyusutan mesin
Biaya 141
penyusutan zeolit
BAB IV
PENUTUP
Proyek usaha terpadu
Budidaya
singkong gajah
berdasarkan hasil
analisis usaha
diatas
sangat
menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
21. Wodzicka, M., Tomaszewska, A. Djajanegara, S.
Gardiner, T.R.
Wiradarya, dan I.M. Mastika, 1993. Small Ruminant
Production In The Humid Tropics (With Special Reference to
Indonesia). Sebelas Maret University Press. Surakarta.
26. Suprapto., I.K.Mahaputra., M.A. T. Sinaga., I.G.A.
Sudaratmaja dan M.Sumartini. 1999. Laporan Akhir
Pengkajian SUT Tanaman Pangan di Lahan Marginal.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
Denpasar. Bali
27. Yasa, I.M.R., I.N. Adijaya., IGAK Sudaratmaja., I.K.
Mahaputra., I.W.
Trisnawati., J. Rinaldi., D.A. Elizabeth., A.K. Wirawan dan
A. Rachim.
2005. Laporan Participatory Rural Appraisal di Desa Patas
dan Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak Buleleng Bali. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Denpasar.