Anda di halaman 1dari 7

PENGENDALIAN INTEREN (INTERNAL CONTROL)

SUATU ENTITAS

Kelompok 12 :

1. Kadek Dwiyanti Agustini (1506043010)

2. Kadek Arma Vania Diera (1506043017)

3. A.A Dewi Laksmi Septiradyani (1506043034)

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
4.1 KONSEP PENGENDALIAN INTERN

Sebelumnya istilah yang dipakai untuk pengendalian intern adalah sistem pengendalian
intern, sistem pengawasan intern dan struktur pengendalian intern. Mulai tahun 2011nistilah
resmi yang digunakan IAI adalah pengendalian intern.

Standar Pekerjaan Lapangan Yang Kedua menyebutkan (IAI, 2001:150.1):

Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkungan pengujian yang akan dilakukan.

IAI (2001:319.2) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang


dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a)
keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.

Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:

a. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, memengaruhi kesadaran


pengendalian orang- orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua
komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran risiko adalah idintifikasi entitas dan analaisis terhadap risiko yang relevan
untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko
harus dikelola.
c. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu membantu
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka.
e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu

LINGKUNGAN PENGENDALIAN
Lingkungan pengendalian menentapkan corak suatu organisasi dan memengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk
semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur.
Lingkungan pengendalian mencakup hal- hal berikut ini:
a. Integritas dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
d. Struktur organisasi
e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
PENAKSIRAN RISIKO
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern
maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negative memengaruhi kemampuan entitas untuk
mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi
manajemen dalam laporan keuangan.
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personil baru
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produk atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar akuntansi baru

AKTIVITAS PENGENDALIAN
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu dan memastikan
bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa
tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas sudah
dilaksanakan.
Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat
organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit
dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini:
a. Review terhadap kinerja
b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian fisik
d. Pemisahan tugas

INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan yang meliputi sistem
akuntansi, terdiir dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas
dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara
akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang
dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat
keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan
yang andal.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab
individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan
dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan
b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang
tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak sata transaksi dimulai sampai dengan
dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti computer dan
electronic data interchange) yang digunakan untuk mengirim, memporses, memelihara
dan mengakses informasi

PEMANTAUAN
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang
waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan
pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara
terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di
berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan
kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan
informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan customers dan komentar dari badan
pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan
perbaikan.
Konrath (2002:205), mengutip AICPA Professional Standards, mendefinisikan internal
control sebagai berikut:
The process effected by an entitys board of directors, management, and other personnel
designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the
following categories
Operations controls- relating to the effective use of the entitys resource;
Financial reporting controls-relating to the preparation of reliable published financial
statements; and
Compliance controls- relating to the entitys compliance with applicable laws and
regulations.
AICPA Professional Standards, seperti dikutip oleh Konrath (2001;205,206)
mengidentifikasikan lima komponen internal control yaitu: control environment, risk assessment,
information and communication, control activities and monitoring.

4.2 HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP


(SCOPE) PEMERIKSAAN
Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya
kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan
public, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini
tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan
tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas
pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berjalan
efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan
substantive test.
Misalnya:
Pada waktu mengirim konfirmasi jumlah piutang yang dikirimkan harus lebih banyak
Pada waktu melakukan observasi atau stock opname, test atas perhitungan phisik
persediaan harus lebih banyak.

Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif, maka
scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bisa dipersempit.

4.3 ALAT UNTUK MEMAHAMI PENGENDALIAN INTERN


Auditor harus mendokumentasikan pemahamannya tentang komponen pengendalian
intern entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit. Bentuk dan isi dokumentasi dipengaruhi
oleh ukuran dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern entitas. Sebagai contoh,
dokumentasi pemahaman tentang pengendalian intern entitas, serta sifat pengendalian intern
entitas yang besar dan kompleks dapat mencakup bagan alir (flow chart), kuesioner, atau table
keputsan. Namun, untuk entitas yang kecil, dokumentasi dalam bentuk memorandum sudah
memadai. Umunya, semakin kompleks pengendalian intern dan semakin luas prosedur yang
dilaksanakan, seharusnya semakin luas dokumentasi yang dilakukan oleh auditor.
Pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern merupakan bagian yang sangat penting
dalam proses pemeriksaan oleh akuntan public.
Karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap:
a. Keamanan harta perusahaan
b. Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
c. Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
d. Tinggi rendahnya audit fee
e. Jenis opini yang akan diberikan akuntan public

Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan public yaitu:


1. Internal Control Questionners
2. Flow chart
3. Narrative

4.3.1 INTERNAL CONTROL QUESTIONNERS


Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena dianggap lebih
sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar, yang bisa
digunakan untuk memahami dan mengevaluasi pengendalian intern di berbagai jenis perusahaan.
Pertanyaan- pertanyaan dalam ICQ dijawab Ya (Y), Tidak (T), atau Tidak Relevan (TR). Jika
pertanyaan- pertanyaan tersebut disusun dengan baik, maka jawaban Ya akan menunjukan ciri
internal control yang baik, Tidak akan menunjukan cirri conrol yang lemah, Tidak Relevan
berarti pertanyaan tersebut tidak relevan untuk perusahaan tersebut.

ICQ biasanya dikelompokkan sebagai berikut:


a. Umum
Biasanya pertanyaan menyangkut struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung
jawab, akte pendirian dan pertanyaan umum lainnya mengenai keadaan perusahaan.
b. Akuntansi
Pertanyaan- pertanyaan menyangkut keadaan pembukuan perusahaan, misalnya apakah
proses pembukuan dilakukan secara manual atau computerized, jumlah kualifikasi tenaga
kerja di bagian akuntansi dan lain- lain.
c. Siklus penjualan- piutang- penerimaan kas
Pertanyaan- pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat di perusahaan
dalam siklus penjualan (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
d. Siklus pembelian- utang- pengeluaran kas
Pertanyaan- pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat di perusahaan
dalam siklus pembelian (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
e. Persediaan
Pertanyaan- pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur penyimpanan dan pengawasan
phisik persediaan, sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan dan stock opname.
f. Surat berharga (securities)
Pertanyaan- pertanyaan menyangkut surat berharga, otorisasi untuk pembelian dan
penjualan surat berharga dan penilaiannya.
g. Aktiva tetap
Pertanyaan- pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur penambahan dan pengurangan
aktiva tetap, pencatatan dan penilaian aktiva tetap dan lain-lain.
h. Gaji dan upah
Pertanyaan- pertanyaan menyangkut kebijakan personalia (human resources
development) serta sistem dan prosedur pembayaran gaji dan upah.

Yang perlu diperhatikan adalah:


a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan- pertanyaan di ICQ kepada staf klien
dan kemudian mengisi sneidir jawabannya, jangan sekedar menyerahkan ICQ kepada
klien untuk diisi.
b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut harus
dimutakhirkan berdasarkan hasil Tanya jawab dengan klien.
c. Ada kecenderungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan- akan pengendalian
intern sangat baik.

Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan efektivitas dari
pengeendalian intern klien.

4.3.2 FLOW CHART (BAGAN ARUS)


Flow chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu unit
usaha, mislanya dalam flow chart untuk sistem dan prosedur pembelian, utang dan pengeluaran
kas, digambarkan arus dokumen mulai dari permintaan pembelian (purchase requisition), order
pembelian (purchase order) sampai dengan pelunasan utang yang berasal dari pembelian tersebut
Untuk auditor yang terlihat baik, penggunaan flow chart lebih ddisukai, karena editor bisa
lebih cepat melihat apa saja kelemahan- kelemahan dan kebaikan- kebaikan dari suatu sistem dan
prosedur.
Untuk penugasan tahun- tahun berikutnya, auditor harus selalu memutakhirkan
(mengupdate) flow chart tersebut untuk mengetahui apakah terdapat perubahan- perubahan
dalam sistem dan prosedur perusahaan.
Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through yaitu mengambil dua
atau tiga dokumen untuk mentest apakah prosedur yang dijalankan sesuai dengan apa yang
digambarkan dalam flow chart. Msialnya ambil satu set dokumen untuk pelunasan utang yang
berasal dari pembelian persediaan secara kredit. Periksa apakah semua dokumen (purchase
requisition, purchase order, receiving report, supplier invoice dan cash payment voucher) sudah
diproses sesuai dengan prosedur yang digambarkan dalam flow chart pembelian, utang dan
pengeluaran kas.

4.3.3 NARRATIVE
Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan prosedur akuntansi
yang berlaku di perusahaan, msialnya rposedur pengeluaran kas. Cara ini biasa digunakan untuk
klien kecil yang bentuk pembukuannya sederhana.

4.4 KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS


Terlepas dari bagaimana bagusnya dan operasinya, pengendalian intern hanya dapat
memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian
tujuan pengendalian intern entitas. Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh
keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern. Hal ini mencakup kenyataan
bahwa pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa
pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut, seperti
kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana. Disamping itu pengendalian dapat tidak
efektif karena adanya kolusi diantara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan
pengendalian intern.
Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas
tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalain tersebut. Meskipun hubungan
manfaat- biaya merupakan kriteria uatama yang harus dipertimbangkan dalam pendesainan
pengendalian intern, pengukuran secara tepat biaya dna manfata umumnya tidak mungkin
dilakukan. Oleh karena itu, manajemen melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta
pertimbangan dalam menilai hubungan biaya manfaat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai