Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Disusun oleh:
Kelompok II / Pararel D

1. Pingki Dwi NurLaeli (1631010136)


2. Muhammad Reza Maulana (1631010137)
3. Rafli (16310101 )
4. Adimas Krisna (16310101 )
5. Andre Puji Laksono (16310101 )
6. Nabila Ayu Nafira (1631010153)
7. Aissyah Lathifah (1631010158)
8. Yasmin Lutfia (1631010159)

UPN VETERAN JAWA TIMUR


TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME dan dengan
rahmat dan karunianya,makalah kimia dasar ini dapat kami selesaikan sebagai
tugas kami. Dalam batas-batas tertentu makalah ini memuat mengenai kerukunan
umat beragama.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai agama islam. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.

Surabaya,1 Desember 2016


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya memilih
satu dari 5 agama resmi di Indonesia. Namun kerukunan antar umat beragama di
Indonesia dinilai masih banyak menyisakan masalah. Kasus-kasus yang muncul
terkait masalah kerukunan beragama pun belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus
Ambon, Kupang, Poso, forum-forum islam ekstrimis dan lainnya menyisakan
masalah ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap membara dan
memanaskan suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemahaman masyarakat tentang kerukunan atar umat beragama perlu ditinjau
ulang. Dikarenakan banyaknya ditemukan ketidak adanya kerukunan antar agama,
yang menjadikan adanya saling permusuhan, saling merasa ketidak adilan. Maka
dari itulah pentingnya kerukunan umat beragama, agar semua masyarakat yang
mengalami dan tidak mengalami efek negative dari ketidak rukunan agama bahwa
kerukunan agama itu sangatlah penting.
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata islam berarti damai, selamat,
sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan
kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya
dan seluruh alam pada umumnya. Agama islam adalah agama yang Allah
turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu
kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-
rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu
mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing dan
berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang
multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja kerena
keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama
yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik, protestan,
Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan
agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan
tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar
umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang
mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong
menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama
yang sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua
anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna menghindari ledakan konflik
antarumat beragama yang terjadi tiba-tiba.
Makalah ini akan membahas tentang pentingnya menciptakan kerukunan antar
umat beragama dilingkungan masyarakat.

I.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud kerukunan umat beragama?
2. Apa saja hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kerukunan antar umat
beragama?

I.3. Tujuan
1. Mengatahui tentang materi kerukunan umat beragama.
2. Mengetahui contoh kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

I.4 Manfaat
1. Untuk memahami tentang materi kerukunan antar umat beragama .
2. Mengetahui manfaat dari pelaksaan kerukunan antar umat beragama
BAB II
PEMBAHASAN

Agama secara umum merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang


dianut oleh masyarakat menjadi norma dan nilai yang diyakini dan dipercaya.
Agama diakui sebagai seperangkat aturan yang mengatur keberadaan manusia di
dunia. Antar sesama satu agama dengan yang lain harus memiliki rasa toleran atau
mempunyai rasa saling menghargai (kerukunan). Kerukunan beragama di tengah
keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji
sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia
yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis.
Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap seiring dengan
berlangsungnya reformasi.

Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan


kerukunan antar umat beragama di Indonesia, dari luar maupun dalam negeri kita
sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa
dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk
menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk
mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat
dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak
berperan aktif dalam masyarakat.

Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah


tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari
ancaman, kekerasan hingga konflik agama.
Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia dipolakan dalam Trilogi
Kerukunan yaitu antara lain adalah :

1. Kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama Ialah kerukunan


di antara aliran-aliran / paham-paham /mazhab-mazhab yang ada dalam
suatu umat atau komunitas agama.

2. Kerukunan di antara umat / komunitas agama yang berbeda-beda Ialah


kerukunan di antara para pemeluk agama-agama yang berbeda-beda yaitu
di antara pemeluk islam dengan pemeluk Kristen Protestan, Katolik,
Hindu, dan Budha.

3. Kerukunan antar umat / komunitas agama dengan pemerintah Ialah supaya


diupayakan keserasian dan keselarasan di antara para pemeluk atau pejabat
agama dengan para pejabat pemerintah dengan saling memahami dan
menghargai tugas masing-masing dalam rangka membangun
masyarakat dan bangsa Indonesia yang beragama.

Dengan demikian kerukunan merupakan jalan hidup manusia yang memiliki


bagian-bagian dan tujuan tertentu yang harus dijaga bersama-sama, saling tolong
menolong, toleransi, tidak saling bermusuhan, saling menjaga satu sama lain.
Kerukunan antar umat beragama dapat dikatakan sebagai suatu kondisi sosial
dimana semua golongan agama bisa hidup berdampingan bersama-sama tanpa
mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.

Wujud dari Kerukunan antar umat beragama :

1. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan


agamanya.

2. Saling hormat menghormati dan bekerjasama intern pemeluk agama, antar


berbagai golongan agama dan umat-umat beragama dengan pemerintah
yang sama-sama bertanggung jawab mmbangun bangsa dan Negara.

3. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada
orang lain.
Dalam al-Quran yang menjadi sumber ajaran utama Islam, juga dijelaskan
oleh Allah terkait dengan anjuran agar dapat memanfaatkan keberagaman
sebagai sebuah kekuatan dengan langkah awal pengenalan. Hal ini secara jelas
disampaikan dalam surat al-Hujurat ayat 13:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.

Ayat tersebut memberikan penekanan pada perlunya untuk saling


mengenal. Karena semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya,
maka akan semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat.
Perkenalan ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah
dengan cara saling menarik pelajaran dan pengalaman dari pihak lain, yang
dampaknya tercerminnya kedamaian dan kesejahteraan duniawi dan
kebahagiaan ukhrawi. Saling mengenal yang digaris bawahi dalam ayat di atas
adalah pancing untuk meraih manfaat dan bukan ikannya. Maka dalam hal
ini yang diberikan adalah caranya dan bukan manfaatnya, karena memberi
pancing itu jauh lebih baik dari pada memberi ikan.
Namun apabila kita melihat masyarakat di negeri ini, nampaknya alat yang
diajarkan oleh al-Quran saling mengenal belum dimiliki oleh masing-
masing pihak, sehingga belum dapat menikmati hasilnya (kedamaian dan
kesejahteraan). Dapat dibuktikan dengan masih banyaknya perpecahan yang
dilatar belakangi oleh keberagaman yang ada di Indonesia, baik aliran
keagamaan maupun perbedaan agama. Maka untuk memanfaatkan
keberagaman menjadi sebuah kekuatan besar yang tak tertandingi, al-Quran
memberikan pancing berupa saling mengenal yang selanjutnya menuntut
dari semua keberagaman yang ada untuk saling mengenal antara pihak yang
satu dengan pihak lain.
Dengan demikian, yang diperlukan dalam hal ini adalah
sebuah ukhuwah (persaudaraan). Hal ini yang akan menjadi kajian penulis
dalam makalah ini, yaitu bagaimana al-Quran secara lugas berbicara tentang
persaudaraan dengan berbagai kajiannya.
- Pentingnya Ukhuwah
Dalam memantapkan ukhuwah, pertama kali al-Quran mengarisbawahi
bahwa perbedaan adalah hukum yang berlaku dalam kehidupan, dan
merupakan kehendak Ilahi untuk kelestarian hidup dan mencapai tujuan
kehidupan makhluk di pentas bumi. Hal ini dijelaskan dalam al-Quran surat
al-Maidah: 48 sebagai berikut.

dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami
berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

Dalam surat al-Hajj (22): 67 juga dijelas


bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka
lakukan, Maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan
(syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu
benar-benar berada pada jalan yang lurus.

Ayat di atas menyampaikan pesan bahwa sikap toleran adalah sikap ideal
yang harus digunakan dalam menyikapi perbedaan, sedangkan tindakan
mendebat dan memperuncing perbedaan tradisi merupakan tindakan yang
keliru. Merupan satu bagian penting dari refrmasi Islam adalah kesadaran
bahwa toleransi bukanlah gagasan Barat, melaikan konsep universal al-Quran.
surat al-Kahfi: 6 dan surat Yunus: 99

Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih


hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada
keterangan ini (Al-Quran).
dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di
muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?

Dalam ayat yang lain dijelaskan juga tentang anjuran supaya berpegang
teguh pada ajaran Allah dan dilarang bercerai berai, karena memilih bercerai
belai (pecah belah) sama dengan mengambil posisi di neraka. Hal ini terdapat
dalam surat Ali Imran (3): 103
dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-
orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

1. Kendala-Kendala Dalam Pelaksaan Kerukunan Antar Umat Beragama

- Rendahnya Sikap Toleransi

Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi
antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap
toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P.
Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung
(indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi
yang sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan
mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih
mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama
sama-sama menjaga jarak satu sama lain. Masing-masing agama mengakui
kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain
bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi
hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya.
Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak
yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik.

- Kepentingan Politik

Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai


kendala dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan anta umat beragama
khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-
faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun
dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-
puluh tahun, dan dengan demikian kita pun hampir memetik buahnya.
Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi
hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir
menyambar yang dengan mudahnya merontokkan bangunan dialog yang
sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini,
kita tidak hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi
lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-
saudara kita, yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita
tidak bisa hidup secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun
sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita seringkali
menunggangi agama dan memanfaatkannya.

- Sikap Fanatisme

Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan


berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan
berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai
Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang
menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran
agama seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat.
Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang
benar dan dapat menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat,
ia harus memeluk Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim,
menurut perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi Allah.

Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-


masing sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga
memiliki agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak
bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada
banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki
pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang
bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif
seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama
gereja adalah mengajak mereka yang percaya untuk meningkatkan
keimanan dan mereka yang berada di luar untuk masuk dan bergabung.
Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang akan
dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan
pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka timbullah
sikap fanatisme yang berlebihan.

2. Solusi
- Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik
secara tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan
pertarungan. Karena itulah dalam perkembangan ilmu sejarah dalam
beberapa dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada politik yang
kemudian disebut sebagai sejarah konvensional dikembangkan dengan
mencakup bidang-bidang kehidupan sosial-budaya lainnya, sehingga
memunculkan apa yang disebut sebagai sejarah baru (new history).
Sejarah model mutakhir ini lazim disebut sebagai sejarah sosial (social
history) sebagai bandingan dari sejarah politik (political history).
Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia
akan sangat relevan, karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi lain
hubungan para penganut kedua agama ini di luar bidang politik, yang sangat
boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada
gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-
existence) di antara para pemeluk agama yang berbeda.

Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama-
agama lain) akan terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan
peningkatan globalisasi, revolusi teknologi komunikasi dan transportasi, kita
akan menyaksikan gelombang perjumpaan agama-agama dalam skala
intensitas yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir
tidak ada lagi suatu komunitas umat beragama yang bisa hidup eksklusif,
terpisah dari lingkungan komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu
contoh kasus dapat diambil: seperti dengan meyakinkan dibuktikan Eck
(2002), Amerika Serikat, yang mungkin oleh sebagian orang dipandang
sebagai sebuah negara Kristen, telah berubah menjadi negara yang secara
keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia, dalam batas tertentu, juga
mengalami kecenderungan yang sama. Dalam pandangan saya, sebagian
besar perjumpaan di antara agama-agama itu, khususnya agama yang
mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-waktu tertentuketika
terjadi perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang
memunculkan krisis pertikaian dan konflik sangat boleh jadi meningkat
intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita,
bahwa kedamaian lebih sering menjadi feature utama. Kedamaian dalam
perjumpaan itu, hemat saya, banyak bersumber dari pertukaran (exchanges)
dalam lapangan sosio-kultural atau bidang-bidang yang secara longgar dapat
disebut sebagai non-agama. Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin
intensif menyangkut gagasan-gagasan keagamaan melalui dialog-dialog
antaragama dan kemanusiaan baik pada tingkat domestik di Indonesia
maupun pada tingkat internasional; ini jelas memperkuat perjumpaan secara
damai tersebut. Melalui berbagai pertukaran semacam ini terjadi penguatan
saling pengertian dan, pada gilirannya, kehidupan berdampingan secara
damai.

- Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap
terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita
tidak perlu bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya
mengembangkan optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa
depan dialog.

- Kerukunan antar umat beragama dapat terlihat di dalam masyarakat


Indonesia.
Di sekolah :
1. Di sekolah contohnya, anak beragama Islam dapat berteman dengan
baik dengan anak beragama Kristen. Mereka bisa belajar bersama dan
bermain bersama tanpa harus mengganggu ibadah masing-masing.
2. Para guru juga tidak membedakan antara siswa muslim dengan non
muslim dalam hal penilaian pelajaran mereka.
3. Fasilitas yang diberikan juga sama sehingga semuanya merasa tidak ada
perbedaan kecuali hanya dalam hal keimanan dan ibadah yang dijalankan.
4. Siswa sekolah yang beragama non muslim bisa membantu siswa yang
muslim misalnya saat mengerjakan tugas rumah, begitu juga sebaliknya.

Di Masyarakat :
1. Saat diadakan kegiatan seperti kerja bakti maka semua warga baik yang
beragama Islam, Kristen, Hindu, dan lainnya juga ikut bekerja sama
membersihkan lingkungan tanpa saling mencurigai satu sama lain.
2. Saat tetangga yang beragama Kristen atau Katholik merayakan natal maka
lingkungan sekitarnya tidak mengganggu. Mereka bisa memberikan kue
kepada warga agama lainnya dan yang menerima kue tersebut juga
menerimanya dengan senang hati.
3. Hal tersebut dapat diterapkan jika antara warga masyarakat yang berbeda
agama tersebut saling menerima dan tidak ada rasa curiga serta
merendahkan agama yang berbeda.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
2. Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan
dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari
ancaman, kekerasan hingga konflik agama.
3. Kendala-Kendala dari upaya perwujudan kerukunan beragama diantaranya
Rendahnya Sikap Toleransi
Kepentingan Politik
SikapFanatisme
4. Solusi yang dapat diambil antara lain

Dialog Antar Pemeluk Agama


Bersikap Optimis

3.2 Saran
Sebaiknya kita sesama manusia agar bisa mengedepankan toleransi,
menjaga sikap dan think possitive demi terciptanya kerukunan antar umat
beragama. Selain itu, kita sebagai manusia khususnya sebagai umat islam tidak
bersifat terlalu fanatik yang menganggap agama kita lebih baik dari agama orang
lain, karena bahkan Rasulullah SAW pun menganjurkan agar umat muslim selalu
mengedepankan toleransi dalam urusan duniawi. Hal itu semata-mata untuk
menciptakan kerukunan antar umat beragama apalagi di negara Republik
Indonesia ini yang masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa, budaya dan
agama yang berbeda-beda. Maka kerukunan antar umat beragama mutlak
terwujud khususnya di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Dinaeni.2012.Kerukunan Antar Umat Beragama.(https://dinaeni.word-
press.com/201 2/01/08/ kerukunan-antar-umat-beragama/). Diakses pada
Rabu, 23 November 2016 pukul 20.32 WIB

Anda mungkin juga menyukai