Kelas 3 : terapi terbukti tidak bermanfaat, tidak efektif bahkan pada beberapa
kasus terapi tsb berbahaya
C: data diperoleh dari opini ahli yang melakukan suatu study retrospektif dan
penelitian lain
Slide 4: jadi, dari tahun ke tahun jumlah pasien AF terus meningkat. Sehingga
terapi AF terus di update dan dipublikasikan, oleh karena itu ESC menerbitkan
edisi ke2 dari guideline AF yang sebelumnya sdh diterbitkan pada 2010
Slide 6: berikut adalah perkembangan pengobatan dan outcome nya pada pasien
AF
Terapi spesifik untuk aritmia dalam hal ini AF ditunjukkan dengan warna kuning,
dimana pada tahun 2000 dipakai rate control untuk mengontrol denyut jantung
pada AF, tahun 2005 mulai dipakai amiodarone, disusul dengan penggunaan
dronedarone yang ternyata berbahaya pada permanen AF dan pada tahun 2015
ditemukan fakta bahwa ternyata beta blocker tidak menunjukkan perbaikan
prognosis jika digunakan pada AF dengan komorbid gagal jantung
Pada negara berkembang keterkaitan usia dengan jenis kelamin wanita tidak
berpengaruh banyak, namun meskipun demikian mortalitas nya lebih tinggi
dibanding pria.
Perempuan dengan usia yang lebih tua, resiko stroke, lebih simptomatik dan
banyak komorbid serta mereka lebih jarang mendapt ritme kontrol terapi
Namun perempuan sama dengan laki-laki dalam hal resiko perdarahan akibat
antikoagulasi seta outcome dari tindakan ablasi kateter
Rekomendasi : AF harus dapat didiagnosis dan diberikan terapi dalam hal ini
antikoagulan untuk mencegah stroke dan mati
Kateter atau ablasi bedah sama efektifnya pada wanita dan pria
Salah satu yg terpenting adalah PitX2 yaitu gen yang terdapat pada kromosom
4q25
Perubahan kanal ion termasuk didalamnya remodelling kanal ion, instabilitas ion
kalsium dan redistribusi gap junction
Perubahan miosit terjadi didalamnya apoptosis dan nekrosis dan hipertrofi miosit
Inisiasi fokal yang berasal dari vena pulmonal dalam atrium diketahui juga dapat
menimbulkan AF
Hipotesis multiple wavelet yg berasal dari beberapa sumber pada otot jantung
juga dapat menimbulkan AF
Bagan menunjukkan bahwa pasien tanpa AF dengan denyut atrium lebih dari
180 bpm
Jika tidak terdeteksi nilai karakteristik pasien (misal skor stroke), bila perlu
berikan IA
Pada pasien stroke usia di atas 65 thn direkomendasikan pemeriksaan EKG untuk
screening AF
Pasien dengan TIA atau stroke iskemik direkomendasikan monitoring EKG secara
kontinous sekurang2nya 72 jam
Pada pasien stroke dengan silent AF (AF yg tdk bergejala) diperlukan monitoring
EKG atau implant loop rekorder untuk mendokumentasikan kejadian AF tsb
Skrining EKG yg sistematik diperlukan utk mendeteksi pasien AF dgn usia 75 thn
atau uk org2 yg beresiko stroke tinggi
AF permanen: AF yg selalu ada dan diketahui oleh klinisi dan pasien. Intervensi
kontrol ritme bukan ditujukan untuk AF jenis ini. Jika kontrol ritme digunakan
maka diklasifikasikan menjadi AF persisten long standing
AF fokal : pasien dgn AF berulang dan sering, atau dgn episode pendek AF
paroksismal. Sering bersifat simptomatik, pasien dengan usia muda dapat
mengalami AF dengan gelombang kasar (coarse AF), atrial ektopik dan atrial
takikardi
AF postoperative: AF onset baru yg muncul stlh bedah mayor pada pasien dgn
ritme sinus sblm dilakukan pembedahan
AF pada pasien stenosis mitral atw katup jantung buatan : sdh jelas
Skor 2b. Sedang. Aktivitas sehari-hari normal, gejala sedang dan sedikit
mengganggu
Gagal jantung dengan ejeksi fraksi yg tetap (HfpEF) : natriuretic peptide (NAP)
mrpkn bagian diagnostik jenis ini. Terapi nya adalah fokus pada kontrol cairan
dan kondisi penyerta sprti hipertensi dan iskemik miokard
Gagal jantung dengan ejeksi fraksi mid range (HfmrE) : didefinisikan pada pasien
dgn EF 40-49%, peningkatan level NAP, hipertrofi LV dan LA, atau disfungsi
diastolik. Terapinya msh mmbthkan penelitian lbh lnjut
Pengurangan insiden dari AF dgn menggunakan ACE/ARB buktinya msh krg byk
pada pasien HfpEF
Beta blocker + ACE/ARB sblmnya dpt digunakan pada pasien dgn HfrEF dgn
sinus ritme
Slide 24 : AF dan DM
Slide 26 : AF dan PPOK, Obstruktif sleep apneu (OSNA), dan distress respirasi
Pasien dgn PPOK srg mengalami atrial takikardi yg hrs dibedakan dgn AF dari
EKG
Obat-obat sprti bronkospasme sprti teofilin dan agonis beta adrenergik mgkn
mempresipitasi AF dan sulit mengontrol rate ventrikel
Beta blocker non selektif sprti sotalol, propafenone dan adenosine dpt
digunakan pada pasien PPOK dgn bronkospasme
Beta blocker selektif (ex bisoprolol, metoprolol dan nebivolol), diltiazem dan
verapamil) sering dapat ditoleransi dan efektif
Koreksi hipoksemia dan asidosis mrpkn inisial manajemen pada pasien AF dgn
PPOK
Memanage faktor resiko sprti prbhn gaya hidup dan faktor resiko kardiovaskular
utk mengurangi resiko kardiovaskular
Secara garis besar diharapkan dpt memperbaiki kualitas hidup dan fungsi sosial
pasien
Instabilitas hemodinamik
Bradikadia yg simptomatik
Dtmbh dgn multidisiplin tim dimana trdpt dokter umum, kardiologist dan
spesialis stroke terkait AF dan dr.bedah
Dokumentasi ekg
Monitoring EKG dipertimbangkan pada pasien trtentu utk mengakses kontrol rate
g adekuat
Skor ini juga utk evaluasi resiko bleeding akibat penggunaaan antikoagulan oral
Biomarker sprti troponin dan NAP juga dibutuhkan utk menganalisa stroke dan AF
serta resiko perdarahan pada stroke
Slide 36 : pada pasien dgn gangguan katup mitral dpt diberikan antikoagulan
Jika tdk ada gang katup mitral, maka evaluasi resiko stroke brdsrkn skor
CHADSVAS td
Slide 37 : ini adalah bagan yg menunjukkan tipe klinis Af sesuai dgn slide
sebelumnya yg diterapi dgn antikoagulan, terapi kontrol rate, obat antiaritmia,
ablasi dan kardioversi
Atau bisa jg non antagonis sprti pada tabel di samping , mis : direct trombin
inhibitor yaitu dabigatran dan faktor Xa inhibitor yaitu apixaban, edoxaban dan
rivaroxban
pada pasien tanpa resiko stroke tidak perlu pemberian OAC / antiplatelet
Oklusi dan ekslusi pembedahan LAA bisa juga dilakukan bisa melalui pembeahan
cardiac atau torakoskopi
Stroke akut : trombolisis sistemik dgn rTPA efektif dalam 4.5 jam, rTPA dpt juga
diberikan jika INR dbwh 1.7 atau pada pasien dgn APTT normal yg mendapat
dabigtran dlm 48 jam pertama
Inisiasi dari antikoagulan pada TIA / stroke iskemik : Mulailah OAC dalam 1-12
hari
Insiasi antikoagulan pada stroke hemoragik : OAC dpt dimulai stlh 4-8 mggu
Jika stroke moderate : evaluasi lagi ct scan u melihat kmgkinan perdarahan pada
hari ke 6 dan mulai OAC
Jka stroke berat : evaluasi lagi CT scan hari ke 12, dan mulai OAC
Penggunaan heparin /Low molecul weigth heparin pada stroke iskemik tdk
direkomendsikan
Pada pasien yg menderita stroke sedang-berat yg sdg dlm penggunaan OAC ,
maka OAC hrs dihentikan selama 3-12 hari utk mengakses kemgkn bleeding
Stlh TIA dan stroke, kombinasi OAC dan antiplalet tdk direkomendasikan
Stlh prdrhn intrakranial, OAC dimulai 4-8 mggu stlh fx resiko dpt dikontrol
Nilai fx resiko lain , lakukan inform consent lalu mulai OAC pilih agen dengan
resiko bleeding risk rendah, berikan 4-8 mggu kemudian
Kompres perdarahan
Jika bleeding minor tunda Vka hingga INR < 2, atau tunda NOAC 1 dosis atw 1
hari
Kontrol tekanan darah pada pasien yg mndpt terapi antikoagulan dgn hipertensi
hrs dikontrol baik
Pada pasien dgn resiko tinggi perdarahan gastrointestinal , pemberian VKA atau
NOAC lebih diutamakan daripada non Vka atau NOAC
Slide 47 : kebutuhan OAC pada pasien ACS bisa dibeikan triple terapi yaitu OAC,
aspirin atau clopidogrel tergantung dari onset ACS nya
Akut rate kontrol hrs dievaluasi sblmnya penyebab nya mis: peningkatan dneyut
jantung akibat infeksi, imbalance endokrin , anemia, dan emboli paru
Akut rate kontrol beta blocker dan diltiazem/verapamil lbh bgs digunakan
daripada digoksin krn onset cepat dan efektif pada tonus simpatis yg aktif
Pada pasien dgn HfrEF, beta bloker dan digitalis lbh diutamakan
Pasien dgn penyakit kritis dan gangguan fgsi LV sistolik, amiodarone IV dapat
digunakan
Slide 49 : berikut contoh obat2n utk rate control, gol beta bloker, CCB, Glikosida
dan amiodarone
Slide 50 : kontrol rate akut pada AF dibagi berdasarkan LVEF (left ventrikel ejeksi
fraksi) dbwh 40% atw d atas 40%. Pada yg kurang 40 berikan betabloker, sdgkn
yg d atas 40 diberikan beta bloker / diltiazem/verapamil. Pada kondisi kedua dpt
ditmbhkn digoksin
Slide 51 : utk rate kontrol jangka pjg bisa dgn betabloker, non dihidropiridine
CCB, digitalis atau amiodarone
Pada LVEF d bwh 40% dpt digunakan beta bloker atw digoksin
Pada LVEF d ats 40% dpt digunakan diltiazem/verapamil, beta bloker, digoksin
Slide 53: target HR adalah 80 bpm saat istirahat dan 110 bpm selama latihan
sedang
Pada pasien dgn hemodinamik tdk stabil amiodarone bisa dipertimbangkan pada
kondiis akut
Slide 55 : kontrol ritme bisa menggunakan obat antiaritmia sprti flecainide dan
propafenone
Bisa pill in the pocket atau kardioversi medikamentosa yaitu bolus tunggal atau
oral flecainide 200-300 mg atau propafenone (450-60 mg)
Slide 57: pemilihan obat utk long term ritme kontrol dibedakan menjadi
Pada penyekit CAD, jantung katup, LVH : dronedarone, sotalol, amiodarone atau
ablasi kateter
Monitoring PR, QT, dan QRS durasi perlu dinilai dalam insiiasi antiaritmia
Slide 60 : berikut obat2n antiaritmia utk menjaga sinus ritme setelah kardioversi
sprti amiodarone, dronedarone, flecainide, propafenone dan sotalol
Ablasi atrial lbh efektif drpda amiodarone pada pasien ggal jntung
Pasien dgn ablasi kateter hrs di follow up dlm 12 bln stlh ablasi
Slide 63: AF surgery dilakukan jika terapi farmako dan kateter ablasi gagal
Slide 64 : rekomendasi utk kateter ablasi dan bedah biasa dilakukan pada
symtomatik paroksismal AF yg AF nya berulanng meskipun sdh dlm pengobatan
Slide 65 : terapi kontrol ritme hybrid yg terbaru yaitu dgn mengkombinasi obat
antiaritmia dgn ablasi kateter dimana obat diberikan selama 8-12 minggu stlh
ablasi atau bisa juga dgn mengkombinasi antiaritmia dan pacemakers yg biasa
diberikan pada sindrom sinus sakit
Slide 67:
WPW sindrome : pasien AF jenis ini kateter ablasi adlh plhn terapi yg plg tepat
Kontrol ritme : flecainide dan sotalol, sdgkn amiodarone dihbgkn dgn efek
samping yg berat dan hnya pada situasi emergensi
Antikoagulasi : Vka tdk blh diberikan pada trimester 1 krn efek teratogenik, dan
2-4 mggu sblm melahirkan krn bs mnyebabkan efek bleeding. Pada trimester 3
perlu dilakukan evaluasi rutin thd penggunaan antikoagulan
Antikoagulan oral diberikan pada pasien CHD dewasa atw skor CHADSVAS >=1