Anda di halaman 1dari 16

Slide 1 Guideline ESC tentang manajemen atrial fibrilasi

Slide 2 terdapat rekomendasi kelas efek pemberian terapi yang dibagi


dalam 3 kelas

Kelas 1 : suatu keadaan dimana terapi yang diberikan memberikan benefit,


manfaat dan efektif

Kelas 2 : dibagi menjadi 2a dan 2b

2a : terapi memberikan manfaat dan efikasi berdasarkan opini ahli

2b: manfaat dan efikasi belum terestablish oleh opini ahli

Kelas 3 : terapi terbukti tidak bermanfaat, tidak efektif bahkan pada beberapa
kasus terapi tsb berbahaya

Slide 3: level evidence juga dibagi menjadi 3 tingkatan

A: data diperoleh dari beberapa randomized control trial (RCT) atau


metaanalysis

B: data diperoleh dari satu RCT atau metaanalysis

C: data diperoleh dari opini ahli yang melakukan suatu study retrospektif dan
penelitian lain

Slide 4: jadi, dari tahun ke tahun jumlah pasien AF terus meningkat. Sehingga
terapi AF terus di update dan dipublikasikan, oleh karena itu ESC menerbitkan
edisi ke2 dari guideline AF yang sebelumnya sdh diterbitkan pada 2010

Slide 5: AF menyebabkan morbiditas dan mortalitas termasuk kematian,


serangan stroke, rawat inap, disfungsi ventrikel kiri dan gagal jantung. Sebagai
tambahan pada edisi 2 ini ditemukan morbiditas baru yaitu munculnya gangguan
kognitif dan dementia

Slide 6: berikut adalah perkembangan pengobatan dan outcome nya pada pasien
AF

Terapi spesifik untuk aritmia dalam hal ini AF ditunjukkan dengan warna kuning,
dimana pada tahun 2000 dipakai rate control untuk mengontrol denyut jantung
pada AF, tahun 2005 mulai dipakai amiodarone, disusul dengan penggunaan
dronedarone yang ternyata berbahaya pada permanen AF dan pada tahun 2015
ditemukan fakta bahwa ternyata beta blocker tidak menunjukkan perbaikan
prognosis jika digunakan pada AF dengan komorbid gagal jantung

Slide 7: ternyata gender juga mempengaruhi tingkat mortalitas dan morbiditas


pasien AF

Pada negara berkembang keterkaitan usia dengan jenis kelamin wanita tidak
berpengaruh banyak, namun meskipun demikian mortalitas nya lebih tinggi
dibanding pria.
Perempuan dengan usia yang lebih tua, resiko stroke, lebih simptomatik dan
banyak komorbid serta mereka lebih jarang mendapt ritme kontrol terapi

Namun perempuan sama dengan laki-laki dalam hal resiko perdarahan akibat
antikoagulasi seta outcome dari tindakan ablasi kateter

Rekomendasi : AF harus dapat didiagnosis dan diberikan terapi dalam hal ini
antikoagulan untuk mencegah stroke dan mati

Kateter atau ablasi bedah sama efektifnya pada wanita dan pria

Slide 8 : patofisiologi dan aspek genetik yang menjadi acuan terapi

Slide 9: predisposisi genetik

Pada pasien AF usia muda mungkin menderita kardiomiopati atau channelopati


yang dimediasi oleh mutasi genetik

Hingga 1/3 pasien AF memiliki variasi genetik yang mempredsiposisi AF

Salah satu yg terpenting adalah PitX2 yaitu gen yang terdapat pada kromosom
4q25

Analisis genom mungkin menjadi peluang bagus untuk peningkatan diagnosis


dan managemen AF

Slide 10 : tampak pada slide perubahan patofisiologi berupa perubahan matriks


ekstraseluler, fungsi fibriblas dan sel lemak temasuk didlmnya interstisial
fibrosis, infiltarsi sel inflamasi, infilrasi lemak, deposisi amyloid

Perubahan kanal ion termasuk didalamnya remodelling kanal ion, instabilitas ion
kalsium dan redistribusi gap junction

Perubahan miosit terjadi didalamnya apoptosis dan nekrosis dan hipertrofi miosit

Perubahan endotel dan vaskular terjadi di dlmnya perubahan mikrovasklular dan


endokardial remodelling

Perubahan sistem otonomi hiperinnervasi simpatis

Slide 11: mekanisme elektrofisiologi pada AF

Hiperfosforilasi kanal kalsium akan menyebabkan peningkatan pengeluaran


kalsium dan memicu aktivitas ektopik yang dapat mencetuskna AF

Inisiasi fokal yang berasal dari vena pulmonal dalam atrium diketahui juga dapat
menimbulkan AF

Hipotesis multiple wavelet yg berasal dari beberapa sumber pada otot jantung
juga dapat menimbulkan AF

Slide 12 : mekanisme mayor yg menyebabkan AF


Intinya adalah terjadi remodelling otot jantung atau vaskular dan kanal ion yg
dpt disebabkan oleh beberapa hal seperti ini

Diabetes, gagal jantung, obesitas, jantung koroner, hipertensi, penuaan, dan


predisposisi genetik

Slide 13: diagnosis dan deteksi AF

Bagan menunjukkan bahwa pasien tanpa AF dengan denyut atrium lebih dari
180 bpm

Maka segera kaji skor CHA2DSVASc untuk kelayakan penggunaan antikoagulan


dlm rangka pencegahan emboli pada stroke, namun jika resiko stroke rendah
tidak perlu tambahan antitrombotik terapi

Kemudian lakukan pemeriksaan EKG

Jika AF terdeteksi segera mulai pemberian antikoagulan oral (IA)

Jika tidak terdeteksi nilai karakteristik pasien (misal skor stroke), bila perlu
berikan IA

Slide 14 : deteksi AF pada pasien stroke

Pada pasien stroke usia di atas 65 thn direkomendasikan pemeriksaan EKG untuk
screening AF

Pasien dengan TIA atau stroke iskemik direkomendasikan monitoring EKG secara
kontinous sekurang2nya 72 jam

Direkomendasikan untuk menggunakan pacemaker pada basis reguler untuk


AHRE. Pasien dengan AHRE harus melakukan monitoring EKG untuk
mendokumentasikan AF sebelum diputuskan untuk memulai terapi

Pada pasien stroke dengan silent AF (AF yg tdk bergejala) diperlukan monitoring
EKG atau implant loop rekorder untuk mendokumentasikan kejadian AF tsb

Skrining EKG yg sistematik diperlukan utk mendeteksi pasien AF dgn usia 75 thn
atau uk org2 yg beresiko stroke tinggi

Slide 15 : pola AF , dibagi 5

AF yg didiagnosis pertama kali : Af yg blm terdiagnosis sblmnya, durasi aritmia


yg blm jelas, dan derajat keparahan AF dihubungkan dengan gejalanya

AF paroksismal: AF yg menghilang sendiri dalam 48 jam. Beberapa dari AF ini


dapat juga berlanjut hingga 7 hari. AF episode yg dikardioversi dalam 7 hari hrs
dipertimbangkan sebagai AF paroksismal

AF persisten : AF yg berakhir lebih dari 7 hari termasuk episode yg diterminasi


oleh kardioversi maupun dengan obat-obatan atau oleh direct kardioversi setelah
7 hari atau lebih
AF persisten long standing : AF yg berlangsung lebih dari 1 thn dan
membutuhkan strategi kontrol ritme (irama)

AF permanen: AF yg selalu ada dan diketahui oleh klinisi dan pasien. Intervensi
kontrol ritme bukan ditujukan untuk AF jenis ini. Jika kontrol ritme digunakan
maka diklasifikasikan menjadi AF persisten long standing

Slide 16 : tipe klinis AF

AF sekunder akibat penyakit struktur jantung : AF pada pasien dengan LV sistolik


disfungsi atau disfungsi diastolik, long standing hipertensi dengan LVH dan atau
struktur jantung. onset AF pada pasien ini menyebabkan hospitalisasi dan
merupakan prediktor dari prognosis yg buruk

AF fokal : pasien dgn AF berulang dan sering, atau dgn episode pendek AF
paroksismal. Sering bersifat simptomatik, pasien dengan usia muda dapat
mengalami AF dengan gelombang kasar (coarse AF), atrial ektopik dan atrial
takikardi

AF poligenik : AF yg brhbngn dgn genetik dan srg pada AF onset dini

AF postoperative: AF onset baru yg muncul stlh bedah mayor pada pasien dgn
ritme sinus sblm dilakukan pembedahan

AF pada pasien stenosis mitral atw katup jantung buatan : sdh jelas

AF pada atlet : biasanya paroksismal berhubungan dengan durasi dan intensitas


latihan pada atlet

AF monogenik : AF pada pasien dengan kardiomiopati termasuk kanalopati

Slide 17: EHRA score yg sudah dimodifikasi

Skor 1 Tidak ada gejala

Skor 2a. Ringan. Aktivitas sehari-hari normal, gejala hnya ringan

Skor 2b. Sedang. Aktivitas sehari-hari normal, gejala sedang dan sedikit
mengganggu

Skor 3. Berat. Aktivitas sehari-hari terganggu oleh gejala AF

Skor 4. Disabilitas. Aktivitas sehari-hari terhambat/tdk bs dilakukan

Slide 18 : deteksi dan manajemen faktor resiko dan penyakit kardiovaskular


penyerta

Banyak hal yg brhbng dgn kejadian AF diantaranya :pedisposisi genetik, usia


lebih 50 thn, hipertensi, gagal jantung trmsk kardiomiopati, penyakit katup
jantung, infark miokard, disfungsi tiroid, obesitas, DM, PPOK, gangguan tidur
(ngorok), CKD, merokok, konsumsi alkohol, dan latihan fisik.

Slide 19 : AF dan gagal jantung


Gagal jantung dengan reduksi EF (HfrEF) : beta blockers dan digoksin yg plg
cocok, krn verapamil dan diltiazem tdk bs digunakan akibat efek inotropiknya.
Gejala yg berat membthkn ritme kontrol. Ablasi kateter akan berguna utk
mengembalikan fungsi LV dan kualitas hidup pasien AF jenis ini

Gagal jantung dengan ejeksi fraksi yg tetap (HfpEF) : natriuretic peptide (NAP)
mrpkn bagian diagnostik jenis ini. Terapi nya adalah fokus pada kontrol cairan
dan kondisi penyerta sprti hipertensi dan iskemik miokard

Gagal jantung dengan ejeksi fraksi mid range (HfmrE) : didefinisikan pada pasien
dgn EF 40-49%, peningkatan level NAP, hipertrofi LV dan LA, atau disfungsi
diastolik. Terapinya msh mmbthkan penelitian lbh lnjut

Slide 20 : pencegahan AF pada ggl jntung

Pengurangan insiden dari AF dgn menggunakan ACE/ARB buktinya msh krg byk
pada pasien HfpEF

Beta blocker + ACE/ARB sblmnya dpt digunakan pada pasien dgn HfrEF dgn
sinus ritme

Eplerenone, suatu resepor mineralokortikoid antagonist mengurangi resiko AF pd


pasien AF dgn LVEF <35% jika dikombinasi dgn ACE/ARB + Beta blocker

Slide 21 : - manajemen pada pasien dgn akut AF dan gagal jtg

Jika unstable maka kardoversi

Antikoagulan utk mencegah stroke

Menormalkan volume cairan tbh dgn diuretik

Kontrol denyut : target <110 bpm

Cegah aksis renin angiotensin aldosteron dgn ACE/ARB

Terapi kardiovaskular terutama iskemia dan hipertensi

- Manajemn pada pasien kronik

Pertimbangkan terapi kontrol ritme

Terapi yg lbh advance sprti devices tertentu

Slide 22 : AF dan hipertensi

Utamakn pengontrolan TD terutama dgn ACE/ARB

Slide 23 : AF dan penyakit katup jantung

Dpt brhbgn dgn pngktn resiko emboli dan stroke

Dpt brhbgn dgn overload, takikardiomiopati dan neurohumoral faktor.


Rekomendasi :

Pembedahan katup mitraldiperlukan pada mitral regurgitasi berat, fgsi LV yg


menurun dan onset baru AF

Mitral valvulotomy dipertimbangkan bagi pasien asimtomatik pasien dgn mitral


stenosis yg berat

Slide 24 : AF dan DM

Diabetes adlh slh stu fktr resiko stroke akibat komplikasi AF

Pada pasien AF lamanya menderita diabetes meningkatkan resiko tromboemboli

Namun, pengontrolan gula tidak mempengaruhi kejadian AF onset baru

Terapi dgn menggunakan metformin brhbgn dgn penurunan reisko AF pada


pasien diabetes

Slide 25: AF dan obesitas

Pasien obesitas mgkn memiliki LV dan diastolik disfungsi , peningkatan aktivitas


simpatis dan inflamasi serta peningkatan infiltrasi lemak pada atrium

Slide 26 : AF dan PPOK, Obstruktif sleep apneu (OSNA), dan distress respirasi

Berbagai patofisiologi dapat berkontribusi terhadap AF pada penyakit2 di atas


akibat disfungsi otonom, hipoksia, hiperkapnia dan inflamasi

Pasien dgn PPOK srg mengalami atrial takikardi yg hrs dibedakan dgn AF dari
EKG

Obat-obat sprti bronkospasme sprti teofilin dan agonis beta adrenergik mgkn
mempresipitasi AF dan sulit mengontrol rate ventrikel

Beta blocker non selektif sprti sotalol, propafenone dan adenosine dpt
digunakan pada pasien PPOK dgn bronkospasme

Beta blocker selektif (ex bisoprolol, metoprolol dan nebivolol), diltiazem dan
verapamil) sering dapat ditoleransi dan efektif

Slide 27 : rekomendasi berkaitan dgn PPOK

Koreksi hipoksemia dan asidosis mrpkn inisial manajemen pada pasien AF dgn
PPOK

Interogasi tanda klinis dari OSNA hrs dievaluasi pada pasien AF

OSNA hrs diterapi utk mengurangi resiko berulangnya AF

Slide 28 : AF dan CKD

Af trjdi pada 15-20% pasien CKD


Rekomendasi:

Pengukuran serum kreatinin utk evaluasi fgsi ginjal direkomendasikan utk


mendeteksi kemungkinan AF dan terapi AF

Pasien AF yg diberikan oral antikoagulan seharusnya perlu dievaluasi fungsi


ginjal utk mendeteksi CKD

Slide 29 : manajemen terntegrasi pada pasien AF

Berikan terapi rate dan ritme kontrol utk stabilitas hemodinamik

Memanage faktor resiko sprti prbhn gaya hidup dan faktor resiko kardiovaskular
utk mengurangi resiko kardiovaskular

Mengakses resiko stroke dgn pemberian oral antikoagulan

Mengakses HR dgn pemberian kontrol rate terapi diharapkan dpt memperbaiki


gejala dan fgsi LV

Mengakses gejala dan memberikan obat antiaritmia, karidoversi, ablasi kateter


dan pembedahan.

Secara garis besar diharapkan dpt memperbaiki kualitas hidup dan fungsi sosial
pasien

Slide 30 :tanda klinis AF dan membuuthkan pelayanan medis segera

Instabilitas hemodinamik

Rate yg tdk terkontrol

Bradikadia yg simptomatik

Angina berat atau perburukan fungsi ventrikel kiri

TIA atau stroke

Slide 31: manajemen AF terintegrasi

Adalah kombinasi pasien : pasien sdh diberikan informasi dan di edukasi

Dtmbh dgn multidisiplin tim dimana trdpt dokter umum, kardiologist dan
spesialis stroke terkait AF dan dr.bedah

Tambah peralatan teknologi yg efektif

Kemampuan mengakses pelayanan media

Slide 32 : rekomendasi utk akses pelayanan yg terintegrasi

Hrs segera dicapai utk mengurangi hospitalisasi dan mortalitas


Membuat keputusan berdasarkan pasien center utk meningkatkan kepatuhan
berobat pasien

Slide 33 : diagnostik utk AF

Dokumentasi ekg

Evaluasi fgsi kardiovakular trmsk anamnesis, pem.fisik, dan mengakses komorbid


lain direkomendasikan pada pasien AF

Ekokardiografi transtorakal direkomendasikan juga pada pasien AF

Monitoring EKG dipertimbangkan pada pasien trtentu utk mengakses kontrol rate
g adekuat

Slide 34 : prevensi stroke pada pasien AF

Gunakan skor CHADSVAS utk evaluasi AF pad stroke

Skor ini juga utk evaluasi resiko bleeding akibat penggunaaan antikoagulan oral

Biomarker sprti troponin dan NAP juga dibutuhkan utk menganalisa stroke dan AF
serta resiko perdarahan pada stroke

Slide 35 : berikut lampiran skor CHADSVAS

Yg skor 2 adalah usia >75 thn dan riwayat stroke /TIA

Slide 36 : pada pasien dgn gangguan katup mitral dpt diberikan antikoagulan

Jika tdk ada gang katup mitral, maka evaluasi resiko stroke brdsrkn skor
CHADSVAS td

Skor 0 maka tdk perlu antikoagulan

Skor 1 oral antikoagulan perlu dipertimbangkan

Skor >=2 oral antikoagulan diindikasikan

Slide 37 : ini adalah bagan yg menunjukkan tipe klinis Af sesuai dgn slide
sebelumnya yg diterapi dgn antikoagulan, terapi kontrol rate, obat antiaritmia,
ablasi dan kardioversi

Slide 38 : pencegahan stroke

Menggunakan vit K antagonis mis: warfarin

Atau bisa jg non antagonis sprti pada tabel di samping , mis : direct trombin
inhibitor yaitu dabigatran dan faktor Xa inhibitor yaitu apixaban, edoxaban dan
rivaroxban

Sdgkn antiplatelet tidak direkomendasikan utk pencegahan stroke

Slide 39 : berikut rekomendasi mengenai penggunaan antikoagulan (OAC)


Intinya

OAC direkomendasikan utk pencegahan stroke dan disesuaikan dgn skor


CHADSVAS

vit k antagonis (syaratnya INR 2-3 ) direkomendasikan utk pencegahan stroke


pada AF akibat mitral stenosis

kombinasi oral antikoagulan dan inhibitor platelet meningkatkan resiko bleeding


shg tdk dibolehkan tanpa indikasi khusus

pada pasien tanpa resiko stroke tidak perlu pemberian OAC / antiplatelet

antiplatelet monoterapi tidak direkomendasikan utk pencegahan stroke

slide 40 : AF dan left atrial appedage (LAA)

pada pasien ini antikoagulan direkomendasikan

LAA oklusi dapat dipertimbangkan utk pencegahan stroke yg kontraindikasi thp


antikoagulan

Oklusi dan ekslusi pembedahan LAA bisa juga dilakukan bisa melalui pembeahan
cardiac atau torakoskopi

Slide 41 : pencegahan stroke sekunder

Stroke akut : trombolisis sistemik dgn rTPA efektif dalam 4.5 jam, rTPA dpt juga
diberikan jika INR dbwh 1.7 atau pada pasien dgn APTT normal yg mendapat
dabigtran dlm 48 jam pertama

Inisiasi dari antikoagulan pada TIA / stroke iskemik : Mulailah OAC dalam 1-12
hari

Insiasi antikoagulan pada stroke hemoragik : OAC dpt dimulai stlh 4-8 mggu

Slide 42 : pasien dgn AF dan TIA/iskemik stroke

Eklusi trlbh dahulu perdarahan intraserebral pada CT atau MRI

Jika TIA : mulai OAC 1 hari stlh kejadian

Jika stroke ringan : mulai OAC 3 hari stlhnya

Jika stroke moderate : evaluasi lagi ct scan u melihat kmgkinan perdarahan pada
hari ke 6 dan mulai OAC

Jka stroke berat : evaluasi lagi CT scan hari ke 12, dan mulai OAC

Slide 43: berikut rekomendasi pencegahan sekunder stroke

Penggunaan heparin /Low molecul weigth heparin pada stroke iskemik tdk
direkomendsikan
Pada pasien yg menderita stroke sedang-berat yg sdg dlm penggunaan OAC ,
maka OAC hrs dihentikan selama 3-12 hari utk mengakses kemgkn bleeding

Pasien AF yg mengalami stroke , aspirin dipertimbangkan hingga OAC dpt dmulai

rTPA tdk direkomendasikan pada INR dbwh 7

NOAC (Non oral anti coagulasi) direkomendasikan daripada VKA (vit K


antagonis) /aspirin pada pasien AF yg pernah mengalami stroke

Stlh TIA dan stroke, kombinasi OAC dan antiplalet tdk direkomendasikan

Stlh prdrhn intrakranial, OAC dimulai 4-8 mggu stlh fx resiko dpt dikontrol

Slide 44 :pasien AF dgn stroke hemoragik (PIS)

Nilai trlebih dahulu kontraindikasi OAC

Nilai fx resiko lain , lakukan inform consent lalu mulai OAC pilih agen dengan
resiko bleeding risk rendah, berikan 4-8 mggu kemudian

Slide 45 : pasien dgn perdarahan aktif

Kompres perdarahan

Akses hemodinamik, parameter koagulasi, n fgsi ginjal

Kaji riwayat penggunaan OAC

Ada 2 plhn VKA atw NOAC

Jika bleeding minor tunda Vka hingga INR < 2, atau tunda NOAC 1 dosis atw 1
hari

Jika bleeding sedang-berat Vka tambahkan cairan, transfusi darah, lakukn


gastroskopi, pertimbangkan vit K 10 mg iv atau NOAC

Jika bleeding berat maka pertimbangkan PCC dan FFP

Slide 46: rekomendasi utk manjemen bleeding

Kontrol tekanan darah pada pasien yg mndpt terapi antikoagulan dgn hipertensi
hrs dikontrol baik

Jika menggunakan dabigatran , pengurangan dosis 110 mg per hari diperlukan


utk pasien dgn resiko perdarahan

Pada pasien dgn resiko tinggi perdarahan gastrointestinal , pemberian VKA atau
NOAC lebih diutamakan daripada non Vka atau NOAC

Berikan nasehat jgn konsumsi alkohol pada pasien

Tes genetik sblm memulai terapi VKA tidak direkomendasikan


Reinisiasi OAC stlh bleeding, hrs dgn mengkaji fx resiko yg menimbulkan
pendarahan

Jika pasien AF mengalami prdarahan aktif yg hebat direkomendasikan untuk


memberhentikan OAC hingga penyebab bleeding ditemukan

Slide 47 : kebutuhan OAC pada pasien ACS bisa dibeikan triple terapi yaitu OAC,
aspirin atau clopidogrel tergantung dari onset ACS nya

Slide 48 : kontrol rate

Akut rate kontrol hrs dievaluasi sblmnya penyebab nya mis: peningkatan dneyut
jantung akibat infeksi, imbalance endokrin , anemia, dan emboli paru

Akut rate kontrol beta blocker dan diltiazem/verapamil lbh bgs digunakan
daripada digoksin krn onset cepat dan efektif pada tonus simpatis yg aktif

Target HR tegantung pada pasien karakteristik, tanda, LVEF, hemodinamik

Pada pasien dgn HfrEF, beta bloker dan digitalis lbh diutamakan

Pasien dgn penyakit kritis dan gangguan fgsi LV sistolik, amiodarone IV dapat
digunakan

Slide 49 : berikut contoh obat2n utk rate control, gol beta bloker, CCB, Glikosida
dan amiodarone

Slide 50 : kontrol rate akut pada AF dibagi berdasarkan LVEF (left ventrikel ejeksi
fraksi) dbwh 40% atw d atas 40%. Pada yg kurang 40 berikan betabloker, sdgkn
yg d atas 40 diberikan beta bloker / diltiazem/verapamil. Pada kondisi kedua dpt
ditmbhkn digoksin

Slide 51 : utk rate kontrol jangka pjg bisa dgn betabloker, non dihidropiridine
CCB, digitalis atau amiodarone

Slide 52:biasanya dilakukan ekokardiogram, target HR < 110 bpm, cegah


bradikardia

Pada LVEF d bwh 40% dpt digunakan beta bloker atw digoksin

Pada LVEF d ats 40% dpt digunakan diltiazem/verapamil, beta bloker, digoksin

Slide 53: target HR adalah 80 bpm saat istirahat dan 110 bpm selama latihan
sedang

HR dapat dikontrol dgn obat2n atau ablasi nodus AV dan pacing

Slide 54 : ini adalah rekomendasi yg srh dijelaskan tadi


Terapi rate control dpt dikombinasi hg target HR tercapai

Pada pasien dgn hemodinamik tdk stabil amiodarone bisa dipertimbangkan pada
kondiis akut

AV ablasi dilakukan pada pasien yg tidak responsif terhadap pengobatan


medikamentosa

Slide 55 : kontrol ritme bisa menggunakan obat antiaritmia sprti flecainide dan
propafenone

Bisa pill in the pocket atau kardioversi medikamentosa yaitu bolus tunggal atau
oral flecainide 200-300 mg atau propafenone (450-60 mg)

Elektrikal kardioversi pada pasien hemodinamik tdk stabil

Antikoagulan pada pasien yg dikardioversi mulailah 3 mggu sblm kardioversi dan


lanjutkan hingga 4 minggu stlhnya

Slide 56 : onset AF yg baru dibedakan berdasarkan kestabilan hemodinamik jika


tdk stabil lakukan kardioversi, jika stabil tergantung plhn pasien bisa kardioversi
elektif atau farmakologi kardioversi

Slide 57: pemilihan obat utk long term ritme kontrol dibedakan menjadi

Pada penyakit jantung struktural : dronedarone, fleicanide, propafenone atau


ablasi kateter

Pada penyekit CAD, jantung katup, LVH : dronedarone, sotalol, amiodarone atau
ablasi kateter

Pada gagal jantung : amiodarone atau kateter ablasi

Ekg 12 lead sangat penting utk mengidentifikasi aritmia

Monitoring PR, QT, dan QRS durasi perlu dinilai dalam insiiasi antiaritmia

Slide 58 : obat2n antiaritmia baru yg sdg dikembangkan adalah ultrarapid


potasium current (Ikur) dan inhibitor kanal ion contohnya ranalozine yg
meningkatkan metbolisme glukosa
Slide 59 : efek antiaritmia dari non antiaritmia bisa juga didapatkan dari obat2n
sprti d bwh ini ACE/ARB : mencegah onset baru pada pasien dgn LV disfungsi
dan pada pasien hipertensi dgn LV hipertrofi

Beta bloker : mengurangi resiko Af onset baru

Statin : peripoperatif diberikan dpt mengurangi postoperatif AF

Slide 60 : berikut obat2n antiaritmia utk menjaga sinus ritme setelah kardioversi
sprti amiodarone, dronedarone, flecainide, propafenone dan sotalol

Slide 61 : ablasi kateter indikasinya adalah u mengembalikan sinus ritme pada


pasien paroksismal simptomatik, persisten jika farmakologi gagal
mengembalikan sinus ritme

Ablasi kateter merupakan lini pertama pada AF paroksismal

Tekniknya adalah dgn PVI

Lebih efektif namun menimbulkan beberapa komplikasi seperti esofagus injury,


stenosis vena pulmonalis

Slide 62 : antikoagulasi diberikan sblm, selama, dan setelah ablasi diteruskan


hingga 8 minggu stlh ablasi

Ablasi atrial lbh efektif drpda amiodarone pada pasien ggal jntung

Pasien dgn ablasi kateter hrs di follow up dlm 12 bln stlh ablasi

Slide 63: AF surgery dilakukan jika terapi farmako dan kateter ablasi gagal

Slide 64 : rekomendasi utk kateter ablasi dan bedah biasa dilakukan pada
symtomatik paroksismal AF yg AF nya berulanng meskipun sdh dlm pengobatan

Slide 65 : terapi kontrol ritme hybrid yg terbaru yaitu dgn mengkombinasi obat
antiaritmia dgn ablasi kateter dimana obat diberikan selama 8-12 minggu stlh
ablasi atau bisa juga dgn mengkombinasi antiaritmia dan pacemakers yg biasa
diberikan pada sindrom sinus sakit

Slide 66 :pada situasi spesifik


Pada pasien usia tua : beresiko stroke lebih tinggi, banyak komorbid seperi
demensia, CKD, anemia, HT, diabetes shg manajemen yg terintegrasi dan
penyesuaian dosis obat sg diperlukan

Slide 67:

Pada pasien kardiomiopati, kanalopati dan jalur aksesoris : seperti

WPW sindrome : pasien AF jenis ini kateter ablasi adlh plhn terapi yg plg tepat

Hipertrofi kardiomiopati : beta bloker dan diltiazem/verapamil adalah terapi yg


efektif utk rate kontrol, amiodarone juga mrpkn antiaritmia yg aman

Olahraga dan AF : aktivitas fisik jg mencegah AF melalui tonus autonom,


hipertrofi atial dan dilatasi

Kanalopati dan kardiomiopati : AF terjadi 5-20% pada pasien long QT sindrome


dan brugada sndrom

Slide 68 : semua penjelasan tadi terdapat pada rekomendasi berikut dimana


tambahannya bhwa aktivitas fisik pada atlet tdk blh terlalu kuat krn justru dpt
mencetuskan AF

Slide 69 : pada kehamilan

Kontrol rate : beta bloker biasa digunakan tp bs mneyebabkan intrauterin growth


retardasi

Digoksin aman utk maternal dan fetal aritmia

Kontrol ritme : flecainide dan sotalol, sdgkn amiodarone dihbgkn dgn efek
samping yg berat dan hnya pada situasi emergensi

Antikoagulasi : Vka tdk blh diberikan pada trimester 1 krn efek teratogenik, dan
2-4 mggu sblm melahirkan krn bs mnyebabkan efek bleeding. Pada trimester 3
perlu dilakukan evaluasi rutin thd penggunaan antikoagulan

Slide 70 : AF yg muncul post operatif

-beta blocker dpt diberikan u pencegahan AF post operatif

-OAC stlh pasien rawat jalan akan mengurangi mortalitas


-kontrol ritme post operatif diberikan biasanya pada pasien dgn hemodinamik
tdk stabil dan mendapat kardioversi. Biasa dpt diberikan amiodarone atau
vernakalant efisien utk mengkonversikan AF ke sinus ritme

Slide 71: AF pada CHD

Penutupan ASD harus dilakukan sblm usia 40 thn uk mencegah AF

Pasien yg ASD dan punya riw aritmia sebaiknya dilakukan ablasi

Antikoagulan oral diberikan pada pasien CHD dewasa atw skor CHADSVAS >=1

Pasien dgn CHD transesofageal ekokardiografi dapat dipertimbangkan dgn 3


mggu pemberian terapi sblm kardioversi

Slide 72: manajemen atrial flutter

Pada atrial flutter antitrombotik terapi direkomendasikan

Atrial pacing direkomendasikan sbg alternatif kardioversi elektrikal

Ablasi cavotrikuspid ismus direkomendasikan uk pasien gagal dgn antiaritmia

Slide 73 : keterlibatan pasien dan edukasi penting dilakukan dlm pengambilan


keputusan u pilihan terapi

Slide 74 : yg msh perlu diteliti adlh semua yg d bwh

Anda mungkin juga menyukai