Bandotan 1 PDF
Bandotan 1 PDF
Fitokimia Bandotan
Tumbuhan memproduksi dua jenis senyawa, yaitu metabolit primer dan
metabolit sekunder. Metabolit primer merupakan produk essensial yang terdapat
pada semua makhluk hidup yang digunakan untuk kelangsungan hidup dan
berkembang biak, misalnya protein, lemak, dan asam nukleat. Metabolit sekunder
merupakan produk khas yang ditemukan pada tumbuhan tertentu saja. Naim
(2004) menyatakan bahwa tanaman memiliki suatu kemampuan yang hampir
tidak terbatas untuk mensintesis senyawa-senyawa aromatik, kebanyakan dari
senyawa tersebut adalah kelompok senyawa fenol.
Pada banyak kasus, senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tanaman terhadap serangan
mikroorganisme, insekta, dan herbivora (Naim 2004). Tidak hanya bermanfaat
bagi tumbuhan, keberadaan senyawa-senyawa metabolit sekunder ini dapat
dikatakan sebagai faktor penentu tanaman dapat dimanfaatkan dalam pengobatan
tradisional. Tanaman bandotan sebagai salah satu tanaman obat tradisional
diketahui mengandung metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, terpena,
kromen, kromon, benzofuran, kumarin, minyak atsiri, sterol dan tanin (Ming
1999; Kamboj & Saluja 2008).
6
O
HO
HO
O OH
HO
O O
N
O O
O
Bakteri Uji
Bakteri yang digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri yaitu S.
aureus dan E. coli. Alasan penggunaan kedua bakteri tersebut adalah untuk
melihat aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat dan masing-masing fraksi terhadap
bakteri gram postif dan bakteri gram negatif. S. aureus adalah bakteri gram
positif, sedangkan E. coli adalah bakteri gram negatif.
Staphylococus aureus
S. aureus adalah bakteri yang bersifat anaerobik fakultatif, termasuk dalam
kelompok bakteri gram positif dan menghasilkan asam laktat. Sel S. aureus
berbentuk bulat memiliki diameter sekitar 1 m, berwarna kuning terang dan
cenderung muncul bergerombol menyerupai seikat anggur atau tersusun dalam
kelompok-kelompok yang tidak teratur, tidak berspora, dan dapat menghemolisis
sel darah (Gambar 3).
Escherichia coli
E. coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup dalam
saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. E. coli merupakan
bakteri dengan struktur dinding sel yang relatif tipis dan berlapis tiga, dinding
selnya memiliki kandungan lipida tinggi dengan kandungan peptidoglikan relatif
rendah dan tidak memiliki asam terikoat. Membran luar bakteri gram negatif
mempunyai peranan sebagai barier masuknya senyawa-senyawa yang tidak
dibutuhkan oleh sel, diantaranya bakteriosin, enzim dan senyawa-senyawa yang
bersifat hidrofobik (Alokomi et al. 2000). Bakteri ini memiliki bentuk batang
(basil) dengan ukuran lebar 0,5 nm dan panjang 1,0-3,0 nm serta tidak berkapsul
(Gambar 4).
Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang membunuh atau menekan pertumbuhan atau
reproduksi bakteri. Suatu antibakteri dapat memiliki spektrum luas apabila dapat
membunuh bakteri Gram negatif dan Gram positif, spektrum sempit apabila
antibakteri hanya membunuh bakteri Gram positif atau Gram negatif saja, dan
spektrum terbatas apabila antibakteri efektif terhadap satu spesies bakteri tertentu
saja (Dwijoseputro 1990). Cara kerja antibakteri ada yang bersifat mematikan
9
Ekstraksi
Dalam proses ekstraksi, hal utama yang harus diperhatikan adalah
pemilihan pelarut yang akan digunakan dalam proses ekstraksi. Prinsip yang
mendasari pemilihan pelarut pada proses ekstraksi adalah kaidah like dissolve
like, yang artinya kepolaran senyawa yang dianalisis harus sama dengan
kepolaran pelarutnya. Umumnya ekstraksi dilakukan untuk pemisahan dalam
laboratorium, misalnya pemisahan senyawa-senyawa organik (fase organik) dari
larutan berair (fase air) dengan menggunakan pelarut yang tidak dapat bercampur
(Harvey 2000).
Dalam pemilihan pelarut yang akan dipakai, harus diperhatikan sifat
kandungan kimia (metabolit) yang akan diekstraksi. Sifat yang penting adalah
kepolaran dan gugus polar pada senyawa yang akan diekstrak seperti gugus OH,
COOH, dan juga gugus fungsi lainnya. Dengan mengetahui sifat metabolit yang
akan diekstraksi, maka dengan mudah dapat dipilih pelarut yang sesuai
berdasarkan kepolaran metabolit dan pelarut. Senyawa polar akan larut dalam
pelarut polar dan senyawa non-polar akan larut dalam pelarut non-polar. Derajat
kepolaran bergantung pada ketetapan dielektrik, makin besar tetapan dielektrik
maka akan semakin polar pelarut tersebut. Beberapa pelarut organik yang sering
digunakan dalam proses ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 2.
Spektrofotometer Inframerah
Spektrofotometer inframerah merupakan salah satu instrumen analitik
yang telah populer digunakan untuk menentukan gugus-gugus fungsional suatu
senyawa. Disamping itu spektra infra merah dapat memberikan informasi yang
sangat karakteristik untuk setiap senyawa. Oleh karena itu, kemampuan teknik
infra merah dalam analisis kualitatif tidak diragukan lagi asalkan didukung oleh
interpretasi data hasil pengamatan dengan benar.
Spektrofotometer inframerah dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif. Kisaran panjang gelombang yang digunakan adalah 4000-400 cm-1
(Silverstein et al. 2005). Panjang gelombang radiasi infra merah lebih panjang
dibandingkan dengan radiasi UV/tampak yang berkisar antara 200-800 nm. Hal
ini menyebabkan energi elektromagnetik infra merah tidak mampu untuk
mengeksitasi elektron, tetapi mampu menyebabkan atom-atom atau gugus atom
bervibrasi. Keadaan vibrasi memiliki sifat karakteristik dan terkuantisasi, yaitu
hanya akan terjadi bila molekul mengabsorbsi energi yang sesuai. Hal ini
menyebabkan absorpsi energi tidak terjadi secara kontinyu tetapi sebagai deretan
puncak-puncak tertentu.
Spektrum IR pada prinsipnya dihasilkan dengan cara melewatkan radiasi
IR ke contoh kemudian diproses dengan menggunakan interferometer. Keadaan
ini secara kontinu akan menghasilkan sinyal pada detektor yang disebut
interferogram (Sudjadi 1983). Absorpsi molekul pada daerah inframerah
umumnya disebabkan oleh perubahan tingkat energi vibrasi (Nur & Adijuwana
1989). Bilangan gelombang dari beberapa gugus fungsi dapat dilihat pada
Tabel 3.