PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang
menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal.
Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat
diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat dipertahankan
selama mungkin didalam mulut. Hal ini berarti gigi tersebut tidak menimbulkan keluhan
dan dapat berfungsi baik. Perawatan endodontik terdiri dari perawatan non bedah yaitu
perawatan kaping pulpa, pulpotomi, mumifikasi, perawatan saluran akar dan perawatan
endodontik bedah.
Tujuan perawatan endodontik adalah mereduksi atau mengeliminasi
mikroorganisme dan produknya dari saluran akar sehingga gigi dapat dipertahankan
selama mungkin di dalam mulut. Walaupun instrumentasi dan teknik irigasi dilakukan,
tubuli dentin. Peneliti menyebutkan bahwa cleaning, shaping dan irigasi saluran akar
secara signifikan menurunkan atau mengeliminasi mikroorganisme dari saluran akar akan
tetapi, eliminasi mikroorganisme secara komplit tidak selalu dapat dicapai secara klinis,
oleh karena kompleksnya anatomi saluran akar dan keterbatasan instrumentasi dan irigasi
(Anusavine KJ.,1996). Masuknya bakteri ke dalam pulpa sering disebabkan oleh proses
kelanjutan dari karies. Infeksi yang berlangsung terlalu lama memungkinkan bakteri
mengadakan penetrasi ke kamar pulpa dan saluran akar melalui tubulus dentin yang
1
terbuka karena proses karies tersebut. Bakteri yang biasa dapat bertahan dalam saluran
akar adalah golongan bakteri anaerob. Salah satunya yaitu Enterococcus faecalis
merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan dalam saluran akar yang menyebabkan
kegagalan perawatan endodontik. Keberadaan bakteri ini dapat diketahui dari hasil kultur
dan metode polymerase chain reaction (PCR). Sundqvist menemukan sejumlah bakteri
Fusobacterium nucleatum pada saluran akar yang gagal (Fisher K, Philip C.,2009).
Interaksi dan produksi toksin oleh bakteri akan menimbulkan inflamasi berlanjut dan
periodontitis apikalis, terdapat bakteri fakultatif sebanyak 69% dan 50% diantaranya
yang tidak dirawat dalam jumlah sedikit, bakteri ini sering ditemukan pada saluran akar
yang gagal dan dapat menyebabkan infeksi saluran akar yang persistensi. Enterococcus
faecalis bertanggung jawab terhadap 80-90% infeksi saluran akar oleh Enterococci dan
biasanya merupakan satu-satunya spesies Enterococcus yang diisolasi dari saluran akar
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Definisi
diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan
terhadap tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Akhir-akhir ini
ini menjadi suatu alternatif sebelum dilakukan ekstraksi. Selama dekade terakhir,
endodontik. Pemahaman tentang anatomi sistem saluran akar memegang peranan penting
satu tahun tidak terdapat keluhan dan lesi periapikal yang ada, dapat berkurang atau tetap.
adalah faktor patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan
prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).
1. Faktor Patologis
mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran
akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat
3
mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad,
1996) :
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa
vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa
nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.
b. Keadaan patologis periapikal
Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat
dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi
prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan
daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses
2. Faktor Penderita
4
Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994;
a. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya
mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi
penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena
giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang
buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal.
Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau
hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli
5
3. Faktor Perawatan
a. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi
kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey, 1960; Walton
&Torabinejad, 1996).
b. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter
bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan
dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek
dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan
disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap
6
melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan
mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh (Walton &
Torabinejad, 1996).
abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar
yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton &
Torabinejad, 1996).
b. Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal
mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan
karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada
dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih
jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi
Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan
saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap
7
permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah
percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke
ligamen periodontal (Ingle, 1985). Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa
hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir (Guttman,
1988).
5. Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran
(Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu
besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrument yang kurang dari panjang
kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran
akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996). Birai dan ferforasi lateral dapat
bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum
dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang
8
baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta
mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum
dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada
berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.
Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan
1996).
agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, ini berarti bahwa gigi
tersebut tanpa simptom, dapat berfungsi dan tidak ada tanda-tanda patologik yang lain.
Tujuan perawatan endodontik juga untuk membersihkan kavitas pulpa yang terinfeksi
dan kotoran toksik serta untuk membentuk saluran akar agar dapat menerima bahan
pengisi yang akan menutup seluruh sistem saluran akar dari jaringan periodontal dan dari
rongga mulut.
Tujuan perawatan saluran akar adalah reduksi mikroba di dalam sistem saluran
akar, agar terjadi proses penyembuhan melalui tindakan pembersihan dan pembentukan
9
Pembentukan dilakukan dengan membentuk saluran akar sedemikian rupa agar
Dalam melakukan perawatan saluran akar, ada tiga faktor yang mempengaruhi
c. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis
e. Kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari sepertiga apeks.
f. Mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar
restorasi jembatan).
h. Foto rontgen menunjukan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal, tidak ada
10
j. Pasien ingin giginya di pertahankan dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulutnya.
a. Bila dijumpai kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga
panjang akar.
b. Bila saluran akar gigi tanpa pulpa dengan daerah radiolusen terhalang oleh akar
a. Status pasien
b. Alasan dental
c. Alasan lokal
f. Kondisi pasien buruk, mengidam penyakit kronis, seperti diabetes melitus, TBC, dan
lain-lain.
g. Terdapat belokan ujung dengan granuloma (kista) yang sukar di bersihkan atau sukar
pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Tujuan dari perawatan endodontik
11
adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh
jaringan sekitarnya. Ini berarti gigi tersebut tanpa simtom, dapat berfungsi, dan tidak ada
Perawatan saluran akar terbagi atas tiga tahapan, tahap preparasi biomekanis
saluran akar yaitu suatu tahap pembersihan dan pembentukan saluran akar dengan
membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari korona, tahap sterilisasi yaitu dengan
irigasi dan disinfeksi saluran akar, dan tahap pengisian saluran akar.
Prosedur perawatan saluran akar gigi terbagi atas 3 tahapan umum yaitu:
2. Tahap preparasi, pada tahap ini isi saluran akar dikeluarkan dan saluran akar
3. Tahap pengisian, pada tahap terakhir ini saluran akar diisi dengan bahan yang dapat
bahan pelindung di atas pulpa vital yang terbuka. Bahan yang biasa digunakan
untuk pulp capping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang
pembentukan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain. Tujuan pulp
demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan. Teknik pulp capping ini
ada dua yaitu direct pulp capping dan indirect pulp capping.
1) Direk
12
Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung
ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva,
kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis semen zinc
okside eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa dan biarkan
restorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih
baik jika membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa
di sekitar daerah terbuka tersebut harus vital dan dapat terjadi proses
perbaikan.
Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya
13
Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas
hidroksida.
2) Indirek
Istilah ini digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas
sisa dentin karies. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari
tepi kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi
membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc
okside eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di
dasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karies
jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa
akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan
selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih
b. Pulpotomi
Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa, kemudian
diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan
atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Biasanya jaringan
pulpa di bagian korona yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk
14
dipilih sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang
rendah. Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan
jarum steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari
kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit.
9. Berikan bahan antiseptik.
Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol
dalam bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang
15
pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam
dengan amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk
bakteri yang tersisa di saluran akar. Perawatan endodontik untuk pulpa non
akar.
Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital :
Kunjungan pertama :
1) Siapkan instrumen dan bahan.
2) Isolasi gigi dengan rubber dam.
3) Preparasi kavitas.
4) Ekskavasi karies yang dalam.
5) Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece
kecepatan rendah.
6) Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor
bundar.
7) Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible
16
10) Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3
setelah 1 minggu
Kunjungan kedua :
1) Isolasi gigi dengan rubber dam.
2) Buang tambalan sementara.
Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital
lakukan lagi perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa sudah
pellet.
5) Aplikasi semen zinc oxide eugenol.
6) Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
merupakan salah satu fase dalam perawatan endodontik yang paling penting.
Langkah pertama dalam preparasi saluran akar yaitu membuat jalan masuk ke
kamar pulpa untuk menghasilkan penetrasi garis lurus ke orifis saluran akar.
Langkah selanjutnya yaitu eksplorasi saluran akar, ekstirpasi jaringan pulpa yang
17
2. Instrumen yang halus lebih dahulu digunakan daripada yang kasar
3. Menggunakan instrumen yang kecil dahulu baru kemudian ukuran yang
besar
4. Reamer hanya dipakai -1/2 putaran dalam satu gerakan
5. Menggunakan file dengan gerakan tarikan
6. Menggunakaan reamer dan file dengan stoper karet
7. Instrumen dengan pegangan pendek digunakan untuk gigi posterior atas
atau bawah dan gigi anterior bawah serta instrumen dengan pegangan
dan merupakan prosedur yang kurang efisien terutama untuk saluran akar
yang bengkok.
2) Teknik Step-back
Teknik step-back disebut juga preparasi serial. Teknik pertama sekali
diperkenalkan oleh Clem pad tahun 1969. Teknik step-back ini menghasilkan
bentuk corong yang lebih halus dari apeks ke korona. Tujuannya untuk
menjaga agar preparasi apikal tetap kecil dan melebar ke korona sepanjang
saluran akar. Selain itu, preparasi apeks harus tetap atau tidak bergeser dari
file-K setelah akses lurus dan ekstirpasi dilakukan. Preparasi Step-back terdiri
18
dimasukkan perlahan sampai panjang kerja. File-K dikenakan pada
ujung apekal file yang kecil ini terasa bebas dalam saluran pada panjang
kerja.
b) Preparasi korona
Setelah preparasi apeks, peraparasi saluran akar sebaiknya
koronal dimulai dengan file satu nomor diatas FAU kemudian rekapitulasi
lateral.
3) Teknik Step-Down
Teknik dilakukan pada daerah saluran akar dekat mahkota sebelum
mempreparasi saluran akar gigi molar yang bengkok. Alat yang digunakan
pada teknik preparasi step-down ini selain file adalah bur Gates-Glidden.
Keuntungan step down :
a) Memberikan jalan masuk yang lebih baik ke arah apikal
b) Menghilangkan hambatan ke arah preparasi apikal yang disebabkan oleh
kalifikasi, dentikel.
c) Pembersihan debris pulpa
d) Memperlancar proses irigasi
4) Teknik Crown-down pressureless
19
Merupakan variasi dari teknik step-down, teknik ini bertujuan untuk
yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras
yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih
sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil
perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan
kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil
dengan keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi patologis pada
anak usia 4-4,5 tahun, tidak ada gambaran patologis dengan resorpsi akar
20
b) Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari
c) Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa
h) Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal
21
j) Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng
jaringan pulpa nekrotik dari kamar pulpa dan saluran akar gigi yang non
pulpektomi, namun perawatan ini merupakan salah satu cara yang baik
Kunjungan pertama :
terlihat.
f) Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan
membersihkan debris.
g) Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar
pulpa.
h) Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
22
i) Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
dan irigasi.
d) Berikan Beechwood creosote.
e) Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang
Kunjungan ketiga :
stopper masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
d) Letakkan semen zinc fosfat.
e) Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
1) Endointrakanal
Endo intrakanal adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa yang sudah
yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi
dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Jika seluruh jaringan pulpa dan
kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil
perawatan yang baik pula. Tahapan perawatan endo intrakal sama dengan
23
Indikasi endo intrakanal :
a) Nekrosis pulpa totalis
b) Perawatan ulang
c) Kelainan periapikal
Kontraindikasi endo intrakanal :
a) OH jelek
b) Tidak mempunyai nilai estetik / fungsional
c) Fraktur dengan arah vertikal
d) Mengganggu pertumbuhan gigi tetangga
e) Resorbsi interna / eksterna meliputi setengah akar
dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur
steril.
4. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa
headstrom file.
6. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran
dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang
24
9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
sebelum mulai dengan tahap berikutnya. Sebagai contoh kesalahan yang akan
menyebabkan waktu terbuang adalah jika telah dimulai mengisi saluran akar,
dalam perawatan kedokteran gigi, disini tidak dijumpai alternatif lain dalam
menimbulkan problema, adalah jika operator tidak menyediakan waktu yang cukup
perawatan endodontik setiap informasi baru yang tidak disangka sebelumnya, seperti
adanya saluran akar tambahan, dan saluran akar yang sangat bengkok, dapat
cukup adalah tidak bijaksana. Kecuali jika telah diperhitungkan pula kemungkinan
ditemukannya hal-hal seperti diatas sebagai sesuatu yang wajar. Jika waktu kurang,
untuk menyelesaikan suatu tahap yang waktunya tidak cukup dapat mengakibatkan
perforasi, patahnya instrumen pada waktu melebarkan saluran akar, atau dapat pula
terjadi kesalahan lainnya. Sebaiknya disediakan waktu yang lebih banyak daripada
25
3. Tidak membuang seluruh jaringan pulpa. Pembersihan gigi vital yang tidak
untuk mendapatkan anastesi yang dalam bagi sisa jaringan tersebut. Karena itu
seluruh jaringan pulpa harus diangkat dari setiap saluran akar pada kunjungan
adalah cara yang efektif untuk drainase dan meredakan rasa sakit. Keadaan ini adalah
satu-satunya indikasi untuk membiarkan gigi terbuka. Kesalahan yang sering terjadi
adalah jika gigi dengan pulpitis dibiarkan terbuka. Meskipun tindakan ini mungkin
dapat meredakan rasa sakit, tetapi umumnya malah mengakibatkan rasa sakit yang
tumpuan pengukuran, dan sebagainya, maka diperlukan catatan yang akurat. Tahap
yang telah diselesaikan pada tiap kunjungan, juga ukuran dan panjang alat yang
digunakan terakhir harus dicatatat. Jika hal ini tidak dilakukan, maka akan membuang
26
BAB III
KESIMPULAN
diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan
terhadap tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Akhir-akhir ini
ini menjadi suatu alternatif sebelum dilakukan ekstraksi. Selama dekade terakhir,
endodontik. Pemahaman tentang anatomi sistem saluran akar memegang peranan penting
agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, ini berarti bahwa gigi
tersebut tanpa simptom, dapat berfungsi dan tidak ada tanda-tanda patologik yang lain.
c. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis
e. Kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari sepertiga apeks.
27
f. Mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar
restorasi jembatan).
h. Foto rontgen menunjukan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal, tidak ada
j. Pasien ingin giginya di pertahankan dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulutnya.
a. Bila dijumpai kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga
panjang akar.
b. Bila saluran akar gigi tanpa pulpa dengan daerah radiolusen terhalang oleh akar
ENDO KONVENSIONAL
1. PULP CAPPING
a. DIREK
b. INDIREK
2. PULPOTOMI
28
3. PERAWATAN S.A
a. PULPEKTOMI
b. ENDOINTRAKANAL
DAFTAR PUSTAKA
29
Alhamid A, Savitri E. Journal Of The Indonesian Dental Assosiation ; 2003 : 5
Iskandar BHH. Upaya proteksi radiasi di bidang kedokteran gigi dengan proyeksi radiografi
Prawitasari E, Ratih DN. Perawatan saluran akar ulang pada insisivus satu kiri
Sisthaningsih E, Suprastiwi E. Perawatan ulang saluran akar akibat lepasnya restorasi : Dep.
Soraya C. Perawatan endodontik ulang pada gigi insisivus sentral atas kanan : Cakradonya
Suryo S. Ilmu endodontik dalam praktek ed 11. Jakarta : Abyono R, hal 383-94
1415.
Yuwono L. Anatomi gigi. Jakarta : Itjingningsih Wangidjaja Harshanur; 1991, hal 219
30
31