Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
tonsilaris di kedua sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin
sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein asing yang masuk ke
saluran makanan atau masuk ke saluran nafas (virus, bakteri, dan antigen
makanan). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Onsil merupakan
jaringan limfoid yang mengandung sel limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-
0,2% dari kesuluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. (Kartika, 2008)
infeksi virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui
organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang
akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau
virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Tonsilitis dapat dibagi menjadi
,onsillitis akut dan ,onsillitis kronik. Tonsilitis akut adalah radang akut pada
tonsil akibat infeksi kuman terutama Streptokokus hemolitikus (50%) atau virus.
1
makanan tertentu, ,onsill mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan
pengobatan ,onsillitis akut yang tidak adekuat. (Rusmarjano dan Efiaty, 2009)
Tonsilitis akut merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan mengenai
pada usia anak-anak atau remaja sehingga pengetahuan dan pencegahan terhadap
,onsillitis ini perlu diketahui agar bisa mencegah perburukan ,onsillitis. Untuk
dan dipelajari agar komplikasi akibat ,onsillitis akut ini dapat dihindari dan tidak
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tonsilaris di kedua sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin
Waldeyer selain tonsil lainnya yaitu tonsil. Tonsila palatina lebih padat
tipis dan di permukaan medial terdapat kripta (Amarudin, 2007). Tonsila palatina
tubuh terutama terhadap protein asing yang masuk ke saluran makanan atau
pertahanan dapat bersifat spesifik atau non spesifik. Apabila patogen menembus
3
Tonsila palatina merupakan dua massa jaringan limfoid yang terletak pada
dinding lateral orofaring di dalam fossa tonsilaris. Setiap tonsil diliputi oleh
tonsillaris. Permukaan lateral tonsila palatina ini diliputi oleh selapis jaringan
fibrosa, disebut kapsula. Tonsil mendapat darah dari a. Palatina asendens, cabang
mencapai ukuran terbesarnya pada masa kana-kanak, tapi sesudah masa pubertas
akan mengecil dengan jelas. Batas-batas tonsilla palatina adalah sebagai berikut :
tonsilla lingualis.
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila
4
tiroglossus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid
antibodi terhadap sejumlah besar antigen dan patogen yang dihirup saat bernapas
dan ditelan saat makan setiap saat. Biasanya, jaringan limfoid mendapatkan
episode peradangan dan hipertrofi yang kita sebut tonsilitis. (Soepardi dkk, 2007)
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna,
lingua lis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior
diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina
asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub
atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina
pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena
lidah dan pleksus faringeal. Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang
serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser
5
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa
yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil
palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba
Eustachius (lateral band dinding faring atau Gerlachs tonsil). (Rusmarjano dan
Efiaty, 2009)
Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi kuman
2009)
Tonsilitis akut dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering pada
anak usia di bawah 9 tahun. Pada bayi di bawah usia 3 tahun dengan tonsilitis
akut, 15% dari kasus yang ditemukan disebabkan oleh bakteri streptokokus,
sisanya itu biasanya virus. Pada anak-anak yang lebih tua, sampai dengan 50%
dari kasus disebabkan streptococus pyogenes. Tonsilitis akut juga dapat terjadi
pada laki-laki dan perempuan dengan jumlah insiden yang sama rata. (Soepardi
dkk, 2007)
sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri
6
maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
(Bhargava, 2005)
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
4. Hemofilus Influenza
vasokonstriksi.
7
2.5 Patofisiologi Tonsilitis Akut
Adanya infeksi berulang pada tonsil maka pada suatu waktu tonsil tidak
Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang
infeksi (fokal infeksi) dan satu saat kuman dan toksin dapat menyebar ke seluruh
tubuh misalnya pada saat keadaan umum tubuh menurun (Farokah, 2003).
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Tonsil
berperan sebagai filter yang menyelimuti bakteri ataupun virus yang masuk dan
secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas,
suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis. Pada tonsilitis
akut dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien
hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga sakit menelan dan demam
ringan hingga menjadi parah, sakit menelan, kadang muntah. Pada tonsillitis dapat
8
mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluarnya nanah pada lekukan
membran dan pada beberapa kasus dapat terjadi nekrosis jaringan local yang
9
5. Tonsil membesar dan hiperemis serta dapat menunjukkan pus dari
(dari medial ke lateral) yang diukur antara pilar anterior kanan dan kiri.
10
Interpretasi pembesaran tonsil :
(0) Amandel sepenuhnya dalam fossa tonsil, atau tonsil tidak ada (post-
tonsilektomi.
orofaring.
orofaring.
orofaring.
11
Gambar 2.4 Gambaran tonsilitis dengan detritus dan pembersaran tonsil
meningkat.
hasil yang definitif, dimana waktu pengobatan sudah harus dimulai. Itu
1. Difteri
Difteri memiliki onset yang berbahaya dan ditandai dengan membran abu-
12
Toxaemia Tidak ada Bisa ada
Nyeri / sakit Berat Sedang atau tidak ada.
Albuminuria Tidak ada Selalu ada
2. Scarlett fever
Scarlett fever dapat menyerupai tonsilitis akut. Scarlett fever disebabkan
3. Abses peritonsil
Abses peritonsilar adalah sekumpulan pus yang terletak diantara kapsul
sering adalah sulit menelan, mengeluarkan air liur, trismus, dan demam.
13
2.10 Penatalaksanaan Tonsilitis Akut
nyaman. Ingat bahwa aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak umur
3. Mengedukasi pasien untuk selalu minum air supaya terhindar dari dehidrasi.
4. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin
atau klindomisin.
Indikasi tonsilektomi dibagi menjadi dua, yaitu indikasi absolut dan indikasi
Indikasi absolut :
14
e. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang
jaringan sekitarnya.
Indikasi relatif :
dan patogenik.
mononukleosis.
15
g. Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan
servikial persisten.
tonsil yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik Guillotine dan diseksi.
a. Dissection method
dijepit dengan forsep dan ditarik ke tengah, lalu dibuat insisi pada
16
b. Guillotine method
tonsil dapat digerakkan dan bed tonsil tidak cedera oleh infeksi berulang.
c. Elektrokauter
Kedua elektrokauter unipolar dan bipolar dapat digunakan pada tehnik ini.
d. Laser
Laser KTP-512 dan CO2 dapat digunakan namun laser CO2 lebih
diseksi.
Perhatikan denyut nadi dan tekanan darah, harus sering diperiksa. Beberapa jam
setelah operasi, sebagian besar pasien dapat minum cairan asalkan tidak
saluran kecing atau otitis media. Biasanya setelah tonsilektomi, akan muncul
cairan eksudat berwarna kuning. Cairan ini normal dan akan hilang dengan
17
untuk makan secara normal. Makan makanan yang normal biasanya menghasilkan
Kontraindikasi tonsilektomi:
karena fungsi imunitas tonsil penting pada umur ini. Pada pasien umur
ruang untuk anestesi, dan kehilangan darah yang sulit untuk dihadapi.
b. Diabetes Mellitus.
c. Hipertensi.
d. Kelainan darah.
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses
ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
2. Pada anak juga sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Infeksi
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
18
3. Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut,
2007)
2.12 Prognosis
yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu
yang singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita
mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi
pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, Tonsilitis dapat menjadi
sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia (Edgren, 2004).
19
BAB III
KESIMPULAN
hemolitikus grup A.
3. Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita
menelan) dan juga nyeri alih yang seringkali dirasakan di telinga (karena
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Adams GL, Boies LR, Higler PA. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi 6. EGC : Jakarta. Hal. 320-322, 330, 339-340, 342.
2. Amarudin, T., Chrisanto, A. Kajian Manfaat Tonsilektomi. Dalam:
Setiawan, B., Sadana, K., Zahir, S.S., Fadli, S. 2007. Majalah Cermin
Dunia Kedokteran No. 155. Grup PT Kalbe Farma Tbk; 61-68.
3. Bhargava KB, Bhargava SK, Shah TM. 2005. A Short Textbook of ENT for
Students and Practitioners. Seventh Edition. Usha : Mumbai. P. 226, 243-
244, 249-250, 252.
4. Edgren AL, Davitson T, 2004. Sore Throat. Journal of the American
Assosiation, no.13 (April 7) :1664-78.
5. Farokah, Suprihati, Suyitno S, 2003. Hubungan Tonsilitis Kronik dengan
Prestasi Belajar pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang.
Cermin Dunia Kedokteran, 155, hal.16-22.
6. Graham JM, Scadding GK, Bull PD.. 2007. Pediatric ENT. Springer :
New York. P.131-136.
7. Kartika H, 2008. Tonsilektomi. Welcome & Joining otolaryngology in
Indonesian Language, February 23, p.4-36.
8. Probst R, Grevers G, Iro H. 2006. Basic Otorhinolaringology. Thieme :
Stuttgart. P. 113-115.
9. Rusmarjono dan Efiaty, 2009. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi
Adenoid dalam Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Jakarta: Balai
penerbit FKUI. hal: 217-225.
10. Soepardi Arsyad, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. FKUI : Jakarta. Hal. 221-223.
11. Wiatrak, B.J., Woolley, A.L., 2005. Pharyngitis and Adenotonsillar
Disease. In: Cummings, C.W., Flint, P.W., Harker, L.A., Haughey, B.H.,
Richardson M.A., Robbins K.T., et al. Cummings Otolaryngology Head
& Neck Surgery. Volume 4. 4th Edition. Elsevier Mosby Inc.; 4135-4138.
21