Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN TEORI
2.4 Patofisiologi
Paru merupakan struktur komplek yang terdiri atas kumpulan unit yang di
bentuk melalui percabangan progresif jalan napas. Saluran napas bagian bawah
yang normal adalah steril, walaupun bersebelahan dengan sejumlah besar
mikroorganisme yang menepati orofaring dan terpajang oleh mikroorganisme dari
lingkungan di dalam udara yang di hirup. Sterilisasi saluran napas bagian bawah
adalah hasil mekanisme penyaring dan pembersihan yang efektif.
Saat terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme penyebab pneumonia ataupun
akibat dari penyebaran secara hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui
orofaring-tubuh pertama kali akan melakukan mekanisme pertahanan primer
dengan meningkatkan respons radang.
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau
kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui
darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen
(bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh
manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk
mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar
kecilnyaukuran sang penyebab tersebut.
(BAGAN FATOFISIOLOGI)
Mikrorganisme
(bakteri, virus dan jamur)
Cairan dan protein keluar Pleura
Eksudat Pleuritis
Nyeri dada
Gang
Konsolidasi paru
Edema paru
Membran respirasi >tebal Inefektif clearance airway
(alveolus)
Dispnoe
*Pe
kecepatan difusi
* Pe compliance
Inefektif pola napas
hipoksemia
Pe metabolisme
Pe produk energi
Merangsang chemo reseptor
Kelelahan RR
Intoleransi Me ventilasi
aktivitas
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian antibiotic
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bias diberikan
antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.seperti:
penicillin, cephalosporin.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
3. Pemberian O2
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama dan riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah
adanya awitan yang ditandai dengan keluhan mengigil, demam 40C, nyeri
pleuritik, batuk, sputum berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah
adanya konsilidasi paru.
Riwayat kesehatan masa lalu
Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran nafas atas
( infeksi pada hidung dan tenggorokan). Resiko tinggi timbul pada klien
dengan riwayat alkoholik, post operasi, infeksi pernafasan, dan klien
dengan imonosupresi ( kelemahan dalam sistem imun). Hampir 60% dari
klien kritis di ICU dapat menderita pneumonia dan 50% (separuhnya) akan
meninggal.
3. Pemeriksaan fisik
Presentasi bervariasi bergantung pada etiologi, usia dan keadaan klinis
( Sudoyo,2006).
o Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. Pneumoniae,
sterptococcus spp,dan Staphylococcus.
o Awitan yang tidak terlihat dan ringan pada orang tua atau orang dengan
penurunan imunitas akibat kuman yang kurang patogen atau opertunistik.
o Tanda-tanda fisik pada pneumonia klasik yang biasa di jumpai adalah deman,
sesak napas, tanda-tanda konsilidasi paru ( ronki nyaring serta suara
pernapasan brokial.
o Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar di atas jaringan yang terserang
karena eksudat dan fibrin dalam alveolus.
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen dada (chest x-ray): teridentifikasi penyebaran, misalnya
lobus, bronkial; dapat juga menunjukan multipel abses atau
infiltrat,empiema ( staphylococcus ); penyebaran atau lokasi infiltrasi
( bakterial ) ; atau penyebaran ekstensif nodul infiltrat ( sering kali viral )
; pada pneumonia mycoplasma, gambaran chest x- ray mungkin bersih.
b. ABGs / pulse oximetry: abnormalitas mungkin timbul bergantung pada
luasnya perusakan paru .
c. Kultur sputum dan darah atau gram stain: di dapatkan dengan needle
boipsy, transtracheal aspiration, fiberopticf bronchoscopy atau biopsi
paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Akan di
dapatkan lebih dari satu jenis kuman, seperti diplococcus pneumoniae,
staphylococcus aureus, A hemolitik steapthococcus dan haemophilus
influenzae.
d. Hitung darah lengkap/ complete blood count ( CBC ): leukositosis
biasanya timbul, meskipun nialai SDP rendah pada infeksi virus.
e. Tes serologik: membantu membedakan diagnosis pada organisme secara
spesifik.
f. Laju endap darah ( LED ): meningkat.
g. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun ( kongesti dan
kolaps alveolar ), tekanan saluran udara meningkat, compliance
menurun, dan akhirnya dapat terjadi hipoksemia.
h. Elektrolit: sodium dan klorida mungkin rendah.
i. Bilirubin
2.9 Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien
memenuhi criteria hasil. Implementasi keperawatan biasa dilakukan secara
mandiri maupun berkolaborasi dengan tim medic lainnya.
3.0 Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
criteria hasil/ tujuan yang di buat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus
proses keperawatan apabila criteria hasil/ tujuan telah tercapai. Klien akan masuk
kembali kedalam siklus apabila criteria hasil belum tercapai.