Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Jamur atau fungi merupakan suatu flora yang dapat menyebabkan infeksi
pada tubuh kita. Lokasi yang sering terjadinya infeksi jamur adalah pada kulit
manusia, namun tidak menutup kemungkinan terjadi infeksi jamur dilokasi
lainnya seperti pada kuku, mukosa, dan genitalia. Onikomikosis merupakan
infeksi jamur pada kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita (tinea
unguium), nondermatofita, ragi (yeast) dan kapang (molds).1 Onikomikosis
muncul sekitar 30% dari semua penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dan
dapat melibatkan berbagai komponen dari kuku. Kejadian onikomikosis
meningkat seiring bertambahnya usia, dikaitkan dengan menurunnya sirkulasi
perifer, diabetes, trauma berulang pada kuku, pajanan lebih lama terhadap jamur,
imunitas yang menurun, serta menurunnya kemampuan merawat kuku.2
Sebanyak 30% pasien infeksi jamur pada kulit, juga mengalami infeksi
jamur pada kuku. Prevalensi kejadian pada anak-anak lebih jarang hingga 30
kali di bandingkan dengan dewasa. Prevalensi onikomikosis berkisar 2,6% pada
anak di bawah usia 18 tahun, mencapai 90% pada usia lanjut. Sebanyak 70%
infeksi jamur pada kuku disebabkan oleh jenis dermatofit Trichophyton rubrum
dan 20% oleh Trichophyton mentagrophytes. Prevalensinya 2-3% pada iklim
subtropis dan mencapai 12% pada iklim tropis.1
Gejala yang sering muncul seperti perubahan pada warna kuku seperti
menghitam (melanonikia), warna kuku kuning sampai kecoklatan, dan warna
kuku coklat. Gejala lainnya seperti lepasnya lempeng kuku dari dasarnya, dan
penebalan lempeng kuku.4 Subtipe dari onikomikosis terdiri dari Distal Lateral
Subungual Onychomycosis (DLSO), White Superficial Onychomycosis (WSO),
Proximal Subungual Onychomycosis (PSO), Endonyx Onychomycosis,
Candidal Onychomycosis, and Total Dystrophic Onychomycosis (TDO) dimana
masing-masing subtipe memiliki gambaran klinis yang berbeda.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA