Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Sindrom gagal napas (SGN) atau penyakit membran hialin (PMH)


merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas periode pertama neonatal. 1
SGN yang disebut juga PMH secara umum merupakan penyakit paru-paru akut pada
bayi prematur yang disebabkan oleh jumlah surfaktan yang tidak memadai .4

Di Amerika Serikat, SGN diperkirkan terjadi pada 20.000-30.000 bayi


yang baru lahir setiap tahunnya dan merupakan komplikasi pada sekitar 1%
kehamilan. Sekitar 50% SGN terjadi pada neonatus yang lahir dari kehamilan 26-
28 minggu. Dalam satu laporan, 42% terjadi pada bayi dengan berat lahir 501-
1500 gram, 71% pada bayi dengan berat 501-750 gram, 54% pada bayi dengan
berat lahir 751-1000 gram, dan 36% pada bayi dengan berat lahir 1001-1250
gram. SGN di laporkan pada semua ras di seluruh dunia dan sering terjadi pada
bayi berkulit putih yang lahir prematur. SGN juga jarang dijumpai di negara
berkembang, karena sebagian besar persalinan di negara-negara berkembang
terjadi di rumah, catatan yang akurat di wilayah ini tidak tersedia untuk
menentukan frekuensi sindrom gangguan pernapasan5

Di Indonesia untuk prevalensi SGN masih belum didapatkan data yang


akurat, tetapi dari penelitian yang dilakukan di RSUD. Prof. Margono Soekarjo
Purwokerto didapatkan hasil bahwa sindrom gagal napas menduduki peringkat
kedua sebagai penyakit penyerta dari gangguan pernafasan yaitu sebanyak 32,5%,
begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Sardjito
Yogyakarta SGN menduduki peringkat kedua sebagai penyakit penyerta dari
gangguan pernafasan.6

Secara klinis, gejala awal gagal napas diantaranya adalah sianosis,


merintih, retraksi dada, dan takipnea. Gagal napas juga dapat ditentukan dengan
analisis gas darah dan diagnosis dapat dikonfirmasi menggunakan foto toraks
dengan penampakan pola retikulogranular dan air bronchogram.2

1
Vemont Oxford Network mendefiniskan bahwa kriteria diagnosis SGN
adalah PaO2 <50 mmHg (<6,6 kPa) pada udara ruangan, terjadi sianosis sentral
pada udara ruangan dan atau membutuhkan oksigen tambahan untuk
mempertahankan PaO2 > 50 mmHg (<6,6 kPa). Pada foto toraks menunjukkan
pola retikulogranular yang seragam pada lapang paru, dengan atau tanpa
penurunan volume paru dan air bronchogram dalam 24 jam petama kehidupan.
Gambaran klinis dari penyakit ini bervariasi tergantung dari ukuran bayi, tingkat
keparahan penyakit, penggunaan terapi pengganti surfaktan, adanya infeksi,
derajat dari patent ductus arteriosus (PDA), dan apakah sudah dibantu dengan
ventilator atau tidak.3

Anda mungkin juga menyukai