Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup
agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Istirahat dan tidur merupakan
kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Pada kondisi istirahat
antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara 7-10 jam sehari. Makin
muda usia, waktu tidur yang dibutuhkan makin banyak dan makin berkurang
pada lanjut usia. Bayi tidur sepanjang 16-18 jam sehari (Bastaman, 2006).
Keteraturan dan lamanya tidur dari masing-masing orang seperti juga
halnya dengan masa sakit, maka tidur merupakan persoalan yang bersifat
pribadi. Ada orang yang memerlukan lebih banyak tidur dibandingkan yang
lain. Ada orang yang mudah tidur dan yang sulit tidur, ada tidur yang tidak
memegang peranan dalam pola-pola tidur dan tidur akan lebih mudah jika
kebiasaan-kebiasaan itu tetap diikuti (Dian, 2006). Guyton & Hall (2007)
menyatakan hal yang sama dengan Dian yaitu Pola tidur yang baik dan teratur
mengalami ngantuk yang berlebih pada siang hari dan kuantitas dan kualitas
tidurnya tidak cukup (Perry dan Polter, 2006). Kesulitan tidur, sering
terbangun di malam hari, sulit untuk tidur kembali, dan bangun dini hari serta
merasa tidak segar saat bangun pagi adalah gejala yang dialami oleh penderita
International Data Base tahun 2004 seperti dilansir dari Cureresearch, Sabtu
(1/5/2010).
Menurut National Sleep Foundation di Amerika, lebih dari sepertiga
(36%) dewasa muda usia 19-29 tahun dilaporkan mengalami sulit untuk
bangun pagi (dibandingkan dengan 20% pada usia 30-64 tahun dan 9% diatas
masuk kelas atau bekerja karena sulit bangun (dibandingkan dengan 11% pada
pekerja usia 30-64 tahun dan 5% diatas usia 65 tahun). Sebesar 40% dewasa
seminggu atau lebih (dibandingkan dengan 23% pada usia 30-64 tahun dan
ditandai dengan usia yang berada pada rentang 18-24 tahun mempunyai risiko
terserang insomnia. Hal ini dipertegas oleh Razazian & Rezaei (2012) bahwa
insomnia merupakan gangguan tidur terbanyak yang terjadi pada mahasiswa.
Kejadian insomnia yang terjadi pada mahasiswa ini tampak pada penurunan
jumlah waktu tidur rata-rata yaitu dari 7,3 jam menjadi 6,87 jam (Jensen,
yaitu 42,8%.
Kurang tidur atau proses tidur yang terganggu jelas merugikan
kesehatan dan performa kita di siang hari. Mulai dari kurangnya motivasi,
hati. Kondisi kurang tidur juga menurunkan daya tahan tubuh seseorang. Efek
kurang tidur yang paling nyata terlihat adalah pada kulit yang tampak kusam
seseorang. Ada lebih dari 40 kondisi medis yang telah ditentukan sebagai
sendi, kecanduan alkohol, merokok, diet dan obesitas (Listiani, 2007). Potter
ragu akibat ancaman nyata atau dirasakan (Varcarolis & Halter, 2010).
Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari
Gejala muncul secara fisik antara lain, rasa sakit pada otot dan tulang,
yang bersifat psikis antara lain merasa takut, khawatir, firasat buruk takut akan
tidur, takut sendirian, tidak tenang, gelisah, merasa tegang, mudah terkejut.
Beberapa gejala-gejala ini banyak terlihat pada mahasiswa yang tingkat akhir.
yang dapat menimbulkan persaaan yang tidak berdaya dan tidak nyaman
merupakan tugas akhir bagi mahasiswa di perguruan tinggi yang sering kali
siklus tidurnya klien sering terbangun atau terlalu banyak tidur. Cemas yang
berlanjut dapat mempengaruhi kebiasaan tidur yang buruk (Potter dan Perry,
2005).
Menurut (Albar, 2014) dalam penelitiannya, menyimpulkan bahwa
kecemasan, merokok, makan sebelum tidur, dan tidur siang yang lama. Dan
antara lain kondisi psikologis, faktor lingkungan, penyakit fisik, jet lag,
pengobatan medis, usia dan gaya hidup. Gaya hidup yang biasa merokok
menjadi salah satu risiko terjadinya insomnia karena kandungan beberapa zat
Menurut data yang dihimpun oleh Global Adult Tobacco Survey (2011)
dalam Depkes (2012) persentase laki laki yang merupakan perokok aktif di
Indonesia mencapai 67 %. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas tidur
pada rokok atau cerutu atau tembakau dalam pipa rokok yang kemudian
dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yang ada dalam rokok tersebut yang
Komalasari & Helmi dalam Bambang (2015) perilaku merokok dapat juga
masalah tidur, salah satunya karena nikotin dalam rokok yang merupakan
stimulan otak (Widya, 2010). Di samping itu, otak yang sudah ketagihan
dengan efek nikotin akan menyebabkan gangguan tidur pada malam hari saat
mau tidur. Pada penelitian kepada 82 perokok aktif di Universitas Islam Sultan
Agung diketahui bahwa rokok dapat menimbulkan gangguan sulit tidur yang
yang dapat menstimulus otak, karena stimulan merupakan zat yang memberi
efek menyegarkan, sehingga perokok dapat merasa tenang dan santai saat
akut yang baru mulai kecanduan rokok, selain lebih sulit tidur, seseorang juga
dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk merokok setelah tidur kira-kira dua
jam. Setelah merokok, seseorang akan sulit untuk tidur kembali karena efek
seluruh dunia dalam bentuk rokok dan telah timbul berbagai masalah
diperkirakan 2,5 juta orang meninggal tiap tahunnya akibat penyakit yang
yaitu 181.958 milyar batang rokok dalam satu tahun (Tjandra, 2011). Dari
prevalensi perokok laki-laki lebih tinggi dari pada perokok wanita, yaitu
26,4 % dari jumlah penduduk yang ada di Sumatera Barat dan perokok
barat(riskesdas 2013).
Merokok merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
terakhir dan prevalensi mahasiswa merokok juga termasuk tinggi yaitu 24,5 %
perokok aktif.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Tingkat
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan Intensitas perilaku merokok dengan tingkat
Andalas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat kecemasan pada mahasiswa angkatan 2012 di
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mempunyai beberapa manfaat
antara lain:
1. Bagi Fakultas
Memberikan informasi tentang jumlah perilaku merokok, keadaan
3. Bagi perawat
Sebagai bahan pertimbangan bagi perawat untuk ikut berperan serta