Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL KASUS ETIKA KAMPANYE

Oleh:

Besty Nofia N (5503015012)

Joy Petra D M (5503015014)

Evelyn (5503015017)

I.1 Berita

Judul : Pendukung Jokowi dan Prabowo Bentrok di Yogya

Sumber / Tanggal : Tempo.co / 24 Juni 2014

Pendukung Jokowi dan Prabowo Bentrok di Yogya, 24 Juni 2014,

TEMPO.CO, Jakarta - Bentrokan antarsimpatisan dari Partai Demokrasi Indonesia


Perjuangan (PDIP) yang mendukung calon presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Partai
Persatuan Pembangunan pendukung Prabowo-Hatta di Kota Yogyakarta pecah di kawasan
Ngampilan-Ngabean, Selasa sore, 24 Juni 2014. Tak ada korban jiwa ataupun luka akibat
bentrokan yang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB itu. Namun peristiwa itu membuat ruas
jalan di simpang Terminal Ngabean, terutama Jalan Letjen Soeprapto-Wachid Hasyim,
lumpuh total sekitar dua jam akibat berkumpulnya massa. Kendaraan wisatawan yang
memadati kawasan yang hanya berjarak 500 meter dari Jalan Malioboro itu pun harus
menunggu lama demi bubarnya massa. Sedangkan sejumlah akses jalan kampung
diblokade warga. Seorang saksi mata, Adi Marjiono, mengatakan bentrokan bermula saat
kedua massa bertemu di simpang Ngabean setelah menggelar konvoi keliling kota. "Tiba-
tiba ada yang melempar botol kaca di tengah jalan, dan disusul saling lempar batu
masing-masing kelompok," kata Adi. Namun sekitar 300 personel polisi sudah siap
mengantisipasi potensi bentrok di perbatasan basis massa dua partai itu, sehingga aksi
lempar batu dapat diredam dan tak merusak fasilitas atau melukai warga sipil. Kepala
Kepolisian Kota Besar Yogyakarta Komisaris Besar Polisi Slamet Santoso yang turun
langsung melerai massa menuturkan bentrok terjadi karena adanya agenda kampanye
berbarengan dari massa PDIP dan PPP. "Pendukung Prabowo jadwalnya menghadiri
kampanye Rhoma Irama di Bantul, sedangkan pendukung Jokowi menghadiri kirab
budaya di Alun-alun Utara," tutur Slamet. Informasi kepolisian, simpatisan Prabowo,
khususnya massa dari PPP, dalam perjalanan menghadiri kampanye raja dangdut itu
sempat melakukan perusakan posko PDIP di sejumlah titik, seperti di Brontokusuman,
Sugeng Jeroni, dan Mantrijeron. "Ada posko dan rumah warga biasa yang dilempari
batu," kata Slamet. Aksi pelemparan batu massa pendukung Prabowo itu lantas menyulut
kemarahan simpatisan PDIP. "Akhirnya memicu lagi bentrok di kandang masing-
masing," ujarnya. Pihak kepolisian sendiri masih berjaga di simpang Ngabean hingga
jelang magrib ini untuk mengantisipasi gesekan kedua kubu.
Judul : Kampanye Cagub Papua dari Demokrat Berakhir Rusuh

Sumber / Tanggal : VIVAnews / 18 januari 2013

NASIONAL

Kampanye Cagub Papua dari Demokrat Berakhir Rusuh

Belasan mobil dirusak. Toko-toko dilempar. Beberapa orang masuk RS.

VIVAnews - Hanya beberapa saat setelah kampanye calon gubernur dan wakil gubernur
Provinsi Papua nomor urut 3, Lukas Enembe dan Klemen Tinal, berlangsung di Kota
Wamena, Kabupaten Jayawijaya, kerusuhan merebak. Belasan mobil dirusak massa.
Bahkan, kendaraan polisi juga tak luput dari amuk massa. Delapan warga dilarikan ke
Rumah Sakit setempat karena mengalami luka-luka dalam kejadian pada Jumat 18
Januari 2013 itu. Dari data yang berhasil dihimpun, pemicu kemarahan ribuan massa yang
memadati Lapangan Sinapuk Wamena, lokasi kampanye pasangan Lukas Enembe dan
Klemen Tinal, bermula ketika Bupati Lany Jaya Befa Jigibalon membagi-bagikan uang
pecahan seratus ribu rupiah, dari atas panggung. Sebagian massa yang tidak kebagian
uang, lalu mengamuk dan mulai melempari panggung kampanye.
Aksi pelemparan batu itu berlangsung 15 menit, tanpa bisa dihentikan aparat keamanan,ujar
Ronald Tabuni salah satu saksi mata yang berhasil dihubungi.
Wakil Bupati Jayawijaya John Banua yang berada di panggung kampanye berupaya menenangkan
massa, dengan mencoba membagi-bagikan uang lagi. Tapi karena massa masih ada yang belum
kebagian, aksi pelemparan terus berlangsung. Tidak semua massa kebagian uang, yang tidak
dapat inilah yang terus melakukan pelemparan. Meski John Banua membagikan uang tapi itu
juga tak cukup. Massa terus anarki, ujarnya. Aksi massa kemudian merembet hingga 500
meter dari lokasi kampanye tepatnya di Jalan Trikora dan Pattimura Wamena. Massa
melempari toko yang ada di sepanjang jalan tersebut. Lalu pemilik toko pun langsung
menutup usahanya menghindari terjadinya penjarahan. Hotel Baliem Pilamo, tempat
menginapnya pasangan Lukas Enembe dan Klemen Tinal, juga tak luput dari lemparan
massa. Sedikitnya 12 mobil rusak dilempari massa, termasuk milik Polri dan Wakil
Bupati Jayawijaya. Delapan orang juga dilarikan ke Rumah Sakit karena mengalami
luka-luka setelah terkena lemparan. Dikabarkan ada satu orang yang tewas. Namun, Juru
Bicara Polda Papua Komisaris Besar I Gede Sumerta Jaya membantah ada yang tewas. "Tidak
ada yang tewas. Memang ada kejadian, pada saat setelah kampanye nomor urut 3, sejumlah
kendaraan dilempari dan jumlahnya masih diinventarisir," katanya. Sampai petang ini Kota
Wamena masih mencekam. Toko-toko memilih tutup untuk sementara, menunggu situasi
reda. Sedangkan, belasan mobil yang dirusak, saat ini diparkir berjejer di depan Hotel
Baliem Pilamo. Mereka menuntut pasangan Lukas Enembe dan Klemen Tinal mengganti
kerusakan. (eh)

Judul : Hari Tenang, Baliho Parpol dan Caleg Masih Banyak


Sumber / Tanggal : Tempo.co / 6 April 2014

Hari Tenang, Baliho Parpol dan Caleg


Masih Banyak

TEMPO.CO, Bantul -Sebagian jalan utama di Kabupaten Bantul mulai

bersih dari alat peraga kampanye pada Hari pertama minggu tenang pada

Ahad, 6 April 2014. Di kawasan sekitar jalan ringroad selatan, jalan Bantul,

Jalan Parangtritis dan Jalan Sudirman, yang selama ini menjadi daerah

terlarang tapi tetap dipasangi ratusan atribut, sudah mulai bersih. Hanya

tersisa beberapa atribut kampanye berupa baliho ukuran besar yang

masih terpasang di titik-titik strategis. Misalnya, baliho besar bergambar

calon legislatif DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN), Hanafi Rais, di

Perempatan Druwo, Jalan Parangtritis, belum dibongkar. Di Perempatan

Dongkelan, Jalan Bantul, baliho pasangan Calon Presiden dan Wakil

Presiden Partai Hanura, Wiranto-Harry Tanoesoedibyo, yang dipasang

setinggi tiang listrik, tampak masih berdiri. Sebagian besar bendera partai

dan rontek bergambar caleg di pinggiran banyak jalan raya di Bantul

memang sudah lenyap. Namun, masih ada juga rontek-rontek caleg dan

bendera partai terpasang di kawasan terlarang seperti Jalan Bantul.

Puluhan rontek bergambar Caleg Partai Golkar, Siti Hediati Soeharto,

merupakan di antara atribut kampanye yang masih terpasang. Ketua


Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Bantul, Johan Komara

mengatakan tim gabungan KPUD, Panwaslu dan Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP) Bantul baru akan memantau hasil pencopotan atribut

kampanye pada Senin, 7 April 2014. Menurut dia, tim gabungan akan

melakukan penyisiran untuk mencopot atribut yang tersisa selama dua

hari, yakni Senin dan Selasa besok. "Pencopotan baru dilakukan masing-

masing parpol mulai Minggu ini," kata dia pada Ahad, 6 April 2014. Dia

menyatakan sudah meminta semua partai politik mencopot atribut

kampanye yang masih terpasang mulai Minggu pagi, 6 April 2014.

Sebagian partai, kata dia, sudah melaksanakan rekomendasi itu. "Parpol


harus mencopot semua atributnya mulai Minggu," kata dia menegaskan.
Judul : Jelang Pilkada, Cawalkot Semarang Berlomba Langgar Aturan

Sumber / Tanggal : Liputan6.com / 30 November 2015

Jelang Pilkada, Cawalkot Semarang Berlomba Langgar Aturan

Liputan6.com, Semarang - Pemilihan kepala daerah (pilkada) wali kota Semarang bakal digelar 9 hari
lagi. Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Semarang menjadwalkan kampanye terbuka untuk
pasangan nomor urut 1, Soemarmo HS-Zuber Syafawi, hari ini.
Malam hari sebelum digelarnya kampanye, pelosok kota Semarang diserbu sampah visual. Yakni,
pemasangan poster pasangan calon wali kota yang tidak terkendali. Tidak hanya di tempat-tempat
terbuka, sarana ibadah dan tembok sekolah ikut ditempeli poster pasangan calon. Divisi Hukum,
Kampanye, Pencalonan dan Pengawasan KPU Kota Semarang Agus Suprihanto menyatakan,
pemasangan secara masif itu dipicu rasa iri para pasangan calon. Jika salah satu pasangan memasang,
pasangan lain tak ingin ketinggalan. "Karena iri, pasangan lain akan ikut memasang dengan jumlah
lebih banyak," kata Agus kepada Liputan6.com, Senin (30/11/2015). Pasal 30 ayat 3 Peraturan KPU
Nomor 7/2015 disebutkan, pemasangan alat peraga kampanye (APK) dilarang untuk diletakkan di
rumah ibadah termasuk halamannya, tempat pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah dan
lembaga pendidikan. Dengan begitu, pemasangan APK tersebut tergolong ilegal. Namun, panwaslu
seringkali tak bisa menindak tegas karena pasangan calon selalu berkelit.
"Yang terjadi kemudian paslon berkilah bahwa yang memasang APK ilegal tersebut bukan mereka,"
keluh Agus. Kondisi itu memaksa Satpol PP Kota Semarang turun tangan mencopoti poster. Namun,
penurunan APK ilegal itu menemui jalan tak berujung karena saking banyaknya. Anggota Panwaslu
Kota Semarang Bekti Maharani juga mengakui kesulitan dalam penertiban baik APK maupun bahan
kampanye ilegal. Dia mengatakan, walau sudah ditertibkan, tidak lama lagi akan muncul APK dan
bahan kampanye ilegal serupa di tempat yang sama. "APK berupa poster, leaflet dan flyer jumlahnya
bisa mencapai ratusan ribu. Namun demikian, kami akan tetap lakukan penertiban sebagaimana
peraturan yang berlaku," kata Rani. Dalam pantauan Liputan6.com, saat ini yang paling banyak
terpasang dengan melanggar aturan adalah alat peraga milik pasangan Soemarmo - Zuber, disusul
milik Hendi - Ita, dan terakhir milik Sigit - Agus. Poster dan stiker milik Soemarmo tersebar di
pepohonan, seperti sepanjang Jalan Supriyadi dan Jalan Genuk. Sementara, poster dan stiker yang
susah dibersihkan banyak ditempel di kawasan kampung-kampung di Pedurungan, termasuk di
dinding tembok SD Sang Timur. "Kemarin siang belum ada. Kayaknya, masangnya semalam," kata
satpam SD Sang Timur. (Din/Mvi)

Judul : Bawaslu Waspadai Maraknya Perusakan Alat Peraga Kampanye di Jambi


Sumber / Tanggal : Liputan6.com / 29 September 2015

Bawaslu Waspadai Maraknya Perusakan Alat Peraga Kampanye di


Jambi

Liputan6.com, Jambi - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jambi menyatakan tengah
mewaspadai maraknya kabar pengrusakan sejumlah alat peraga kampanye (APK) di sejumlah wilayah
yang akan menggelar Pemihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 9 Desember 2015 nanti. Ketua
Bawaslu Provinsi Jambi Fauzan Khairazi menyatakan, pihaknya akan melakukan kajian dan rapat
pleno khusus membahas masalah tersebut. "Seluruh jajaran di Bawaslu khususnya panitia pengawas
(Panwas) kabupaten/kota untuk mendata jumlah APK yang rusak," ujar Fauzan di Jambi, Selasa
(29/9/2015). Dari data tersebut, kata dia, nantinya akan dilakukan koordinasi melalui rapat pleno
dengan seluruh jajaran Bawaslu untuk kemudian dicari jalan keluar sesuai aturan yang ada. "Kami
dari Bawaslu juga mengimbau agar seluruh masyarakat menciptakan situasi yang kondusif jelang
Pilkada," jelas Fauzan. Ia khawatir maraknya pengrusakan APK di Jambi berimbas pada memanasnya
situasi politik di daerah itu. "Untuk itu, dibutuhkan pengawasan partisipatif dari komponen
masyarakat untuk bersama-sama menjaga APK yang ada," imbau dia. Selain akan digelar pemilihan
gubernur dan wakil gubernur, sejumlah kabupaten di Provinsi Jambi juga akan menggelar pemilihan
bupati dan wakil bupati. Di antaranya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim),
Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Kabupaten Muarojambi, Kabupaten Batanghari, dan
Kabupaten Bungo. Sementara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi diikuti oleh dua pasang
calon yakni Hasan Basri Agus (petahana) berpasangan dengan Edi Purwanto dengan nomor urut 1.
Nomor urut 2 yakni pasangan Zumi Zola yang berpasangan dengan Fachrori Umar yang sebelumnya
menjabat sebagai Wakil Gubernur Jambi.Zumi Zola adalah mantan artis dan pesinetron yang
merupakan anak dari mantan Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin. Zumi Zola sebelumnya menjabat
sebagai Bupati Tanjung Jabung Timur yang merupakan daerah kampung halaman keluarga besar
Zulkifli Nurdin. (Hmb/Ans)
I.2 Pembahasan

Variabel penting dalam Pemilu salah satunya adalah masa kampanye partai politik
untuk menjual calon yang dicalonkan atau menjual nama partai yang diusung. Dalam kasus
Pilkada wali kota dan bupati, kampanye calon cukup menentukan dalam memengaruhi
pilihan publik. Kampanye merupakan proses penyampaian pesan yang bertujuan untuk
mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku pemilih. Perubahan ini ingin dicapai melalui
himbauan, ajakan, dan janji sehingga membuat warga atau kelompok masyarakat tertarik
untuk menjatuhkan pilihan politiknya pada partai atau kandidat tertentu. Atau merujuk pada
UU No 8 Tahun 2012 tentang Pemilu, kampanye adalah kegiatan peserta pemilu untuk
meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program (ayat 1). Tradisi kampanye
di Indonesia, hampir sama seperti negara-negara lain, selalu diramaikan oleh berbagai
kegiatan misalnya ; pertemuan akbar, arak-arakan kendaraan bermotor (konvoi), dan
belakangan ini mulai ditradisikan juga kampanye melalui media massa, khususnya media
cetak dan elektronik. Undang-undang No 10 Tahun 2008 dan PP No 14 Tahun 2009 telah
mengatur mengenai kode etik dalam Pemilu bahkan larangan dalam berkampanye serta
sanksi pelanggarannya. Namun, tidak ada yang bisa menjamin bahwa kode etik dan larangan
dalam undang-undang itu akan dipatuhi. Diperlukan adanya suatu kesadaran pribadi dari
semua calon pemimpin, partai politik dan masyarakat untuk saling mendukung, agar dapat
terselenggaranya kampanye yang memerhatikan etika sebagai landasan ditaatinya hukum
dalam pelaksanaan kampanye. Singkatnya sangat diperlukan etika dalam kampanye.

Namun sayangnya sering kali etika kampanye disepelekan oleh para pejabat yang
hendak mencalonkan diri menjadi penata negara ini. Berikut ulasan berita dan solusi
mengenai etika kampanye di Indonesia.

Berita pertama yang diposting Tempo.co pada tanggal 24 Juni 2014 berjudul
Pendukung Jokowi dan Prabowo Bentrok di Yogya membahas mengenai Bentrokan
antarsimpatisan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mendukung calon
presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Partai Persatuan Pembangunan pendukung Prabowo-
Hatta di Kota Yogyakarta pecah di kawasan Ngampilan-Ngabean. Masalah ini bermula dari
saat kedua massa bertemu di simpang Ngabean setelah menggelar konvoi keliling kota ada
lemparan botol dari salah satu pendukung ke pendukung lainnya sehingga memicu terjadinya
bentrokan. Solusi dari masalah ini adalah Seharusnya dalam masa kampanye tidak boleh
diberikan izin oleh aparat jika waktu dan tanggal kampanyenya bersamaan dengan kampanye
dari kubu lain. Jika telah mendapat izin oleh aparat, jarak atau tempat pelaksaan kampanye
diusahakan sejauh mungkin dari kampanye dengan kubu lain agar menimalisir terjadi hal-ha
yang tidak diinginkan. Pihak aparat seharusnya dapat menjaga berjalannya kampanye dengan
kondusif seperti menambah jumlah personil apabila diperlukan.

Berita kedua yang diposting tanggal 18 januari 2013 oleh VIVAnews berjudul
Kampanye Cagub Papua dari Demokrat Berakhir Rusuh. Masalah bermula ketika
Bupati Lany Jaya Befa Jigibalon membagi-bagikan uang pecahan seratus ribu rupiah, dari
atas panggung. Sebagian massa yang tidak kebagian uang, lalu mengamuk dan mulai
melempari panggung kampanye. Solusi dari masalah etika kampanye ini adalah seharusnya
dalam berkampanye para calon bisa menyakinkan dan mempengaruhi masyarakat dengan
cara positif bukan membagikan uang pada masyarakat yang justru menimbulkan kesan
penyuapan . Selain itu, harus ada kesadaran dari masyrakat itu sendiri, masyarakat harusnya
tidak menerima uang yang jelas-jelas itu merupakan hal yang salah, bukan justru meminta
uang pada pejabat terkait.

Berita ketiga diposting oleh Tempo.co tanggal 6 April 2014 berjudul Hari
Tenang, Baliho Parpol dan Caleg Masih Banyak. Masalah muncul karena masih
banyaknya atribut-atribut kampanye. Solusi masalah ini Harus ada tanggung jawab dari pihak
pendukung calon juga, bukan hanya tangung jawab dari panitia pengawas pemilu (panwaslu).
Hukuman bagi para pelanggar dirasa masih terlalu ringan dibandingkan dengan apa yang
dilakukan. Karena pada masa tenang harusnya tidak ada hal-hal seperti itu dan pada masa
tenang biasanya tim kampanye rawan melakukan hal yang berbau dengan kecurangan. Salah
satunya dengan membiarkan baliho masih terpanpang di jalan dengan tujuan masyarakat
masih bisa berubah pikiran akan pilihannya dan memilih pasangan yang ada di baliho
tersebut, dan itu merupakan tindakan kampanye secara tidak langsung yang tidak boleh
dilakukan saat masa tenang.

Berita keempat diposting oleh Liputan6.com tanggal 30 November 2015 berjudul


Jelang Pilkada, Cawalkot Semarang Berlomba Langgar Aturan berisi tentang sebelum
digelarnya kampanye, pelosok kota Semarang diserbu sampah visual. Yakni, pemasangan
poster pasangan calon wali kota yang tidak terkendali. Tidak hanya di tempat-tempat terbuka,
sarana ibadah dan tembok sekolah ikut ditempeli poster pasangan calon. Hal ini dipicu dari
rasa iri tiap calon pasangan sehingga melanggar etika kampanye. Solusi dari masalah ini
adalah penertiban ini perlu diatasi dengan sanksi yang jelas dan tegas oleh panwaslu, tidak
hanya dengan pencopotan APK dan bahan kampanye ilegal saja, cara tersebut dirasa kurang
efektif karena tidak akan memberikan efek jera untuk pelanggar. Kemudian, perlu adanya
koordinasi yang baik antara panwaslu dan pemerintah daerah mengenai penertiban ini, dan
lagi meskipun secara realita, proses suatu pelanggaran secara birokrasi di Indonesia adalah
hal yang rumit dan lama, masalah ini dapat disiasati dengan hukuman sosial dari masyarakat.
Seperti yang kita ketahui, dijaman modern seperti ini pengaruh media sosial tidak bisa
dianggap enteng, jadi ada solusi lain, laporan pelanggaran tersebut bisa disebarkan ke
masyarakat lewat media sosial, meskipun tidak ada sanksi formal dari tindakan ini, namun
masyarakat dapat memberikan hukuman sosial berupa pendapat atau suara mereka tentang
pelanggar dan dapat berpengaruh bagi jumlah suara dalam pemilu yang akan didapat para
pelanggar.

Berita kelima diposting oleh Liputan6.com tanggal 29 September 2015 berjudul


Bawaslu Waspadai Maraknya Perusakan Alat Peraga Kampanye di Jambi membahas
mengenai Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jambi menyatakan tengah
mewaspadai maraknya kabar pengrusakan sejumlah alat peraga kampanye (APK) di sejumlah
wilayah yang akan menggelar Pemihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 9 Desember 2015
nanti. Solusi dari masalah ini adalah sesuai yang dikatakan Ketua Bawaslu Provinsi Jambi
Fauzan Khairazi, peran masyarakat untuk bersama menjaga APK dan pengawasan
masyarakat memang penting. Hal ini dapat didukung dengan sosialisasi Bawaslu kepada
masyarakat agar kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam pemilu dapat menjadi
lebih tinggi dan diharapkan dapat menyukseskan pemilu secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil. Kemudian, masih dibutuhkannya sanksi tegas dari bawaslu untuk
menjaga suasana kondusif dan ketertiban berkampanye, perlunya penyelidikan berimbang
dari bawaslu dan pelaksanaan sanksi sesuai pelanggaran yang telah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai