Juvadx
Juvadx
Oleh:
Evelyn (5503015017)
I.1 Berita
NASIONAL
VIVAnews - Hanya beberapa saat setelah kampanye calon gubernur dan wakil gubernur
Provinsi Papua nomor urut 3, Lukas Enembe dan Klemen Tinal, berlangsung di Kota
Wamena, Kabupaten Jayawijaya, kerusuhan merebak. Belasan mobil dirusak massa.
Bahkan, kendaraan polisi juga tak luput dari amuk massa. Delapan warga dilarikan ke
Rumah Sakit setempat karena mengalami luka-luka dalam kejadian pada Jumat 18
Januari 2013 itu. Dari data yang berhasil dihimpun, pemicu kemarahan ribuan massa yang
memadati Lapangan Sinapuk Wamena, lokasi kampanye pasangan Lukas Enembe dan
Klemen Tinal, bermula ketika Bupati Lany Jaya Befa Jigibalon membagi-bagikan uang
pecahan seratus ribu rupiah, dari atas panggung. Sebagian massa yang tidak kebagian
uang, lalu mengamuk dan mulai melempari panggung kampanye.
Aksi pelemparan batu itu berlangsung 15 menit, tanpa bisa dihentikan aparat keamanan,ujar
Ronald Tabuni salah satu saksi mata yang berhasil dihubungi.
Wakil Bupati Jayawijaya John Banua yang berada di panggung kampanye berupaya menenangkan
massa, dengan mencoba membagi-bagikan uang lagi. Tapi karena massa masih ada yang belum
kebagian, aksi pelemparan terus berlangsung. Tidak semua massa kebagian uang, yang tidak
dapat inilah yang terus melakukan pelemparan. Meski John Banua membagikan uang tapi itu
juga tak cukup. Massa terus anarki, ujarnya. Aksi massa kemudian merembet hingga 500
meter dari lokasi kampanye tepatnya di Jalan Trikora dan Pattimura Wamena. Massa
melempari toko yang ada di sepanjang jalan tersebut. Lalu pemilik toko pun langsung
menutup usahanya menghindari terjadinya penjarahan. Hotel Baliem Pilamo, tempat
menginapnya pasangan Lukas Enembe dan Klemen Tinal, juga tak luput dari lemparan
massa. Sedikitnya 12 mobil rusak dilempari massa, termasuk milik Polri dan Wakil
Bupati Jayawijaya. Delapan orang juga dilarikan ke Rumah Sakit karena mengalami
luka-luka setelah terkena lemparan. Dikabarkan ada satu orang yang tewas. Namun, Juru
Bicara Polda Papua Komisaris Besar I Gede Sumerta Jaya membantah ada yang tewas. "Tidak
ada yang tewas. Memang ada kejadian, pada saat setelah kampanye nomor urut 3, sejumlah
kendaraan dilempari dan jumlahnya masih diinventarisir," katanya. Sampai petang ini Kota
Wamena masih mencekam. Toko-toko memilih tutup untuk sementara, menunggu situasi
reda. Sedangkan, belasan mobil yang dirusak, saat ini diparkir berjejer di depan Hotel
Baliem Pilamo. Mereka menuntut pasangan Lukas Enembe dan Klemen Tinal mengganti
kerusakan. (eh)
bersih dari alat peraga kampanye pada Hari pertama minggu tenang pada
Ahad, 6 April 2014. Di kawasan sekitar jalan ringroad selatan, jalan Bantul,
Jalan Parangtritis dan Jalan Sudirman, yang selama ini menjadi daerah
terlarang tapi tetap dipasangi ratusan atribut, sudah mulai bersih. Hanya
calon legislatif DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN), Hanafi Rais, di
setinggi tiang listrik, tampak masih berdiri. Sebagian besar bendera partai
memang sudah lenyap. Namun, masih ada juga rontek-rontek caleg dan
Praja (Satpol PP) Bantul baru akan memantau hasil pencopotan atribut
kampanye pada Senin, 7 April 2014. Menurut dia, tim gabungan akan
hari, yakni Senin dan Selasa besok. "Pencopotan baru dilakukan masing-
masing parpol mulai Minggu ini," kata dia pada Ahad, 6 April 2014. Dia
Liputan6.com, Semarang - Pemilihan kepala daerah (pilkada) wali kota Semarang bakal digelar 9 hari
lagi. Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Semarang menjadwalkan kampanye terbuka untuk
pasangan nomor urut 1, Soemarmo HS-Zuber Syafawi, hari ini.
Malam hari sebelum digelarnya kampanye, pelosok kota Semarang diserbu sampah visual. Yakni,
pemasangan poster pasangan calon wali kota yang tidak terkendali. Tidak hanya di tempat-tempat
terbuka, sarana ibadah dan tembok sekolah ikut ditempeli poster pasangan calon. Divisi Hukum,
Kampanye, Pencalonan dan Pengawasan KPU Kota Semarang Agus Suprihanto menyatakan,
pemasangan secara masif itu dipicu rasa iri para pasangan calon. Jika salah satu pasangan memasang,
pasangan lain tak ingin ketinggalan. "Karena iri, pasangan lain akan ikut memasang dengan jumlah
lebih banyak," kata Agus kepada Liputan6.com, Senin (30/11/2015). Pasal 30 ayat 3 Peraturan KPU
Nomor 7/2015 disebutkan, pemasangan alat peraga kampanye (APK) dilarang untuk diletakkan di
rumah ibadah termasuk halamannya, tempat pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah dan
lembaga pendidikan. Dengan begitu, pemasangan APK tersebut tergolong ilegal. Namun, panwaslu
seringkali tak bisa menindak tegas karena pasangan calon selalu berkelit.
"Yang terjadi kemudian paslon berkilah bahwa yang memasang APK ilegal tersebut bukan mereka,"
keluh Agus. Kondisi itu memaksa Satpol PP Kota Semarang turun tangan mencopoti poster. Namun,
penurunan APK ilegal itu menemui jalan tak berujung karena saking banyaknya. Anggota Panwaslu
Kota Semarang Bekti Maharani juga mengakui kesulitan dalam penertiban baik APK maupun bahan
kampanye ilegal. Dia mengatakan, walau sudah ditertibkan, tidak lama lagi akan muncul APK dan
bahan kampanye ilegal serupa di tempat yang sama. "APK berupa poster, leaflet dan flyer jumlahnya
bisa mencapai ratusan ribu. Namun demikian, kami akan tetap lakukan penertiban sebagaimana
peraturan yang berlaku," kata Rani. Dalam pantauan Liputan6.com, saat ini yang paling banyak
terpasang dengan melanggar aturan adalah alat peraga milik pasangan Soemarmo - Zuber, disusul
milik Hendi - Ita, dan terakhir milik Sigit - Agus. Poster dan stiker milik Soemarmo tersebar di
pepohonan, seperti sepanjang Jalan Supriyadi dan Jalan Genuk. Sementara, poster dan stiker yang
susah dibersihkan banyak ditempel di kawasan kampung-kampung di Pedurungan, termasuk di
dinding tembok SD Sang Timur. "Kemarin siang belum ada. Kayaknya, masangnya semalam," kata
satpam SD Sang Timur. (Din/Mvi)
Liputan6.com, Jambi - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jambi menyatakan tengah
mewaspadai maraknya kabar pengrusakan sejumlah alat peraga kampanye (APK) di sejumlah wilayah
yang akan menggelar Pemihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 9 Desember 2015 nanti. Ketua
Bawaslu Provinsi Jambi Fauzan Khairazi menyatakan, pihaknya akan melakukan kajian dan rapat
pleno khusus membahas masalah tersebut. "Seluruh jajaran di Bawaslu khususnya panitia pengawas
(Panwas) kabupaten/kota untuk mendata jumlah APK yang rusak," ujar Fauzan di Jambi, Selasa
(29/9/2015). Dari data tersebut, kata dia, nantinya akan dilakukan koordinasi melalui rapat pleno
dengan seluruh jajaran Bawaslu untuk kemudian dicari jalan keluar sesuai aturan yang ada. "Kami
dari Bawaslu juga mengimbau agar seluruh masyarakat menciptakan situasi yang kondusif jelang
Pilkada," jelas Fauzan. Ia khawatir maraknya pengrusakan APK di Jambi berimbas pada memanasnya
situasi politik di daerah itu. "Untuk itu, dibutuhkan pengawasan partisipatif dari komponen
masyarakat untuk bersama-sama menjaga APK yang ada," imbau dia. Selain akan digelar pemilihan
gubernur dan wakil gubernur, sejumlah kabupaten di Provinsi Jambi juga akan menggelar pemilihan
bupati dan wakil bupati. Di antaranya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim),
Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Kabupaten Muarojambi, Kabupaten Batanghari, dan
Kabupaten Bungo. Sementara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi diikuti oleh dua pasang
calon yakni Hasan Basri Agus (petahana) berpasangan dengan Edi Purwanto dengan nomor urut 1.
Nomor urut 2 yakni pasangan Zumi Zola yang berpasangan dengan Fachrori Umar yang sebelumnya
menjabat sebagai Wakil Gubernur Jambi.Zumi Zola adalah mantan artis dan pesinetron yang
merupakan anak dari mantan Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin. Zumi Zola sebelumnya menjabat
sebagai Bupati Tanjung Jabung Timur yang merupakan daerah kampung halaman keluarga besar
Zulkifli Nurdin. (Hmb/Ans)
I.2 Pembahasan
Variabel penting dalam Pemilu salah satunya adalah masa kampanye partai politik
untuk menjual calon yang dicalonkan atau menjual nama partai yang diusung. Dalam kasus
Pilkada wali kota dan bupati, kampanye calon cukup menentukan dalam memengaruhi
pilihan publik. Kampanye merupakan proses penyampaian pesan yang bertujuan untuk
mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku pemilih. Perubahan ini ingin dicapai melalui
himbauan, ajakan, dan janji sehingga membuat warga atau kelompok masyarakat tertarik
untuk menjatuhkan pilihan politiknya pada partai atau kandidat tertentu. Atau merujuk pada
UU No 8 Tahun 2012 tentang Pemilu, kampanye adalah kegiatan peserta pemilu untuk
meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program (ayat 1). Tradisi kampanye
di Indonesia, hampir sama seperti negara-negara lain, selalu diramaikan oleh berbagai
kegiatan misalnya ; pertemuan akbar, arak-arakan kendaraan bermotor (konvoi), dan
belakangan ini mulai ditradisikan juga kampanye melalui media massa, khususnya media
cetak dan elektronik. Undang-undang No 10 Tahun 2008 dan PP No 14 Tahun 2009 telah
mengatur mengenai kode etik dalam Pemilu bahkan larangan dalam berkampanye serta
sanksi pelanggarannya. Namun, tidak ada yang bisa menjamin bahwa kode etik dan larangan
dalam undang-undang itu akan dipatuhi. Diperlukan adanya suatu kesadaran pribadi dari
semua calon pemimpin, partai politik dan masyarakat untuk saling mendukung, agar dapat
terselenggaranya kampanye yang memerhatikan etika sebagai landasan ditaatinya hukum
dalam pelaksanaan kampanye. Singkatnya sangat diperlukan etika dalam kampanye.
Namun sayangnya sering kali etika kampanye disepelekan oleh para pejabat yang
hendak mencalonkan diri menjadi penata negara ini. Berikut ulasan berita dan solusi
mengenai etika kampanye di Indonesia.
Berita pertama yang diposting Tempo.co pada tanggal 24 Juni 2014 berjudul
Pendukung Jokowi dan Prabowo Bentrok di Yogya membahas mengenai Bentrokan
antarsimpatisan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mendukung calon
presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Partai Persatuan Pembangunan pendukung Prabowo-
Hatta di Kota Yogyakarta pecah di kawasan Ngampilan-Ngabean. Masalah ini bermula dari
saat kedua massa bertemu di simpang Ngabean setelah menggelar konvoi keliling kota ada
lemparan botol dari salah satu pendukung ke pendukung lainnya sehingga memicu terjadinya
bentrokan. Solusi dari masalah ini adalah Seharusnya dalam masa kampanye tidak boleh
diberikan izin oleh aparat jika waktu dan tanggal kampanyenya bersamaan dengan kampanye
dari kubu lain. Jika telah mendapat izin oleh aparat, jarak atau tempat pelaksaan kampanye
diusahakan sejauh mungkin dari kampanye dengan kubu lain agar menimalisir terjadi hal-ha
yang tidak diinginkan. Pihak aparat seharusnya dapat menjaga berjalannya kampanye dengan
kondusif seperti menambah jumlah personil apabila diperlukan.
Berita kedua yang diposting tanggal 18 januari 2013 oleh VIVAnews berjudul
Kampanye Cagub Papua dari Demokrat Berakhir Rusuh. Masalah bermula ketika
Bupati Lany Jaya Befa Jigibalon membagi-bagikan uang pecahan seratus ribu rupiah, dari
atas panggung. Sebagian massa yang tidak kebagian uang, lalu mengamuk dan mulai
melempari panggung kampanye. Solusi dari masalah etika kampanye ini adalah seharusnya
dalam berkampanye para calon bisa menyakinkan dan mempengaruhi masyarakat dengan
cara positif bukan membagikan uang pada masyarakat yang justru menimbulkan kesan
penyuapan . Selain itu, harus ada kesadaran dari masyrakat itu sendiri, masyarakat harusnya
tidak menerima uang yang jelas-jelas itu merupakan hal yang salah, bukan justru meminta
uang pada pejabat terkait.
Berita ketiga diposting oleh Tempo.co tanggal 6 April 2014 berjudul Hari
Tenang, Baliho Parpol dan Caleg Masih Banyak. Masalah muncul karena masih
banyaknya atribut-atribut kampanye. Solusi masalah ini Harus ada tanggung jawab dari pihak
pendukung calon juga, bukan hanya tangung jawab dari panitia pengawas pemilu (panwaslu).
Hukuman bagi para pelanggar dirasa masih terlalu ringan dibandingkan dengan apa yang
dilakukan. Karena pada masa tenang harusnya tidak ada hal-hal seperti itu dan pada masa
tenang biasanya tim kampanye rawan melakukan hal yang berbau dengan kecurangan. Salah
satunya dengan membiarkan baliho masih terpanpang di jalan dengan tujuan masyarakat
masih bisa berubah pikiran akan pilihannya dan memilih pasangan yang ada di baliho
tersebut, dan itu merupakan tindakan kampanye secara tidak langsung yang tidak boleh
dilakukan saat masa tenang.