PRAKTIKUM I
A. Latar belakang
Salinitas (kadar garam) adalah jumlah kandungan bahan padat dalam satu
kilogram air laut, dalam hal ini, seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida,
brom dan yodium yang telah disetarakan dengan klor dan bahan organik yang
cairan tubuh ikan. Apabila osmotik lingkungan (salinitas) berbeda jauh dengan
tekanan osmotik cairan tubuh (kondisi tidak ideal) maka osmotik media akan
menjadi beban bagi ikan sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar untuk
mempertahankan osmotik tubuhnya agar tetap berada pada keadaan yang ideal
(Kharisma, 2007).
seimbangan proses metabolisme tubuh biota laut. Oleh karena itu, praktikum
pengaruh salinitas terhadap biota laut (Ikan Amphiprion sp.) penting untuk
dilakukan.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati pengaruh salinitas yang
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat melihat secara
langsung proses osmoregulasi biota laut (ikan) pada salinitas yang berbeda.
C. Ruang Lingkup
A. Osmoregulasi
usaha biota laut untuk mengkontrol keseimbangan air dan ion dalam tubuh
bergerak cepat, serta adanya perbedaan tekanan osmosis antara cairan tubuh
Regulasi ion dan air pada biota laut dapat terjadi secara hipertonik
ikan Potadromous yang bersifat hiperosmotik, air bergerak ke dalam tubuh dan
ion keluar dari tubuh ke lingkungan perairan melalui proses difusi. Keseimbangan
cairan tubuh terjadi melalui cara dengan sedikit meminum air bahkan tidak
minum air sama sekali. Apabila terdapat kelebihan air dalam tubuh, maka air ini
tubuhnya melalui ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion - ion
masuk ke dalam tubuhnya melalui proses difusi. Bagi golongan ikan eurihaline,
Proses osmoregulasi pada ikan air tawar menurut Karnaky, J.(1998) dalam
Lantu (2010) menyatakan bahwa konsentrasi garam pada tubuh ikan air tawar
sering dikeluarkan ke perairan. Untuk mengatasi hal ini, ikan melakukan proses
yang lain adalah golongan ikan ini memiliki pompa ion di bagian ginjal yang akan
menangkap garam dari air serta melepaskan amoniak dan hasil buangan lainnya
(Lantu, 2010).
Proses osmoregulasi pada ikan air laut memiliki masalah yang sama tapi
kebalikan dari ikan tawar. Air laut mengandung konsentrasi garam yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kandungan garam yang ada ditubuh ikan. Sebagai
tingkat konsumsi. Salinitas merupakan masking faktor yang dapat menjadi suatu
pengaruh yang berdampak pada biota laut. Salinitas sebagai salah satu
Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah
konsumsi oksigen (LKO) ikan. Kajian mengenai LKO terkait dengan biologi ikan
sangat penting untuk dilakukan, serta konsumsi oksigen dapat dihitung dan
Ikan badut tidak dapat pergi jauh dari anemone sebagai inangnya. Ikan badut
habitat terumbu karang terluar paling sering ditemukan Heteractis magnifica. Ikan
badut umumnya hidup berpasangan, tetapi dalam anemone laut yang berukuran
besar pasangan ikan laut akan saling berbagi tempat (Allen, 1991).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actynopterigii
Subkelas : Neopterygii
Ordo: Perciformes
Subordo : Labroidei
Famili : Pomacentridae
Subfamili : Amphiprioninae
Genus : Amphiprion
Spesies : Amphiprion sp.
Ikan Amphiprion sp. atau sering disebut juga dengan Anemone fish (ikan
yang hidup diantara anemon) memiliki badan berwarna dasar kuning kecoklatan
dengan tiga belang berwarna putih (white band) dan sedikit warna hitam di
bagian kepala, badan dan pangkal ekor. Tulang di muka dan di bawah mata tidak
berduri panjang, bergigi pendek, jari - jari keras sirip punggungnya tidak sama
panjang, memiliki 11 jari - jari pada sirip dorsal dan 17 jari - jari pada pectoral,
Ikan Amphiprion sp. merupakan ikan karang tropis yang hidup di perairan
hangat pada daerah terumbu dengan kedalaman kurang dari 50 meter dan berair
Barrier Reef Australia. Kondisi parameter kualitas air yang sesuai bagi ikan
Amphiprion sp. adalah pada suhu air berkisar 25 - 33 oC, oksigen terlarut 3,5 -
(Allen, 1991).
sp. ini menjadi favorit masyarakat. Ikan Amphiprion sp. diketahui mempunyai
daerah penyebaran yang luas, terutama diseputar perairan Indo Pasifik. Pada
perairan bebas, ikan ini dapat dijumpai di laguna laguna berbatu di sekitar
terumbu karang atau daerah dengan kedalaman kurang dari 50 meter dengan
perairan jernih. Ikan ini mengkonsumsi udang, alga dan zooplankton disekitar
Anemon laut berguna sebagai pelindung bagi ikan ini dari para predator,
sedangkan ikan badut membantu anemon dari sisa - sisa makananya. Dari
interaksi inilah yang membuat ikan badut juga sering dijuluki ikan anemon
dilaksanakan pada hari Rabu 13 April 2016, pukul 09:00 11:00 WITA.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah toples sebagai wadah
pengamatan sampel ikan; timbangan digital sebagai alat untuk menimbang bobot
sampel ikan; baskom sebagai wadah sampel ikan; timba sebagai tempat untuk
memindahkan ikan Amphiprion sp. dari baskom ke toples; kain lap berfungsi
praktikum serta hand tally counter digunakan untuk menghitung jumlah bukaan
operkulum.
Bahan yang digunakan adalah ikan Amphiprion sp. sebagai sampel yang
akan diamati, aiir laut sebagai media sampel ikan; aquades sebagai bahan
A. Prosedur Kerja
salinitas air atau media asal organisme yang dijadikan sebagai hewan uji.
ekor ikan (hewan uji) ke dalam tiap toples kemudian menghitung bukaan
operkulum setiap 1 menit pertama pada menit 0, 15, 30, 45. Setelah 1
tingkah laku, dan aktifitas gerak sampel ikan selama 1 jam dan mecatat
hasil pengamatan.
B. Analisis Data
Adapun rumus yang digunakan pada analisis data dalam
N1.V1 = N2.V2
Dimana :
N1 = Salinitas awal
V1 = Volume awal
N2 = Salinitas akhir
V2 = Volume akhir
WaktuPengamatan ( Menit )
PPT
0 15 30 45
0 +++ +++ ++ +
5 +++ +++ ++ +
15 +++ +++ + +
25 +++ ++ ++ +
32 ++ +++ ++ ++
Keterangan :
+++ = Aktif
++ = Sedang
+ = Pasif
Tabel 3. Pengamatan lendir dan bobot ikan Amphiprion sp.
B. Pembahasan
beda terhadap setiap sampel uji coba. Sampel ikan mulai melemah pada
dari dalam tubuhnya berupa lendir yang merupakan hasil dari proses
berupaya untuk mencegah kelebihan air atau kekurangan air agar proses
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran