Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA (KB) IUD

A. Pengertian
1. Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
(Sulistyawati,2011). Sedangkan menurut Hartanto (2002)keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran, mendapat
kelahiran yang memang diinginkan atau mengatur interval diantara kelahiran,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Macam kontrasepsi menurut Hartanto (2004) adalah sebagai berikut:
1) Metode sederhana
a) Tanpa alat yaitu KB alamiah dan Coitus interruptus.
b) Dengan alat yaitu kondom, diafragma, dan spermisid.
2) Metode Modern
a) Kontrasepsi hormonal yaitu pil, suntik, dan implant.
b) Kontrasepsi mekanis yaitu IUD.
c) Kontrasepsi mantap yaitu tubektomi dan vasektomi.
2. Intra Uterine Device (IUD)
IUD (Intra Uterine Device) merupakan suatu alat kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari
plastik, ada yang dililiti tembaga ada yang tidak, ada pula yang dililiti tembaga
bercampur perak. Selain itu ada yang mengandung hormon pencegah kehamilan
(Saifuddin, 2006).
3. Mekanisme Kerja IUD
Mekanisme kerja dari alat kontrasepsi IUD Menurut Saifudin, (2006) adalah
sebagai berikut:
1) Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba falopi.
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu.
4) IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
5) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
4. Efek Samping
Efek samping kontrasepsi IUD menurut Wiknjosastro, (2009) adalah sebagai
berikut:
1) Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan IUD, terjadi perdarahan sedidit-sedikit
yang cepat berhenti. Keluhan yang sering terdapat pada pemakaian IUD
ialah menoragia, spotting metrorargia.
2) Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri dan kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan
IUD biasanya rasa nyeri ini hilang berangsur dengan sendirinya.
3) Gangguan pada Suami
Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD sewaktu
bersanggama. Ini disebabkan oleh benang IUD yang keluar dari porsio uteri
terlalu pendek atau terlalu panjang.
4) Ekspulsi
Insiden tertinggi dari ekspulsi adalah dalam tiga bulan pertama setelah
insersi, dan paling sering terjadi selama haid, terutama periode pertama haid
setelah insersi.
B. Komplikasi
Komplikasi kontrasepsi IUD menurut Wiknjosastro, (2009) adalah sebagai berikut:
1) Infeksi
IUD itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan steril, yakni tabung
penyalur, pndorong, dan IUD. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan
oleh infeksi yang sub akut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan IUD.
2) Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan IUD walaupun bisa terjadi
pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung IUD saja yang menembus dinding
uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, IUD terdorong
lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai kerongga perut.
3) Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan IUD in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi
oleh karena IUD terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka
keguguran dengan IUD in situ tinggi. Jika kehamilan dengan IUD in situ sedang
benangnya masih kelihatan, sebaiknya IUD dikeluarkan oleh karena
kemungkinan terjadinya abortus setelah IUD itu dikeluarkan lebih kecil dari pada
jika IUD dibiarkan berada dalam rongga uterus berada dalam rongga uterus. Jika
benang IUD tidak kelihatan, sebaiknya IUD dibiarkan saja berada dalam uterus.
C. Waktu Pemasangan
Waktu pemasangan kontrasepsi IUD menurut Saifuddin, (2006) adalah sebagai
berikut:
1) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
3) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan Metode Amenorea Laktasi
(MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama
48 jam pascapersalinan.
4) Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.
5) Selama 1 sampai 5 hari stelah sanggama yang tidak dilindungi.
D. Jadwal Pemeriksaan IUD
Jadwal pemeriksaan atau kunjungan peserta IUD menurut Anggraini, dkk (2011)
1) Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan antibiotika profilaksis
2) Jadwal pemeriksaan ulang
a) Dua minggu setelah pemasangan.
b) Dua bulan setelah pemeriksaan pertama
c) Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
d) Setiap enam bulan sampai satu tahun.
E. Cara Pemeriksaan Benang IUD
Menurut Depkes Philipina (2006) berikut merupakan standar operating prosedur
(SOP) pengecekan IUD secara mandiri :
1) Cuci tangan
2) Duduk dalam posisi jongkok
3) Meminta klien untuk memasukkan satu atau dua jari di dalam vagina sejauh
mana dia bisa meraba benang.
4) Minta klien untuk meraba benang apakah benang-benang telah berubah
panjangnya yang dapat menunjukkan ekspulsi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, dkk. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press.


Department of Health. 2006. The Philippine Clinical Standars Manual on Family Planning.
Hartanto, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
_________. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sulityawati, A. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
Saifuddin, AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kandungan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Mengetahui, 14 Maret 2016

Pembimbing Klinik Mahasiswa

( ) (Dewa Ayu Mirah Yulia Dewi)

Pembimbing Akademik

( )

Anda mungkin juga menyukai