Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RS. Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung
Disusun oleh:
11310430
Telah diterima dan disetujui oleh dr.Fitriyani, Sp.S , M.Kes selaku dokter penguji
dan pembimbing departemen neurologi RS. Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung
Mengetahui,
1
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBARNPENGESAHAN 1
A. Identitas.....3
B. Riwayat Penyakit .....3
C. Pemeriksaan Fisik ....5
D. Pemeriksaan Neurologis...7
E. Resume....13
F.Diagnosis ............14
G. Diagnosa dan Diagnosa Banding ..........14
H. Penatalaksanaan.........14
I. Pemeriksaan Penunjang..13
J. Prognos....17
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 77 tahun
Alamat : Jl. Tamin gang sumur santi no. 36 bukajawa
Tanjung Karang Barat
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Tanggal masuk : 13 Februari 2017
MR : 08.38.04
O.S mengeluh lengan dan tungkai sebelah kanan terasa sangat lemas dan
susah digerakkan 1 hari yang lalu terjadi secara mendadak pada pagi hari saat os
sedang berbaring, awalnya os mengeluh tangan dan kaki kanannya terasa
kesemutan dan masih bisa digerakkan. Namun lama-kelamaan keluhan
3
dirasakan semakin berat sehingga sulit untuk digerakkan. berbicara kurang jelas,
os tidak mengeluh kesulitan dalan menelan makanan maupun minuman, 2 jam
setelah keluhan tersebut OS tampak tidak sadar, mengigau, tidak merespon saat
diajak komunikasi, tidak mau makan dan tidak mau minum. Sakit kepala yang
berat, rasa berputar,mual, muntah, gangguan penglihatan, kejang dan pingsan
sebelum timbul kelemahan disangkal oleh pasien.
Sebelumnya OS.telah dirawat selama 3 hari di bangsal penyakit dalam
dengan keluhan utama mencret sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan
diagnonis Gastroenteritis akut dehidrasi sedang + hipertensi heart disease.
Diberi obat ciprofloxacin 2x1, metronidazol flash, oralit 2x1 sachet,
ondansentron (k/p), micardis 1x1, furosemid 2x1 tab, neurobion drip 1x1.
Os baru pertama kali mengalami hal yang seperti ini. Os memiliki darah
tinggi sejak 8 tahun yang lalu dan tidak rutin kontrol. Os mengeluh kaki
bengkak sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, gampang lelah dan engap saat
melakukan aktivitas ringan. Os tidak pernah berobat karena menganggap
keluhan yang os rasakan adalah penyakit orang tua. Riwayat trauma(-) riwayat
kencing manis (-) riwayat stroke (-)
Riwayat Kebiasaan
Os sering memakan makanan yang asin, suka meminum kopi, merokok
(-) Minum-minuman beralkohol (-).
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 16 Februari 2017
Status Present
- Keadaan umum : Tampak sakit berat
- Kesadaran : Stupor
- GCS : E2 M4 V2
- Tanda vital :
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36,9oC
Status Generalis
a. Kepala
Rambut : Rambut berwarna hitam dan beruban
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor 3mm/3mm, Refleks cahaya (+)
Ptosis (-/-)
Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-),
deviasi septum (-), sekret (-/-)
Telinga : Normal (+/+), nyeri tekan tragus (-/-),sekret
(-/-), membran timpani utuh (+/+), serumen (-/-)
Mulut : sudut bibir kanam sedikit turun, mukosa
kering (-) lidah sedikit mencong ke kanan.
Tenggorokan : Mukosa faring hiperemis (-); uvula
di tengah ; tonsil normal (T1/T1)
b. Pemeriksaan Leher
a) Pembesaran KGB : Tidak terdapat
pembesaran KGB
b) Pembesaran Tiroid : Tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid
c) JVP :5 + 3 cm H2O
5
c. Pemeriksaan Toraks
Jantung
a) Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : krepitasi (-/-), nyeri tekan (-/-)
c) Perkusi :
Batas atas kiri : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V satu jari medial linea axillaris anterior
sinistra
d). Auskultasi :
Paru
a) Inspeksi : asimetris, gerakan dinding dada kiri
tertinggal, retraksi otot-otot pernapasan (-)
b) Palpasi : vocal fremitus tidak dapat
dilakukan
c) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
d) Auskultasi : Suara tambahan ronkhi basah pada
lapangan atas paru sinistra. wheezing (-/-)
d. Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi : Perut datar, massa (-), luka (-), defans muscular (-)
b) Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
c) Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
d) Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
e. Pemeriksaan Ekstremitas
a) Superior : Akral hangat, sianosis dan edema tidak ada
b) Inferior :Akral hangat, sianosis dan edema tungkai (+) dextra sinistra
Status Neurologis
a. Rangsangan Meningeal
6
1. Kaku kuduk : - (tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)
2. Brudzinski I : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
3. Brudzinski II : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
4. Kernig : -/- (tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135/tidak
terdapat tahanan sblm mencapai 135)
5. Laseque : -/- (tidak timbul tahanan sebelum mencapai
70o/tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o)
b. Nervus Kranialis
1. N-I (Olfaktorius) : sulit dinilai
2. N-II (Optikus)
a. Tajam Penglihatan : sulit dinilai
b. Tes Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Lapang pandang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Reflek Pupil
o Refleks cahaya direk : +/+
o Refleks cahaya indirek : +/+
o Gerakan Bola Mata : sulit dinilai
4. N-V (Trigeminus)
a. Sensorik
N-V1 (ophtalmicus) : sulit dinilai
N-V2 (maksilaris) : sulit dinilai
N-V3 (mandubularis) : sulit dinilai
7
b. Motorik
M. maseter : Tidak dilakukan
M. temporalis : Tidak dilakukan
M. pterigoideus : Tidak dilakukan
c. Refleks
5. N-VII (Fasialis)
o Inspeksi wajah sewaktu
Diam : tidak ada kelainan
Tersenyum : tidak dilakukan
Meringis : Tidak dilakukan
Menutup Mata : Tidak dilakukan
Mengangkat alis : Tidak dilakukan
Menutup Mata kuat-kuat : Tidak dilakukan
o Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan
6. N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Keseimbangan
Nistagmus : Tidak dilakukan
Tes Romberg : Tidak dilakukan
b. Pendengaran
Ketajaman Pendengaran : Sulit dinilai
Tinitus : Tidak dilakukan
7. N-IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Reflek Menelan : sulit dinilai
Suara Bindeng/Nasal : sulit dinilai
Refleks Batuk : Tidak dilakukan
Refleks Muntah : sulit dinilai
Peristaltik Usus : Normal
Bradikardi : Tidak ditemukan
8
Takikardi : Tidak ditemukan
Posisi Uvula : kesan ditengah, deviasi (-)
Posisi arkus faring : simetris
8. N-XI (Akesorius)
a. Kekuatan M. Sternokleidomastoideus : Tidak dilakukan
b. Kekuatan M. Trapezius : Tidak dilakukan
9. N-XII (Hipoglosus)
a. Atrofi lidah : (-)
b. tremor lidah : (-)
c. ujung lidah saat istirahat : (-)
d. fasikulasi : (-)
Refleks Fisiologis
Biceps : +/+
Triceps : +/+
Achiles : +/+
Patella : /+
Refleks Patologis
Babinski : +/+
Oppenheim : -/-
Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Scaeffer : -/-
Gonda : -/-
9
b. Sensibilitas
Eksteroseptif/ rasa permukaan (Superior/Inferior)
Rasa Raba : sulit dinilai
Rasa Nyeri : (+)
Rasa Suhu Panas : sulit dinilai
Rasa Suhu dingin : sulit dinilai
Priopioseptif/ rasa dalam
Rasa Sikap : tidak diperiksa
Rasa Getar : sulit dinilai
Rasa Nyeri Dalam : sulit dinilai
Koordinasi
Tes Tunjuk Hidung : tidak diperiksa
Tes Pronasi Supinasi : tidak diperiksa
Susunan saraf otonom
Miksi : tidak terkontrol
Defekasi : tidak terkontrol
Fungsi Luhur
Fungsi Bahasa : sulit dinilai
Fungsi Orientasi: sulit dinilai
Fungsi Memori : sulit dinilai
Fungsi Emosi : sulit dinilai
Skor Siriraj
Kesadaran : stupor (2)
Nyeri kepala : tidak (0)
Muntah : tidak (0)
Tekanan diastolik : 100
Ateroma: Hipertensi uncontrol (1)
Skor pasien:
(2,5 x 2) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 100) - (3 x 1) 12 = 0
infark cerebri
10
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hasil Laboratorium:
Hematologi
Hb :13,5 GDS : 101
Leukosit : 20.000 SGOT : 13
Eritrosit : 5,0 SGPT : 19
Ht : 39% Urea : 40
Trombosit : 245.000 Creatinin : 1,0
MCV : 82 Natrium : 144
MCH : 27 Klorida : 105
MCHC : 32 Kalium : 3,7
Rontgen thoraks :
Kesan :
- Kardiomegali (all-chamber) disertai suspek tanda-tanda edema paru dan
effusi pleura kiri serta effusi pleura kanan minimal.
11
Hasil CT-Scan :
Kesan :
Infark serebri multipel a/r ganglia basalis kiri dan substansia alba
periventrikuler lateralis kiri
Tidak tampak tanda-tanda SOL maupun perdarahan intra kranial
EKG
12
Irama : sinus iregular
Gelombang P tidak teridentifikasi dengan jelas
Gelombang R ke R interval ireguler
Gelombang T inverted pada lead 2, 3, AVF, V5, V6 adanya iskemia
miokard
RESUME
O.S mengeluh lengan dan tungkai sebelah kanan terasa sangat lemas dan
susah digerakkan 1 hari yang lalu terjadi secara mendadak pada pagi hari saat os
sedang berbaring, awalnya os mengeluh tangan dan kaki kanannya terasa
kesemutan dan masih bisa digerakkan. Namun lama-kelamaan keluhan
dirasakan semakin berat sehingga sulit untuk digerakkan. berbicara kurang jelas,
os tidak mengeluh kesulitan dalan menelan makanan maupun minuman, 2 jam
setelah keluhan tersebut OS tampak tidak sadar, mengigau, tidak merespon saat
diajak komunikasi, tidak mau makan dan tidak mau minum. Sakit kepala yang
berat, rasa berputar,mual, muntah, gangguan penglihatan, kejang dan pingsan
sebelum timbul kelemahan disangkal oleh pasien.
Os baru pertama kali mengalami hal yang seperti ini. Os memiliki
riwayat darah tinggi sejak 8 tahun yang lalu dan tidak rutin kontrol. Os
mengeluh sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu kaki os sering bengkak, gampang
lelah dan engap saat melakukan aktivitas ringan. Os tidak pernah berobat karena
menganngap keluhan yang os rasakan adalah penyakit orang tua
13
Pemeriksan fisik kesadaran stupor, GCS E2V2M4 Tekanan darah :
150/100 mmHg, Nadi 100 x/menit, RR 28 x/menit dan Suhu 36,9 0C.
Pemerikasan motorik kekuatan otot kanan ektremitas atas dan bawah 1/2
ekstremitas kiri atas dan bawah 5/5 dan refleks fisiologis pada tubuh kanan
menurun, pada tubuh bagian kiri normal. refleks sensorik sulit dinilai, refleks
patologis anggota gerak kanan babinski (+), chadock (-), oppeinheim (-),
rangsang meingeal (-), skor siriraj (0).
V. DIAGNOSIS
Klinis : Hemiparese Dextra, penurunan kesadaran
Topis : Hemisfer Cerebri sinistra
Etiologi : Stroke Non Hemoragik
VIII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
- Pantau tanda-tanda vital
- Pemasangan oropharyngeal airway
- Simple face mask 8 L
- NGT
- Dower Cateter
Medikamentosa
Terapi :
IVFD RL xx tpm/mikro
Aspilet 80 mg 1x1
Citicholin inj. 250 mg / 12 jam
Cifroloxacin 2x1
Metronidazol 3x1 flash
Micardis 80 mg 1x1
Furocemid 1x1 inj
Zink tab 1x1
SARAN PEMERIKSAAN :
14
Pasang monitor
Cek Analisis gas darah
Cek elektrolit ulang
Cek darah lengkap ulang
Cek urine
SARAN PENATALAKSANAAN
Perlu dipertimbangkan pemakaian Endotracheal tube dengan
ventilator jika kesadaran semakin menurun.
IX. FOLLOW UP
Jumat, 17 / 02 / 2017 Sabtu, 18 / 02/ 2017
S : Badan lemah sebelah kanan, S : penurunan kesadaran
penurunan kesadaran
O: O:
KU : tampak sakit berat KU : tampak sakit berat
Kesadaran : stupor Kesadaran : stupor
GCS : E2V2M4 GCS : E2V2M4
TD : 140/100 mmHg TD : 150/90 mmHg
N : 112x/m N : 120x/m, ireguler
R: 26x/m R: 32x/m
S : 37,90 S : 37,70
Reflek Fisiologis +/+ Reflek Fisiologis +/+
Reflek Patologis Reflek Patologis
Babinski (+) Babinski (+)
Oppeinheim (-) Oppeinheim (-)
Chadock (-) Chadock (-)
Kekuatan otot atas &bawah: kanan 1/2 Kekuatan otot, atas dan bawah:
Kiri 5/5 kanan 1/2 , kiri 5/5
15
gastroenteritis
P: P:
Aspilet 80 mg 1x1 Aspilet 80 mg 1x1
Citicholin 250 mg 2x1 Citicholin 250 mg 2x1
Ciprofloxacin 250 mg/ flash Ciprofloxacin 250 mg/
Metronidazol 3x1 flash flash
Micardis 80 mg 1x1 Metronidazol 3x1 flash
Furosemid 1x1 tab Micardis 80 mg 1x1
Zink tab 1x1 Furosemid 1x1 tab
Zink tab 1x1
Sabtu /18/ 02/ 2017 pukul 12:32 wib
S:-
0:
GCS : E1V1M1
Kesadaran : koma
Nadi tidak teraba,
Arteri carotis tidak teraba,
Pupil midriasis total
EKG flat
A : Hemiparese dextra + penurunan
kesadaran e.c Stroke Non Hemoragik +
HHD + efusi pleura
P:
12: 45 dilakukan RJP sebanyak 5 siklus,
EKG flat
12: 55 epinrprin IV 1 amp, RJP
16
Carotis tidak teraba
13: 10 pasien dinyatakan telah
menninggal dunia oleh dokter jaga
ruangan.
X. PROGNOSA
o Quo ad Vitam : malam
o Quo ad Fungtionam : malam
o Quo ad Sanationam : malam
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A. ANAMNESIS
Dari anamnesis data yang menunjang adalah defisit neurologis adalah
kelemahan tungkai dan lengan pada sisi kanan tubuh yang terjadi secara
mendadak pada pagi hari saat istirahat. Sakit kepala yang berat, muntah, kejang
demam,dan pingsan sebelum timbul kelemahan disangkal oleh pasien. 2 jam
17
kemudian os tampak tidak sadar, mengigau, tidak merespon saat diajak
komunikasi.
Dari anamnesis juga ditemukan faktor resiko stroke seperti penyakit
hipertensi yang tidak terkontrol. Selain itu juga kurang lebih sejak 1 tahun yang
lalu os mengeluh kaki kiri dan kanan sering brngkak, mudah lelah dan engap
saat melakukan aktivitas ringan. Dari riwayat tekanan darah tinggi yang tidak
terkentrol, gampang lelah dan sesak saat melakukan aktivitas ringan, udem pada
tungkai, usia 77 tahun, dari amannesis patut dicurigai os mengalami congestif
heart failure. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa, Congestif
heart failure adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala) disebabkan
oleh kelainan struktur dan ketidakmampuan kontraksi jantung memompa
sehingga curah jantung menurun dan menyebabkan kelemahan, fatik,
kemampuan aktivitas fisik menurun dan gejala hipoperfusi lainnya.
Kriteria Framingham untuk diagnosis gagal jantung kongestif :
o Kriteria major
- Paroksismal mokturnal dispnea
- Distensi vena leher
- Ronki paru
- Kardiomegali
- Edema paru
- Gallop s3
- Peningkatan tekanan vena jugularis
- Refluks hepatojugular
o Kriteria minor
- Edema Ekstremitas
- Batuk malam hari
- Dipsnea deffort
- Hepatomegali
- Efusi pleura
- Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
- Takikardia
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2
kriteria minor.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang menunjang ke arah diagnosis kerja adalah bukti
hipertensi pada pemeriksaan tanda vital. Hipertensi merupakan salah satu faktor
resiko penyebab tersering serangan stroke iskemik, maupun gagal jantung.
18
Hipertensi meningkatkan resiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6 kali.
Selain itu pada pemeriksaan JVP di dapatkan 5+3 cm H20, udem pada
ekstremitas dextra dan sinistra, batas jantung melebar, dan diperkuat oleh hasil
EKG yang memperlihatkan T inverted yang menandakan infark lama pada
miokard. Selain itu foto rontgent thorax juga memperlihatkan gambaran
kardiomegali all chambar yang memperkuat diagnosa gagal jantung. Data - data
yang oleh para peneliti menunjukkan bahwa kelainan jantung merupakan
kemungkinan sumber emboli pada 20-25 kasus infark serebri. Penyakit jantung
mempunyai faktor resiko 2x lebih besar untuk terjadinya infark serebri bila
disertai dengan faktor resiko lainnya.
Pada status neurologis didapatkan, GCS E2M4V2. Pasien mengalami
penurunan kesadaran dan jatuh dalam keadaan stupor, pasin hanya bereaksi saat
pemberian rangsang nyeri. Hal ini mempersulit pemeriksa untuk melakukan
beberapa pemeriksaan neurologis yang membutuhkan kekooperatifan. Pada
ekstremitas atas kanan didapatkan kekuatan otot 1, Ekstremitas atas kiri 5,
ekstremitas bawah kanan kekuatan otot 2, dan ekstremitas bawah kiri kekuatan
otot 5. Reflek fisiologis menurun dan ditemukan refleks babinski positif. Data-
data tersebut dapat mendukung diagnose hemiparese dextra krn terdapat
kelemahan pada tubuh kanan yang dibuktikan dengan pemeriksaan kekuatan
otot.
Pada pemeriksaan kaku kuduk (-), Refleks pupil isokor dengan diameter
3mm pada pupil okuli dextra dan sinistra.
Siriraj skor
19
angina; penyakit pembuluh darah)
Hasil :
Skor > 1 Perdarahan supratentorial
Skor < 1 Infark serebri
Skor pasien:
(2,5 x 2) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 100) - (3 x 1) 12 = 0
infark cerebri
20
Pada pasien, didapatkan : pasien hanya membuka mata dengan
rangsang nyeri, beberapa detik kemudian mata kembali tertutup (E2),
Pada motorik didapatkan reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi tidak
mencapai sasaran (M4), pada Verbal, pasien respon mengerang dengan
rangsangan nyeri(V2). E2 M4 V1, GCS = 8.
Koma : kesadaran yang menurun sampai derajat yang paling rendah, yang
berarti bahwa jawaban dalam bentuk apapun tidak akan didapatkan atas
perangsangan dengan jenis apapun.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan CT scan didapatkan kasan infark serebri multipel pada
regio ganglia basalis kiri dan substansia alba periventrikuler lateralis kiri. Hal ini
21
menguatkan data yang diperoleh sebelumnya berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang mengarah pada diagnosa stroke non hemoragik.
22
Pada kasus ini diberika citicolin injeksi 250 mg per 12 jam. Penggunaan
belum menunjukkan hasil yang efektif, sehingga sampai saat ini belum
dianjurkan. Namun, sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut.
Penurunan kesadaran
23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE
i. Definisi
ii. Epidemiologi
24
Di dunia barat, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang
ke tiga setelah penyakit jantung dan kanker. Pada tahun 2004, stroke
penjuru Indonesia.
Di Indonesia diperkirakan 500.000 penduduk terkena stroke. Dari
95% penderita stroke di atas umur 45 tahun, dan dua per tiga penderita stroke
berumur di atas 65 tahun. Stroke terjadi lebih banyak pada pria daripada
wanita, namun 60% kematian terjadi pada wanita. Hal ini terjadi karena wanita
hidup lebih lama daripada pria, sehingga kejadian stroke terjadi pada usia yang
sistem vertebral.
1. Sistem karotis
25
Arteri komunis interna setelah memisahkan diri dari a.carotis
nervus opticus dan retina, akhirnya bercabang dua : A. serebri anterior dan
A. serebri media. Untuk otak sistem ini memberi aliran darah ke lobus
2. Sistem vertebralis
Sistem vertebral dibentuk oleh A. Vertebralis kanan dan kiri yang
26
pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3 sistem kolateral
maksilaris eksterna.
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna,
yang mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
27
darah ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan
iii. Klasifikasi
I. Stroke Iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Embolia serebri
II. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intra serebral
b. Perdarahan subarachnoid
Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu:
28
a. Sistem Karotis
b. Sistem vertebro-basiler
E. Faktor Risiko
Setiap orang selalu mendambakan hidup nyaman, sehat dan bebas dari
berbagai macam tekanan. Namun, keinginan tersebut tidak diimbangi dengan
pola hidup yang memadai. Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat
menyebabkan masalah kesehatan. Faktor potensial kejadian stroke dibedakan
menjadi 2 kategori besar yakni:
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung
merokok. Rokok itu sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh
darah tubuh yang dapat mengganggu aliran darah.
Herediter
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat
stroke pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
Ras/etnik
29
Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki
peluang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit
hitam.
30
LDL akan mengakibatkan terbentuknya plak/kerak pada pembuluh darah,
yang akan semakin banyak dan menumpuk sehingga dapat mengganggu
aliran darah.
Obesitas
Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal
tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah
pada orang dengan obesitas, dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat)
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar HDLnya (lemak
baik/menguntungkan).
Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok
ternyata memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat
mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh
darah menjadi sempit dan kaku dengan demikian dapat menyebabkan
gangguan aliran darah.
F. JENIS-JENIS STROKE
Secara garis besar berdasarkan kelainan patologis yang terjadi, stroke
dapat diklasifikasikan sebagai stroke iskemik dan stroke hemoragik
(perdarahan). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena
aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah.
Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya. 4,5
31
Gambar 4 Jenis-jenis stroke
1. Stroke Iskemik
32
atau adanya bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah
ke otak. Penyumbatan dapat terjadi di sepanjang jalur arteri yang
menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa
terbentuk di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya
aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis
dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak.
33
arteri karotis interna, arteri serebri media, atau arteri basilaris. Namun,
sesungguhnya dapat pula terjadi pada arteri yang lebih kecil, yaitu
misalnya arteri-arteri yang menembus area lakunar dan dapat juga
terjadi pada vena serebralis dan sinus venosus.
34
pada TIA yang terjadi mendahului stroke iskemik karena emboli,
umumnya mengenai area perdarahan yang berbeda dari waktu ke
waktu.
2. Stroke hemoragik
35
Hampir 70% kasus strok hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. Stroke hemoragik meliputi perdarahan di dalam otak
(intracerebral hemorrhage) dan perdarahan di antara bagian dalam dan
luar lapisan pada jaringan yang melindungi otak (subarachnoid
hemorrhage). Gangguan lain yang meliputi perdarahan di dalam
tengkorak termasuk epidural dan hematomas subdural, yang biasanya
disebabkan oleh luka kepala. Gangguan ini menyebabkan gejala yang
berbeda dan tidak dipertimbangkan sebagai stroke. Berikut ini adalah
penjelasan lebih rinci mengenai jenis-jenis stroke hemoragik:
36
Beberapa orang yang tua memiliki kadar protein yang tidak
normal disebut amyloid yang menumpuk pada arteri otak. Penumpukan
ini (disebut amyloid angiopathy) melemahkan arteri dan bisa
menyebabkan perdarahan. Umumnya penyebabnya tidak banyak,
termasuk ketidaknormalan pembuluh darah yang ada ketika lahir, luka,
tumor, peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis), gangguan
perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu
tinggi. Gangguan perdarahan dan penggunaan antikoagulan
meningkatkan resiko sekarat dari perdarahan intraserebral.
37
sebagai stroke. Perdarahan subarakhnoid dipertimbangkan sebagai
sebuah stroke hanya ketika hal itu terjadi secara spontan, yaitu ketika
perdarahan tidak diakibatkan dari kekuatan luar, seperti kecelakaan atau
jatuh.
38
Kesulitan menelan
Kehilangan kesadaran (Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh)
Nyeri kepala
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
Penglihatan ganda.
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
Pergerakan yang tidak biasa.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
Ketidakseimbangan dan terjatuh.
Pingsan.
Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah.
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:
39
Bentuk ringan stroke dikenal dengan Serangan Otak Sepintas
(Transient Ischaemic Attack/TIA).Gejala terkadang hanya berupa rasa lemah
di satu sisi wajah, atau mungkin rasa kesemutan di lengan atau tungkai.Ada
pula yang mengeluhkan gangguan dari fungsi berbicara. Gejala stroke ringan
biasanya akan kembali normal dalam waktu cepat, kurang dari satu jam.
Gejala stroke yang lebih berat umumnya akan menimbulkan gejala yang lebih
khas, seperti kelumpuhan.
Gejala klinis stroke iskemik dapat terjadi pada lokasi yang berbeda
tergantung neuroanatomi dan vaskularisasi yang diserang, antara lain:
40
kortikal inferior jarang terserang secara tersendiri, dapat berupa
homonimus hemianopia kontralateral, gangguan fungsi sensorik kortikal,
seperti graphestesia, stereonogsia kontralateral, gangguan pemahaman
spasial, anosognosia, gangguan identifikasi anggota gerak kontralateral,
dan apraksia. Pada lesi yang mengenai sisi dominan, maka akan terjadi
pula afasia Wernicke (afasia reseptif).
Apabila stroke terjadi akibat oklusi di daerah bifurkasio atau
trifurkasio (lokasi percabangan arteri serebri media) dimana merupakan
pangkal dari divisi superior dan inferior, maka akan terjadi stroke yang
berat. Dengan demikian, akan terjadi hemiparesis dan hemisensorik
kontralateral, yang lebih melibatkan wajah dan lengan dibanding kaki,
terjadi homonimus hemianopia, dan bila mengenai sisi dominan akan
terjadi afasia global (perseptif dan ekspresif).
Oklusi yang terjadi di pangkal arteri serebri media akan
mengakibatkan aliran darah ke cabang lentikulostriata terhenti dan akan
terjkadi stroke yang lebih hebat. Sebagai dampaknya, selain gabungan
gejala pada oklusi di bifurkarsio atau trifurkarsio seperti yang disebutkan
di atas, juga akan didapatkan gejala paralisis kaki sisi kontralateral.
3. Arteri karotis interna
Arteri karotis interna merupakan arteri yang berpangkal pada ujung
arteri karotis komunis yang membelah dua. Arteri karotis interna
bercabang-cabang menjadi arteri serebri anterior dan media, juga menjadi
arteri oftalmikus yang memberikan suplai darah ke retina.
Berat ringannya gejala yang ditimbulkan akibat oklusi arteri karotis
interna ditentukan oleh aliran kolateral yang ada. Kurang lebih sekitar 15%
stroke iskemik yang disebabkan oklusi arteri karotis interna ini akan
didahului oleh gejala TIA atau gejala gangguan penglihatan monokuler
yang bersifat sementara, yang mengenai retina mata sisi ipsilateral.
Secara keseluruhan, gejala yang muncul merupakan gabungan dari
oklusi arteri serebri media dan anterior ditambah gejala akibat oklusi arteri
oftalmikus yang muncul sebagai hemiplegia dan hemisensorik
kontralateral, afasia, homonimus hemianopia, dan gangguan penglihatan
ipsilateral.
41
4. Arteri serebri posterior
Arteri serebri posterior merupakan cabang dari arteri basilaris yang
memberikan aliran darah ke korteks oksipital serebri, lobus temporalis
medialis, talamus, dan bagian rostral dari mesensefalon. Emboli yang
berasal dari arteri basilaris dapat menyumbat arteri ini.
5. Arteri basilaris
Arteri basilaris merupakan gabungan dari sepasang arteri vertebra.
Cabang dari arteri basilaris memberikan suplai darah untuk lobus oksipital,
lobus temporal media, talamus media, kapsula internal krus posterior,
batang otak dan serebelum.
Gejala yang muncul akibat oklusi trombus arteri basilaris
menimbulkan defisit neurologis bilateral dengan keterlibatan beberapa
cabang arteri. Trombosis basiler mempengaruhi bagian proksimal dari
42
arteri basilaris yang memberikan darah ke pons. Keterlibatan sisi dorsal
pons mengakibatkan gangguan pergerakan mata horizontal, adanya
nigtagmus vertikal, dan gerakan okular lainnya seperti konstriksi pupil
yang reaktif, hemiplegi yang sering disertai koma dan sindrom oklusi
basiler dengan penurunan kesadaran.
Emboli dari arteri vertebralis yang menyumbat bagian distal arteri
basilaris mengakibatkan penurunan aliran darah menuju formasio
retikularis asendens di mesensefalon dan talamus sehingga timbul
penurunan kesadaran. Sedangkan emboli yang lebih kecil dapat
menyumbat lebih rostral dan pada kasus demikian, mesensefalon, talamus,
lobus temporal, dan oksipital dapat mengalami infark. Kondisi ini dapat
mengakibatkan gangguan visual (hemianopia homonim, buta kortikal),
visiomotor (gangguan gerak konvergen, paralisis penglihatan vertikal,
diplopia), dan prilaku (terutama disorientasi) abnormal tanpa gangguan
motorik.
6. Cabang vertebrobasilar Sirkumferensial
Cabang sirkumferesial dari arteri vertebralis dan basilaris adalah
arteri sereberalis inferior posterior, sereberalis inferior anterior, dan
sereberalis superior.
Gejala yang terjadi akibat oklusi arteri sereberalis inferior posterior
mengakibatkan sindrom medular lateral (Wallenbergs syndrome). Sindrom
ini dapat disertai ataksia sereberalis ipsilateral, sindrom Horner, defisif
sensoris wajah, hemihipertesi alternan, nistagmus, vertigo, mual muntah,
disfagia, disartria, dan cegukan. Oklusi arteri sereberalis inferior anterior
akan mengakibatkan infark sisi lateral dari kaudal pons dan menimbulkan
sindrom klinis seperti paresis otot wajah, kelumpuhan pandangan,
ketulian, dan tinitus. Oklusi arteri sereberalis superior akan mengakibatkan
sindrom lateral rostral pons yang menyerupai lesi dengan disertai adanya
optokinetik nistagmus atau skew deviation.
7. Cabang vertebrobasiler paramedian
Cabang arteri paramedian memberi aliran darah sisi medial batang
otak mulai dari permukaan ventral hingga dasar ventrikel IV. Struktur pada
43
regio ini meliputi sisi medial pedunkulus sereberi, jaras sensorik, nukleus
rubra, formasio retikularis, nukleus kranialis (N.III, N. IV, N.VI, N.XII).
Gejala yang diakibatkan oleh oklusi arteri ini tergantung dimana
oklusi terjadi. Oklusi pada mesensefalon menimbulkan paresis nervus
okulomotor (N.III) ipsilateral disertai ataksia. Paresis nervus abdusen
(N.VI) dan nervus fasialis (N.VII) ipsilateral terjadi pada lesi daerah pons,
sedang paresis nervus hipoglosus (N.XII) terjadi jika letak lesi setinggi
medula oblongata. Manifestasi klinis dapat berupa koma apabila lesi
melibatkan kedua sisi batang otak.
1. Perdarahan Intraserebral1,2,5
Gejala yang diakibatkan oleh perdarahan intraserebral yaitu onset
yang hampir selalu timbul pada saat beraktivitas dan terkadang terjadi saat
pasien dalam keadaan tidur (hanya 3%). Gejala yang paling umum
ditemukan adalah sakit kepala dan muntah. Walaupun tidak spesifik dan
tergantung lokasi lesi, hal ini membedakannya dengan stroke iskemik.
44
Sakit kepala pada saat onset merupakan suatu gejala klinis yang penting
pada pasien dengan perdarahan lobar, diakibatkan karena adanya distensi
lokal, distorsi, atau peregangan struktur intrakranial superfisial yang
sensitif terhadap rasa sakit.
Gejala lainnya yaitu kejang yang menunjukkan adanya suatu
perdarahan lobaris dibandingkan perdarahan pada bagian yang lebih
dalam. Kecepatan penurunan kesadaran pada pasien bervariasi sesuai
lokasi dan luas perdarahan yang terjadi.
Mayoritas kasus dari perdarahan intraserebral terdapat pada
kompartemen supratentorial dan sebagian lagi pada bagian hemisfer
serebral, ganglia basalis, dan talamus. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai jenis-jenis perdarahan yang dapat terjadi pada stroke perdarahan
dan gejala yang diakibatkannya:
1.1 Perdarahan Putaminal
Perdarahan putaminal merupakan bentuk perdarahan intracerebral
yang paling sering terjadi. Gambaran klasik dari perdarahan putaminal
adalah kelemahan motorik unilateral yang diikuti abnormalitas sensorik
visual dan perilaku. Apabila lesi mengenai hemisfer sisi dominan akan
terjadi afasia global, sedangkan bila mengenai hemisfer non-dominan
akan menyebabkan gejala hemi-inattention.
45
mencapai daerah parietal. Gejala muntah cukup banyak dijumpai namun
sakit kepala jarang. Gejala klinis termasuk hemiparesis atau hemiplegia
yang disertaai sindrom hemisensorik berupa penurunan sistem sensorik
tungkai, wajah dan punggung kontralateral. Gejala utama pada
perdarahan talamik adalah kelainan pada nervus okulomotoris yang
mengakibatkan kelumpuhan pandangan atas, paralisis konvergen, retraksi
nistagmus, deviasi asimetris.
46
lesi yang berawak dicerbelum atau ponds. Gejala yang ditimbulkan
umumnya bertahap dan progresif. Kerap terjadi ataksia dan oftalmoplegia
juga hidrposefalus akibat blokade atau distensi pada akuaduktus. Gejala
lain yang ditimbulkan antara lain berupa kelumpuhan bilateral nervus III,
kelemahan bulbar, reflek extensor plantar, sakit kapal yang menyeluruh,
muntah, hemiparesis, diplopia, dan pinpoint pupil.
1.7 . Perdarahan pons
Perdarahan pons terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial
yang disebabkan masuknya darah keruangan tertutup intrakranial. Gejala
klinis yang terjadi adalah sakit kepala yang hebat di daerah oksipital
sebelum terjadi koma, gejala kejang, menggigil hebat, dan terjadi
disfungsi sistem otonom. Selain itiu gajala lainnya adalah mati rasa pada
wajah dan tungkai atas, ketulian, diplopia, kelemahan kaki bilateral, dan
pola pernapasan yang abnormal, apnea.
2.Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya suatu
aneurisma intrakranial. Sebelum pecah, aneurisma biasanya tidak menyebabkan
gejala-gejala sampai menekan saraf atau bocornya darah dalam jumlah sedikit,
biasanya sebelum pecahnya besar (yang menyebabkan sakit kepala). Kemudian
menghasilkan tanda bahaya, seperti berikut di bawah ini : 5
Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat
(kadangkala disebut sakit kepala thunderclap).
Nyeri muka atau mata.
47
Penglihatan ganda.
Kehilangan penglihatan sekelilingnya.
48
Kemudian, jaringan otak bisa tidak mendapatkan cukup oksigen dan bisa
mati, seperti stroke iskemik. Vasopasm bisa menyebabkan gejala yang
serupa pada stroke iskemik, seperti kelemahan atau kehilangan rasa pada
salah satu bagian tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa,
vertigo, dan koordinasi lemah.
3. Pecahan kedua: kadangkala pecahan kedua terjadi, biasanya dalam waktu
seminggu.
H. DIAGNOSIS STROKE
1. Timbul mendadak
2. Menunjukkan gejala-gejala neurologis kontralateral terhadap pembuluh
yang tersumbat. Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak
sistem karotis dan perlu lebih teliti pada observasi sistem vertebro-basiler.
Meskipun prinsipnya sama.
3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak.
Sedangkan pada stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
Setiap penderita segera harus dirawat karena umumnya pada masa akut (minggu
1-2) akan terjadi perburukan akibat infark yang meluas atau terdapatnya edema
serebri atau komplikasi-komplikasi lainnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan neurologic, dan pemeriksaan penunjang
Dasar Diagnosis2,3
Anamnesis
49
Selain itu perlu ditanyakan pula faktor-faktor risiko yang menyertai stroke
misalnya penyakit kencing manis, darah tinggi dan penyakit jantung. Dicatat obat-
obat yang sedang dipakai. Selanjutnya ditanyakan pula riwayat keluarga dan
penyakit lainnya.
50
Apakah ada riwayat hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes
mellitus, angina, infark miokard, intermittent claudicatio, atau
arteritis?
7. Apakah ada perilaku atau gaya hidup yang relevan?
Merokok, konsumsi alcohol, diet, aktivitas fisik, obat-obatan
(khusus obat kontrasepsi oral, obat antitrombotik, antikoagulan,
dan obat-obatan rekreasional seperti amfetamin).
Pemeriksaan Fisik
51
Pemeriksaan Dolls eye phenomenon (jika tidak ada kecurigaan cedera
leher)
Sensasi, dengan memeriksa sensasi korena dan wajah terhadap benda
tajam
Gerakan wajah mengikuti perintah atau sebagai respon terhadap stimuli
noxious (menggelitik hidung)
Fungsi faring dan lingual, dengan mendengarkan dan mengevaluasi cara
berbicara dan memeriksa mulut
Fungsi motorik dengan memeriksa gerakan pronator, kekuatan, tonus,
kekuatan gerakan jari tangan atau jari kaki
Fungsi sensoris, dengan cara memeriksa kemampuan pasien untuk
mendeteksi sensoris, dengan jarum, rabaan, vibrasi, dan posis (tingkat
level gangguan sensibilitas pada bagian tubuh sesuai dengan lesi patologis
di medulla spinalis, sesuai dermatomnya)
Fungsi serebelum, dengan melihat cara berjalan penderita dan pemeriksaan
disdiadokokinesis
Ataksia pada tungkai, dengan meminta pasien menyentuh jari kaki pasien
ke tangan pemeriksa
Refleks asimetri (contoh: refleks fisiologi anggota gerak kanan meningkat,
yang kiri normal)
Refleks patologis (Babinski, Chaddock)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
52
o Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim SGOT,
SGPT, CPK, dan profil lipid (trigliserida, LDH, HDL serta total
lipid)
Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap):
o Waktu protrombin
o APTT
o Kadar fibrinogen
o D-dimer
o INR
o Viskositas plasma
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas indikasi:
o Protein S
o Protein C
o ACA
o Homosistein
Pemeriksaan Neurokardiologi
Pada sebagain kecil penderita stroke terdapat juga perubahan
elektrokardiografi. Perubahan ini dapat berarti kemungkinan mendapat
serangan infark jantung atau pada stroke dapat terjadi perubahan-
perubahan elektrokardiografi sebagai akibat perdarahn oatak yang
menyerupai suatu infark miokard. Dalam hal ini pemeriksaan khusus atas
indikasi, misalnya CK-MB follow-up nya akan memastikan diagnosis.
Pada pemeriksaan EKG dan pemeriksaan fisik, mengarah kepada
kemungkinan adanya potensial source of cardiac emboli (PSCE) maka
pemeriksaan echocardiography terutama Transesofagial ekokardiografi
dapat diminta untuk visualisasi emboli cardial.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang paling penting adalah
1. CT-Scan otak; segera memperlihatkan perdarahan intraserebral.
Pemeriksaan ini sangat penting karena perbedaan manajemen
perdarahan otak dan infark otak. Pada infark otak, pemeriksaan
CT-Scan otak mungkin tidak memperlihatkan gambaran jelas jika
dikerjakan pada hari-hari pertama, biasanya tampak setelah 72 jam
serangan. Jika ukuran infark cukup besar dan hemisferik.
Perdarahan/infark di batang otak sangat sulit diidentifikasi, oleh
53
karena itu perlu dilakukan pemeriksaan MRI untuk memastikan
proses patologik di batang otak.
2. MR angiografi (MRA)
MRA juga terbukti dapat mengidentifikasi lesi vaskuler dan oklusi
lebih awal pada stroke akut. Sayangnya, pemerikasaan ini dan
pemeriksaan MRI lainnya memerlukan biaya yang tidak sedikit
serta waktu pemeriksaan yang agak panjang. Protokol MRI
memiliki banyak kegunaan untuk pada stroke akut.
J. PENATALAKSANAAN
Stadium Hiperakut
Stadium Akut
54
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun
penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis
serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi
kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan
keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.
Stroke Iskemik
Terapi umum:2,3
Letakkan kepala pasien pada posisi 30, kepala dan dada pada satu
bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2
liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan
intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari
penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan
kateter intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau
koloid 1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan
mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika
fungsi menelannya baik; jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran
menurun, dianjurkan melalui slang nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari
pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan
gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan
harus dicari penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-
obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila
tekanan sistolik 220 mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood
Pressure (MAP) 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu
55
30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta
gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang
direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat
ACE, atau antagonis kalsium.
Terapi khusus:
Terapi medik stroke iskemik akut dapat dibagi menjadi 2 bagian seperti
pada penderita dengan kedaruratan medik perlu ditekankan bahwa penanganan
stroke akut, harus disamakan dengan keadaan darurat pada jantung, karena baik
pada kedaruratan kardiologik maupun neurologic, faktor waktu adalah sangat
penting, akhirnya otak dan sel-sel neuron harus diselamatkan secara cepat,
karena kondisi otak tidak mrmpunyai anaerob glycolysis sehingga survival
time hanya beberapa menit pada iskemik otak fokal dan lebih lama
56
(mendekati 60) pada iskemia global. Terapi medic stroke merupakan
intervensi medic dengan tujuan mencegah luasnya proses sekunder dengan
menyelamatkan neuron-neuron di daerah penumbra serta merestorasikan fungsi
neurologic yang hilang.
Pengobatan medik yang spesifik dilakukan dengan dua prinsip dasar yaitu:
Obat yang diakui FDA sebagai standar ini adalah pemakaian r-TPA
(recombinant tissue plasminogen activator) yang diberikan pada penderita
stroke akut baik i.v maupun intra arterial dalam waktu kurang dari 3 jam
setelah onset stroke. Diharapkan dengan pengobatan ini, terapi penghancuran
thrombus dan reperfusi jaringan otak terjadi sebelum ada perubahan
irreversible pada otak yang terkena terutama daerah penumbra.
Terapi neuroprotektif
57
Pengobatan spesifik stroke iskemik akut yang lain adalah dengan
obat-obat neuroprotektor yaitu obat yang mencegah dan memblok proses
yang menyebabkan kematian sel-sel terutama di daerah penumbra. Obat-
onat ini berperan dalam menginhibisi dan mengubah reversibilitas
neuronal yang terganggu akibat ischemic cascade. Termasuk dalam
kaskade ini adalah: kegagalan hemostasis Calsium, produksi berlebih
radikal bebas, disfungsi neurotransmitter, edema serebral, reaksi inflamasi
oleh leukosit, dan obstruksi mikrosirkulasi. Proses delayed neuronal
injury ini berkembang penuh setelah 24-72 jam dan dapat berlangsung
sampai 10 hari.
Stroke Hemoragik
Terapi umum
58
(lihat penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35
mmHg).
Terapi khusus
59
Pengobatan hipertensi
Mengobati diabetes mellitus
Menghindari rokok, obesitas, stress, dll
Berolahraga teratur
BAB IV
KESIMPULAN
60