Kecamatan Purwokerto Selatan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah 13,75 km 2, dengan 7 kelurahan. Secara geografis Purwokerto Selatan terletak di koordinat 72635.89S dan 1091436.17T, dengan elevasi 74 m dan terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang masih aktif. Kecamatan Purwokerto Selatan berbatasan langsung dengan kecamatan Purwokerto Timur disebelah utara, Purwokerto Barat di sebelah barat, Patikraja di sebelah Selatan, dan Purwokerto Timur dan Sokaraja di sebelah timur. Purwokerto yang merupakan ibukota Kabupaten Banyumas memiliki luas wilayah yang terhitung kecil dibandingkan kecamatan lainnya dengan kepadatan penduduk yang paling tinggi, dengan kepadatan penduduk 10,07 yang menjadikan Kecamatan Purwokerto Selatan sebagai kecamatan terpadat di Kabupaten Banyumas. Penduduk Kecamatan Purwokerto Selatan juga mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2016, jumlah penduduk Kabupaten Banyumas 75.564 jiwa, mengalami peningkatan 1,29 dari tahun sebelumnya. Peningkatan penduduk yang semakin banyak setiap tahunnya, menyebabkan peningkatan kebutuhan air bersih. Ketersediaan air bersih merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Kecamatan Purwokerto Selatan dilewati oleh dua buah sungai, yaitu sungai Kranji dan Banjaran yang dijadikan sebagai sumber air bersih, selain dari air tanah yang dijadikan sebagai air baku oleh masyarakat. Seiring dengan perkembangan hidup masyarakat, air permukaan yang dijadikan sebagai salah satu air baku semakin buruk kualitas airnya yang disebabkan oleh pencemaran dari limbah domestik yang dihasilkan oleh rumah tangga. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dengan tersedianya sistem penyediaan air diharapkan dapat menyediakan air hingga tahun proyeksi yang telah direncanakan dan memiliki kualitas air yang sesuai dengan standar baku mutu, agar dapat meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
SITI AMALIA FAJRIYAH (25-2015-106)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan system fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peranmasyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. 1.2 Tujuan Maksud dari perencanaan sistem penyediaan air minum di Kecamatan Purwokerto Selatan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan warga di Kecamatan Purwokerto Selatan dengan menyediakan sistem penyediaan air minum yang terpenuhi dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, yang dapat mendukung ketersediaan air bersih di daerah tersebut. Tujuan dari perencanaan penyediaan air minum di Kecamatan Purwokerto Selatan adalah untuk: 1. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum bagi masyarakat Kecamatan Purwokerto yang berkualitas dengan harga yang terjangkau, 2. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan di Kecamatan Purwokerto Selatan, 3. Mencegah penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh penyakit bawaan air, 4. Meningkatkan efisiensi waktu dan efektifitas pemanfaatan air bersih yang berkualitas yang sesuai dengan baku mutu air minum.
1.3 Ruang Lingkup
Hal-hal yang menjadi ruang lingkup pada pengerjaan perencanaan penyediaan air minum ini adalah: 1. Meninjau kondisi wilayah daerah yang dijadikan daerah perencanaan 2. Menghitung proyeksi pertumbuhan penduduk di wilayah perencanaan 3. Menghitung proyeksi kebutuhan air untuk berbagai kebutuhan di wilayah perencanaan 4. Menentukan sistem sumber air baku pada daerah perencanaan 5. Merancang sistem transmisi dan sistem distribusi pada daerah perencanaan secara detail
SITI AMALIA FAJRIYAH (25-2015-106)
1.4 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum ini, yaitu : BAB 1 Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakng, maksud dan tujuan, ruang lingkup (proyeksi penduduk, proyeksi kebutuhan air, sistem transmisi, dan sistem distribusi) serta sistematika pembasan.
BAB 2 Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum wilayah perencanaan, yang meliputi: kondisi geografis, kondisi hidrologi, topografi (peta kontur), tata guna lahan, demografi, perekonomian dan social budaya, dan pola ruang kota.
BAB 3 Proyeksi Penduduk
Bab ini terdapat proyeksi penduduk pada 20 tahun yang akan datang dengan mempertimbangkan banyaknya penduduk 10 tahun terakhir.
BAB 4 Sistem Transmisi
Pada bab ini dijelaskan mengenai sistem transmisi yaitu suatu sistem yang berfungsi untuk menyalurkan air bersih dari sumber air ke resevoir.
BAB 5 Perencanaan Jaringan Distribusi
Bab ini menjelaskan perencanaan jaringan distribusi yaitu jaringan yang menyalurkan air dari reservoir ke rumah penduduk ataupun kran umum.
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari perencanaan sistem penyediaan air minum di Kecamatan Purwokerto Selatan sebagai evaluasi.
SITI AMALIA FAJRIYAH (25-2015-106)
Data kependudukan merupakan salah satu komponen yang penting dalam merencanakan sistem penyediaan air minum, karena untuk menentukan besarnya kebutuhan air di suatu daerah yaitu Kecamatan Purwokerto Selatan akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk di Kecamatan Purwokerto Selatan. Semakin besar data penduduk maka
SITI AMALIA FAJRIYAH (25-2015-106)
semakin besar pula kebutuhan air minum di daerah tersebut. Seiring meningkatnya penduduk di Kecamatan Purwokerto Selatan maka jumlah kebutuhan air minum akan cenderung meningkat di setiap tahunnya. Data penduduk 20 tahun yang akan datang dapat diperoleh dengan cara memproyeksikan jumlah penduduk 10 tahun terakhir. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Banyumas, jumlah penduduk di Kecamatan Purwokerto Selatan 10 tahun terakhir yaitu tahun 2007-2016 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Kependudukan Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas No Tahun Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin (Jiwa) Laki-laki Perempuan Total 1 2007 32.541 32.866 65.407 2 2008 32.805 33.254 66.059 3 2009 33.099 33.606 66.705 4 2010 35.166 35.517 70.683 5 2011 35.622 36.019 71.681 6 2012 36.156 36.514 72.670 7 2013 36.639 37.004 73.643 8 2014 37.119 37.490 74.609 9 2015 37.590 37.974 75.564 10 2016 42.199 41.806 84.005
1.3.2 Proyeksi Kebutuhan Air
Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan masyarakat tersebut, sehingga pemakaian air seringkali dipakai sebagai salah satu tolak ukur tinggi rendahnya kemajuan suatu masyarakat. Macam Kebutuhan Air Baku Menurut Terence (1991) kebutuhan air baku dalam suatu kota diklasifikasikan antara lain : 1. Kebutuhan domestik Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kegiatan seharihari atau rumah tangga seperti untuk minum, memasak, kesehatan individu (mandi, cuci dan sebagainya), menyiram tanaman, halaman, pengangkutan air buangan (buangan dapur dan toilet). 2. Kebutuhan non domestik Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air baku yang digunakan untuk beberapa kegiatan seperti : a. Kebutuhan institusional, b. Kebutuhan komersial dan industri,
SITI AMALIA FAJRIYAH (25-2015-106)
c. Kebutuhan fasilitas umum, adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan tempat-tempat ibadah, rekreasi, terminal. 3. Kebocoran dan kehilangan air Besarnya kebutuhan air akibat kebocoran dan kehilangan air cukup signifikan. Kebocoran dan kehilangan air disebabkan karena adanya sambungan ilegal dan kebocoran dalam sistem yang sebagian besar terjadi di aksesoris dan sambungan pipa.
1.3.3 Sistem Transmisi
Sistem transmisi adalah suatu sistem yang berfungsi untuk menyalurkan air bersih dari sumber air ke resevoir. Cara penyaluran air bersih tergantung pada lokasi sumber air berada. Cara penyaluran air baku, yaitu 1. Sistem Gravitasi Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara memanfaatkan energi potensial yang dimiliki air akibat perbedaaan ketinggian lokasi sumber dengan lokasi reservoir. 2. Sistem Pompa Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara memberikan energi kinetik pada aliran air sehingga air dari sumber dapat mencapai lokasi reservoir yang lebih tinggi. 3. Sistem Gabungan Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara menggabungkan dua sistem transmisi yaitu penggunaan sistem gravitasi dan sistem pompa. Kendala utama dalam penyediaan air bersih adalah memenuhi tinggi tekanan yang cukup pada titik terjauh ,sehingga kadang ketersediaan air secara kontinyu menjadi terganggu. Maka untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi agar dapat mengimbangi kehilangan tekanan yang antara lain dipengaruhi oleh (Kamala, 1988) : 1. Ketinggian bangunan tertinggi yang harus dicapai oleh air. 2. Jarak titik awal distribusi dari reservoir. 3. Tekanan untuk hidran kebakaran yang dibutuhkan. Pertimbangan-pertimbangan penting dalam merencanakan sistem transmisi dalam sistem penyediaan air bersih dengan sumber mata air antara lain: 1. Menentukan Bak Pelepas Tekan (BPT)
SITI AMALIA FAJRIYAH (25-2015-106)
Sistem gravitasi diterapkan bila beda tinggi yang tersedia antara sumber air dan lokasi bangunan pengolahan mencukupi. Namun bila beda tinggi (tekanan) yang tersedia berlebihan maka memerlukan bangunan yang disebut bak pelepas tekan (BPT). 2. Menghitung panjang dan diameter pipa Panjang pipa dihitung berdasarkan jarak dari bangunan pengolahan air ke reservoir induk, sedangkan diameter pipa ditentukan sesuai dengan debit hari maksimum. Diameter pipa minimal 10 cm untuk pipa transmisi. Ukuran diameter pipa disesuaikan dengan ukuran standar dan alasan secara ekonomi. 3. Jalur pipa Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak memerlukan banyak perlengkapan untuk mengurangi biaya konstruksi dan pemeliharaan. Pemilihan jalur transmisi semestinya ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jalur transmisi, yaitu : a) Kondisi topografi sepanjang jalur yang akan dilalui saluran transmisi, sedapat mungkin yang tidak banyak memerlukan bangunan perlindungan. b) Panjang jalur antara lokasi sumber air dan lokasi yang dituju diusahakan sependek mungkin. c) Kualitas tanah sepanjang jalur sehubungan dengan perlindungan saluran, misalnya perlindungan terhadap bahaya korosi. d) Struktur tanah sehubungan dengan pemasangan saluran. e) Pelaksanaan dan pemeliharaan dipilih yang semudah mungkin baik dalam konstruksi pelaksanaan maupun pemeliharaannya. 1.3.4 Sistem Distribusi Sistem distribusi air bersih umumnya merupakan suatu jaringan pemipaan yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem penyediaan air bersih yang kompleks sering sekali bermasalah dalam distribusi debit dan tekanan yang berkaitan dengan kriteria hidrolis yang harus terpenuhi dalam sistem pengaliran air bersih. Air diproses di WTP dan didistribusikan kepada pelanggan- pelangggan PDAM. Pada proses pendistribusiannya dilakukan pengukuran terhadap penggunaan air pada tiap-tiap rumah di seluruh area perumahan tersebut, sehingga dapat ditentukan kebutuhan air pada tiap-tiap titik layanan di area tersebut.
SITI AMALIA FAJRIYAH (25-2015-106)
Sistem Pengaliran pada Sistem Distribusi 1. Sistem Gravitasi Sistem gravitasi adalah sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara memanfaatkan energi potensial yang dimiliki air akibat perbedaan ketinggian lokasi sumber dengan lokasi reservoir. 2. Sistem Pompa Sistem pompa adalah sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan memberikan energi kinetik pada aliran sehingga air dari sumber dapat mencapai lokasi reservoir yang lebih tinggi. 3. Sistem Gabungan Sistem gabungan adalah sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara menggabungkan dua sistem transmisi yaitu penggunaan sistem gravitasi dan sistem pompa.
1.4 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan pada perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum ini, yaitu : BAB 1 Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakng, maksud dan tujuan, ruang lingkup (proyeksi penduduk, proyeksi kebutuhan air, sistem transmisi, dan sistem distribusi) serta sistematika pembasan. BAB 2 Gambaran Umum Wilayah Perencanaan Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum wilayah perencanaan, yang meliputi: kondisi geografis, kondisi hidrologi, topografi (peta kontur), tata guna lahan, demografi, perekonomian dan social budaya, dan pola ruang kota.
BAB 3 Proyeksi Penduduk
Bab ini terdapat proyeksi penduduk pada 20 tahun yang akan datang dengan mempertimbangkan banyaknya penduduk 10 tahun terakhir.
BAB 4 Sistem Transmisi
Pada bab ini dijelaskan mengenai sistem transmisi yaitu suatu sistem yang berfungsi untuk menyalurkan air bersih dari sumber air ke resevoir.
BAB 5 Perencanaan Jaringan Distribusi
SITI AMALIA FAJRIYAH (25-2015-106)
Bab ini menjelaskan perencanaan jaringan distribusi yaitu jaringan yang menyalurkan air dari reservoir ke rumah penduduk ataupun kran umum.
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari perencanaan sistem penyediaan air minum di Kecamatan Purwokerto Selatan sebagai evaluasi.