Mungkin nama Hendy Setiono belum familiar di telinga Anda. Namun tahukah Anda kalau
perusahaan yang ia pimpin beromzet lebih dari Rp 1.000.000.000 per bulan. Ya, anak muda
asal Surabaya ini adalah Presiden Direktur Kebab Turki Baba Rafi Surabaya. Kebab Baba
Rafi berdiri sejak September 2003 hingga kini telah memiliki 100 outlet di 16 kota yang
tersebar di seluruh Indonesia. Dengan bisnis kebabnya ini, Hendy Setiono dinobatkan oleh
majalah Tempo edisi akhir 2006 sebagai salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang
dinilai mengubah Indonesia. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan mengingat usianya
baru menginjak 25 tahun. Ide mendirikan bisnis kebab berawal ketika pria kelahiran
Surabaya, 30 Maret 1983 ini mengunjungi ayahnya yang bertugas di perusahaan minyak di
Qatar. Ia mengamati kedai kebab banyak dikunjungi warga setempat. Karena penasaran,
Hendy yang mengaku hobi makan itu lantas mencoba makanan tersebut. Ternyata rasanya
sangat enak dan terbersit pikiran untuk membuka usaha kebab di Indonesia. Alasannya, selain
belum banyak usaha semacam itu, di Indonesia terdapat warga keturunan Timur Tengah yang
menyebar di berbagai kota.Sekembalinya di Surabaya, Hendy langsung menyusun strategi
bisnis. Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari partner, yaitu Hasan Baraja, Kawan
bisnisnya yang kebetulan juga senang kuliner. Dengan tidak bermaksud asal-asalan, mereka
sengaja melakukan trial and error untuk menjajaki peluang bisnis serta pangsa pasarnya.
Pada September 2003, gerobak jualan kebab pertamanya mulai beroperasi. Tepatnya di salah
satu pojok Jalan Nginden Semolo, berdekatan dengan area kampus dan tempat tinggalnya.
Mengapa gerobak? Hendy beralasan bahwa memproduksi gerobak lebih mudah daripada
harus membuat kedai permanen. Modalnya sedikit, fleksibel dan bisa berpindah-pindah
lokasi. Tentang nama Baba Rafi sendiri ternyata terinspirasi dari nama anak pertamanya,
Rafi Darmawan. Baba Rafi yang berarti bapaknya Rafi. Lebih bagus daripada nama Kebab
Pak Hendy yang terdengar kurang komersial.
Keinginan Hendy berwirasusaha ini awalnya tidak mendapatkan restu dari kedua
orangtuanya. Mereka menginginkan Hendy menjadi orang kantoran seperti ayahnya.
Terlebih lagi ternyata Hendy harus memutuskan berhenti dari bangku kuliah di tahun kedua
Fakultas Teknik Informatika Institut Teknologi Surabaya. Restupun semakin sulit didapat.
Namun, dengan semangat baja, Hendy ingin membuktikan bahwa bisnis kebabnya ini akan
berhasil dan bukan sekedar proyek iseng.
Semua berbuah hasil ketika hanya dalam 3-4 tahun, sulung dari dua bersaudara pasangan Ir.
H. Bambang Sudiono dan Endah Setijowati ini berhasil mengembangkan sayap di mana-
mana. Bahkan, hingga pengujung 2006, telah tercatat 100 outlet Kebab Turki Baba Rafi yang
tersebar di 16 kota di Indonesia. Tahun 2008, telah berkembang menjadi 300 outlet dari Aceh
sampai Ambon.
Sukses bisnis kebab yang dikonsep dengan sistem waralaba dan manajemen yang solid,
membuat Hendy mendapatkan berbagai award, baik dari dalam maupun luar negeri. Di
antaranya, ISMBEA (Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award) 2006 oleh
menteri Koperasi dan UKM, ASIAs Best Entrepreneur Under 25 oleh majalah Business
Week International 2006, penghargaan Citra Pengusaha Berprestasi Indonesia Abad Ke-21
oleh Profesi Indonesia, Terbaik I Wirausaha Muda Mandiri 2007 dari Bank Mandiri, Best
Franchise 2007 Category of Food & Beverages dari Pengusaha Magazine, Best Achievement
at Young Entrepreneurs Award 2007 dari Bisnis Indonesia dan berbagai perhargaan lainnya.
Kini mimpinya adalah mengembangkan usahanya ke mancanegara seperti Malaysia dan
Thailand. Tidak hanya itu, sudah ada tawaran untuk membuka outlet di Trinidad & Tobago
serta Kamboja.
--------------------------------------------------------------------------
Tidak ada alasan untuk tidak memulai bisnis, bagi yang merasa masih muda ini contoh yang
pas sebagai inspirasi. Berbisnis tidak mengenal usia dan kondisi. Asal ada kemauan Insya
Allah akan ada jalannya. Tulisan ini sebagai rangkaian inspiration story yang akan memuat
kisah pengusaha sukses dari berbagai latar belakang. Tulisan ini saya ambil dari situsnya Pak
Purdi E Chandra (www.purdiechandra.net) seorang Tokoh yang sangat saya kagumi. Beliau
melalui Entrepreneur University telah banyak mencetak pengusaha baru di Indonesia. Baru-
baru ini Pak Purdi mendapat predikat Gila dari Museum Rekor Indonesia karena prestasinya
di bidang entrepreneur.
Namanya Hendy Setiono, pemuda Alumni Entrepreneur University Surabaya ini masih
sangat muda, baru 25 tahun. Tapi sepak terjang bisnisnya sudah tak diragukan lagi. Kalau
Anda menjumpai mobil Nissan X-Trail bernomor polisi K 38 AB di jalanan, itulah mobil
Hendi. Pelat nomor seharga Rp 16 juta itulah yang membuat orang mudah mengenali dan
menyapanya ketika sedang jalan-jalan dengan mobilnya. Biasanya tukang parkir menggoda,
bayarnya pakai kebab saja.
Pelat nomor sengaja dibuat K 38 AB untuk mendekati kata kebab. Berkat kebab inilah
namaHendi sebagai pengusahamudasukses,terukir. Hendy adalah pendiri dan presiden
direktur PT Baba Rafi Indonesia. Kebab Turki Baba Rafi adalah hasil inovasi bisnisnya. Dia
memulai bisnis itu dengan modal hanya Rp 4.000.000. Dia enggan meminta bantuan orang
tua. Itu duit hasil pinjam arek-arek (teman-temannya, Red) dan saudara, kisahnya.
Outlet makanan ala Timur Tengah itu kini berjumlah 325, membentang dari kawasan super
ramai seperti Jakarta hingga pelosok Ambon. Ratusan outlet itu dipantau dan disupervisi dari
dua kantor operasional di kawasan Nginden, Surabaya, dan Pondok Labu, Jakarta. Tahun
lalu omzet usahanya mencapai Rp 45 miliar, dan 25 persen di antaranya masuk kantongnya
sebagai laba bersih. Tahun ini omzetnya saya targetkan Rp 60.000.000.000,-.
Apa yang sudah dipunyai Hendy dari keberhasilannya berbisnis? Hendy tampak agak malu
menjawab pertanyaan ini. Sekulum senyum kecil dikeluarkannya. Apa ya? Ehm, ada
beberapa, Mas. Alhamdulillah. Masak disebutkan? katanya masih diiringi senyum.
Dia terbatuk sebentar. agak ragu, tak lama kemudian, Hendy mulai menjawab. Aset yang
pertama saya beli Yamaha Mio, ujarnya. Dia membeli motor itu beberapa bulan setelah
memulai berbisnis. Ke mana-mana saya pakai motor itu, tuturnya.
Setahun pertama, Hendi mengaku hanya mendapat penghasilan bersih per bulan Rp 20 juta.
Wah, rasanya sudah seneng banget. Baru umur 20 tahun, penghasilan sudah Rp 20 juta
sebulan, ceritanya.
Setelah membeli Yamaha Mio? Sekarang kasihan motor itu, sudah nggak muat nampung
badan saya semakin melar. Jadi, cari motor yang agak gedean, pakai Harley-Davidson, ujar
nominator Asias Best Entrepreneur Under 25 versi Majalah BusinessWeek tersebut.
Selain itu, Hendi punya dua rumah; satu di Jakarta dan satu lagi di Surabaya. Di Surabaya,
dia membeli rumah di salah satu kawasan elite, Perumahan Bumi Galaxy Permai. Soal rumah
yang satu ini, Hendi punya cerita tersendiri. Ini rumah idaman saya, tuturnya.
Dulu, cerita Hendi, semasa masih duduk di bangku kuliah di Jurusan Teknik Informatika ITS,
setiap pulang dari kampus, Hendi yang kala itu tinggal di Semolowaru, Surabaya, selalu
melewati kawasan perumahan itu. Dia sering berhenti sejenak di perumahan elite itu. Saking
seringnya mondar-mandir di perumahan itu sepulang dari kampus, dia sampai kenal dengan
sejumlah satpam di sana. Rumahnya besar-besar, megah-megah. Kelak saya ingin punya
rumah seperti ini, tekadnya ketika itu.
Hendi mengaku terkagum-kagum dengan rumah-rumah di kawasan itu. Bahkan, hujan saja
nggak banjir, beda dengan rumah saya. Halaman depannya itu lebih luas daripada rumah saya
di Semolowaru, kisahnya.
Dari proses itulah Hendi yakin bahwa mimpi yang terus disemai akan bisa mewujud jika
diiringi pancangan semangat yang kuat untuk mewujudkannya. Semuanya berangkat dari
impian. Alhamdulillah, saya kemarin berangkat ke Jakarta (wawancara dengan Hendi
dilakukan di Jakarta beberapa waktu lalu, Red) sudah dari rumah di Galaxy Bumi Permai,
ceritanya. Kalau saya tidak berani mulai jualan pakai gerobak, semua mimpi itu hanya
tinggal mimpi, imbuhnya.
Dengan segala apa yang dimiliki kini, Hendi lebih leluasa menyalurkan hobinya berjalan-
jalan. Setiap mengisi seminar di berbagai kampus di Indonesia, dia selalu menyempatkan diri
mengunjungi berbagai tempat wisata. Saya lebih suka ke tempat wisata yang alami, lihat
pantai, lihat hutan, ujarnya.
Jalan-jalan ke luar negeri juga sudah menjadi rutinitas yang sangat biasa bagi salah satu 10
Tokoh Pilihan 2006 versi majalah Tempo tersebut. Dulu jalan-jalan ke luar negeri itu jadi
mimpi, sesuatu yang wah, seolah nggak terjangkau. Alhamdulillah, sekarang udah sering,
tuturnya.
Hendy tak melupakan sedekah. Dananya secara tetap didonasikan ke tujuh yayasan yatim-
piatu. Saya menyadari sulitnya kehidupan mereka karena orang tua saya juga bukan orang
kaya, katanya. Dia yakin, jika seseorang tak perhitungan dalam sedekah, rezeki yang
diberikan Tuhan akan terus mengalir. Saya yakin istilah inden rezeki. Orang biasanya
membayar zakat 2,5 persen dari keuntungan. Saya membaliknya, sebelum ada untung, harus
bayar zakat dulu, ujarnya. Pokoknya, kalau omzet turun, kita hajar dengan sedekah,
imbuhnya.
Di luar itu Hendy hampir tidak pernah menghambur-hamburkan uang untuk hobi yang tidak
jelas. Misal, clubbing di tempat hiburan malam. Kalau jalan-jalan ke mal, itu rutin. Tapi,
saya dan keluarga tidak konsumtif. Paling-paling hanya lihat tren fashion saat ini untuk
diterapkan ke bisnis saya. Misalnya, untuk desain pakaian karyawan dan outlet-outlet, ujar
pria kelahiran 30 Maret 1983 itu. Ketika jalan-jalan itu, Hendi tak khawatir dengan roda
bisnisnya. Owner-nya bisa jalan-jalan, yang mantau manajemen di Surabaya dan Jakarta.
Hendy lebih suka memakai uangnya untuk melebarkan sayap bisnis. Dia yakin bahwa tak
boleh ada kata berpuas diri dalam jiwa seorang pebisnis. Dia kini meretas gerai Roti Maryam
Aba-Abi, roti khas Timur Tengah. Sekarang baru 40 outlet, mayoritas masih di Jatim, kata
Hendi yang, bersama aktris Dian Sastro dan Artika Sari Devi, menjadi duta Wirausaha Muda
Mandiri tersebut.
Tak hanya itu, insting bisnis yang kuat membawa pria berbadan subur itu mendirikan Baba
Rafi Palace. Sudah dua pondokan megah yang disewakan di Surabaya. Di Siwalankerto, ada
18 kamar dengan tarif Rp 700 ribu per bulan per kamar. Lalu di Prapanca ada 16 kamar,
tarifnya Rp 1,2 juta per bulan, ujarnya.
Satu lini bisnis makanan juga sedang disiapkan Hendy. Lagi ngerjakan Piramida Pizza.
Kalau biasanya pizza ditaruh loyang, ini mau ditaruh di cone. Jadi, makan pizza bisa sambil
jalan-jalan, seperti makan es krim, terang bapak dengan tiga anak itu.
Dia juga bakal berekspansi ke luar negeri. Di Malaysia saya baru aja bikin Baba Rafi
Malaysia Sdn Berhad. Target awalnya mendirikan 25 outlet kebab, ujarnya.
Dari UKM(elarat) ke UKM(iliaran)
Hendy memulai bisnis dengan terseok-seok. Tentu tidak langsung bombastis seperti
sekarang. Saya harus jatuh bangun, berdarah-darah. Dia mengisahkan, saat baru dua minggu
berjualan kebab dengan satu gerobak di kawasan Nginden, Surabaya, orang yang diajaknya
berjualan sakit.
Dari semula berjualan berdua, dia pun memutuskan menunggui gerobaknya seorang diri.
Ndilalah hari itu hujan deras, jadi sepi, ceritanya. Untuk menghibur diri, hasil jualan hari
itu dibelikan makanan di warung sebelah tempat gerobaknya berdiri. Di sana ada warung sea
food. Saat saya membayar, eh ternyata lebih mahal daripada hasil jualan saya. Jadi, malah
rugi, kisahnya.
Hendy memulai bisnis kala berusia 20 tahun. Dia berhenti kuliah di Jurusan Teknik
Informatika ITS saat masuk tahun kedua. Belum sempat di-DO (drop out, Red), saya OD,
out dhewe (keluar sendiri, Red), ujarnya lantas tertawa.
Ibunya yang pensiunan guru dan bapaknya yang bekerja di sebuah perusahaan di Qatar shock
melihat keputusan Hendy. Orang tua saya ingin saya selesai kuliah, lalu kerja di perusahaan.
Bukan malah jualan pakai gerobak, katanya. Namun, Hendi bergeming. Setelah berhasil,
orang tua malah ingin ikut-ikutan berbisnis, kata ayahanda Rafi Darmawan, 5, Reva Audrey
Sahira, 3, dan Ready Enterprise, 1.
Kini bisnisnya terus membesar. Dari hanya satu karyawan, kini perusahaannya
mempekerjakan 700 karyawan. Yang jadi manajemen inti 200 orang. Semuanya lulusan S1
dan S2, ceritanya, bangga.
Dia mengibaratkan perjalanan bisnisnya dengan dua istilah UKM yang berbeda. Dulu kami
hanya UKM, usaha kecil melarat. Sekarang masih UKM, tapi usaha kecil miliaran, tuturnya.
Sekarang ada satu mimpi yang bakal diwujudkan tahun ini. Saya ingin mengajak semua
keluarga jalan-jalan ke Eropa.
2. Agung Nugroho Pengusaha Muda Sukses di Bidang Laundry Kiloan
Jakarta, (GNI)- Peringati Hari Kebangkitan Nasional Fatigon Semangati Masyarakat untuk
Produktif Untuk menuju masyarakat Indonesia yang produktif, sembari memanfaatkan
momen Hari Kebangkitan Nasional, salah satu produk multivitamin, Fatigon, yang berada di
bawah bendera PT Kalbe Farma, mengusung suatu program yang dinamakan Aksi Semangat
Indonesia Menuju Masyarakat Produktif. Program ini merupakan sebuah gerakan moral
peduli produktivitas bangsa, dengan mengusung aktivitas positif yang sarat inspirasi,edukasi,
kesehatan, serta hiburan.
Program ini diawali dengan kickoff pada hari ini, Rabu (19/5), yang bertempat di Marios
Place, Jakarta, dengan menghadirkan beberapa orang endorser (bintang pendukung). Di
antaranya yaitu pendiri radio AS, Ahmad Solihun, serta pengusaha laundry kiloan Agung
Nugroho Susanto. Acara tersebut sekaligus juga dihadiri oleh Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen
Pembinaan dan Produktivitas Kemenakertrans, Abdul Wahab Bangkona.
Selanjutnya dalam program ini, akan diadakan kegiatan Fatigon Aksi Semangat Indonesia
setiap Senin pagi di perkantoran, dengan tujuan mengajak dan membiasakan karyawan di
perkantoran tak datang terlambat. Lantas pada tanggal 6 Juni 2010 mendatang, Fatigon juga
akan mengadakan serangkaian kegiatan massal di Parkir Timur Senayan, Jakarta, menyusul
kemudian di Lapangan Makodam Surabaya dan Lapangan Tagalega, Bandung, serta di
tempat-tempat lainnya. Dalam kesempatan itu akan dilakukan kegiatan-kegiatan menarik
bermuatan edukasi, seperti jalan bersama, aerobik, penciptaan rekor Muri membunyikan
alarm weker dengan peserta terbanyak (dengan target 15 ribu), plus hiburan oleh band-band
papan atas.
Menurut Direktur Sales dan Marketing PT Kalbe Farma, Widjanarko Lokadjaja, kegiatan ini
disponsori oleh produk mereka Fatigon, yang merupakan multivitamin paling banyak
dikonsumsi masyarakat Indonesia. Besar harapan kami, melalui kampanye ini Fatigon bisa
membantu mengingatkan dan mengajak masyarakat Indonesia untuk kembali memiliki
semangat kerja, semangat menjadi yang terbaik, sekaligus tentunya Fatigon selalu menjadi
pilihan masyarakat dalam menjaga kesehatan dan membantu beraktivitas sehari-
hari,ungkapnya.
Dipaparkan pula, tahun 2010 ini merupakan tahun pertama berlangsungnya program Aksi
Semangat Indonesia Menuju Masyarakat Produktif dengan memanfaatkan momentum Hari
Kebangkitan Nasional. Kami percaya Hari Kebangkitan Nasional ini dapat menjadi
momentum (demi) mencanangkan program yang menjadikan masyarakat lebih produktif.
Sebelumnya Agung juga mempunyai usaha di bidang Distro dan Counter HP tapi menurut
Agung kedua bisnis tersebut ternyata gagal dan dalam bisnis Laundry baru sukses. Hingga
saat ini bisnis Laundry kiloannya sudah mencapai 130 outlet yang tersebar di seluruh
Indonesia, dengan otlet yang terbanyak ada di Jabodetabek dan hingga saat ini bisnis mencuci
ini merupakan salah satu bisnis dengan sistem Franchise yang paling dicari oleh masyarakat
yang ingin membuka usahanya.
Agung Nugroho Susanto. Sarjana Hukum, Alumni UGM saat ini omsetnya hingga milyaran
rupiah per bulan. Outlet loundry miliknya hingga kini sudah tersebar di seluruh Indonesia,
dari Aceh hingga ke Papua. Usianya kini baru menginjak 25 tahun. Usia ini masih relatif
muda untuk seorang milyarder.
Pada tahun 2007 ia lulus dari dari Fakultas Hukum UGM, dengan IPK 3,7, kelurganya
menyarankan agar dia bekerja di Bank Indonesia. Ternyata beberapa kali tes saya lulus dan
terakhir hanya tes Wawancara, kata Agung mengawali ceritanya.
Tes terakhir itu menurutnya hanya formalitas. Dia yakin diterima delapan puluh persen.
Tetapi dia berani melawan kehendak orang tua. Saya tidak ikut tes di BI tersebut.
Dirinya meminta kepada keluarga agar memberi waktu kepadanya untuk meneruskan
perjuangan bisnis di bidang lain. Saya yakin itu (Perjuangan) akan berhasil.
Kini Agung dalam usia yang masih relatif muda ini terus menggeluti bisnisnya di bidang
laundry kiloan yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, dengan sistem Franchise.
Akhirnya saya hinggap di usaha cucian ini. Untuk menyikapi persaingan maka saya harus
memiliki kelebihan dalam usaha ini, yaitu saya menambahkan aroma pewangi, garansi total
jika ada kerusakan, dan yang terakhir adalah deterjen yang ramah lingkungan, bahkan bisa
menyuburkan tanaman. Simply Fresh kini menjadi laundry favorit para mahasiswa di
Yogyakarta karena harga yang ditawarkan ke konsumen sangat murah.
3. Sukses Besar Pengusaha Muda Donat Bakar
Niat Oily Purnama Sari jadi entrepreneur bermula usai mengikuti Ciputra Entrepreneurship di
UGM. Bekal tiga bulan pelatihan mampu menyibak wawasan Sarjana Elektro itu. Kini ia
jadi pengusaha muda donat bakar VERI VLORIDA, Jakarta.
Setelah lulus pada tahun 2007, Oily sempat mengisi kegiatannya dengan bekerja di sebuah
perusahaan roti di Yogyakarta. Ketika itu ia mengaku belum memiliki bekal pengetahuan di
bidang entrepreneurship. Namun naluri bisnisnya diuji coba ketika Oily mengikuti pelatihan
Ciputra Entrepreneurship di Pasca Sarjana UGM.
Menurut Oily, selama tiga bulan peserta pelatihan mengikuti bimbingan materi pelajaran dan
membuat konsep bisnis. Pada minggu kedua mereka mengikuti progran Crown I sebagai
kegiatan pertama untuk memulai bisnis. Modal awalnya Rp 500.000,-. Dana itu lalu
dikelolanya dengan berjualan suvenir atribut UGM. Pada program Crown II setiap kelompok
diberikan modal pinjaman Rp 1.000.000,- Dana itu digunakan Oily dengan mencoba
berbisnis donat. Yang ada di benak saya ucapan Pak Ciputra berbisnis harus melakukan
inovasi.
Termasuk berbisnis donat yang biasanya dibuat dari terigu namun ia mencobanya dengan
menggunakan bahan baku ubi jalar. Nama produknya yakni Donatello yang artinya tello
dalam bahasa Jawa adalah ubi. Produk itu
dijajakan di bazar yang digelar di kampus UGM setiap Minggu pagi. Ternyata peminatnya
banyak. Sebab rasanya jauh lebih empuk tak ubahnya seperti menikmati kentang Itu resep
baru. Selama ini biasanya donat dibuat hanya dengan menggunakan terigu.
.Belum puas dengan hanya satu temuan. Oily lantas mengolahnya lagi. Kali ini resepnya
baru. Ia mencoba donat bakar. Donat bakar itu disajikan dalam bentuk tusuk sate lalu diberi
nama donat Dboom. Ada beberapa pilihan rasa untuk temuan barunya itu. Peminatnya
beraneka ragam, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Kini Oily sukses membawa merek dagangannya yang mulai dikenal di kalangan kampus dan
pusat perbelanjaan. Bisnisnya terus dikembangkan dengan membuat jaringan bisnis dengan
sistem bermitra. Misalnya dengan perusahaan katering dan orderan resmi seperti orang
kantoran.
Cara itu lebih jitu sebab keuntungannya sudah bisa dihitung secara cermat. Memulai jadi
pengusaha bisa dilakukan dengan apa yang ada. Jika belum memiliki home industri, orang
boleh-boleh saja bermitra dengan pihak kedua. Yang penting harus tetap melakukan branding
terhadap produk sendiri.
Sebelum memulai usahanya itu Oily sebetulnya sempat ragu-ragu dengan sikap keluarga.
Sebab orangtuanya menginginkan setelah lulus Oily bisa bekerja di perusahaan atau
pemerintahan. Sikap itu membuat Oily tertantang untuk menekuni usahanya dengan gigih.
Kini ia malah sibuk mengikuti workshop dan seminar entrepreneurs di berbagai lembaga dan
sekolah.
Saya sudah merasakannya. Saya berjanji mengabdikan ilmu itu dengan membagi
pengalaman serta menyebarkan entrepreneurs kepada keluarga dan teman. Bahwa
entrepreneurs bukan karena faktor keturunan. Selain keluarga, entreprenurs bisa didapat dari
lingkungan dan mengikuti pelatihan
Niat Oily Purnama Sari jadi entrepreneur bermula usai mengikuti Ciputra
Entrepreneurship di UGM. Bekal tiga bulan pelatihan mampu menyibak wawasan
Sarjana Elektro itu. Kini ia jadi pengusaha muda donat bakar VERI VLORIDA,
Jakarta.
Setelah lulus pada tahun 2007, Oily sempat mengisi kegiatannya dengan bekerja
di sebuah perusahaan roti di Yogyakarta. Ketika itu ia mengaku belum memiliki
bekal pengetahuan di bidang entrepreneurship. Namun naluri bisnisnya diuji
coba ketika Oily mengikuti pelatihan Ciputra Entrepreneurship di Pasca Sarjana
UGM.
Menurut Oily, selama tiga bulan peserta pelatihan mengikuti bimbingan materi
pelajaran dan membuat konsep bisnis. Pada minggu kedua mereka mengikuti
progran Crown I sebagai kegiatan pertama untuk memulai bisnis. Modal awalnya
Rp 500.000,-. Dana itu lalu dikelolanya dengan berjualan suvenir atribut UGM.
Pada program Crown II setiap kelompok diberikan modal pinjaman Rp
1.000.000,- Dana itu digunakan Oily dengan mencoba berbisnis donat. Yang ada
di benak saya ucapan Pak Ciputra berbisnis harus melakukan inovasi.
Belum puas dengan hanya satu temuan. Oily lantas mengolahnya lagi. Kali ini
resepnya baru. Ia mencoba donat bakar. Donat bakar itu disajikan dalam bentuk
tusuk sate lalu diberi nama donat Dboom. Ada beberapa pilihan rasa untuk
temuan barunya itu. Peminatnya beraneka ragam, mulai dari anak-anak hingga
orang dewasa.
Kini Oily sukses membawa merek dagangannya yang mulai dikenal di kalangan
kampus dan pusat perbelanjaan. Bisnisnya terus dikembangkan dengan
membuat jaringan bisnis dengan sistem bermitra. Misalnya dengan perusahaan
katering dan orderan resmi seperti orang kantoran.
Cara itu lebih jitu sebab keuntungannya sudah bisa dihitung secara cermat.
Memulai jadi pengusaha bisa dilakukan dengan apa yang ada. Jika belum
memiliki home industri, orang boleh-boleh saja bermitra dengan pihak kedua.
Yang penting harus tetap melakukan branding terhadap produk sendiri.
Sebelum memulai usahanya itu Oily sebetulnya sempat ragu-ragu dengan sikap
keluarga. Sebab orangtuanya menginginkan setelah lulus Oily bisa bekerja di
perusahaan atau pemerintahan. Sikap itu membuat Oily tertantang untuk
menekuni usahanya dengan gigih. Kini ia malah sibuk mengikuti workshop dan
seminar entrepreneurs di berbagai lembaga dan sekolah.
Kunci utama untuk sukses adalah kerja keras. Jangan pernah mengharapkan
hasil yang maksimal dengan usaha minimal, Denni Andri, President PT Taka
Turbomachinery Indonesia.
Denni Andri adalah owner sekaligus President dari PT. Taka Turbomachinery
Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Mechanical & Industrial
Engineering Industry. Bermula dari sebuah bengkel mesin yang berlokasi di
Bandung, perusahaan ini kemudian berkembang pesat menjadi salah satu
perusahaan yang mampu memperbaiki turbine dan compressor pump skala
raksasa di Indonesia. Saat ini PT Taka telah sangat berpengalaman dalam
industrial pump repair, steam turbine repair dan gas turbine component repair
dengan klien-klien seperti Pertamina, Indonesia Power, Torishima Guna, Kepindo
dan Chevron Pasific Indonesia. Perusahaan yang dibangun dengan modal awal
60 juta ini, sekarang telah memiliki 150 orang pegawai, luasan fasilitas kantor
dan workshop sekitar hampir 6000 m2 dan total aset senilai 80 Milyar.
4. CIPAGANTI GROUP
Dalam mencapai sukses, kerja keras menjadi modal bagi Andianto Setiabudi, pemilik
Cipaganti Group, sebuah bisnis yang kini beromzet sekitar Rp 10.000.000.000,- per bulan.
Meski hanya lulusan SMA, Andianto, pria kelahiran Banjarmasin, 5 Desember 1962 itu,tidak
pernah merasa minder dalam menjalankan usaha.
Sejak kecil,Andi, begitu dia biasa disapa sudah akrab dengan dunia pemasaran. Usai pulang
sekolah,Andi kerap membantu ibunya berjualan kue kering. Pekerjaan ini dilakukannya
sejak duduk di bangku SMA. Setelah menamatkan sekolah, Andi enggan mengikuti saran
orangtuanya melanjutkan ke perguruan tinggi.
Dia memilih berwirausaha. Dalam benaknya,uang untuk kuliah lebih baik dijadikan modal
usaha.Sejak tahun 1986, dia mulai merintis jual beli mobil. Mobil bekas pertama adalah
mobil boks orangtuanya. Dari hasil penjualan tersebut, dia membeli beberapa mobil bekas
untuk dijual lagi. Namun setelah beberapa tahun bergumul dengan mobil bekas, pasaran
mobil second mulai menurun.
Dia pun akhirnya memilih banting setir dengan mulai usaha penyewaan mobil. Kini, Andi
juga memiliki usaha yang bergerak di bidang properti. Berkat kerja kerasnya, dia
mendapatkan penghargaan dari Enterprise 50 Award pada tahun 2004 dan Finalis Ernst &
Sebut saja Henry Indraguna, pemilik The Auto Bridal Indonesia, tempat cuci mobil busa
salju.
Sebelum mendirikan tempat cuci mobil yang kini beromzet Rp7,5 miliar per bulan,pria
kelahiran Bandung,28 Agustus 1973 ,ini jatuh bangun dalam berusaha. Berbagai bentuk
usaha dijalaninya, tetapi berkali-kali juga dia bangkrut dan kembali ke titik nol. Pria lulusan
Universitas Maranatha Bandung yang semasa kuliah pernah berjualan ayam goreng ini
pernah menjadi salesman berbagai produk elektronik hingga mainan.
Dia pernah menjadi salesman besar produk mainan asal China yang menyuplai ke beberapa
toko mainan di Bandung. Bahkan, seusai lulus kuliah Henry pernah dipercaya
mendistribusikan kartu chip Telkom senilai Rp20 miliar. Tetapi hasil kerja kerasnya lindap
dalam sekejap akibat kebiasaannya berfoya-foya. Kebiasaan buruk itu pun sirna setelah dia
menikahi Fangky Christina pada 2003.
Berkat ide membuka usaha cuci mobil dari mertuanya dengan bermodalkan Rp150 juta, dia
mulai membuka usaha cuci mobil pada akhir 2003. Jumlah ini sebenarnya cukup kecil untuk
membuka usaha, ujar Henry. Dari modal sebesar itu, Rp35 juta dia gunakan untuk menyewa
tempat seharga Rp75 juta. Sisanya dibayar setelah tiga bulan usahanya berjalan.
Sisa dari modal untuk peralatan. Tetapi Henry terpaksa berutang untuk menutupi kekurangan
biaya peralatan. Pada awalnya usaha Henry kurang diminati masyarakat. Tetapi bagi Henry
hal itu adalah part of game yang harus dilaluinya. Keinginannya untuk mengubah citra tempat
cuci mobil, yang kotor menjadi bersih dan nyaman, diwujudkan dengan inovasi cuci salju
lewat The Auto Bridal.
Henry pun terus melakukan inovasi dalam bisnisnya mulai cuci mobil es krim, salon mobil,
motor bridal. Setiap bulan, The Auto Bridal Indonesia minimal melayani 120.000 mobil
dengan ongkos cuci Rp35 ribu per mobil.
Biasanya keuntungan yang didapat 100 persen dari modal, papar Henry. Henry meraih
penghargaan Outstanding Entrepreneurship Award Asia Pacific Entrepreneurship Award
(AFEA) 2008. The Auto Bridal Indonesia saat ini sudah mempunyai 84 cabang yang tersebar
di seluruh Indonesia. Henry kini sedang berupaya melebarkan sayap bisnisnya ke negeri jiran
Malaysia.
Kisah sukses lainnya ditunjukkan Yesaya Surya Widjaya, pemilik PT Raja Bakso mas
Mandiri yang kini sudah memiliki 14 restoran dan 40 mitra. Yesaya, pria peraih master
lulusan Hawaii Pacific University bidang komputer, mengembangkan bakso dan makanan
beku (frozen food) dengan aneka rasa seafood. Yesaya awalnya hanya menjalankan bisnis
orangtuanya yang dibangun pada 1982.
Karena sering membantu melayani pelanggan sejak kecil, pria kelahiran Jakarta, 31 Januari
1971, ini sangat akrab dengan dunia kuliner. Setelah menamatkan pendidikan S-2 pada 1998,
Yesaya mulai mempelajari manajemen kerja restoran. Dari situlah dia mengamati kegemaran
masyarakat terhadap selera makan yang akhirnya menginspirasi mengembangkan usaha
bakso dengan aneka rasa.
Pada 2002 dia mulai membuka gerai baksonya secara serius dengan bendera PT Raja
Baksomas Mandiri. Awalnya dia membuka lima gerai di kawasan Dunia Fantasi, Ancol,
Jakarta Utara, dan satu gerai di Kemayoran. Untuk membuka gerai di Kemayoran, Yesaya
dibantu modal dari orangtuanya sebesar Rp55 juta.Yesaya juga berinovasi dengan membuat
makanan beku.
Kini lewat usahanya,Yesaya bisa meraih omzet Rp 200.000.000 per bulan. Kisah-kisah
sukses yang ditunjukkan Henry dan Yesaya seperti juga diungkapkan Faif dalam bukunya.
Keberhasilan berwirausaha tidaklah semata-mata dinilai dari seberapa berhasil seseorang
mengumpulkan kekayaan, tapi lebih bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, dan
menjalankan usaha dari sesuatu yang tidak ada sebelumnya atau belum berjalan.
https://danasangmotivator.wordpress.com/2012/08/05/50-pengusaha-muda-
sukses-indonesia-berusia-di-bawah-45-tahun/
25/02/2017 14.14