Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubunganya
dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai
hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan
dengan realitas dunia (Stuart dan Gail, 2007).
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman.
Menurut Antai Otong (1995;297), self esteem dipengaruhi oleh pengalaman
individu dalam perkembangan fungsi ego, dimana anak-anak yang dapat beradaptasi
terhadap lingkungan internal dan eksternal biasanya memiliki perasaan aman terhadap
lingkungan dan menunjukkan self esteem yang positif. Sedangkan individu yang
memiliki harga diri rendah cenderung untuk mempersepsikan lingkungannya negatif
dan sangat mengancam. Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam
fungsi egonya.
B. Etiologi
Harga diri rendah biasanya terjadi karena kritik diri sendiri dan orang lain
yang menimbulkan penurunan produktivitas yang berkepanjangan, yang dapat
menimbukan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat
menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah
terhadap orang lain, mudah sekali tersinggung atau marah yang berlebihan terhadap
orang lain, selalu berpersaan negatif tentang tubuhnya sendiri. Karena itu dapat
menimbulkan keteganggan peran yang dirasakan kepada klien yang mempunyai
gangguan harga diri rendah. Harga diri rendah juga selalu mempunyai pandangan
hidup yang pesimis dan selalu beranggapan mempunyai keluhan fisik, pandangan
hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan yang dimiliki, dapat

1
menimbulkan penarikan diri secara sisal yang dapat menimbulkan kekhawatiran pada
klien (Stuart dan Gail, 2007).
1. Faktor Predisposisi (Yosep, 2011)
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orag tua,
harapan orang tua tidak realistis, sekolah, ditolak, pekerjaan. Faktor
yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran gender,
tuntutan peran kerja, harapan peran budaya.
b. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan
perubahan struktur sosial.
2. Faktor Presipitasi
Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi yang
dialami dalam peran/posisi, halusinasi pendengaran dan penglihatan,
kebingungan tentang seksualitas diri sendiri, kesulitan membedakan diri
sendiri dari orang lain, gangguan citra tubuh, mengalami dunia seperti
dalam mimpi (Yosep, 2011).
C. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
Hasil risel Malhi menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh
rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah pula.
Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah
adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya.
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh, kegagalan atau
produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep harga diri
rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional

2
misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, perkosaan, atau dipenjara termasuk dirawat dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.

Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga diri
rendah kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien
sudah memiliki pikiran yang negatif dan meningkat saat dirawat.

Baik faktor predisposisi maupun presipitasi di atas bila mempengaruhi


seseorang dalam berpikir, bersikap, maupun bertindak, maka dianggap akan
mempengaruhi koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme
koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada klien tidak dilakukan intervensi lebih
lanjut dapat menyebabkan klien tidak mau bergaul dengan orang lain (isolasi sosial =
menarik diri), yang menyebabkan klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri
sehingga dapat muncul resiko perilaku kekerasan.

Menurut Peplau dan Sulivan harga diri berkaitan dengan pengalaman


interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti anak
sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak terpenuhi, dan merasa
ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif akan
menimbulkan harga diri rendah.

Menurut Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman


seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh
lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan
penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

D. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah


1. Mengejek dan mengkritik diri
2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri
3. Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat
4. Menunda zat
5. Sulit bergaul
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
7. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi

3
8. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien mengakhiri hidup
9. Merusak/melukai orang lain
10. Perasaan tidak mampu
11. Pandangan hidup yang pesimistis
12. Tidak menerima pujian
13. Penurunan produktivitas
14. Penolakkan terhadap kemampuan diri
15. Kurang memperhatikan perawatan diri
16. Berpakaian tidak rapi
17. Berkurang selera makan
18. Tidak berani menatap lawan bicara
19. Lebih banyak menunduk
20. Bicara lambat dengan nada suara lemah

E. Rentang Respons

Respons Adaptif Respons Maladaptif


Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
positif rendah identitas

Respons adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma. Respon
adaptif meliputi:
1. Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman yang sukses.
2. Konsep diri positif
Klien memiliki pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya, dapat
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai
suatu masalah sesuai norma-norma sosial dan kebudayaan dan kebudayaan
suatu tempat jika menyimpang merupakan respons maladaptif.

Respons maladaptif adalah respon yang sudah tidak dapat diterima oleh
norma. Respon ini meliputi :

1. Harga diri rendah


Transisi antara adaptif dan maladaptif sehingga individu cenderung
berpikir ke arah negatif.

2. Kekacauan identitas

4
Kegagalan individu mengintegrasi aspek-aspek masa kanak-kanak dalam
pematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara
harmonis.
3. Depersonalisasi

Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, dan tidak dapat membedakan
dirinya dari orang lain sehingga tidak dapat mengenali dirinya sendiri.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. (Kelliat, Budi
Ana, 1998 : 3)
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama klien, nama
panggilan, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien datang?
Apa yang menyebabkan klien dirawat di rumah sakit?
Apakah sudah tahu penyakit sebelumnya?
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa termasuk harga
diri rendah.
Bagaimana hasil pengobatan sebelumnya?

5
Apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal?
Apakah klien pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan?
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan kepada
klien apakah ada keluhan fisik yang dialami klien?
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh.
b. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai .

c. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya.
d. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat
perubahan tersebut.
e. Ideal diri
Harapan klien terhdapa keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan
klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataannya tidak sesuai dengan
harapannya.
f. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien
dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,
penilaian klien terhadap pandangan/ penghargaan orang lain.
g. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, minat berinteraksi dengan dengan orang lain
h. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/ menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan
i. Status mental
1. Penampilan

6
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapi, penggunaan pakaian yang tidak sesuai, kemampuan klien
dalam berpakaian
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti/bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
memulai pembicaraan
3. Aktivitas motorik
o Lesu , tegang, gelisah
o Agitasi : gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan
o Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan
merentangkan jari-jari
4. Alam perasaan
o Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
o Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
o Khawatir : objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik terhdap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara
dengan spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau
tidak ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f. Curiga : menunjukkan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain
g. Persepsi: jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang
tampak pada saat klien berhalusinasi.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri; Harga diri rendah

C. Rencana Keperawatan

No DK Perencanaan
7
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Gangguan Pasien mampu : Setelah ...x pertemuan SP1 ( tanggal .... )
konsep Mengidentifi klien mampu : 1. Identifikasi 1. Untuk
diri; Harga kasi Mengidentifikasi kemampuan mengetahui
diri rendah kemampuan kemampuan aspek positif yang intervensi
dan aspek positif yang dimiliki selanjutnya
2. Agar pasien
positif yang dimiliki 2. Diskusikan
Memiliki merasa mampu
dimiliki bahwa pasien
Menilai kemampuan yang dan selalu
masih memiliki
kemampuan dapat digunakan berpikir positif
sejumlah 3. agar pasien
yang dapat memilih kegiatan
kemampuan dan tidak merasa
digunakan sesuai kemampuan
Menetapkan/ Melakukan aspek positif apa yang

memilih kegiatan yang seperti kegiatan dilakukannya

kegiatan sudah dipilih pasien dirumah, itu salah.


4. Agar pasien
Merencanakan adanya keluarga
yang sesuai
juga mengetahui
dengan kegiatan yang dan lingkungan
seberapa besar
kemampua sudah dilatih terdekat pasien
kemampuanny
Melatih
3. Beri pujian yang 5.Membantu pasien
kegiatan
realistis dan mengembangkan
yang sudah
hindarkan setiap kemampuannya
dipilih, 6.Pasien memiliki
kali bertemu
sesuai kepercayaan diri
dengan pasien
7.Pasien merasa
kemampua
penilaian yang
Merencanaka nyaman ketika
negatif
n kegiatan kita menjadi
yang sudah 4. Nilai kemampuan pendengar aktif
8.agar pasien fokus
dilatihnya yang dapat
terhadap
dilakukan saat ini
kemampuannya
5. Diskusikan
yang akan
dengan pasien
dikembangkan
kemampuan yang 9.memberikan
masih digunakan semangat positif
saat ini melalui kegiatan

8
6. Bantu pasien yang dilakukan
10. agar pasien
menyebutkannya
tidak
dan memberi
ketergantunga
penguatan
n
terhadap
11. pasien merasa
kemampuan diri
masih ada
yang
yang peduli
diungkapkan
terhadap
pasien
pasien
12. pasien merasa
7. Perlihatkan
masih ada
respon yang
yang peduli
kondusif dan
terhadap
menjadi
pasien
pendengar yang
13. agar pasien
aktif.
mengikuti apa
8. Pilih kemampuan yang
yang akan dilatih dicontohkan
14. membuat
9. Diskusikan
pasien
dengan pasien
memiliki
beberapa aktifitas
rencana akan
yang dapat
kegiatan yang
dilakukan dan
dilakukan
dipilih sebagai 15. pasien yakin
kegiatan yang terhadap
akan pasien kemampuanny
lakukan sehari- a yang dia
hari miliki
16. agar pasien
10. Bantu pasien
merasa
untuk
nyaman dan
menetapkan
membuat
aktifitas mana
pasien
yang dapat pasien
semangat

9
lakukan secara 17. pasien
mandiri memiliki
kegiatan
11. Aktifitas yang
positif
memerlukan
18. pasien
bantuan minimal
memiliki
dari keluarga
kepercayaan
12. Aktifitas apa saja diri kembali
19. Pasien merasa
yang perlu
ada yang
bantuan penuh
mendukungny
dari keluarga atau
a
lingkungan
20. Pasien dapat
terdekat pasien
melakukan
13. Beri contoh cara kegiatan yang
pelaksanaan lainnya
21. membuat
akktifitas yang
pasien
dapat dilakukan
memiliki
pasien
rencana akan
14. Susun bersama
kegiatan yang
pasien aktifitas
dilakukan
atau kegiatan 22. membuat kita
sehari-hari pasien tahu apa yang
dirasakan
15. Nilai kemampuan
pasien
pertama yang
23. pasien merasa
telah dipilih
ada yang
16. Berikan mendukungny
dukungan dan a
pujian yang nyata
sesuai dengan
kegiatan yang
diperlihatkan
pasien

10
17. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien

18. Beri kesempatan


pasien untuk
mencoba
kegiatan

19. beri pujian atas


kegiatan yang
dapat dilakukan
pasien setiap hari

20. Tingkatkan
kegiatan sesuai
dengan toleransi
dan perubahan

21. Susun daftar yang


sudah dilatihkan
bersama pasien

22. Berikan
kesempatan
pasien untuk
mengungkapkan
perasaannya
setelah
melakukan
kegiatan

23. yakinkan bahwa


keluarga
mendukung
setiap aktifitas
yang dilakukan
pasien
11
SP 2 (tanggal....) 1. merencanakan
1. evaluasi kegiatan kegiatan
yang lalu selanjutnya
2. pilih kemampuan 2. agar pasien
kedua yang dapat fokus terhadap
dilakukan kemampuannya
3. latih kemampuan
yang akan
yang dipilih
dikembangkan
4. masukkan dalam
jadwal kegiatan 3. klien mampu
pasien melakukan
kegiatannya
tanpa bantuan

4. agar pasien
memiliki
macam-macam
kegiatan

SP 3 (tanggal ....) 1. merencanakan


1. evaluasi kegiatan kegiatan
yang lalu selanjutnya
2. memilih 2. agar pasien
kemampuan fokus terhadap
ketiga yang dapat kemampuannya
dilakukan yang akan
3. masukkan dalam
dikembangkan
jadwal kegiatan 3. agar pasien
pasien memiliki
macam-macam
kegiatan

12
SP 1 (tanggal ....) 1. mengetahui
1. Mengidentifikasi bagaimana cara
masalah yang merawat pasien
2. keluarga
dirasakan dalam
mampu dalam
merawat pasien
2. Jelaskan proses merawat pasien
3. keluarga dapat
terjadinya HDR
Keluarga
3. Jelaskan tentang merawat pasien
mampu : Setelah ....... X
cara merawat dengan baik dan
Merawat pasien pertemuan keluarga
pasien benar
dengan harga mampu : 4. Main peran 4. keluarga dapat
diri rendah dan Mengidentifikasi dalam merawat merawat pasien
dirumah kemampuan yang pasien HDR dengan baik dan
5. Susun RTL
menjadi sistem dimiliki pasien benar
keluarga atau 5. pasien dapat
pendukung yang Menyediakan
fasilitas untuk jadwal keluarga dirawat dengan
efektif bagi
pasien melakukan untuk merawat baik sesuai
pasien
kegiatan pasien jadwal
Mendorong pasien
melakukan SP 2 (tanggal....) 1. merencanakan
kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
Memuji pasien saat
kemampuan SP1 berikutnya
pasien dapat 2. Latih keluarga 2. keluarga
melakukan langsung ke mampu dalam
kegiatan pasien merawat pasien
Membantu melatih 3. Menyusun RTL 3. pasien dapat
pasien keluarga atau dirawat dengan
Membantu pasien jadwal keluarga baik
menyusun jadwal untuk merawat
kegiatan pasien
Membantu
perkembangan
SP 3 (tanggal....) 1. merencanakan
pasien
1. Evaluasi kegiatan
kemampuan berikutnya
2. mengetahui
keluarga
13
2. Evaluasi seberapa besar
kemampuan kemampuan
pasien pasien
3. RTL keluarga :
Follow up
Rujukan

14
DAFTAR PUSTAKA

H.Iyus Yosep, & Titin Sutini (2014), Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental
Health Nursing, Cetakan Keenam, Pt. Refika Aditama

Keliat, BA, dkk. 1997. Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.

Notoadmojo Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC

Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi revisi. Bandung : Refika Aditama

15

Anda mungkin juga menyukai