Ekonomi Regional Bali
Ekonomi Regional Bali
Abstrak
Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, sektor unggulan, tipologi klassen, location quotients
(LQ)
Latar Belakang
Kesempatan dalam membangun wilayah sendiri menjadi kebijakan yang dapat
dikatakan baik untuk sebuah wilayah yang terdiri atas daerah kepulauan. Koordinasi
antara pusat dan daerah untuk negara kepulauan seperti Indonesia, sejak memasuki era
reformasi hingga sekarang dilakukan dengan menerapkan kebijakan desentralisasi
daerah. Desentralisasi atau otonomi daerah merupakan kebijakan pusat untuk daerah
dalam bentuk kewenangan pemerintah daerah dalam menggali dan mengelola pontensi-
potensi sumberdaya yang ada di daerahnya sendiri sehingga ketergantungan antara pusat
dan daerah menjadi lebih kecil. Adanya otonomi daerah juga memiliki tujuan agar
pelaksanaan pemerintahan dalam kebijakan pembangunan menjadi lebih efektif dari sisi
penyelenggaraan maupun pendanaan.
Perbedaan karakteristik antar daerah juga menjadi dasar kebijakan otonomi
daerah. Menurut Munir dalam Erawati dan Mahendra menyatakan bahwa desentralisasi
akan berhasil melalui kebijakan otonomi daerah yang pembangunannya ditekankan pada
karakteristik daerah tersebut dengan didukung oleh sumber daya manusia yang tersedia,
kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal. Perlakuan kondisi seperti ini akan
menciptakan sektor-sektor potensial daerah masing-masing yang tentunya akan
mempengaruhi kebijakan pembangunan daerah-daerah tersebut.
Provinsi Bali merupakan satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia yang
melaksanakan wewenang otonomi daerah. Secara geografis Provinsi Bali terletak pada
83'40" - 850'48" Lintang Selatan dan 11425'53" - 11542'40" Bujur Timur, sedangkan
secara administrasi Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota dengan
luas daerah masing-masing ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 1 Luas Wilayah Tiap Kabupaten di Provinsi Bali
Kabupaten/Kota Ibukota Luas Persentase
(km) (%)
Jembrana Negara 841,80 14,94
Tabanan Tabanan 839,30 14,90
Badung Badung 420,09 7,43
Denpasar Denpasar 123,98 2,20
Gianyar Gianyar 368,00 6,53
Klungkung Semarapura 315,00 5,59
Bangli Bangli 520,81 9,25
Karangasem Amlapura 839,54 14,90
Buleleng Singaraja 1.365,88 24,25
Jumlah 5.634,40 100,00
Sumber: http://www.baliprov.go.id/v1/geographi
Dengan perbedaan luas wilayah antar kabupaten/kota di Provinsi Bali tentunya
akan berdampak pada peluang akan potensi sumberdaya yang berbeda-beda yang mampu
dihasilkan oleh tiap kabupaten/kota Provinsi Bali. Sektor-sektor yang berpotensi baik
yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB akan menjadi sektor unggulan dalam
pengembangan potensi ekonomi. Sekot unggulan ini juga disebut sebagai sektor basis,
dimana suatu daerah dapat menghasilkan suatu produk yang dapat memenuhi seluruh
permintaan yang ada id daerahnya sendiri dan juga untuk daerahlain yang permintaanya
belum tercukupi. Maka dari itu, sektor unggulan biasanya menjadi sektor yang
diprioritaskan oleh pemeintah.
Dalam penelitian ini akan meneliti bagaimana pola pertumbuhan ekonomi tiap
kabupaten/kota di Provinsi Bali dan melihat sektor unggulan yang dimiliki tiap daerah
kabupaten/kota sehingga dapat menjadi informasi dalam upaya menggali dan
mengembangkan kembali sektor-sektor yang merupakan sektor potensi daerah maupun
sebagai bahan kebijakan daerah masing-masing.
Metode
Penelitian ini dilakukan pada sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali dengan
periode pengamatan selama tiga tahun, yaitu mulai dari tahun 2013-2015. Data yang
digunakan adalah data kuantitatif yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
sembilan kabupaten/kota dan Provinsi Bali serta website Pemerintah Provinsi Bali
www.balprov.go.id. Adapun data yang diperoleh berupa data sekunder seperti data
PDRB kabupaten/kota dan provinsi, laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk tiap
daerah, serta data-data lain yang yang relevan dengan penelitian ini yang telah
dipublikasikan.
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan analisis Tipologi Klassen dan
pendekatan Location Quotients (LQ), sebagai berikut:
Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi dengan Tipologi Klassen
Pola pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 2 Klasifikasi Pola Pertumbuhan Eeonomi
Menurut Tipologi Klassen
Keterangan:
rdi : laju pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota
rni : laju pertumbuhan PDRB Provinsi
ydi : PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota
yni : PDRB Per Kapita Provinsi
Laju Pertumbuhan
Kota Denpasar 35000.00 yang sedang menurun
30000.00
7 6.8 6.6 6.4 6.2
Kabupaten 6 Kabupaten5.8
Kabupaten Kabupaten 25000.00
Kabupaten Klungkung Jembrana
Buleleng Gianyar
20000.00 Tabanan
Kabupaten
Tipe II 15000.00 Karangasem
Daerah tertinggal Kabupaten Bangli
dalam proses 10000.00 Tipe IV
membangun PDRB Per Kapita Daerah tertinggal
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pembahasan dari penelitian
ini adalah:
a. Kabupaten/kota yang masuk dalam kategori daerah makmur dalam analisis
tipologi klassen adalah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
b. Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Gianyar masuk dalam kategori wilayah yang
tertinggal menuju proses pembangunan.
c. Kabupaten Bangli, Karangasem, Klungkung, Jembrana, dan Tabanan masuk
dalam kategori daerah tertinggal.
d. Kabupaten Badung, Bangli, Jembrana, dan Karangasem memiliki masing-masing
6 sektor basis atau sektor unggulan. Kabupaten Buleleng dan Klungkung memiliki
7 sektor unggulan. Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Kota Denpasar memiliki
masing-masing sektor basis secara berturut-turut sebanyak 8, 9, dan 11 sektor
unggulan.
e. Secara keseluruhan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dan sektor
pertambangan dan penggalian menjadi sektor unggulan (basis) yang paling
banyak dimiliki oleh tiap kabupaten di Bali, sedangkan sektor pengadaan listrik
dan gas dan sektor jasa pendidikan menjadi sektor unggulan yang paling sedikit
yang dimiliki oleh kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Daftar Pustakaan