Sumber Sumberpembelanjaanjangkapendekdanjangkapanjang 150604100235 Lva1 App6892
Sumber Sumberpembelanjaanjangkapendekdanjangkapanjang 150604100235 Lva1 App6892
MANAJEMEN FINANSIAL
Disusun Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN TERAPAN AGRIBISNIS
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sumber dana menurut asalnya dan berdasar atas
jangka waktu.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki ketika kita menggunakan
jenis sumber dana yang akan dipilih dalam suatu kebutuha dana.
1.3 Manfaat
Makalah ini dibuat dengan tujuan menjelaskan secara lebih rinci dan detail
mengenai sumber dana menurut asalnya terutama berdasar atas jangka waktu, serta
memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki ketika kita menggunakan jenis
sumber dana yang akan dipilih dalam suatu kebutuha dana. Dengan mengetahui
hal tersebut, kita dapat mengaplikasikan di dalam perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
perusahaan yang bersangkutan dan modal yang berasal dari kreditur tersebut ialah
apa yang disebut modal asing. Metode pembelanjaan dengan menggunakan modal
asing disebut pembelanjaan asing atau pembelanjaan dengan hutang (debt
financing). Dana atau modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil
bagian di dalam perusahaan adalah merupakam dana yang akan tetap ditanamkan
dalam perusahaan yang bersangkutan, dan dana ini dalam perusahaan tersebut
akan menjadi modal sendiri. Metode pembelanjaan dengan menggunakan dana
yang berasal dari pemilik atau calon pemilik tersebut disebut pembelanjaan sendiri
(equity financing). Dengan demikian maka dana yang berasal dari sumber ekstern
adalah terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Pada dasarnya pihak-pihak
pemberi dana atau modal ekstern yang utama dapat digolongkan dalam 3 golongan
yaitu:
1. Supplier.
Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama memberikan kredit
disamping pemberian jasa-jasa lain dibidang keuangan. Pemberian kredit oleh bank
bisa jangka pendek (kurang dari 1 tahun), jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan
kurang dari 10 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 10 tahun).
3. Pasar modal
Pasar Modal (capital market), adalah merupakan sumber dana ektern bagi
suatu perusahaan, dimana pasar modal didefinisikan suatu pengertian abstrak yang
mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang
kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) disatu pihak dan
emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang dilain
pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya
penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang.
Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan
dananya dalam efek, sedangkan emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek
untuk ditawarkan kepada masyarakat. Fungsi dari pasar modal adalah
mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai
surplus tabungan (saving surplus unit) kepada unit ekonomi yang mempunyai
defisit tabungan (saving deficit unit). Dalam pasar modal dibedakan antara pasar
perdana dan pasar sekunder. Dimaksudkan dengan pasar perdana adalah pasar
bagi efek yang pertama kali diterbitkan dan ditawarkan dalam pasar modal,
sedangkan pasar sekunder adalah pasar bagi efek yang sudah ada dan sudah
diperdagangkan dalam bursa efek.
Berikut ini beberapa jenis pendanaan jangka pendek yang tersedia, yaitu:
1. Kredit perdagangan
2. Beban yang masih harus dibayar (gaji dan pajak)
3. Kredit pasar uang
4. Pinjamanan jangka pendek
5. Wesel (draft)
6. Akseptasi bank (bankers acceptance)
7. Surat hutang (promes)
8. Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan
9. Menjaminkan piutang dan persediaan
10. Anjak piutang (factoring)
Open account merupakan tipe yang paling popular, dan tipe ini
menunjukkan bahwa penjual mengirimkan barang ke pembeli dilengkapi dengan
faktur yang menyebutkan barang yang dikirim, harga per satuan, harga keseluruhan,
dan syarat-syarat pembayaran. Setelah pembeli menandatangi tanda penerimaan
barang, pembeli berarti menyatakan berhutang kepada penjual.
2) Notes Payable
b.
Bankers acceptance
Untuk perusahaan yang berbisnis pada perniagaan internasional atau
domestik, bankers acceptance dapat menjadi sumber penting untuk pendanaan.
Misalkan suatu perusahaan di Indonesia akan mengimpor barang senilai $100,000
dari suatu perusahaan di Inggris. Kedua perusahaan setuju untuk menggunakan time
draft berjangka 90 hari untuk pembayaran.Perusahaan di Indonesia akan mengatur
letter of credit(L/C) dengan banknya di Indonesia, dimana bank tersebut akan setuju
untuk membayar draft atas perusahaan tersebut apabila ditunjukkan oleh bank di
Inggris (yaitu bank perusahaan di Inggris). Perusahaan di Inggris kemudian
mengirimkan barang yang dipesan dan pada waktu yang sama meminta perusahaan
di Indonesia untuk membayar dengan draft berjangka 90 hari. Kemudian
perusahaan Inggris membawa draft tersebut ke bank di Inggris. Bank di Inggris
kemudian meminta bank di Indonesia untuk membayar draft tersebut apabila telah
jatuh tempo. Dengan kata lain, bank di Indonesia menjamin bahwa pembelian
barang tersebut akan dibayar.
Apabila bank yang menjamin merupakan bank yang sangat dipercaya,
bankers acceptance tersebut dapat dipedagangkan. Dengan demikian bank di
Inggris tidak harus memegang draft tersebut sampai jatuh tempo, tetapi dapat
menjualnya ke pihak lain dengan diskon tertentu, sebelum jatuh tempo. Diskon
tersebut mencerminkan pembayaran bunga kepada pemodal untuk. Pada hari ke-90
pemodal menyerahkan bankers acceptance tersebut kepada bank untuk menerima
pembayaran, dan pada tanggal tersebut perusahaan yang menerbitkan bankers
acceptance tersebut berkewajiban untuk memiliki dana sebesar $100,000 di bank
tersebut untuk menutup pembayaran tersebut.
2.
memperpanjang kredit yang diberikan meskipun dapat saja menolak apabila situasi
memang sangat buruk.
2) Revolving credit agreement
Perjanjian ini merupakan komitmen legal yang diberikan oleh bank untuk
menambah jumlah kredit sampai dengan jumlah tertentu. Apabila debitur ingin
menarik tambahan kredit, bank harus menyediakan dana tersebut apabila debitur
belum melanggar batas maksimum yang disepakati bersama. Sebagai missal
batasan kreditnya adalah Rp.500 juta, dan telah dipergunakan debitur sebesar
Rp.300 juta.Dengan demikian maka debitur dapat menarik tambahan kredit sebesar
Rp.200 juta apabila diperlukan. Karena bank harus menyediakan kredit maksimum
sebesar Rp.500 juta, sedangkan yang dimanfaatkan oleh debitur dapat saja kurang
dari batas maksimum tersebut, maka bank akan meminta commitment fee atas kredit
yang belum terpakai. Dengan demikian maka dalam satu tahun biaya yang dibayar
oleh debitur adalah bunga ditambah commitment fee.Sering kali revolving credit
management berlaku untuk jangka waktu lebih dari satu tahun.
3) Kredit berdasar transaksi
agunan akan terjadi situasi pada saat perusahaan memperoleh keuntungan, maka
selisih keuntungan di atas bunga yang dibayar akan dinikmati seluruhnya oleh
pemilik perusahaan. Sebaliknya apabila perusahaan rugi maka kreditur diminta
untuk ikut menanggung kerugian tersebut, dan sering kali malah sebagian besar
kerugian harus ditanggung oleh kreditur.
Agunan (collateral) yang diminta kreditur untuk disediakan, pada dasarnya
dimaksudkan untuk dijual apabila debitur tidak mampu membayar
kreditnya.Apabila hasil penjualan agunan tersebut melebihi sisa hutangnya, maka
kelebihannya dikembalikan ke debitur. Sebaliknya apabila kurang, maka kreditur
akan menjadi kreditur umum, sama seperti kreditur-kreditur lain yang tidak dijamin
dengan agunan tertentu. agunan tersebut sangat bervariasi jenisdan marketability-
nya. Umumnya apabila agunan tersebut mempunyai harga pasar yang jelas dan
mudah dijual, maka kredit yang diberikan dapat mencapai proporsi yang cukup
besar. Sebaliknya apabila agunan tersebut merupakan aktiva yang sangat spesifik
dan susah menjualnya, maka kreditur mungkin hanya memberikan kredit dengan
proporsi yang relative rendah.
Karena itulah di dalam analisis kredit, dikenal istilah 5 Cs of dredit yang
salah satu komponennya adalah collateral. Secara lengkap 5 Cs of credit adalah
character (watak dan kejujuran pimpina perusahaan), capacity (kemampuan
manajemen), capital (modal perusahaan), collateral (agunan kredit), danconditions
(kondisi bisnis).
Dengan perjanjian ini, debitur memberikan hak (legal right) kepada debitur
atas barang-barang (persediaan) yang dijadikan agunan. Cara ini merupakan cara
yang paling sederhana tetapi paling tidak aman bagi kreditur. Debitur (yaitu
perusahaan yang pinjam) tetap mempunyai control sepenuhnya atas persediaan
tersebut. Ia bisa menjual dan mengganti persedian tersebut sesuai dengan
keinginannya. Karena ketiadaan kendali atas persediaan inilah yang membuat
kreditur merasa bahwa risiko yang ditanggungnya cukup tinggi.Dengan demikian
maka umumnya kredit yang diberikan hanyalah merupakan persentase yang cukup
kecil apabila dibandingkan dengan nilai persediaan yang dijaminkan. Jaminan yang
dipergunakan umumnya juga menyangkut bukan hanya persediaan saat ini tetapi
juga persediaan di masa yang akan datang.
2. Chattel mortgage agreement
Kendali yang lebih baik atas barang-barang yang dijadikan sebagai agunan
dapat makin ditingkatkan apabila dipergunakan field warehouse financing
agreement. Dengan cara ini persediaan yang dijadikan agunan akan dipisahkan dari
persediaan lain, dan dikelola oleh pihak ketiga yang merupakan perusahaan
pengelola pergudangan. Pemisahan tersebut tidaklah berarti bahwa persediaan yang
dijadikan agunan harus ditaruh di gudang milik perusahaan pengelola.Barang-
barang tersebut tetap di gudang debitur, tetapi pengelolaan persediaan tersebut yang
dilakukan oleh pihak ketiga.Cara ini terutama bermanfaat untuk persediaan dalam
bentuk curah (bulky), seperti minyak tanah. Apabila minyak tanah tersebut akan
dipergunakan sebagai agunan dengan perjanjian ini, maka minyak tersebut akan
ditaruh di tanki atau kapal tanker yang terpisah, sehingga mudah untuk
memonitornya. Dengan cara ini debitur tidak diizinkan untuk menjual atau
menggunakan persediaan tersebut tanpa persetujuan kreditur. Perusahaan pengelola
gudang tersebut akan menerima fee dari kegiatan tersebut. Biaya untuk cara ini
umumnya cukup mahal karena fee tersebut ditangung oleh debitur.
4. Terminal warehouse agreement
Perbedaan cara ini dengan cara lain di atas adalah bahwa gudang yang
dipergunakan merupakan gudang public (artinya bukan milik debitur). Dengan
demikian maka barang-barang yang dijaminkan di kirim ke gudang public tersebut,
dan kemudian dikelola oleh pihak ketiga. Biayanya akan lebih mahal dari acara di
atas, karena diperlukan biaya transportasi ke gudang public tersebut.
Contoh :
Perusahaan Mandiri menandatangani perjanjian kredit investasi dengan
Bank Mapan senilai Rp. 1 milyar pada pertengahan tahun 2004 untuk jangka waktu
5 tahun dengan tingkat suku bunga sebesar 16% per tahun dengan persyaratan
tambahan bahwa pelunasan sebelum jatuh tempo akan dikenakan penalty sebesar
2% dalam bentuk bunga per tahun. Pada pertengahan tahun 2007 ini, perusahaan
mendapatkan tawaran kredit dari Manhattan Bank dengan tingkat suku bunga
sebesar 13,5% per tahun.
Apabila perusahaan tetap meneruskan kreditnya pada Bank Mapan, maka
bunga yang harus dibayar adalah :
Bunga = 2 x 16% x Rp. 1 milyar = Rp. 320 juta
Andaikan sekarang perusahaan punya niat menerima tawaran Manhattan Bank,
maka denda yang harus dibayar ke Bank Mapan dan bunga yang harus dibayar
ke Manhattan Bank oleh perusahaan Mandiri adalah :
Denda = Rp. 40 juta
Bunga = 2 x 13,5% x Rp. 1 milyar = Rp. 270 juta
Total = Rp. 310 juta
2.3.3 Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan umumnya tidak dijamin dengan
aktiva tertentu. Oleh karenanya kalau perusahaan bangkrut, pemegang obligasi akan
diperlakukan sebagai kreditur umum. Dalam Obligasi, akan mencantumkan :
a. Nilai pelunasan atau face value
b. Jangka waktu pelunasan
c. Bunga yang dibayarkan (coupon rate)
d. Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan
Tipe obligasi konvensional mempunyai dampak resiko baik bagi pemilik
maupun penerbit obligasi. Resiko ini biasanya dikaitkan dengan tingkat suku
bunga. Artinya, apabila suku bunga naik maka harga obligasi akan turun ( dalam
kondisi ini pemilik obligasi akan rugi ). Akan tetapi apabila tingkat suku bunga
turun, maka harga obligasi akan mengalami kenaikan ( dalam kondisi yang
demikian ini penerbit obligasi akan rugi ).
Dalam rangka untuk meminimalisir kerugian yang dialami oleh perusahaan
penerbit obligasi yang disebabkan karena menurunnya tingkat suku bunga, penerbit
obligasi kemudian menawarkan :
Pola arus kas yang diharapkan oleh investor dengan membeli obligasi tersebut
dapat dilihat dalam ilustrasi perhitungan berikut ini.
Tahun Arus Kas
0 (1.000.000 )
1 130.000
2 130.000
3 130.000
4 130.000
5 130.000
1.000.000
300.000
Dengan menggunakan formulasi berikut, maka tingkat keuntungan yang
diharapkan dari obligasi dengan warrant tersebut adalah
5 130 1.000 130
1.000 = + +
t = 1 (1+i )t (1+i)5 (1+i)5
Dari perhitungan diatas akan diperoleh nilai i sebesar 17,25%
Dari contoh ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila harga saham di
bawah Rp. 11.000,- maka tingkat keuntungan akan lebih kecil dari 17,25% dan
apabila harga saham lebih besar dari Rp. 11.000,- maka tingkat keuntungan akan
lebih besar dari 17,25%. Dalam hal ini para pemegang saham akan menerima
keuntungan minimal sebesar 13% ( sebesar coupon rate-nya ).
Apabila kita mau menaksir nilai warrant dengan menggunakan konsep teori
opsi dari Black and Scholes, maka akan diperoleh nilai seperti nampak dalam
ilustrasi perhitungan berikut ini. Diasumsikan bahwa deviasi standar perubahan
harga ( a ) saham sebesar 0,20 dan tingkat bunga bebas resiko sebesar 10% per
tahun.
Langkah 1 :
Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar dari jangka waktu opsi
jatuh tempo :
0,20 x 5 = 0,45
Langkah 2 :
Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi
PV harga exercise = 8.000 / ( 1 + 0,1 )5
= Rp. 4.967,-
Rasio = 6.000 : 4.967
= 1,20
Langkah 3 :
Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar 25,94 persen ( lihat
sumbu tegak angka 0,45 dan sumbu datar 1,20 ) dari harga saham saat ini atau
sebesar 25,94% x Rp. 6.000,- = Rp. 1.554,-
Langkah 4 :
Kalikan nilai call tersebut dengan 100, karena warrant tersebut memberikan hak
untuk membeli saham
Nilai warrant = 100 x Rp. 1.554,- = Rp. 155.400,-
Apakah warrant tersebut menarik untuk dibeli oleh calon investor ? Jawabannya
adalah ya !
Perhatikan ilustrasi perhitungan dibawah ini :
Nilai obligasi seandainya tanpa warrant sebesar :
5 130.000 130.000
Po = + = Rp. 932.960,-
t = 1 (1+0,15 )1 (1+0,15)5
Dari ilustrasi perhitungan diatas, maka selisih harga obligasi seandainya tanpa
warrant akan sebesar Rp. 67.040,- berasal dari ( Rp. 1.000.000,- - Rp. 932.960,- ).
Dan apabila dibandingkan dengan harga obligasi yang menggunakan warrant akan
lebih menguntungkan, karena disini calon investor akan mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 155.400,- > Rp. 67.040,-. Dengan demikian warrant tersebut akan tetap
menarik dimata calon investor.
Andaikan harga pasar obligasi sebesar Rp. 980.000,-, maka premi konversi
adalah sebesar Rp. 980.000,- - Rp. 966.480,- = Rp. 13.520,-
Dan apabila dibandingkan dengan harga obligasi yang menggunakan konversi akan
lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi yang tanpa konversi. Hal ini
disebabkan karena obligasi yang setara menawarkan coupon rate 15%, dan nilai
obligasi ( dengan coupon rate hanya 14% ). Artinya terlampau mahal sebesar Rp.
33.520,- apabila tidak mempunyai hak konversi. Dengan demikian tawaran obligasi
konversi tersebut cukup menarik bagi calon investor karena nilai hak sebesar Rp.
158.900,- > Rp. 33.520,- nilai cost yang harus dibayar.
DAFTAR PUSTAKA