Manuscript
OLEH :
SRI LESTARININGSIH
G2A009101
1
Sri Lestariningsih : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES
UNIMUS
2
Dera Alfiyanti, S. Kep, M. Kep : Dosen Keperawatan Anak FIKKES UNIMUS
3
Sufiati Bintanah, SKM, M. Si : Dosen Fakultas gizi FIKKES UNIMUS
Abstrak
Latar Belakang : Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering
mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar
sampai lebih dari sepuluh kali sehari, dan bayi yang lebih besar akan mempunyai
waktu buang air Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak,
frekuensinya lebih dari 3 kali sehari
Tujuan : Penelitian Mengetahui pengaruh pemberian bubur tempe terhadap
tingkat kesembuhan diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung
Mundu.
Metodologi : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Eksperimental dengan rancangan Randommized Posttest Only Kontrol Group
Design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anak yang tercatat menderita
diare di wiliyah kerja Puskesmas Kedung Mundu Semarang yang diketahui
berjumlah 159 orang.. analisa data menggunakan uji nonparametric test (wiloxon
atau mann-whitney).
Hasil penelitian : Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian bubur tempe
terhadap tingkat kesembuhan diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedung Mundu Kota Semarang (p value masing-masing untuk frekwensi diare
dan lama diare sebesar 0,000 <0,05).
Kesimpulan Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian bubur tempe
terhadap tingkat kesembuhan diare pada balita
1
Kata kunci : Bubur tempe dan kesembuhan diare
Abstract
Background : Diarrheal disease is one disease that commonly affects infants and
toddlers A newborn baby will generally defecate up to more than ten times a day
, and the baby will have a bigger water waste time stated Neonatal diarrhea if
stool frequency more than 4 times , while for infants older than 1 month and the
child , frequency is more than 3 times a day
Objective: Knowing the effect of soybean slurry to cure rates of diarrhea in
infants in the Work Area Health Center Kedung Mundu .
Methodology : The research used in this research is to design Randommized
Quasi Experimental Posttest Only Kontrol Group Design . Population of this
study are all registered children suffering from diarrhea in Puskesmas
Kedungmundu wilayah Semarang is known totaling 159 people analyze the data
using nonparametric test test (or Mann-Whitney wiloxon ) .
The result : There is significant relationship between soybean slurry delivery to
the cure rates of diarrhea in infants in the Work Area Health Center
Kedungmundu Semarang ( p value respectively for diarrhea frequency and
duration of diarrhea of 0.000 < 0,05 ) .
Conclusion There is a significant relationship between soybean slurry delivery to
the cure rates of diarrhea in infants
2
PENDAHULUAN
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan
balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari
sepuluh kali sehari, dan bayi yang lebih besar akan mempunyai waktu buang air
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali,
sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih
dari 3 kali sehari (Hasan, 2007).
Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor
satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita
nomor dua setelah ISPA (Infekesi Saluran Penapasan Akut). Terjadinya angka
kematian yang tinggi pada usia balita dikarenakan pada saat itu balita rentan
terhadap penyakit, data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian
balita salah satunya disebabkan karena penyakit diare (Depkes, 2008).
Pada tahun tahun 2011 meningkat sampai 200 400 kejadian per 1000 penduduk.
Penderita diare mencapai 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-
80%) anak dibawah lima tahun ( 40 juta kejadian) pada survei Depkes tahun
2000. Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare.
Dehidrasi atau kekurangan cairan pada diare dibedakan menjadi tanpa dehidrasi,
dehidrasi ringan-sedang dan dehidrasi berat dikategorikan dari gejala klinis.
Menurut Wardhani (2012) dari 37 puskesmas yang ada di Semarang, puskesmas
Kedung Mundu menduduki pravelansi tertinggi kejadian diare pada balita.
Kejadian diare di puskesmas Kedungmundu pada tahun 2010 sebanyak 632 anak
< 1 tahun dan mengalami peningkatan sebanyak 989 balita pada tahun 2012
(Dinkes, 2012).
Tempe merupakan pangan tradisional dengan bahan dasar kedelai melalui proses
fermentasi yang mengandung komponen fungsional prebiotik dan prebiotik, serat
larut, asam lemak omega 3 polyunsaturated, konjungsi asam linoleat, antioksidan
pada tanaman, vitamin dan mineral, beberapa protein, peptida dan asam amino
seperti phospolipid (Grajek et al, 2005) dan menurut Toole & Cooney (2008),
3
banyak mikroorganisme yang dipertimbangkan sebagai prebiotik yang digunakan
untuk memelihara produk pangan tradisional dengan cara fermentasi dan
keberadaan makanan ini bermacam-macam angka mikroorganisme yang
digunakan bersamaan dengan hasil akhir dari fermentasi produk dan metabolisme
lainnya (Toole & Cooney, 2008).
METODOLOGI
4
diare di wiliyah kerja Puskesmas Kedung Mundu Semarang pada bulan
September yang diketahui berjumlah 159 anak. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling dengan jumlah 30 anak.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Diare Pada Balita
Di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
Intervensi Kontrol
Frekuensi Diare
n % n %
3 kali sehari 10 66,7 2 13,3
4 kali sehari 5 33,3 6 40,0
5 kali sehari 0 0,0 7 46,7
Total 15 100,0 15 100,0
Intervensi Kontrol
Lama diare
n % n %
1 hari 4 26,7 0 0,0
2 hari 9 60,0 4 26,7
3 hari 2 13,3 11 73,3
Total 15 100,0 15 100,0
5
Tabel 3
Pengaruh pemberian bubur tempe terhadap tingkat kesembuhan diare pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Mundu
Dari hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai Z Skore untuk frekwensi diare
sebesar -4,380 dan untuk lama diare sebesar -4,424 dengan p value masing-
masing untuk frekwensi diare dan lama diare sebesar 0,000 <0,05, hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian bubur tempe
terhadap tingkat kesembuhan diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedung Mundu.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita di Puskesmas Kedungmundu Kota
Semarang pada kelompok intervensi sebagian besar mengalami diare sebanyak 3
kali sehari sebanyak 10 responden (66,7%) dan balita pada kelompok kontrol
sebagian besar mengalami diare sebanyak 5 kali sehari sebanyak 7 responden
(46,7%).
6
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian, apalagi pada anak-anak. Selain
itu keluarga dapat menjaga balita atau anak-anak dari diare dengan menjaga
kebersihan lingkungan serta makanan. Selain itu bila sudah terkena maka keluarga
dapat melakukan pertolongan dengan memberikan oralit atau campuran gula dan
garam.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalista (2012)
tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada
Anak Usia 6-24 Bulan Di Puskesmas Kedung Mundu Semarang dengan hasil
penelitian menunjukkan Dari hasil chi square di peroleh ada hubungan status gizi
pemberian asi ekslusif lingkungan dan perilaku hidup bersih sehat dengan
kejadian diare pada anak usia 6-24bulan.
7
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuniarti.H
(2010) tentang Pengaruh Pemberian Formula Preda Tempe Terhadap Lama
Penyakit Diare Akut Pada Anak Usia 6-24 Bulan dengan hasil penelitian
menunjukkan Dari hasil analisis lama penyakit diare pada formula preda dan
tempe adalah 5 hari dan 4,2 hari.
Dari hasil uji Mann Whitney Test didapatkan nilai Z Skore untuk frekwensi diare
sebesar -4,380 dan untuk lama diare sebesar -4,424 dengan p value masing-
masing untuk frekwensi diare dan lama diare sebesar 0,000 <0,05, hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian bubur tempe
terhadap tingkat kesembuhan diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedung Mundu.
Tempe merupakan pangan tradisional dengan bahan dasar kedelai melalui proses
fermentasi yang mengandung komponen fungsional prebiotik dan prebiotik, serat
larut, asam lemak omega 3 polyunsaturated, konjungsi asam linoleat, antioksidan
pada tanaman, vitamin dan mineral, beberapa protein, peptida dan asam amino
seperti phospolipid (Grajek et al, 2005). Tempe sebagai produk olahan dari jenis
kacang-kacangan juga banyak mengandung seng, dan seng ini dapat mengurangi
durasi dan frekuensi diare pada anak. Hasil penelitian Permatasari (2012)
menemukan bahwa terdapat perbedaan durasi penyembuhan diare dehidrasi
ringan-sedang balita yang diberikan seng.
8
menghasilkan vitamin B. Kecuali itu selama proses produksinya terjadi
pengurangan jumlah rafinose dan stakiose, sehingga keluhan kembung yang
disebabkan kedua zat tersebut telah berkurang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anton Vivaldy
(2011) tentang Studi Pengaruh Intervensi Tempe Untuk Mempercepat
Penyembuhan Diare Anak Balita dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
frekuensi rata-rata buang air besar selam 5 hari masa studi pada anak-anak yang
mengkonsumsi 50 gram tempe secara sugnifikan lebih rendah (= 0,05) dari pada
kelompok kontrol, hal ini bisa disimpulkan bahwa konsumsi tempe berpengaruh
positif pada pengobatan diare.
Keterbatasan penelitian terletak pada metode yang dipakai dalam penelitian ini
menggunakan desain quasi eksperimen (eksperimen semu) yaitu desain yang tidak
mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randominasi, disebut eksperimen
semu karena eksperimen ini belum memiliki ciri-ciri yang menunjukkan
eksperimen sebenarnya.
Penelitian ini menemukan kendala dimana tempat tinggal pasien yang saling
berjauhan sehingga peneliti harus mendatangi rumah responden satu persatu,
keterbatasan lainnya adalah ditemukannya beberapa ibu dari responden yang
menolak pemberian bubur tempe karena ada keraguan terhadap dampak yang
ditimbulkan setelahnya. Hal ini terjadi karena belum ada informasi dan sosialisasi
tentang manfaat bubur tempe untuk penyembuhan diare pada balita.
9
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa balita di Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang pada kelompok intervensi sebagian besar
mengalami diare selama 2 hari sebanyak 9 responden (60%) dan pada kelompok
control sebagian besar balita mengalami diare selama 3 hari sebanyak 11
responden (73,3%). Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian bubur tempe
terhadap tingkat kesembuhan diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedung Mundu Kota Semarang (p value masing-masing untuk frekwensi diare
dan lama diare sebesar 0,000 <0,05).
1
Sri Lestariningsih: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas
Muhammadiyah Semarang
2.
Ns. Dera Alfiyanti: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Anak Fakultas
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
3.
Sufiati Bintanah: Dosen Kelompok Gizi Fakultas Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
10
KEPUSTAKAAN
Dinkes. 2012. Profil kesehatan kota semarang 2011. Semarang. 2012 Available
from : URL : HIPERLINK :
http://dinkeskotasemarang.files.wordpress.com/2012/07/ profil-
kesehatan-kota-semarang-2011.pdf
Hasan , R . 2007 . Buku Kuliah : Ilmu Kesehatan Anak I . Jakarta Penerbit Ilmu
Kesehatan Anak . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11
PERNYATAAN PERSETUJUAN MANUSCRIPT
DENGAN JUDUL
Pembimbing I
Pembimbing II