Anda di halaman 1dari 5

Vol. 3 No.

1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 51-55

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA
KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 PADANG
Viona Amelia1), Edwin Musdi2), Nonong Amalita3)
1)
FMIPA UNP, e-mail: M3lly_elf@yahoo.com
2,3)
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP

Abstract

Reasoning is really important in mathematical learning because reasoning will influence the pupil in material
comprehension and learning process outcome. Unfortunately the pupil of class XI IPA 1 in Senior High School Number
3 in Padang rarely solve the problem about proving problem that usually using reasoning in solving that problem. It
will give impact to the learning process outcome and student reasoning. This is happen because the learning strategy
that using by teacher doesnt make the way of pupil thinking optimal and the activity of pupil in learning process still
passive. Therefore solution to that problem is using the metacognition strategy that will optimize the way of pupil
thinking especially on reasoning activity. This research show that the pupil reasoning increase after using strategy
Metacognition in learning process.

Keywords mathematical reasoning, metacognition strategy

PENDAHULUAN pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran


sebelumnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang Untuk menunjukkan suatu penalaran dalam
berkembang menuntut sumber daya manusia yang mampu matematika bahan ajar yang dapat diolah adalah
mencerna ideide baru, menyesuaikan diri terhadap menyelesaikan soal cerita[3]. Proses penalaran siswa
lingkungan, dan mampu mengatasi masalah yang dapat dilihat sewaktu siswa mengerjakan soal cerita.
ditimbulkan oleh perubahan itu di dalam kehidupan. Oleh Selain itu, penalaran siswa dapat juga dilihat sewaktu
karena itu, dibutuhkan penguasaan matematika untuk siswa mengerjakan soal pembuktian yang biasanya soal
menciptakan sumber daya manusia yang mampu pembuktian adalah soal penalaran.
menghadapi sekaligus mendorong perkembangan ilmu Begitu pentingnya peran penalaran dalam
pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran pembelajaran matematika sehingga perlu diberikan
matematika. Pembelajaran matematika yang diberikan perhatian khusus terhadap penalaran. Namun sayangnya,
kepada peserta didik mulai dari jenjang sekolah dasar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang tidak
sampai jenjang pendidikan menengah diharapkan dapat memberikan perhatian khusus terhadap penalaran. Jika
membekali siswa dengan kemampuan penalaran. siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang diberikan
Penalaran itu sendiri diartikan sebagai aktivitas soal pembuktian dan soal itungan, siswa ini lebih memilih
berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau proses mengerjakan soal itungan daripada mengerjakan soal yang
berpikir dalam rangka membuat suatu pernyataan baru membuktian. Selain itu, siswa ini juga tidak melakukan
yang berdasar pada pernyataan yang kebenarannya telah evaluasi terhadap apa yang telah mereka pelajari.
dibuktikan atau diasumsikan[1]. Menurut Tinggih Kesulitan yang mereka alami selama pembelajaran tidak
penalaran atau proses berpikir siswa sangat penting dalam mereka atasi sehingga ini berdampak dengan kemampuan
matematika, karena matematika merupakan ilmu mereka dalam memahami materi selanjutnya. Data ini
pengetahuan yang diperoleh melalui bernalar[2]. Hal diperoleh dari informasi yang diberikan oleh guru serta
senada juga dikatakan oleh Rusefendi bahwa matematika observasi yang dilakukan peneliti saat peneliti
terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang mengadakan praktek lapangan di SMA Negeri 3 Padang.
berhubungan dengan ide, proses dan penalaran[2]. Hal ini Aktivitas siswa yang seperti ini berdampak terhadap hasil
menunjukkan bahwa dalam matematika sangat dibutuhkan belajar siswa. Hal ini terlihat saat diadakan Ujian Tengah
penalaran. Semester, siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang
Penalaran dalam matematika ada dua, yaitu penalaran yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014 banyak yang
induktif dan penalaran deduktif. Namun dalam tidak tuntas. Siswa ini tidak memenuhi Kriteria
matematika, penalaran deduktif menjadi unsur utama Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah
pekerjaan matematika. Penalaran deduktif bekerja atas yaitu 80. Selain itu, aktivitas siswa cenderung pasif dalam
dasar asumsi, yaitu kebenaran suatu konsep atau pembelajaran. Kebanyakan siswa tidak bertanya saat tidak

51
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 51-55

mengerti dan biasanya yang tampil menyampaikan ide Strategi metakognitif yang diterapkan dalam
hanya ituitu saja orangnya. pembelajaran matematika memberikan siswa kesempatan
Untuk itu, diperlukan suatu upaya untuk mengatasi untuk melaksanakan kegiatan metakognitif yaitu
masalah ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah merencanakan, mengontrol, dan merefleksi
dengan menggunakan strategi Metakognitif. Strategi (mengevaluasi) seluruh proses kognitif (berpikir) yang
Metakognitif merujuk kepada cara untuk meningkatkan terjadi selama pembelajaran. Siswa akan melakukan
kesadaran mengenai proses berpikir siswa[2]. perencanaan yang akan dilakukan agar memahami materi
Meningkatnya kesadaran mengenai proses berpikir siswa yang akan dipelajari, mengidentifikasi strategi yang tepat
akan berdampak pada aktivitas berpikir siswa untuk dan mengarahkan bagaimana memulai pembelajaran.
menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir dalam Setelah merencanakan, siswa akan memonitor setiap
rangka membuat suatu penyataan baru yang benar langkah yang mereka lakukan dalam pembelajaran,
berdasar pada pernyataan yang kebenarannya sudah mengoreksi kesalahan, dan menemukan strategi yang
dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. tepat. Pada tahap akhir siswa akan melakukan evaluasi
Secara etimologis, istilah metakognisi berasal dari kata tentang materi yang sudah dipahami dan yang belum
meta dan kognisi. Istilah meta berasal dari bahasa Yunani dipahami.
yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan Tahaptahap yang dilakukan siswa dalam strategi
(after, beyond, with, adjacent) adalah suatu prefik yang metakognitif akan berdampak dalam kemampuan
digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan pada pemahaman siswa terhadap materi, karena metakognitif
suatu abstraksi dari suatu konsep[4]. Secara umum memfasilitasi siwa untuk mengontrol pikirannya. Siswa
kognisi diartikan sebagai apa yang diketahui serta yang memiliki pemahaman terhadap materi akan memiliki
dipikirkan orang. kemampuan penalaran, karena materi matematika
Menurut Suherman [2], metakognisi adalah suatu kata dipahami melalui penalaran dan penalaran dilatihkan
yang berkaitan dengan apa yang dia ketahui tentang melalui belajar matematika.
dirinya sebagai individu yang belajar dan bagaimana dia Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1)
mengontrol serta menyesuaikan prilakunya. Sedangkan Bagaimana aktivitas siswa selama digunakan strategi
menurut[5] menyatakan bahwa Metakognisi Metakognitif pada pembelajaran matematika kelas XI
berhubungan dengan berpikir siswa tentang berpikir IPA 1 SMA Negeri 3 padang. (2) Bagaimana kemampuan
mereka sendiri dan kemampuan menggunakan strategi penalaran matematis siswa setelah diterapkan strategi
strategi belajar tertentu dengan tepat. Dengan demikian metakognitif dalam pembelajaran matematika kelas XI
strategi metakognitif adalah bagian dari proses kognitif, IPA 1 SMA Negeri 3 Padang. Sejalan dengan rumusan
dimana orang yang memiliki kemampuan ini adalah orang masalah tersebut maka tujuan artikel ini adalah untuk
yang mempunyai pengetahuan dan kontrol terhadap mengaji atau menganalisis implementasi strategi
proses berpikir dan belajarnya. Metakognitif terhadap aktivitas belajar siswa dan
Perkembangan metakognisi dapat diupayakan melalui kemampuan penalaran matematis siswa kelas XI IPA 1
cara dimana anak dituntut untuk mengobservasi apa yang SMA Negeri 3 Padang.
mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk merefleksi Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi guru sebagai
tentang apa yang diobservasi [2]. Selain itu, siswa dapat bahan pertimbangan dalam melakukan upaya peningkatan
mengembangkan serta melatihkan kemampuan kualitas siswa, khususnya dalam mengembangkan
metakognisi yang dimilikinya melalui list monitor yang kemampuan penalaran matematis siswa.
berisikan langkah pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa. METODE PENELITIAN
Upaya yang dilakukan oleh guru sendiri adalah dengan
menerapkan strategi metakognitif yang terdiri dari 3 tahap Penelitian yang digunakan adalah penelitian pra
yaitu [6]: 1) tahap perencanaan, guru menjelaskan tujuan eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
mengenai topik yang sedang dipelajari, penanaman The One Shot Case Study, yaitu penelitian yang
konsep berlangsung dengan pertanyaanpertanyaan yang dilakukan pada suatu kelompok yang diberikan perlakuan
diberikan oleh guru. 2) Tahap pemantauan, siswa bekerja tertentu. Teknik pengambilan sampel adalah purposive
mandiri untuk menyelesaikan soalsoal latihan yang sampling dengan subjek penelitian ini adalah kelas XI
diberikan. Guru memberikan umpan balik yang bersifat IPA 1 SMA Negeri 3 Padang. Pemilihan lokal ini
metakognitif secara individual, berkeliling memandu berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru dan hasil
siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika. 3) ujian siswa. Siswa Kelas XI IPA 1 ini sering tidak
Tahap evaluasi yang dilakukan oleh guru/siswa, evaluasi mengerjakan soal yang membutuhkan pembuktian, siswa
dari guru mengarah pada pemantapan dan aplikasi yang ini lebih menyukai soal itungan. Selain itu, masih banyak
lebih luas. Sedangkan evaluasi dari siswa lebih kepada siswa yang tidak tuntas dalam ujian tengah semester dan
apa yang telah dipahami dari pembelajaran serta nilai terendah dari hasil ujian tengah semester ini berada
kemungkinan aplikasi masalah yang lebih luas. Membuat di kelas ini. Oleh karena itu, peneliti meneliti kelas ini
rekapitulasi yang dilakukan di kelas dengan menjawab dengan kriteria dan tujuan yang ingin dicapai yaitu
pertanyaan yang diberikan oleh guru. mengenai aktivitas dan penalaran matematis siswa.

52
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 51-55

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel pertemuan terdapat siswa melakukan aktivitas yang sama
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam maka hanya dihitung satu kali.
penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran yang Kuis digunakan sebagai instrumen penelitian yang
menggunakan strategi metakognitif sedangkan variabel bertujuan untuk melihat perkembangan kemampuan
terikatnya adalah aktivitas belajar dan kemampuan penalaran matematis siswa selama diterapkannya strategi
penalaran matematis siswa. Data dalam penelitian ini Metakognitif. Kuis yang diberikan pada penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam sebanyak empat kali dan masing masing kuis
penelitian ini adalah aktivitas belajar dan kemampuan mengandung soal penalaran.
penalaran matematis siswa setelah dilakukan Instrumen terakhir yang digunakan adalah tes akhir
pembelajaran dengan menggunakan strategi metakognitif. yang berupa essay yang diberikan di akhir penelitian.
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah Materinya mencakup satu pokok bahasan Trigonometri.
jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini. Sebelum tes akhir diberikan terlebih dahulu tes
Prosedur penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahap diujicobakan pada sekolah lain yang memiliki
yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. kemampuan rata rata yang hampir sama dengan kelas
Pada tahap persiapan, peneliti melakukan observasi ke sampel. Uji coba soal dilakukan di SMA Negeri 10 yang
SMA Negeri 3 Padang, menetapkan kelas sampel, memiliki KKM yang sama dengan kelas sampel. Setelah
mempersiapkan perangkat dan memvalidasi perangkat dilakukan uji coba diperoleh bahwa terdapat satu soal
pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan, peneliti yang harus diperbaiki dan diperoleh realibilitas tes akhir
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sebesar 0,44
telah disusun. Penelitian ini dilaksanakan selama enam Teknik analisis data yang didapatkan dari penelitian
pertemuan dan satu pertemuan untuk tes akhir. Kemudian ini diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif
pada tahap akhir, peneliti memberikan soal tes akhir pada berupa kemampuan penalaran matematis siswa yang
siswa dan menulis hasil penelitian. Instrumen dalam dapat dilihat dari kuis dan tes hasil belajar dan kemudian
penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa yang data ini diolah dengan perhitungan statistik. Sedangkan
diamati selama proses pembelajaran oleh seorang data kualitatif adalah berupa aktivitas siswa yang
observer, kuis, dan tes akhir. Lembar observasi yang akan diperoleh dari pengamatan yang dituliskan pada lembar
diamati tersebut dideskripsikan pada Tabel 1 berikut: observasi

TABEL 1. INDIKATOR AKTIVITAS HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis Aktivitas Indikator
Data hasil penelitian yang dideskripsikan berupa
Writing 1. Mengerjakan LKS yang diberikan oleh aktivitas siswa dan kemampuan penalaran matematis
Activities guru siswa selama diterapkan strategi Metakognitif dalam
2. Menulis jurnal berupa garis besar pembelajaran matematika. Data mengenai aktivitas siswa
materi yang dipahami oleh siswa selama penerapan strategi Metakognitif pada
dalam pembelajaran
pembelajaran matematika di kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Oral Activities 1. Berdiskusi dengan anggota kelompok
dan teman sekelas selama presentasi 3 Padang diperoleh melalui lembar observasi. Pengamatan
2. Siswa mengajukan pertanyaan (ketika dilakukan oleh salah satu guru Praktek Lapangan (PL) dan
fase guru menjelaskan pelajaran atau seorang guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 3
menanggapi pertanyaan teman) Padang dengan mencatat banyaknya siswa yang
3. Siswa menyampaikan ide terhadap melakukan aktivitas sesuai dengan indikator yang terdapat
penyelesaian soal pada lembar observasi. Data distribusi aktivitas belajar
4. Siswa menjawab pertanyaan yang
siswa dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
diberikan oleh guru

Lembar observasi yang digunakan akan menghasilkan Tabel 2. Distribusi Aktivitas Belajar Siswa
data kualitatif yang akan disajikan dalam bentuk
persentae. Rumus persentase yang digunakan adalah Aktivitas Pertemuan Ke-
Siswa I II III IV V VI
rumus yang dikemukakan oleh Sudjana [7]:
% % % % % %
A 96,67 100 100 100 100 100
B 96,67 100 93,33 96,55 96 100
C 86,67 90,63 93,33 96,55 100 100
Dimana P merupakan persentase jumlah siswa yang D 33,33 31,25 36,67 41,38 40 44,44
melakukan aktivitas, F merupakan banyak siswa yang E 33,33 37,5 50 48,28 52 51,85
melakukan aktivitas, dan N merupakan banyak siswa F 36,67 37,5 46,67 44,83 48 48,15
yang hadir. Penilaian aktivitas siswa dilakukan dengan Jumlah
30 32 30 29 25 27
mendeskripsikan persentase siswa yang melakukan Siswa
aktivitas pada setiap pertemuan. Apabila dalam satu

53
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 51-55

Keterangan: Aktivitas siswa selanjutnya adalah siswa mengajukan


A : Mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru pertanyaan baik ketika fase guru menjelaskan pelajaran
B: Menulis jurnal berupa garis besar materi yang atau menanggapi pertanyaan teman. Persentase aktivitas
dipahami oleh siswa dalam pembelajaran siswa mengajukan pertanyaan ini ada yang mengalami
C: Berdiskusi dengan anggota kelompok dan teman peningkatan dan ada yang mengalami penurunan. Siswa
sekelas banyak bertanya tentang penyelesaian soal dan penjelasan
D: Siswa mengajukan pertanyaan (ketika fase guru rumus yang akan dipakai. Pertanyaan banyak diajukan
menjelaskan pelajaran atau menanggapi pertanyaan saat pertemuan terakhir karena siswa akan mengikuti
teman) ulangan sehingga banyak siswa yang bertanya tentang
E: Siswa menyampaikan ide terhadap penyelesaian materi yang belum dipahami.
soal Aktivitas kelima yang diamati adalah aktivitas siswa
F: Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dalam menyampaikan ide terhadap penyelesaian soal.
guru Persentase aktivitas ini terendah pada pertemuan pertama
Pada Tabel 2 terlihat bahwa persentase aktivitas yang dan persentase tertinggi pada pertemuan kelima. Pada
dilakukan oleh siswa bervariasi dalam rentangan 31,25%- pertemuan kelima materi yang dipelajari adalah sub
100%. Persentase terendah terlihat pada aktivitas F yaitu bahasan Perkalian Sinus dan Kosinus. Awalnya siswa
ketika siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh tidak memahami memahami materi ini, tapi setelah
guru sedangkan persentase tertinggi terlihat pada aktivitas dijelaskan kembali dan diberikan contoh yang lebih siswa
A yaitu ketika siswa mengerjakan LKS yang diberikan mengerti dan mulai semangat menyelesaikan soal
oleh guru. Secara umum terlihat bahwa persentase Kemudian yang terakhir adalah aktivitas siswa
aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
strategi metakognitif cenderung meningkat, walaupun Pertanyaan yang diajukan disini biasanya seputar materi,
untuk beberapa aktivitas mengalami penurunan. materi yang sudah dipelajari, atau rumus yang sudah
Aktivitas pertama yang diamati adalah aktivitas siswa dipelajari. Aktivitas ini mencapai persentase tertinggi
dalam mengerjakan LKS. Persentase siswa mengerjakan pada pertemuan keenam
LKS mengalami peningkatan dimana persentase terendah Perkembangan penalaran matematis siswa dilihat dari
pada pertemuan pertama. Pada pertemuan pertama, ada kuis yang telah diberikan. Kuis yang diberikan selalu
siswa yang tidak mengerjkan LKS. Namun setelah mengandung soal penalaran sehingga kemampuan
diberikan peringatan dan teguran terhadap siswa, semua penalaran matematis siswa dapat dilihat dari setiap kuis
siswa mengerjakan LKS pada setiap pertemuan. Sehingga yang diaamati. Perkembangan penalaran matematis yang
dapat dilihat pada pertemuan kedua sampai pertemuan akan dideskripsikan dan dianalisis adalah perkembangan
keenam persentase aktivitas siswa dalam mengerjakan secara klasikal. Distribusi perolehan skor penalaran
LKS mencapi 100 %. matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Pada aktivitas siswa mengerjakan jurnal ada yang Tabel 3. Persentase Distribusi Skor Kuis
mengalami peningkatan dan ada yang mengalami Indikator Skor Kuis 1 Kuis 2 Kuis Kuis 4
penurunan pada setiap pertemuan. Ini dikarenakan jurnal (%) (%) 3 (%) (%)
diberikan pada akhir pertemuan sehingga bagi siswa yang 0 0 0 0 -
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam 1 6,25 3,333 0 -
mengerjakan LKS tidak sempat menyelesaikan jurnal A 2 18,75 13,33 13,8 -
yang telah diberikan. Jurnal yang dibuat oleh siswa ini 3 34,38 33,33 24,1 -
4 40,63 50 62,1 -
berfungsi untuk melihat sampai sejauh mana materi yang
Rata-rata Skor 77,34 82,5 87
sudah dipahami oleh siswa dan untuk melihat strategi apa
0 0 0 0 0
saja yang akan dilakukan oleh siswa dalam menghadapi 1 6,25 3,33 3,45 3,45
kesulitannya dalam memahami materi. Jurnal ini juga bisa B 2 25 26,67 10,3 6,89
dimanfaatkan oleh siswa sebagai refleksi diri. 3 31,25 23,33 41,4 31,03
Aktivitas siswa yang ketiga yaitu aktivitas siswa dalam 4 37,5 46,67 44,8 58,62
berdiskusi dengan anggota kelompok selama mengerjakan Rata-rata Skor 75 78,33 82 86,21
LKS. Aktivitas siswa ini mengalami peningkatan. Pada 0 0 0 0 0
pertemuan pertama sampai pertemuan keempat ada siswa 1 12,5 6,67 3,45 3,45
yang hanya menyalin punya teman kelompoknya. Namun C 2 21,88 16,67 17,2 10,34
pada pertemuan kelima dan keenam siswa semuanya 3 28,13 33,33 31 27,59
berdiskusi dengan teman anggota kelompok. Ini 4 37,5 43,33 48,3 58,62
disebabkan oleh tindakan guru dan observer yang selalu Rata-rata Skor 77,5 78,33 81 85,34
memantau kondisi kelas. Guru berkeliling untuk melihat Jumlah Siswa 32 30 29 29
apa yang sudah dikerjakan oleh kelompok. Guru Keterangan:
membimbing siswa jika siswa mengalami kesulitan dalam a : Kemampuan menyajikan pernyataan matematika
menyelesaikan masalah. secara lisan, tertulis, gambar dan diagram
b : Kemampuan melakukan manipulasi matematika

54
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 51-55

c : Kemampuan menyusun bukti, memberikan Tabel 7. Persentase Distribusi Skor Hasil Tes Akhir Siswa
alasan/bukti terhadap beberapa solusi Indi- Sk Soal
Pada tabel 3 di atas dapat terlihat bahwa secara kator or 1 (%) 2 (%) 3(%) 4 (%) 5a (%) 5b (%)
keseluruhan persentase siswa tertinggi terdapat pada skor A 0 0 15,63 - 9,38 - -
4 untuk masingmasing indikator pada setiap kuis. 1 6,25 0 - 9,38 - -
Persentase siswa yang memperoleh skor 4 untuk masing 2 25 3,13 - 15,63 - -
masing indikator pada setiap kuis cenderung mengalami 3 25 3,13 - 15,63 - -
peningkatan. Kemudian jika dilihat dari ratarata skor 4 46,88 81,25 - 59,38 - -
B 0 - 3,125 3,75 6,25 12,5 62,5
untuk masingmasing indikator, maka ratarata skor
1 - 18,75 0 6,25 0 9,38
siswa untuk masingmasing indikator mengalami
2 - 31,25 15,63 31,25 15,63 6,25
peningkatan pada setiap kuis. Ini berarti bahwa 3 - 9,38 9,38 21,88 15,63 3,13
kemampuan penalaran matematis siswa meningkat pada 4 - 37,5 37,5 34,38 56,25 18,75
setiap diadakan kuis. C 0 0 - 37,5 - - -
Berdasarkan rata-rata nilai kuis siswa pada setiap 1 0 - 0 - - -
diadakannya kuis dapat juga terlihat perkembangan 2 28,13 - 12,5 - - -
kemampuan penalaran matematis siswa. Data ratarata 3 53,13 - 15,63 - - -
kuis siswa dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: 4 18,75 - 34.38 - - -
Jumlah 32
Tabel 4. Rata-rata Nilai Kuis Siswa Siswa
Kuis 1 2 3 4 Keterangan:
Indikator a,b,c a,b,c a,b,c b,c a : Kemampuan menyajikan pernyataan matematika
Rata-rata 75 79,72 83,33 87,78 secara lisan, tertulis, gambar dan diagram
b : Kemampuan melakukan manipulasi matematika
Pada Tabel 4 di atas terlihat bahwa rata-rata nilai kuis c : Kemampuan menyusun bukti, memberikan
siswa dari kuis pertama sampai ketiga mengalami alasan/bukti terhadap beberapa solusi
peningkatan. Peningkatan ratarata nilai kuis siswa dapat Berdasarkan pada Tabel 7 di atas, terlihat bahwa
diartikan sebagai peningkatan kemampuan penalaran secara umum persentase siswa lebih banyak memperoleh
matematis siswa karena setiap kuis mengandung soal skor 3 dan 4. Ini berarti lebih banyak siswa yang mampu
penalaran. Kemudian persentase ketuntasan siswa dalam menyelesaikan soal penalaran walaupun ada yang belum
mengikuti kuis juga mengalami peningkatan yang dapat lengkap.
dilihat pada tabel 5 berikut:
SIMPULAN
Tabel 5. Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas pada Kuis Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah
Kuis 1 2 3 4 dikemukakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Siswa yang 50 53,33 72,41 72,41 1. Pada penerapan strategi Metakognitif di kelas XI IPA
Tuntas (%) 1 SMA Negeri 3 Padang mendorong siswa untuk lebih
Jumlah Siswa 32 30 29 29 aktif selama pembelajaran sehingga aktivitas siswa
cenderung meningkat
Tes akhir yang memuat indikator penalaran dapat 2. Pembelajaran matematika dengan strategi
menggambarkan kemampuan penalaran matematis siswa. metakognitif pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3
Hasil analisis data tes akhir dapat dilihat pada Tabel 6 Padang selama penelitian mengalami peningkatan
untuk masing-masing indikator yang diteliti.
berikut:
REFERENSI
Tabel 6. Hasil Analisis Data Tes Akhir [1] Fajar Shadiq. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan
N X S < 80 Komunikasi. Yogyakarta: Depdiknas.
(%) (%) [2] Erman Suherman & dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika
32 65, 28 19,8 100 33 78,13 21,87 Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
[3] Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 32 orang [4] Wikipedia, Free Encyclopedia, 2012
siswa yang mengikuti tes akhir belajar, dinyatakan bahwa [5] Schoenfeld, A. (1987). Metacognition Learning and Mathematics.
[Online]. Tersedia: http://mathforum.org/~sarah/Discussion.
21,87 % siswa telah mencapai ketuntasan dalam pokok Sessions/schoenfeld.html.
bahasan Trigonometri, sedangkan 78,12% lainnya belum [6] Abdul Muin. 2006. Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan
mencapai ketuntasan.Persentase distribusi hasil tes akhir Kemampuan Matematika Siswa SMA (ALgoritma, vol 2). Jakarta :
dapat dilihat pada Tabel 7 berikut: Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah.
[7] Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

55

Anda mungkin juga menyukai