1220-2623-1-Smpenerapan Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan 2017
1220-2623-1-Smpenerapan Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan 2017
Abstract
Reasoning is really important in mathematical learning because reasoning will influence the pupil in material
comprehension and learning process outcome. Unfortunately the pupil of class XI IPA 1 in Senior High School Number
3 in Padang rarely solve the problem about proving problem that usually using reasoning in solving that problem. It
will give impact to the learning process outcome and student reasoning. This is happen because the learning strategy
that using by teacher doesnt make the way of pupil thinking optimal and the activity of pupil in learning process still
passive. Therefore solution to that problem is using the metacognition strategy that will optimize the way of pupil
thinking especially on reasoning activity. This research show that the pupil reasoning increase after using strategy
Metacognition in learning process.
51
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 51-55
mengerti dan biasanya yang tampil menyampaikan ide Strategi metakognitif yang diterapkan dalam
hanya ituitu saja orangnya. pembelajaran matematika memberikan siswa kesempatan
Untuk itu, diperlukan suatu upaya untuk mengatasi untuk melaksanakan kegiatan metakognitif yaitu
masalah ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah merencanakan, mengontrol, dan merefleksi
dengan menggunakan strategi Metakognitif. Strategi (mengevaluasi) seluruh proses kognitif (berpikir) yang
Metakognitif merujuk kepada cara untuk meningkatkan terjadi selama pembelajaran. Siswa akan melakukan
kesadaran mengenai proses berpikir siswa[2]. perencanaan yang akan dilakukan agar memahami materi
Meningkatnya kesadaran mengenai proses berpikir siswa yang akan dipelajari, mengidentifikasi strategi yang tepat
akan berdampak pada aktivitas berpikir siswa untuk dan mengarahkan bagaimana memulai pembelajaran.
menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir dalam Setelah merencanakan, siswa akan memonitor setiap
rangka membuat suatu penyataan baru yang benar langkah yang mereka lakukan dalam pembelajaran,
berdasar pada pernyataan yang kebenarannya sudah mengoreksi kesalahan, dan menemukan strategi yang
dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. tepat. Pada tahap akhir siswa akan melakukan evaluasi
Secara etimologis, istilah metakognisi berasal dari kata tentang materi yang sudah dipahami dan yang belum
meta dan kognisi. Istilah meta berasal dari bahasa Yunani dipahami.
yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan Tahaptahap yang dilakukan siswa dalam strategi
(after, beyond, with, adjacent) adalah suatu prefik yang metakognitif akan berdampak dalam kemampuan
digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan pada pemahaman siswa terhadap materi, karena metakognitif
suatu abstraksi dari suatu konsep[4]. Secara umum memfasilitasi siwa untuk mengontrol pikirannya. Siswa
kognisi diartikan sebagai apa yang diketahui serta yang memiliki pemahaman terhadap materi akan memiliki
dipikirkan orang. kemampuan penalaran, karena materi matematika
Menurut Suherman [2], metakognisi adalah suatu kata dipahami melalui penalaran dan penalaran dilatihkan
yang berkaitan dengan apa yang dia ketahui tentang melalui belajar matematika.
dirinya sebagai individu yang belajar dan bagaimana dia Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1)
mengontrol serta menyesuaikan prilakunya. Sedangkan Bagaimana aktivitas siswa selama digunakan strategi
menurut[5] menyatakan bahwa Metakognisi Metakognitif pada pembelajaran matematika kelas XI
berhubungan dengan berpikir siswa tentang berpikir IPA 1 SMA Negeri 3 padang. (2) Bagaimana kemampuan
mereka sendiri dan kemampuan menggunakan strategi penalaran matematis siswa setelah diterapkan strategi
strategi belajar tertentu dengan tepat. Dengan demikian metakognitif dalam pembelajaran matematika kelas XI
strategi metakognitif adalah bagian dari proses kognitif, IPA 1 SMA Negeri 3 Padang. Sejalan dengan rumusan
dimana orang yang memiliki kemampuan ini adalah orang masalah tersebut maka tujuan artikel ini adalah untuk
yang mempunyai pengetahuan dan kontrol terhadap mengaji atau menganalisis implementasi strategi
proses berpikir dan belajarnya. Metakognitif terhadap aktivitas belajar siswa dan
Perkembangan metakognisi dapat diupayakan melalui kemampuan penalaran matematis siswa kelas XI IPA 1
cara dimana anak dituntut untuk mengobservasi apa yang SMA Negeri 3 Padang.
mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk merefleksi Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi guru sebagai
tentang apa yang diobservasi [2]. Selain itu, siswa dapat bahan pertimbangan dalam melakukan upaya peningkatan
mengembangkan serta melatihkan kemampuan kualitas siswa, khususnya dalam mengembangkan
metakognisi yang dimilikinya melalui list monitor yang kemampuan penalaran matematis siswa.
berisikan langkah pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa. METODE PENELITIAN
Upaya yang dilakukan oleh guru sendiri adalah dengan
menerapkan strategi metakognitif yang terdiri dari 3 tahap Penelitian yang digunakan adalah penelitian pra
yaitu [6]: 1) tahap perencanaan, guru menjelaskan tujuan eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
mengenai topik yang sedang dipelajari, penanaman The One Shot Case Study, yaitu penelitian yang
konsep berlangsung dengan pertanyaanpertanyaan yang dilakukan pada suatu kelompok yang diberikan perlakuan
diberikan oleh guru. 2) Tahap pemantauan, siswa bekerja tertentu. Teknik pengambilan sampel adalah purposive
mandiri untuk menyelesaikan soalsoal latihan yang sampling dengan subjek penelitian ini adalah kelas XI
diberikan. Guru memberikan umpan balik yang bersifat IPA 1 SMA Negeri 3 Padang. Pemilihan lokal ini
metakognitif secara individual, berkeliling memandu berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru dan hasil
siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika. 3) ujian siswa. Siswa Kelas XI IPA 1 ini sering tidak
Tahap evaluasi yang dilakukan oleh guru/siswa, evaluasi mengerjakan soal yang membutuhkan pembuktian, siswa
dari guru mengarah pada pemantapan dan aplikasi yang ini lebih menyukai soal itungan. Selain itu, masih banyak
lebih luas. Sedangkan evaluasi dari siswa lebih kepada siswa yang tidak tuntas dalam ujian tengah semester dan
apa yang telah dipahami dari pembelajaran serta nilai terendah dari hasil ujian tengah semester ini berada
kemungkinan aplikasi masalah yang lebih luas. Membuat di kelas ini. Oleh karena itu, peneliti meneliti kelas ini
rekapitulasi yang dilakukan di kelas dengan menjawab dengan kriteria dan tujuan yang ingin dicapai yaitu
pertanyaan yang diberikan oleh guru. mengenai aktivitas dan penalaran matematis siswa.
52
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 51-55
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel pertemuan terdapat siswa melakukan aktivitas yang sama
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam maka hanya dihitung satu kali.
penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran yang Kuis digunakan sebagai instrumen penelitian yang
menggunakan strategi metakognitif sedangkan variabel bertujuan untuk melihat perkembangan kemampuan
terikatnya adalah aktivitas belajar dan kemampuan penalaran matematis siswa selama diterapkannya strategi
penalaran matematis siswa. Data dalam penelitian ini Metakognitif. Kuis yang diberikan pada penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam sebanyak empat kali dan masing masing kuis
penelitian ini adalah aktivitas belajar dan kemampuan mengandung soal penalaran.
penalaran matematis siswa setelah dilakukan Instrumen terakhir yang digunakan adalah tes akhir
pembelajaran dengan menggunakan strategi metakognitif. yang berupa essay yang diberikan di akhir penelitian.
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah Materinya mencakup satu pokok bahasan Trigonometri.
jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini. Sebelum tes akhir diberikan terlebih dahulu tes
Prosedur penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahap diujicobakan pada sekolah lain yang memiliki
yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. kemampuan rata rata yang hampir sama dengan kelas
Pada tahap persiapan, peneliti melakukan observasi ke sampel. Uji coba soal dilakukan di SMA Negeri 10 yang
SMA Negeri 3 Padang, menetapkan kelas sampel, memiliki KKM yang sama dengan kelas sampel. Setelah
mempersiapkan perangkat dan memvalidasi perangkat dilakukan uji coba diperoleh bahwa terdapat satu soal
pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan, peneliti yang harus diperbaiki dan diperoleh realibilitas tes akhir
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sebesar 0,44
telah disusun. Penelitian ini dilaksanakan selama enam Teknik analisis data yang didapatkan dari penelitian
pertemuan dan satu pertemuan untuk tes akhir. Kemudian ini diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif
pada tahap akhir, peneliti memberikan soal tes akhir pada berupa kemampuan penalaran matematis siswa yang
siswa dan menulis hasil penelitian. Instrumen dalam dapat dilihat dari kuis dan tes hasil belajar dan kemudian
penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa yang data ini diolah dengan perhitungan statistik. Sedangkan
diamati selama proses pembelajaran oleh seorang data kualitatif adalah berupa aktivitas siswa yang
observer, kuis, dan tes akhir. Lembar observasi yang akan diperoleh dari pengamatan yang dituliskan pada lembar
diamati tersebut dideskripsikan pada Tabel 1 berikut: observasi
Lembar observasi yang digunakan akan menghasilkan Tabel 2. Distribusi Aktivitas Belajar Siswa
data kualitatif yang akan disajikan dalam bentuk
persentae. Rumus persentase yang digunakan adalah Aktivitas Pertemuan Ke-
Siswa I II III IV V VI
rumus yang dikemukakan oleh Sudjana [7]:
% % % % % %
A 96,67 100 100 100 100 100
B 96,67 100 93,33 96,55 96 100
C 86,67 90,63 93,33 96,55 100 100
Dimana P merupakan persentase jumlah siswa yang D 33,33 31,25 36,67 41,38 40 44,44
melakukan aktivitas, F merupakan banyak siswa yang E 33,33 37,5 50 48,28 52 51,85
melakukan aktivitas, dan N merupakan banyak siswa F 36,67 37,5 46,67 44,83 48 48,15
yang hadir. Penilaian aktivitas siswa dilakukan dengan Jumlah
30 32 30 29 25 27
mendeskripsikan persentase siswa yang melakukan Siswa
aktivitas pada setiap pertemuan. Apabila dalam satu
53
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 51-55
54
Vol. 3 No. 1 (2014) Jurnal Pendidikan Matematika : Part 2 Hal 51-55
c : Kemampuan menyusun bukti, memberikan Tabel 7. Persentase Distribusi Skor Hasil Tes Akhir Siswa
alasan/bukti terhadap beberapa solusi Indi- Sk Soal
Pada tabel 3 di atas dapat terlihat bahwa secara kator or 1 (%) 2 (%) 3(%) 4 (%) 5a (%) 5b (%)
keseluruhan persentase siswa tertinggi terdapat pada skor A 0 0 15,63 - 9,38 - -
4 untuk masingmasing indikator pada setiap kuis. 1 6,25 0 - 9,38 - -
Persentase siswa yang memperoleh skor 4 untuk masing 2 25 3,13 - 15,63 - -
masing indikator pada setiap kuis cenderung mengalami 3 25 3,13 - 15,63 - -
peningkatan. Kemudian jika dilihat dari ratarata skor 4 46,88 81,25 - 59,38 - -
B 0 - 3,125 3,75 6,25 12,5 62,5
untuk masingmasing indikator, maka ratarata skor
1 - 18,75 0 6,25 0 9,38
siswa untuk masingmasing indikator mengalami
2 - 31,25 15,63 31,25 15,63 6,25
peningkatan pada setiap kuis. Ini berarti bahwa 3 - 9,38 9,38 21,88 15,63 3,13
kemampuan penalaran matematis siswa meningkat pada 4 - 37,5 37,5 34,38 56,25 18,75
setiap diadakan kuis. C 0 0 - 37,5 - - -
Berdasarkan rata-rata nilai kuis siswa pada setiap 1 0 - 0 - - -
diadakannya kuis dapat juga terlihat perkembangan 2 28,13 - 12,5 - - -
kemampuan penalaran matematis siswa. Data ratarata 3 53,13 - 15,63 - - -
kuis siswa dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: 4 18,75 - 34.38 - - -
Jumlah 32
Tabel 4. Rata-rata Nilai Kuis Siswa Siswa
Kuis 1 2 3 4 Keterangan:
Indikator a,b,c a,b,c a,b,c b,c a : Kemampuan menyajikan pernyataan matematika
Rata-rata 75 79,72 83,33 87,78 secara lisan, tertulis, gambar dan diagram
b : Kemampuan melakukan manipulasi matematika
Pada Tabel 4 di atas terlihat bahwa rata-rata nilai kuis c : Kemampuan menyusun bukti, memberikan
siswa dari kuis pertama sampai ketiga mengalami alasan/bukti terhadap beberapa solusi
peningkatan. Peningkatan ratarata nilai kuis siswa dapat Berdasarkan pada Tabel 7 di atas, terlihat bahwa
diartikan sebagai peningkatan kemampuan penalaran secara umum persentase siswa lebih banyak memperoleh
matematis siswa karena setiap kuis mengandung soal skor 3 dan 4. Ini berarti lebih banyak siswa yang mampu
penalaran. Kemudian persentase ketuntasan siswa dalam menyelesaikan soal penalaran walaupun ada yang belum
mengikuti kuis juga mengalami peningkatan yang dapat lengkap.
dilihat pada tabel 5 berikut:
SIMPULAN
Tabel 5. Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas pada Kuis Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah
Kuis 1 2 3 4 dikemukakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Siswa yang 50 53,33 72,41 72,41 1. Pada penerapan strategi Metakognitif di kelas XI IPA
Tuntas (%) 1 SMA Negeri 3 Padang mendorong siswa untuk lebih
Jumlah Siswa 32 30 29 29 aktif selama pembelajaran sehingga aktivitas siswa
cenderung meningkat
Tes akhir yang memuat indikator penalaran dapat 2. Pembelajaran matematika dengan strategi
menggambarkan kemampuan penalaran matematis siswa. metakognitif pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3
Hasil analisis data tes akhir dapat dilihat pada Tabel 6 Padang selama penelitian mengalami peningkatan
untuk masing-masing indikator yang diteliti.
berikut:
REFERENSI
Tabel 6. Hasil Analisis Data Tes Akhir [1] Fajar Shadiq. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan
N X S < 80 Komunikasi. Yogyakarta: Depdiknas.
(%) (%) [2] Erman Suherman & dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika
32 65, 28 19,8 100 33 78,13 21,87 Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
[3] Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 32 orang [4] Wikipedia, Free Encyclopedia, 2012
siswa yang mengikuti tes akhir belajar, dinyatakan bahwa [5] Schoenfeld, A. (1987). Metacognition Learning and Mathematics.
[Online]. Tersedia: http://mathforum.org/~sarah/Discussion.
21,87 % siswa telah mencapai ketuntasan dalam pokok Sessions/schoenfeld.html.
bahasan Trigonometri, sedangkan 78,12% lainnya belum [6] Abdul Muin. 2006. Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan
mencapai ketuntasan.Persentase distribusi hasil tes akhir Kemampuan Matematika Siswa SMA (ALgoritma, vol 2). Jakarta :
dapat dilihat pada Tabel 7 berikut: Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah.
[7] Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
55