DISUSUN OLEH :
ANGGI NOVIYANTI
NIM P.12 067
i
PENERAPAN TERAPI MADU TERHADAP DEFEKASI PADA ASUHAN
KEPERAWATAN An. S DENGAN DIARE AKUT DI RUANG MELATI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
ANGGI NOVIYANTI
NIM P.12 067
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul Penerapan Terapi Madu Terhadap Defekasi pada
Asuhan Keperawatan An. S dengan Diare Akut di Ruang Melati Di Rumah Sakit
Umum Daerah Karanganyar.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Ns. Atiek Murharyati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIII
keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani, S.Kep., M.Kep. selaku Sekretaris Program Studi DIII
keperawatan dan selaku penguji 1 yang telah memberikan kesempatan untuk
dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta, membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan serta inspirasi demi sempurnanya
Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ns. Amalia Senja, S.Kep. selaku dosen pembimbing yang memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ns. Intan Maharani S. Batubara, S.Kep. selaku penguji 2 yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orang tua kami, Ibu Sukiyati dan Bapak Manto Wiyono yang selalu
menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
v
7. Kakak dan saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat dan dukungan
untuk menyelesaikan tugas akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................. 5
C. Manfaat Penulisan ................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ...................................................................... 8
1. Konsep Penyakit ........................................................... 8
a. Definisi diare .......................................................... 8
b. Etilologi diare......................................................... 9
c. Klasifikasi diare ..................................................... 10
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi diare ............... 11
e. Kondisi yang menyebabkan diare .......................... 14
f. Patofisiologi diare .................................................. 15
g. Pathways ................................................................ 17
h. Manifestasi klinis ................................................... 18
i. Pemeriksaan diagnostik ......................................... 19
j. Penatalaksanaan diare akut .................................... 19
k. Penatalaksanaan terapeutik .................................... 22
vii
l. Tanggung jawab keperawatan dalam penatalaksanaan
diare........................................................................ 22
2. Asuhan keperawatan pada diare akut ............................ 23
a. Pengkajian .............................................................. 23
b. Diagnosa keperawatan menurut Suriadi ................ 28
c. Diagnosa keperawatan menurut Herdman ............. 28
d. Perencanaan menurut Suriadi ................................ 29
e. Perencanaan menurut Wilkinson ........................... 30
f. Perencanaan pemulangan menurut Suriadi ............ 35
3. Defekasi ........................................................................ 35
a. Pengertian .............................................................. 35
b. Karakteristik ........................................................... 36
c. Pola defekasi .......................................................... 36
d. Pencernaan normal dan eliminasi .......................... 37
e. Faktor yang mempengaruhi defekasi ..................... 39
f. Masalah defekasi yang umum ................................ 40
4. Madu ............................................................................. 41
a. Komposisi dan produksi madu............................... 41
b. Aktivitas antimikroba madu ................................... 42
c. Madu sebagai pengganti gula dalam oralit ............ 44
d. Manfaat madu ........................................................ 45
B. Kerangka Teori..................................................................... 46
C. Kerangka Konsep ................................................................. 47
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset ........................................................... 48
B. Tempat dan Waktu ............................................................... 48
C. Media atau alat yang digunakan ........................................... 48
D. Prosedur Tindakan berdasarkan aplikasi riset ...................... 49
E. Alat ukur evaluasi tindakan berdasarkan aplikasi riset ........ 49
viii
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ...................................................................... 50
B. Pengkajian ............................................................................ 50
C. Perumusan Masalah Keperawatan ....................................... 54
D. Perencanaan.......................................................................... 55
E. Implementasi ........................................................................ 57
F. Evaluasi ................................................................................ 62
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................ 67
B. Diagnosa Keperawatan......................................................... 74
C. Intervensi .............................................................................. 78
D. Implementasi ........................................................................ 80
E. Evaluasi ................................................................................ 86
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 90
B. Saran ..................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
saat ini. Anak yang sehat merupakan dambaan dari semua orang tua, namun
tidak semua anak dengan kondisi sehat. Gangguan kesehatan yang terjadi
pencernaan yang sering terjadi pada anak adalah diare. Diare adalah penyakit
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya, yaitu 3 kali
atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai muntah atau tinja yang
berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada balita, terutama pada 3
tahun kehidupan, dimana seorang anak dapat mengalami 1-3 episode diare
1
2
kejadian sakit dan 3-5 juta kematian tiap tahunnya. Di Amerika Serikat, 20-
35 juta kejadian diare terjadi setiap tahun. Pada 16,5 juta anak penderita diare
bahwa setiap 30 detik, satu balita meninggal akibat diare (Depkes 2003 dalam
Rahmi 2014).
2010 dalam Rahmi 2014). Pada negara berkembang, salah satunya Indonesia
menjadi salah satu negara dengan tingkat kejadian diare yang cukup tinggi,
Insidensi di Jawa Tengah pada tahun 2004 11,1 per 1000 penduduk
(program PD) pada pelita VI menekan angka kesakitan, angka kematian serta
diharapkan angka kematian saat KLB di lapangan tidak lebih dari 1,5 % dan
pada tahun 2014 penyakit diare akut adalah 597 orang, yang telah dirawat
inap di RSUD tersebut. Dari ruang melati tempat penulis melakukan tindakan
mempunyai catatan pada tahun 2014 penyakit diare akut adalah 480 orang
Freud, bayi berada pada fase oral dimana kepuasan anak ada pada daerah
tahapan anak toddler, anak berada pada fase anal dimana fase ini
untuk melakukan buang air besar di toilet atau jamban yang benar, kebiasaan
anak buang air besar di sembarang tempat dan diarea terbuka seperti di got
Pada usia toddler anak sangat aktif dan lebih rentan terhadap
berhubungan dengan pola makan, Anak biasanya mulai bosan dengan menu
makanan atau jajanan dari luar rumah yang belum tentu terjamin
0.01), hal ini dimungkinkan oleh karena rasa oralit madu yang lebih enak
dibanding oralit WHO (Sudigbia dkk 1986 dalam Cholid 2011). Sedangkan
untuk lamanya diare tidak dimasukkan dalam penilaian pada penelitian ini.
(Jeffrey 1996 dan Haffejee 1985 dalam Cholid 2011).Madu adalah cairan
kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber nektar.
berbagai jenis bunga. Nektar adalah suatu senyawa kompleks yang dihasilkan
glukosa serta terdapat juga dalam jumlah kecil sedikit zatzat gula lainnya
elektrolit yang hilang akibat dari lebihnya BAB atau diare. Serta dapat
yang sudah dilakukan penulis di Ruang Melati, Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar pada An. S mengalami buang air besar 5 kali, muntah 4 kali,
nafsu makan menurun, hanya minum ASI ibunya saja. Berdasarkan latar
belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
akut.
diare akut.
C. Manfaat Penulisan
2. Bagi Perawat
asuhan keperawatan secara mandiri pada pasien diare akut dengan terapi
untuk mengatasi frekuensi defekasi cair dengan terapi madu yang bisa
4. Bagi Penulis
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Penyakit
a. Definisi diare
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa
juga didefinisikan sebagai buang air besar tidak normal dan berbentuk
cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare
sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan
diare sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Dewi, 2013).
Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair
diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar sedangkan neonatus
dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar (Sudarti,
2010).
8
9
b. Etiologi diare
1) Infeksi
meliputi :
sebagainya.
(Candida Albicans).
10
sebagainya.
2) Malabsorbsi
intoleransilaktosa.
b) Lemak.
c) Protein.
c. Klasifikasi diare
1. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi
atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak
perhari.
hari.
maupun malabsorsi.
a) Faktor Anak
1) Faktor Umur
3) Status Gizi
2011).
c) Faktor Lingkungan
d) Sosial Ekonomi
Iswari 2011).
motilitas usus.
lendir dikolon.
elemen makanan.
saluran gastrointestinal.
motilitas usus.
Perry, 2006).
f. Patofisiologi diare
diare.
makanan.
17
g. Pathways
Faktor/ Etiologi
Pergeseran hiperperistaltik
Toksin air dan
Kemampuan
dalam elektrolit
mengabsorbsi
dinding ke rongga
menurun
usus halus usus
Kemampuan
Isi rongga
mengabsorbsi
Hipersekresi usus
menurun
air elektrolit meningkat
(isi rongga)
usus
Pemberian
DIARE
Terapi Madu
h. Manifestasi klinis
1) Cengeng.
2) Gelisah.
3) Suhu meningkat.
6) Anus lecet.
Tahapan diare :
volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg
(Suriadi, 2001).
i. Pemeriksaan Diagnostik
b. Kultur tinja.
c. Obat-obatan.
sisanya adlibitum.
20
gelas).
jam 2 kali.
RT).
mendidih.
Depkes RI (2001):
a. Diare ringan
b. Diare sedang
sonde);
c. Diare berat
(1ml = 15 tetes).
ml/kgBB/24 jam.
NaHCO3 1,5 %.
22
k. Penatalaksanaan Terapeutik
a. Pengkajian
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang
tinggi terjadi pada umur 6-11 bulan karena pada masa ini mulai
1999).
2) Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB < 4 kali
dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair
Nursalam (2005) :
bercampur empedu.
pasien.
25
2005).
Nursalam 2005).
6) Pemeriksaan fisik
c) Kulit
d) Kepala
e) Mata
i) Pemeriksaan penunjang
penyebaran penyakit.
cairan.
adekuat.
nutrient.
dalam belajar.
menunjukan penurunan.
4) Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai dengan
diare.
cairan.
Intervensi :
haus.
Rasional :
b) Keutuhan kulit.
c) Penyatuan kulit.
d) Pembentukan nekrosis.
Intervensi :
a) Observasi luka.
Rasional :
penyembuhan luka.
adekuat.
32
Intervensi :
(bila perlu).
Rasional :
nutrient.
Intervensi :
Rasional :
dalam belajar.
disampaikan.
Intervensi :
klien.
Rasional :
a) Ansietas berkurang.
Intervensi :
dan perasaan.
Rasional :
35
kegunaannya.
3. Defekasi
a. Pengertian
evakuasi tinja dari dalam rektum, yaitu bahan yang tidak digunakan
b. Karakteristik
disease, IBD).
c. Pola defekasi
(fungsi organ dan sistem serabut syaraf ) dan pola makanan serta
usianya. Pada fungsi organ dan sistem saraf yang normal, maka pola
37
dibandingkan bayi atau anak yang lebih tua usianya. Hal ini
suatu keadaan patologi, namun bila tidak dijelaskan kepada orang tua
akan tercapai pada usia 12 bulan, lipase mencapai kadar seperti orang
dewasa pada usia 24 bulan, sedangkan aktivitas tripsin pada bayi baru
1) Usus halus
2) Usus besar
3) Sekum
4) Kolon
5) Rektum
sebelum defekasi.
1) Usia
2) Asupan cairan
3) Aktivitas fisik
transmisi saraf.
4) Kebiasaan pribadi
dikamar mandi mereka sendiri pada waktu yang paling efektif dan
1) Konstipasi
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya
2) Impaksi
melakukan defekasi.
3) Diare
Perry, 2006).
4. Madu
madu murni sebagai hasil purifikasi madu yang berasal dari sarang
42
1) Osmolaritas
2011).
dalam madu dengan besar aktivitas air yang sama (Mohan 2008
2) Tingkat keasaman
Cholid 2011).
(P< 0.01), hal ini dimungkinkan oleh karena rasa oralit madu yang
lebih enak dibanding oralit WHO (Sudigbia dkk 1986 dalam Cholid
Cholid 2011).
d. Manfaat madu
diare akut, dinilai untuk lama rawat, frekuensi diare, serta menilai
B. Kerangka Teori
cair.
6) Anus lecet.
7) Dehidrasi.
Pemberian
Terapi DIARE
Madu
C. Kerangka Konsep
Subjek aplikasi riset yaitu anak dengan diare akut untuk menjadi
untuk penerapan pemberian terapi madu terhadap diare akut pada anak
mulai dari pengkajian pada tanggal 9-13 Maret 2015, dan 3 kali sehari
1. Madu murni.
2. Gelas
3. Sendok
48
49
menunjukkan diare.
2. Frekuensi BAB : terutama jika pasien mengalami diare bisa lebih dari 3
LAPORAN KASUS
yang dilakukan pada An. S di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah
A. Identitas Klien
pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Klien masuk
rumah sakit tanggal 9 Maret 2015 jam 09.35 WIB. Identitas klien nama An.
S, lahir tanggal 5 april 2013, umur 1 tahun 11 bulan 4 hari. Agama Islam,
B. Pengkajian
klien mengatakan klien muntah dan diare cair. Adapun riwayat penyakit
sekarang ibu klien mengatakan klien BAB cair sudah 4 hari berurut-turut
dan muntah sebelum dibawa ke Rumah Sakit. BAB cair dalam 1 hari 4
50
51
kali, muntah 4 kali dalam sehari. Pada tanggal 9 Maret 2015 klien dibawa
anak mempunyai alergi daging ayam dan telur ayam. Keluarga klien
keturunan.
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal Serumah
: Meninggal
52
BB sebelum sakit 9,8 kg, BB selama sakit 9 kg, panjang badan 88 cm,
lingkar kepala 47 cm, lingkar dada 48 cm, lingkar lengan 16 cm, Z-Score
makan 3 kali, 1 porsi habis berisi sayur, lauk pauk, minum air putih,
buah, ASI. Selama sakit A = -2, 25 (Berat Badan Rendah/ Gizi Kurang),
Pola eliminasi sebelum sakit frekuensi BAK 6-8 kali dalam sehari
berbau khas dan tidak ada keluhan. Frekuensi BAB 1-2 kali dalam sehari
konsistensi lembek dengan warna kuning kecokelatan dan bau khas dan
tidak ada keluhan. Selama sakit frekuensi BAK 5-7 kali dalam sehari
dengan jumlah urine 50 cc setiap BAK, warnanya jernih bau khas dan
tidak ada keluhan. Pola eliminasi BAB lebih, frekuensi BAB 5 kali dalam
sehari dengan konsitensi cair berwarna kuning bau khas dan ada nyeri
Intake 3565 cc meliputi : obat = 20 cc, minum = 2000 cc, makan = 500
53
cc, infus = 1000 cc dan air metabolisme = 45 cc. Output 4432 cc meliputi
muntah = 20 cc, BAK = 2000 cc, BAB = 2400 cc dan IWL (Insensible
tanda vital suhu 37, 5o C, denyut nadi 100 kali permenit, respiratory 25
fontanel dan kepatenan sutura paten, kontrol kepala ada, bisa mengangkat
kepala dan memberi perlawanan, kondisi rambut dan kulit kepala kurang
bersih dan lembab. Mata sklera tidak ikterik, pupil isokor, konjungtiva
tidak anemis. Telinga kebersihan kurang bersih atau lembab tetapi tidak
ada serumen, telinga kanan dan kiri sama-sama simetris, dan ketajaman
tidak ada septum deviasi. Warna bibir merah muda dan membran mukosa
kering. Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
dan bentuk dada simetris, perkusi sonor, palpasi vokal fremitus kanan
kordis tidak tampak, palpasi iktus kordis tidak teraba, perkusi pekak,
inspeksi tidak ada jejas atau luka, bentuk datar, terlihat umbilikus,
ada nyeri tekan pada bagian bawah kuadran tidak ada massa, tidak ada
4. Pemeriksaan Penunjang
dan merumuskan diagnosa yang muncul pada klien. Hasil pengkajian tanggal
9 Maret 2015 jam 11.00 WIB dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu
mengatakan klien buang air besar 5 kali dengan konsistensi cair dan klien
lemas, dan hanya minum ASI dan tidak mau makan. Data obyektif suhu 37,
5o C, nadi 100 kali permenit, bising usus 40 kali permenit, dan balance cairan
tersebut adalah data subyektif ibu mengatakan klien tidak mau makan dan
gram dari 9, 8 kg menjadi 9 kg, pasien tampak lemas, A = Z-Scorenya -2, 25(
kebersihan rambut agak berminyak, ibu klien mengatakan nafsu makan klien
menurun, D = di berikan diet bubur lembek, dan menganjurkan ibu klien agar
dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat data yang menunjang pada
anak sering buang air besar pantat menjadi kemerahan. Data obyektif sekitar
D. Perencanaan
hasil balance cairan seimbang, klien tidak diare. Intervensi atau rencana
56
keperawatan yang akan dilakukan adalah observasi balance cairan (intake dan
untuk penurunan intensitas diare, anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
zat gizi terpenuhi, tidak terjadi penurunan berat badan, tidak muntah.
makanan dengan porsi sedikit tapi sering untuk pemenuhan nutrisi yang
kurang dari kebutuhan tubuh dan menekan gastrik mengurangi mual muntah,
proses penyembuhan.
selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tidak
ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor tumor, fungsio laesa) dan leokosit
batas normal 5-10 10^3/ L. Intervensi atau rencana keperawatan yang akan
57
infeksi, lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pampres untuk
E. Implementasi
hari selasa tanggal 10 Maret 2015 jam 08.40 WIB pada diagnosa keperawatan
yang pertama, menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI kepada klien,
respon subyektif ibu pasien mengatakan anaknya hanya minum ASI, respon
output) klien respon subyektif ibu pasien mengatakan anaknya buang air
besar sudah 5 kali dengan konsistensi cair dan ibu mengatakan klien lemas
tidak mau minum kecuali ASI. Respon obyektif klien tampak lemas,
pasien tampak minum dan suka dengan madu yang diberikan. Pada pukul
58
Pada hari rabu tanggal 11 Maret 2015 jam 08.00 WIB penulis
mengobservasi balance cairan (intake dan output) respon subyektif ibu klien
mengatakan klien buang air besar 3 kali sehari dengan konsistensi cair,
lemas. Pada pukul 08.30 WIB penulis melakukan tindakan untuk diagnosa
15tpm.
Pada hari kamis tanggal 12 Maret 2015 jam 08.15 WIB pada diagnosa
(intake dan output) respon subyektif ibu klien mengatakan klien buang air
cairan intake 5056 cc : air metabolisme 45 cc, obat 20 cc, minum 3000 cc,
makan 1000 cc, infus 1000 cc, output 5056 cc : muntah 53 cc, buang air kecil
59
3500 cc, buang air besar 1500 cc, IWL 12 cc keseimbangan cairan (balance
pasien tampak minum dan suka dengan madu yang diberikan. Pada pukul
kedua, menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI kepada klien, respon
subyektif ibu pasien mengatakan anaknya minum ASI dan sudah mau makan
tampak kuat.
pukul 09.00 WIB dengan respon subyektif ibu klien mengatakan klien tidak
mau makan dan setiap makan mual. Respon obyektif A = -2, 25(berat badan
keperawatan yang kedua, memberikan makan dengan porsi sedikit tapi sering
respon subyektif ibu klien mengatakan klien hanya minum ASI, respon
obyektif klien tampak menyusu, klien tampak lemas dan pucat. Pada pukul
Pada hari rabu tanggal 11 Maret 2015 jam 08.00 WIB penulis
subyektif ibu klien mengatakan klien tidak mau makan setiap makan mual,
lemas, rewel, mual, D = diberikan diet bubur lembek dimakan 3 sendok dan
keperawatan yang kedua, memberikan makan dengan porsi sedikit tapi sering
respon subyektif ibu klien mengatakan klien makan roti tetapi sedikit dan
makan bubur yang diberikan 3 sendok, respon obyektif klien tampak makan
tetapi tidak lahap. Pada pukul 08.30 WIB penulis melakukan tindakan untuk
subyektif ibu klien mengatakan klien tidak mau makan, kalau makan cuma
sedikit lalu muntah, respon obyektif pasien tampak rewel dan lemas.
pukul 08.55 WIB dengan respon subyektif ibu klien mengatakan klien tidak
mau makan setiap makan mual, respon obyektif A = -2, 25 (berat badan
61
bubur lembek dimakan 3 sendok dan diberikan terapi madu 2 kali sehari,
keperawatan yang kedua, memberikan makan dengan porsi sedikit tapi sering
respon subyektif ibu klien mengatakan klien makan roti tetapi sedikit dan
makan bubur yang diberikan 3 sendok, respon obyektif klien tampak makan
tetapi tidak lahap. Pada pukul 09.05 WIB penulis melakukan tindakan untuk
subyektif ibu klien mengatakan klien tidak mau makan, kalau makan cuma
sedikit lalu muntah, respon obyektif pasien tampak rewel dan lemas.
09.20 WIB dengan respon subyektif ibu klien mengatakan sekitar anus dan
anus dan pantat klien tetapi belum ada luka. Pada pukul 09.25 WIB penulis
mengatakan setiap buang air besar langsung diganti dan dibersihkan , respon
obyektif belum terjadi luka, lekosit 7,72 10^3/ L(normal), hanya terlihat
kemerahan pada sekitar anus dan pantatnya. Pada pukul 09.30 WIB penulis
sebelum dan sesudah mengganti pampers saat klien buang air besar respon
subyektif ibu klien mengatakan iya dan sudah dilakukan, respon obyektif ibu
09.00 WIB dengan respon subyektif tidak ada, respon obyektif kemerahan
dianus berkurang, tidak terjadi luka, lekosit 7, 72 10^3/L. Pada pukul 09.10
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pampers saat klien
buang air besar respon subyektif ibu klien mengatakan iya dan sudah
F. Evaluasi
11- 13 Maret 2015 pada hari rabu tanggal 11 Maret 2015 jam 08.05 WIB
buang air besar 3 kali dengan konsistensi cair, dan hanya minum ASI saja.
Masalah belum teratasi. Karena frekuensi BAB masih sering dan konsistensi
sesuai dengan kebutuhan (madu), anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI,
Pada hari kamis tanggal 12 Maret 2015 jam 07.50 WIB penulis
yaitu Subyektif = Ibu klien mengatakan klien buang air besar 1 kali dengan
konsistensi lembek bertekstur, dan ibu klien mengatakan klien sudah minum
air sebanyak gelas dan ASI. Obyektif = keseimbangan cairan intake 5056
cc : air metabolisme 45 cc, obat 20 cc, minum 3000 cc, makan 1000 cc, infus
1000 cc, output 5056 cc : muntah 53 cc, buang air kecil 3500 cc, buang air
besar 1500 cc, IWL 12 cc keseimbangan cairan (balance cairan) 0 cc, infus
Keluarga klien mengatakan klien masih susah makan, belum mau makan
banyak. Obyektif = Klien tampak muntah setelah minum obat, ibu klien
tampak menyusui dan penulis jarang melihat klien makan, klien tampak
64
mengalami penurunan berat badan dan belum ada peningkatan berat badan
gejala ketidakseimbangan nutrisi, beri makan dengan porsi yang sedikit tapi
klien mengatakan klien sudah mau makan, ibu klien mengatakan klien makan
roti sedikit demi sedikit. Obyektif = Klien tampak kooperatif, tampak sedang
makan roti, tampak makan jelly, klien tampak sedikit ceria, A = -2, 25 (berat
diberikan diet bubur lembek dimakan 4 sendok dan diberikan terapi madu
penurunan berat badan dan belum ada peningkatan berat badan selama di
Pada hari jumat tanggal 13 Maret 2015 jam 08.30 WIB penulis
= Ibu mengatakan klien sudah mau makan porsi habis, dan sudah tidak
muntah, buang air besar 1 kali dengan konsistensi feses agak keras. Obyektif
= pasien tampak ceria, tampak tidak lemas lagi, pasien tampak makan, berat
badan 9 kg, A = -2, 25 (berat badan rendah/ gizi kurang), B = hemoglobin 12,
basah, tidak muntah, D = diberikan diet bubur lembek dimakan porsi habis
dan diberikan terapi madu dan ASI. Analisis = Masalah belum teratasi.
Karena pasien mengalami penurunan berat badan dan belum ada peningkatan
makan dengan porsi sedikit tetapi sering, anjurkan keluraga klien untuk
infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat jam 08.15
WIB yaitu Subyektif = Ibu klien mengatakan setiap buang air besar langsung
kemerahan didaerah anus dan pantat, belum terjadi luka. Analisis = Masalah
66
infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat jam 08.15
WIB yaitu Subyektif = ibu klien mengatakan sudah tidak terjadi kemerahan
lagi disekitar anus. Obyektif = tidak terjadi kemerahan di anus dan sekitar
sebelum dan sesudah tindakan, beri tahu keluarga klien untuk menjaga
kebersihan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang tindakan aplikasi riset
penerapan terapi madu asuhan keperawatan An. S dengan diare akut yang sudah
A. Pengkajian
mengatakan klien mual muntah dan diare. Karakteristik diare akut pada anak
menjadi cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair
asam, berat badan turun, turgor kulit menurun, dehidrasi berat akan terjadi
volume darah berkurang nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat,
Gangguan osmotik terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
(Sudarti, 2010).
67
68
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam
rongga usus dan akhirnya diare timbul karena terdapat peningkatan sekresi air
2010).
Secara definisi, defekasi merupakan suatu proses evakuasi tinja dari dalam
rektum, yaitu bahan yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari
Diare terjadi dalam kurun waktu kurang atau sama dengan 15 hari
disertai dengan demam, nyeri abdomen dan muntah. Jika diare berat dapat
yang disebabkan bakteri atau virus V. Cholerae. E. Coli patogen dan virus
2012).
Pada tanggal 5 Maret 2015 ibu klien mengatakan klien muntah dan
diare. Tanggal 8 Maret 2015, An. S muntah 20 cc, bab cair dan ibu klien
69
mengatakan An. S tidak mau makan dan hanya minum ASI saja. Manifestasi
klinis pada kasus GEA ditandai dengan cengeng, gelisah, suhu meningkat,
nafsu makan menurun, tinja cair, lendir kadang-kadang ada darahnya, anus
lecet, dehidrasi, berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-
ubun cekung, selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering
(Dewi, 2010).
yang tidak adekuat (misalnya pada keadaan asidosis tubulus renal dan
perhitungan balance cairan kepada An. S dengan hasil intake: 3565 cc; obat
20 cc, minum 2000 cc, makan 500 cc, infus 1000 cc, air metabolisme 45 cc.
Output: 4432 cc; muntah 20 cc, buang air kecil 2000 cc, buang air besar 2400
diciptakan untuk melindungi proses dalam tubuh agar berjalan secara normal.
Akan tetapi, keseimbangan tersebut tidak berjalan statis dan terus menerus
tidak ada perubahan. Setiap perbedaan atau kesenjangan bisa merubah irama
besar. Pada anak ataupun bayi, dimana sistem tubuh belum mengalami
sistem tersebut. Proporsi cairan dalam tubuh anak atau bayi lebih besar
keseimbangan cairan pada anak atau bayi lebih rumit daripada orang dewasa.
Hal ini dikarenakan bayi mensekresikan volume air dalam jumlah yang besar,
sehingga asupan cairan juga harus besar untuk menjaga kesimbangan tersebut
kapiler pada sindrom syok dengue, demam tinggi, cairan lambung berlebihan,
ileus pada sepsis, peritonitis, dan luka bakar. Masukan cairan berkurang/
terhenti pada kasus mual, muntah, ileus koma, puasa pasca bedah, tidak mau/
berat badan sebelum sakit 9,8 kg, selama sakit menjadi 9 kg. Perhitungan Z-
berdasarkan data pengkajian yang diperoleh pada An. S sebelum sakit dapat
menghabiskan 1 porsi makan dan minum habis kurang lebih 6-7 gelas kecil
per hari, tetapi selama sakit An. S hanya menghabiskan 1-3 sendok makan
dan minum air putih 3-5 gelas kecil gelas kecil(aqua) dan hanya minum
ASI.
kurang gizi akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan dalam proses
Pola eliminasi pada An. S bisa buang air kecil dengan normal,
sedangkan buang air besar mengalami keabnormalan, buang air besar dengan
konsistensi cair lebih dari 4 kali sehari. Perubahan yang terjadi berupa
lendir, seperti darah 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari
(Hidayat, 2013).
per menit, respiratory rate 25 kali per menit. Pada pemeriksaan auskultasi
abdomen pada An. S terdengar bising usus 40 kali per menit. Bising usus
normalnya terdengar 5-30 kali per menit. Jika kurang dari itu atau tidak ada
72
timpani, berarti perkusi dilakukan diatas organ yang berisi udara, jika
bunyi ini, bunyi normal perkusi abdomen adalah timpani, jika ada kelebihan
udara akan terdengar lebih nyaring atau disebut hipertympani (Debora, 2013).
kebiasaan buang air besar; konsistensi feses: keras, banyak, atau menyerupai
bola-bola kecil (pellet) yang menunjukkan kostipasi feses lunak, encer, dan
feses yang gelap dapat disebabkan oleh konsumsi tablet yang mengandug zat
hitam menyerupai ter(black tarry faeses)); volume feses: terutama jika pasien
09.41 WIB didapatkan hasil haemoglobin 12, 1 g/dL (normal), hematokrit 34,
elektrolit serum hitung darah lengkap, kadar BUN, kadar kreatinin darah,
berat jenis urine, dan kadar gas arteri. Elektrolit serum yang sering diukur
adalah ion natrium, kalium, klorida dan bikarbonat. Pada pemeriksaan darah
lengkap yang paling penting terkait dengan status hidrasi adalah hematokrit.
Kadar kreatinin berfungsi untuk mengetahui fungsi ginjal. Berat jenis urine
tpm berfungsi sebagai cairan dasar pemeliharaan/ rumatan untuk pasien usia
menggantikan kehilangan air normal harian pada klien rawat inap. Seringkali
klien rawat inap karena kondisi sakitnya tidak bisa mengkonsumsi air dan
keseimbangan air dan elektrolit dan jiwa. Jenis dan jumlah dan kecepatan
cairan rumatan yang diberikan kepada klien berbeda dengan cairan resusitasi
mual dan muntah paska bedah (ISO, 2012). Oral L-Bio 2 x 1 sachet berfungsi
normal pencernaan selama diare (ISO, 2012). Oral Zinc 2 x tablet berfungsi
pengobatan diare pada anak dibawah 5 tahun (ISO, 2012). Terapi yang di
B. Diagnosa Keperawatan
bersifat aktual, risiko, atau masih merupakan gejala. Penilaian ini didasarkan
pada hasil analisis data pengkajian dengan cara berfikir kritis. Diagnosis
Berdasarkan data yang penulis dapat dari hasil pengkajian didapatkan data
subyektif ibu An. S mengatakan klien buang air besar sudah 5 kali dengan
konsistensi cair dalam satu malam, ibu klien mengatakan klien lemas dan
kehilangan cairan, kaliun dan ion-ion klorida. Hal ini dikarenakan banyaknya
dari hasil pengkajian didapatkan data subyektif ibu An. S mengatakan klien
tidak mau makan dan setiap makan muntah. Data obyektif klien tampak
lemas berat badan mengalami penurunan dari 9,8 kg menjadi 9 kg. Z-Score -
2,25 (Berat badan rendah/Gizi kurang), turgor kulit pucat, mual muntah,
berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat
gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi
pada anak usia kurang dari 5 tahun. Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang
hingga tingkat yang berat dan disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi
dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup
data pengkajian yaitu data subyektif ibu An. S mengatakan pantat dan sekitar
anus mengalami kemerahan karena sering buang air besar. Data obyektif
menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan
intervensi. Masalah dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan
satu persatu, tetapi sering pula beberapa masalah dipecahkan pada saat yang
sama. Bisa juga dalam melakukan prioritas dengan Hirarki Maslow yaitu
dengan membagi kebutuhan manusia dalam lima tahap yaitu fisiologis, rasa
aman dan nyaman, sosial, harga diri, aktualisasi diri (Setiadi, 2012).
77
dan kedua yang dibuat penulis yaitu berdasarkan kebutuhan fisiologis yang
pada pasien diare antara lain : defisit volume cairan berhubungan dengan
tidak didapatkan data yang yang sesuai dengan batasan karakteristik yang
C. INTERVENSI
prinsip SMART yaitu S : Spesifik, berfokus pada pasien, singkat, dan jelas, M
ditentukan oleh perawat dan klien, T : Time, kontrak waktu (Rohmah &
Walid, 2012).
dengan kehilangan cairan pada kasus An. S dengan tujuan dan kriteria hasil
vital dalam batas normal Nadi (60-120x/menit), Suhu (36, 5o C-37, 5o C),
dan ubun-ubun tidak cekung, buang air besar lembek dan frekuensi 1x/hari,
adekuat.
madu) untuk untuk penurunan intensitas diare; anjurkan ibu untuk tetap
memberikan ASI untuk mengganti cairan elektrolit yang hilang secara oral;
tpm (makro)) untuk mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat
(Wilkinson, 2007).
tujuan yang akan dicapai penulis asupan makanan adekuat, zat gizi terpenuhi,
tidak terjadi penurunan berat badan, mempertahankan massa tubuh dan berat
badan dalam batas normal. Intervensi yang akan dilakukan oleh penulis
tingkatan nutrisi, beri makanan dengan porsi sedikit tapi sering untuk
pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dan menekan gastrik
(Wilkison, 2007).
dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat yang akan dilakukan penulis
dengan tujuan yang akan dicapai penulis terbebas dari tanda atau gejala
gejala infeksi serta mengikuti prosedur. Intervensi yang akan dilakukan oleh
80
D. IMPLEMENTASI
ini muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang
telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pada klien akan
berbeda, disesuaikan dengan klien saat itu dan kebutuhan yang paling
dengan kehilangan cairan dilakukkan selama tiga hari mulai 10-12 Maret
(intake dan output) untuk pengumpulan dan analisis data klien untuk
(terapi madu) untuk penurunan intensitas diare, menganjurkan ibu untuk tetap
cairan elektrolit secara adekuat dan cepat. Penulis tidak melakukan tindakan
81
menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada hari rabu tanggal 11
Maret 2015 karena ibu klien sudah memberikan dan ibu klien mengatakan
klien hanya minum ASI dan air putih saja, klien tidak mau minum susu
formula. Pada hari kamis tanggal 12 Maret 2015 penulis tidak melakukan
infus klien sudah diaff/ sudah tidak mendapatkan cairan parenteral lagi.
terutama jika diikuti dengan penyakit. Sebagai tenaga yang mandiri, perawat
menunggu arahan dari dokter (Perry & Potter, 2006 dalam Pranata, 2013).
lepas dengan perhitungan asupan dan haluaran cairan. Cairan yang masuk dan
keluar harus dihitung dan dipantau selama 24 jam. Asupan cairan bisa melalui
berbagai sumber, antara lain oral, selang NGT, atau melalui infus. Asupan
pengeluaran dari cairan. Output cairan meliputi urine, feses (terutama jika
diare), muntah, penghisapan gaster, dan drainase dari selang pasca bedah
(Pranata, 2013).
didalamnya, dari zat gula fruktosa menjadi glukosa. Meski madu memiliki
kandungan asam yang cukup besar, namun madu diserap dengan mudah,
82
lambung dan usus yang secara langsung berpengaruh terhadap sekresi alat-
tanaman dan dari ekskresi tanaman (honeydew). The Food Standards Code
mendefinisikan madu sebagai eksudasi tanaman berupa nektar dan gula yang
purifikasi madu yang berasal dari sarang lebah, Apis mellifera, atau spesies
topikal pada luka, maka daya osmosis madu akan menyerap air dari luka
83
lebih baik dikonsumsi dalam bentuk larutan dalam air karena memudahkan
makan atau tiga jam sesudah makan, penulis tidak menjelaskan alasan waktu
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak). Akan tetapi, asupan air murni
secara oral sangat penting untuk memenuhi kebutuhan air, karena kebutuhan
bertujuan mengganti kehilangan air normal harian pada pasien rawat inap.
agar tidak jatuh dalam gangguan keseimbangan air dan elektrolit dan jiwa.
Jenis dan jumlah dan kecepatan cairan rumatan yang diberikan kepada pasien
sedikit tapi sering untuk pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh
makanan yang disukai karena ibu klien mengatakan klien tidak nafsu makan
energi dan protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang
lebih 100-120 Kkal/kg berat badan. Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur,
kebutuhan energi turun kurang lebih 10 Kkal/kg berat badan. Energi dalam
tubuh diperoleh terutama zat gizi karbohidrat, lemak, dan juga protein
karena masa balita (usia 1-5 tahun) adalah periode keemasan. Periode
85
kehidupan yang sangat penting bagi perkembangan fisik dan mental, pada
masa ini pula balita mulai banyak melakukan dan menemukan hal-hal baru.
Dalam hal ini, nutrisi yang baik memegang peranan penting. Jika seorang
balita sering diberi asupan makanan yang mengandung zat-zat yang tidak
buatan, pemanis buatan, pelezat makanan dan yang sejenisnya, hal itu akan
pemenuhan gizi yang seimbang adalah cara yng tepat untuk menjaga
kesehatan serta tumbuh kembang balita. Jadi, perhatikan dengan baik pola
dengan tim medis pemberian antibiotik pemberian obat dengan benar. Penulis
obat dengan benar karena tidak ada advis dari dokter. Dalam penegakkan
pada daerah anus, dan belum terjadi luka. Tetapi penulis mengganti etiologi
kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor risiko yang memberi
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini
hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan
kebutuhan klien saat ini, (4) perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain, (5)
apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis supaya kebutuhan klien bisa
RSUD Karanganyar dimulai sejak hari rabu tanggal 11 Maret 2015 sampai
Didapatkan hasil evaluasi data subyektif ibu klien mengatakan klien BAB 2
kali lembek, ibu klien mengatakan klien sudah mau minum banyak dan
minum ASI. Data obyektif klien tampak lebih kooperatif, balance cairan 0,
infus diaff atau dilepas. Analisis masalah kekurangan volume cairan teratasi.
klien tidak diare (Wilkinson, 2007). Hal ini menyatakan masalah kekurangan
RSUD Karanganyar dimulai sejak hari rabu tanggal 11 Maret 2015 sampai
klien mengatakan klien sudah mau makan, sudah habis porsi, ibu klien
mengatakan klien sudah tidak muntah lagi. Data obyektif klien tampak ceria,
BAB 1 kali, sudah tidak muntah, berat badan dari 9, 8 kg menjadi 9 kg berat
pantau tanda dan gejala ketidakseimbangan nutrisi, beri makan dengan porsi
RSUD Karanganyar dimulai sejak hari rabu tanggal 11 Maret 2015 sampai
hari kamis tanggal 12 Maret 2015 diagnosa keperawatan yang ketiga resiko
evaluasi data subyektif ibu klien mengatakan sudah tidak terjadi kemerahan
lagi disekitar anus. Data obyektif tidak terjadi kemerahan dianus, tidak
Dengan kriteria hasil tidak ada tanda-tanda infeksi (Wilkinson, 2007). Hal ini
diare akut antara kelompok I (terapi madu) dan kelompok intervensi II (oralit)
akut pada anak (1-5 tahun); 2) Bila p > nilai 0,05, keputusannya adalah Ho
gagal ditolak, artinya tidak ada perbandingan efektifitas terapi madu dengan
oralit terhadap penurunan frekuensi diare akut pada anak (1-5 tahun).
dengan oralit terhadap penurunan frekuensi diare akut pada anak (1-5 tahun)
sampel terlalu banyak, tetapi prosedur sudah sesuai dengan jurnal. Terapi
diberikan sebanyak 3 kali dalam satu hari dan 3 hari pelaksanaan. Pemberian
bertekstur, tidak terdapat kenaikan berat badan. Menurut Cholid (2011) rerata
lama rawat kelompok suplementasi madu lebih pendek yaitu 59, 46 (jam)
A. Kesimpulan
kesimpulan :
1. Pengkajian
kali dalam 4 hari berurut-turut, muntah 4 kali dalam sehari dan hanya
minum ASI dan tidak mau makan, bising usus 40 kali permenit, balance
Ibu klien mengatakan An. S tidak mau makan dan setiap makan
kg, pasien tampak lemas, turgor kulit pucat, mual muntah, ibu klien
Ibu klien mengatakan anak sering buang air besar pantat menjadi
90
91
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
makanan dengan porsi sedikit tapi sering untuk pemenuhan nutrisi yang
92
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Analisa
tiga hari, mampu menurunkan intensitas diare pada An. S, dengan buang
B. Saran
Diare Akut penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
madu terhadap klien yang mengalami buang air besar dengan diare akut
pada umumnya dan khususnya bagi klien yang mengalami buang air
diare akut, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain mampu membantu
Antolis, Vanessa Patricia. 2012. Proporsi Dan Status Gizi Anak Usia 6-24 bulan
Yang Mengalami Kesulitan Makan di Semarang. Fakultas
Kedokteran. Semarang.
Bajry, Dr. Husen. 2008. Tubuh Anda adalah Docter Terbaik, Jidil 1. Bogor:
Media Prima Indonesia.
Cholid, Sofyan 2011. Pengaruh Pemberian Madu pada Anak yang Menderita
Diare Akut Cair dengan Dehidrasi Ringan Sedang. Tesis. Program
Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kesehatan Anak. Semarang.
Dewi, V. Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Salemba
Medika. Yogyakarta.
Efendi & Makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hadharah, Team Darul. 2014. Sehat Dengan Terapi Madu. Kiswah Media. Solo.
95
96
Hendra P., Dony Setiawan, dkk.2008. Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang.
Nuha Medika. Yogyakarta.
Kasim Fauzi. 2012-2013. ISO (Informasi Spesialis Obat) Indonesia. ISFI. Jakarta.
Palupi A, Hadi H, Soenarto SS. Status gizi dan hubungan dengan kejadian diare
akut pada anak di ruang rawat inap rsup dr. sardjito Yogyakarta.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia.16 Feb 2015 (18:09)
Riyadi, S & Suharsono. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Gosyen
Publishing. Yogyakarta.
Rohmah, N. & Walid, S. 2012. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Ar-Ruzz
Media. Jogjakarta.
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori &
Praktek. Graha Ilmu. Yogyakarta.
97
Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1. Sagung Seto. Jakarta.
Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta.