Jalla kepada kaum Mukminin yang belum mencapai
puncak kekhusyuan. Allah Azza wa Jalla berfirman:
.
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.
dengan risalah yang dibawa oleh Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
Hanya Sebagian Sahabat Yang Mendapatkan Teguran
Melalui Ayat Ini
dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Rabblah mereka Berdasarkan keterangan az-Zajjaj rahimahullah, yang
bertawakkal.) (al-Anfal/8:2). ditegur dalam ayat ini ialah sejumlah orang dari
kalangan Mukminin waktu itu, bukan semuanya. dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
Kata ( al-wajal) dan ( al-khasy-yah) Sebab, masih ada orang yang senantiasa khusyu sejak sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya,
bermakna sama. memeluk Islam hingga kembali kepada Rabbnya. kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka
Pendapat yang menyatakan ayat ini turun untuk kaum lalu hati mereka menjadi keras. (al-Hadid/57:16)
Sementara Syaikh Abu Bakr al- munafiqin merupakan pendapat yang tidak tepat.
Jazairi hafizhahullah dalam Tafsirnya mengarahkan Allah Azza wa Jalla melarang kaum Mukminin
pengertian ayat ini kepada orang-orang yang suka Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dengan menyerupai karakter orang-orang yang diberi tugas
bercanda, Apakah belum tiba saatnya bagi orang- sanadnya dari Aun bin Abdullah dari ayahnya bahwa mengemban al-Kitab sebelum mereka, dari kalangan
Yahudi dan Nasrani (yang memperoleh kitab taurat dan
Injil). Tatkala masa antara mereka dan para nabi terlalu
panjang berlalu, mereka merubah-rubah Kitabullah
yang ada di tangan mereka dan menggadaikan
(petunjuk-petunjuk) Kitabullah dengan harga sedikit.
Mereka mencampakkan Kitab-Nya di belakang mereka
dan justru lebih memilih mengikuti pikiran-pikiran
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami
kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras
yang bermacam-macam dan pendapat-pendapat yang
membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
aneh-aneh. Mereka pun sekedar mengikuti para tokoh
tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
dalam mempraktekkan agama. Mereka menjadikan
sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
para pendeta dan rahib sebagai tuhan-tuhan selain
dengannya (al-Maidah/5:13). (Ali Imran/3:110).
Allah. Pada saat itulah, hati mereka menjadi mengeras,
sehingga tidak bisa menerima mauizhah, hati mereka
Maksudnya, hati mereka sudah rusak, sehingga menjadi Berkaca pada bahaya hati yang sudah mengeras, dapat
tidak melunak dengan mendengar janji baik dan
keras. Dan merubah-rubah perkataan (ayat-ayat diketahui bahwa hati manusia memang harus sering
ancaman buruk (dari Allah Azza wa Jalla).
Allah Azza wa Jalla ) dari pemahaman semestinya diingatkan tentang ajaran-ajaran yang telah diturunkan
menjadi salah satu karakter (buruk mereka). Mereka oleh Allah Azza wa Jalla , agar tidak lalai yang
Ibadallah,
mengabaikan amalan-amalan yang diperintahkan berujung pada kerasnya hati.
kepada mereka dan (sebaliknya justru) melakukan
Tentang firman-Nya, Dan kebanyakan
perkara-perkara yang dilarang untuk mereka. Untuk
di antara mereka adalah orang-orang yang fasik .
Maksudnya, dan kebanyakan dari mereka telah keluar
itulah, Allah Azza wa Jalla melarang kaum Mukminin
untuk menyerupai mereka dalam perkara apapun baik
dari ajaran Allah, keluar dari syariat-Nya, tidak kenal
perkara ushul atau furu.
perkara maruf dan tidak mengingkari kemunkaran.
Kondisi buruk Ahli Kitab tersebut akibat kerasnya hati-
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
maksudnya (mereka telah fasik, melenceng) dalam
hati mereka yang berdampak pada diabaikannya usaha
perbuatan-perbuatan mereka. Hati mereka telah rusak
saling mengingatkan dan mengarahkan di antara
dan amal perbuatan mereka batil, sebagaimana firman
mereka, sehingga kebanyakan dari mereka telah
berbuat fasik, keluar dari agama Allah Azza wa
Allah Azza wa Jalla.
Jalla dan menolak ajaran-ajaran-Nya.
Banyaknya jumlah Ahli Kitab yang berbuat fasik, juga
ditegaskan dalam ayat-ayat lain. Di antaranya, firman
Allah Azza wa Jalla,
.
Khutbah Kedua:
Pelajaran Dari Ayat
:
Pertama: Peringatan dari ghaflah (lalai) dan melupakan
dzikrullah.
Kedua: Peringatan dari lalai dan melupakan
kenikmatan dan siksa yang ada di sisi Allah Azza wa
: ]
Jalla.
Ketiga: Kewajiban mengingatkan kaum Mukminin
dengan nasehat, pengarahan dan pengajaran agar
jangan sampai hati mereka menjadi keras sehingga
[
.
mereka akan berbuat berbagai macam perbuatan fasik
sebagaimana dilakukan oleh Ahli Kitab, dan menjadi
)) :
kafir sebagaimana kaum Ahli Kitab sudah kafir.
. ((
Keempat: Hati harus diingatkan dan dinasehati agar
tidak lalai dan jauh dari kebenaran.
Kaum muslimin rahimakumullah,
kelima: Manfaat mauizhah hasanah (mengingatkan
Syaikh al-Utsaimin berkata tentang ayat di atas,
Allah Azza wa Jalla melarang dan memperingatkan
dengan cara yang baik) bagi hati manusia.
kita semua dari meniru orang-orang ahli kitab tersebut. Keenam: Ajakan untuk mengkondisikan hati yang
Apabila kita perhatikan kondisi umat Islam, sebagian khusyu kepada Allah Azza wa Jalla , kitab suci dan
telah melakukan tindakan yang diperbuat oleh Ahli
Kitab. Pada masa-masa sekarang ini, umat Islam telah
hikmah yang diturunkan-Nya.
jauh dari masa kenabian Rasulullah Shallallahu alaihi
Ketujuh: Hendaknya kaum Mukminin mengingat-ingat
wa sallam. Hati kebanyakan orang telah keras, dan
sebagian yang lain berbuat kefasikan. Umat Islam
nasehat-nasehat ilahi dan hukum-ukum syariat setiap
saat dan mengintrospeksi diri atas hal tersebut. Wallahu
dipimpin manusia-manusia yang tidak layak memimpin
mereka, penguasa yang fasik, bahkan ada yang sudah
alam.
keluar dari Islam.
.
Semoga Allah Azza wa Jalla berkenan senantiasa
mencurahkan hidayah-Nya kepada kita, dan membuka
hati kita untuk menerimanya serta meningkatkan
keimanan dan rasa takut kita kepada-Nya.
.
,
.
.
)
.
.
*
.
.
( ] -90:
[91
.