Anda di halaman 1dari 45

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.

) DALAM
BUDIDAYA SUPER INTENSIF BERBASIS BIOFLOK
DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK Bacillus sp.

MAULID WAHID YUSUP

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kinerja Pertumbuhan


Ikan Lele (Clarias sp.) dalam Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok dengan
Penambahan Probiotik Bacillus sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Maulid Wahid Yusup


NIM C151120451
RINGKASAN

MAULID WAHID YUSUP. Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.) dalam
Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan Probiotik Bacillus
sp. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO, MUNTI YUHANA dan
WIDANARNI.

Ikan lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang digemari masyarakat
Indonesia. Produksi ikan lele pada tahun 2014 sebesar 613.120 ton dan mengalami
peningkatan 12.75% dari tahun sebelumnya. Teknologi bioflok adalah salah satu
alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah limbah budidaya yang
memberi keuntungan lebih karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen
anorganik, juga dapat menyediakan pakan tambahan bagi ikan budidaya sehingga
dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Teknologi bioflok dapat
dilakukan dengan menambahkan C-organik ke dalam media pemeliharaan untuk
meningkatkan C/N rasio dan merangsang pertumbuhan bakteri heterotrof. Spesies
Bacillus subtilis, Bacillus megaterium, dan Bacillus polymyxa merupakan spesies
yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air pada kolam pemeliharaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan lele (Clarias
sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan probiotik
Bacillus sp.
Penelitian ini dilakukan pada ikan lele dumbo (Clarias sp.) berukuran 2.3
0.12 g/ekor yang dipelihara dengan padat tebar 50 ekor/ 100 L. Pakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pakan pellet dengan kadar protein 31.77%.
Sebelum diberikan kepada ikan, pakan difermentasikan terlebih dahulu -1dengan4
2
bakteri Bacillus sp. sebanyak 2 ml/kg pakan, dengan dosis 10 CFU ml , 10
-1 6 -1
CFU ml dan 10 CFU ml selama 2 hari. Rancangan penelitian yang digunakan
- +
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan (A, -1B, C, K dan K )
2
dan 3 kali ulangan yaitu (A): Bioflok + Bacillus sp. (10 cfu ml ); (B): Bioflok +
4 -1 6 -1 -
Bacillus sp.+ (10 cfu ml ); (C): Bioflok + Bacillus sp. (10 cfu ml ); (K ): tanpa
bioflok; (K ): bioflok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari ikan lele
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan penambahan Bacillus
sp. dan kontrol (p<0.05). Laju pertumbuhan spesifik dan rasio konversi pakan
antara perlakuan penambahan Bacillus sp. lebih baik dibandingkan dengan
6 -1
kontrol. Kandungan nutrisi bioflok dengan konsentrasi 10 CFU ml
menunjukkan nilai protein tertinggi sebesar 34.06%. Kelimpahan bakteri total
6 -1 8 -1
berkisar antara 10 CFU ml hingga 10 CFU ml , menggunakan Bacillus sp.
atau tanpa penambahan bakteri sebagai kontrol. Kinerja pertumbuhan dari ikan
6 -1
lele dengan penambahan sel bakteri Bacillus sp. 10 CFU ml menunjukan hasil
yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya.

Kata kunci: Bacillus sp., bioflok, ikan lele, pertumbuhan


SUMMARY

MAULID WAHID YUSUP. Growth performance of catfish (Clarias sp.) in


biofloc-based super intensive culture added with Bacillus sp. Supervised by NUR
BAMBANG PRIYO UTOMO, MUNTI YUHANA, and WIDANARNI.

Catfish is one of widely cultivated fish in Indonesia, with 613,120 ton


production rate in 2014, 12.75% higher from previous year. Previous study suggested
that biofloc aquaculture technology is a promising alternative to overcome the
problems. Moreover, application of this technology is more profitable by decreasing
inorganic nitrogen waste as well as providing additional feed for cultured fish, thus
increasing fish growth and feed efficiency. Biofloc technology can be applied using
addition of organic carbon into the culture media to increase C/N ratio and to
stimulate the growth of heterotrophic bacteria. Bacillus subtilis,
Bacillus megaterium, and Bacillus polymyxa were among those which can be used
to improve water quality of culture ponds. Probiotic is also functioned as
immunostimulant, able to increase feed conversion ratio, able to inhibit the growth
of pathogenic bacteria, produce antibiotic, and improve water quality. This study
was aimed to evaluate growth performance of catfish (Clarias sp.) cultivated in
biofloc-based super intensive culture added with Bacillus sp.
Catfish (Clarias sp.) with size approksimately 2.3 0.12 g/fish was used as
tested material with stocking density of 50 fishes/ 100 L. Commercial pellet with
protein content of 31.77% was used as feed. Before being fed to the fish, feed was
2
fermented using Bacillus sp. cells for two days, with the cells concentration of 10
-1 4 -1 6 -1
CFU ml (treatment A), 10 CFU ml (treatment B) and 10 CFU ml (treatment
2
C). Completely randomized design was applied on 5 treatments, which were 10
-1 4 -1 6 -1
cfu ml (A), 10 cfu ml (B), 10 cfu ml (C), biofloc without Bacillus sp. cells
+ -
addition (K ), without biofloc as well as Bacillus sp. cells addition (K , control).
Each data was taken triplicate.
Results showed that Survival rate (SR) of catfish showed significantly different
between Bacillus sp. treatment and control (p<0.05). Growth and feed conversion
ratios in Bacillus sp. treatments were better than that of the controls. Nutrient content
6 -1
of biofloc containing 10 CFU ml showed the highest protein value 34.06%. Total
6 -1 8 -1
bacterial cells abundance were ranging from 10 CFU ml cells to 10 CFU ml
cells, either using Bacillus sp. or without the addition of heterotroph as a control.
6
Highest performance of catfish growth was obtained using biofloc treatment by 10
-1
CFU ml Bacillus sp. addition compare to other treatment.
Keyword: Bacillus sp., bioflocs, catfish, growth
Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis


ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KINERJA PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DALAM
BUDIDAYA SUPER INTENSIF BERBASIS BIOFLOK
DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK Bacillus sp.

MAULID WAHID YUSUP

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji pada Ujian Tesis: Dr Julie Ekasari, SPi MSc
Judul Tesis : Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.) dalam Budidaya Super
Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan Probiotik Bacillus sp.
Nama : Maulid Wahid Yusup
NIM : C151120451

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi


Ketua

Dr Munti Yuhana, SPi MSi Dr Ir Widanarni, MSi


Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Ilmu Akuakultur

Dr Ir Widanarni, MSi Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 24 Agustus 2015 Tanggal Lulus:


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.)
dalam Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan Probiotik
Bacillus sp. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Mei
2014 bertempat di Teaching Farm, Laboratorium Kesehatan Organisme Akuatik,
Laboratorium Nutrisi ikan, dan Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini tidak lepas dari segala bantuan
dan dukungan berbagai pihak, baik ide, pemikiran, tenaga, moril maupun material.
Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr Ir
Nur Bambang Priyo Utomo, MSi, Dr Munti Yuhana, MSi, dan Dr Ir Widanarni,
MSi selaku komisi pembimbing atas waktu dan bimbingannya mulai dari
penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penulisan tesis. Penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr Julie Ekasari, SPi MSc sebagai dosen
penguji tamu dan Dr Ir Eddy Supriyono, MSc sebagai wakil ketua program studi
Ilmu Akuakultur SPS IPB yang telah memberikan saran dan masukan dalam ujian
sidang tesis ini.
Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
(DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) atas
penyediaan Beasiswa Unggulan Dalam Negeri (BUDN) sehingga penulis dapat
memperdalam ilmu di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis haturkan kepada ayahanda
Sodirin dan Ibunda Suparmi, serta adik atas doa, bantuan, dukungan, dan
semangatnya. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan S2 Ilmu Akuakultur
angkatan 2012 atas kebersamaannya dalam menempuh studi, rekan-rekan
Teaching Farm, Upmal Deswira, Rahma Vida Anandasari, Retno Cahya Mukti,
Dody Sihono, Yeni Elisdiana. M. Yusuf Arifin, Dedi Pardinsyah, Denny Wahyudi,
Safratilofa, Ahmad Musa Said, Diki Danar, Anisa Rahmi, Abdullah Baharun,
Wahidah Mahanani, Bunga Primasari, Pak Jajang, Pak Ranta, dan teknisi lainnya.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu
pengetahuan umumnya dan perikanan khususnya.

Bogor, Agustus 2015

Maulid Wahid Yusup


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Kerangka Pemikiran 2
Tujuan 2
Manfaat 2
Hipotesis 2
2 METODE PENELITIAN 3
Waktu dan Tempat 3
Prosedur Penelitian 3
Rancangan Penelitian 4
Parameter Uji 5
Analisis Data 6
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 11
4 SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 18
RIWAYAT HIDUP 31
DAFTAR TABEL
1 Rancangan perlakuan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super
intensif berbasis bioflok dengan penambahan Bacillus sp. 5
2 Hasil analisis proksimat bioflok (dalam % bobot kering) 9
3 Hasil analisis proksimat ikan lele (dalam % bobot kering) 9
4 Hasil analisis proksimat pakan fermentasi (dalam % bobot kering) 10
5 Parameter kualitas air ( DO, pH, suhu, TAN, nitrit, nitrat, amonia) 11

DAFTAR GAMBAR
1 Alur penambahan molase dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok 4
2 Kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya
super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri
Bacillus sp. 7
3 Laju pertumbuhan harian ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya
super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 8
4 Rasio konversi pakan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super
intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri
Bacillus sp. 9
5 Dinamika populasi bakteri pada media pemeliharaan ikan lele (Clarias sp.)
dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri
Bacillus sp. 11

DAFTAR LAMPIRAN
1. Cara menghitung CN ratio (De Schryver et al. 2008) 18
2. Perhitungan molase selama penelitian 19
3. Data statistik uji ANOVA terhadap kelangsungan hidup
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis
bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 20
4. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap kelangsungan hidup ikan lele
(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan
penambahan bakteri Bacillus sp. 20
5. Data statistik uji ANOVA terhadap laju pertumbuhan harian ikan lele
(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan
penambahan bakteri Bacillus sp. 21
6. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap laju pertumbuhan harian
7. ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 21
8. Data statistik uji ANOVA terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.) dalam
budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri
Bacillus sp. 22
9. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.)
dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan
bakteri Bacillus sp. 22
10. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat Bioflok pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 23
11. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat bioflok pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis
bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 24
12. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat ikan pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 27
13. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat ikan pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 28
1 PENDAHULUAN

Ikan lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang digemari masyarakat
Indonesia. Produksi ikan lele pada tahun 2014 sebesar 613.120 ton dan mengalami
peningkatan 12.75% dari tahun sebelumnya (KKP 2014). Berdasarkan data
tersebut, angka produksi nasional ikan lele terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Peningkatan produksi budidaya lele dengan cara budidaya super intensif
membawa dampak negatif terhadap kualitas lingkungan budidaya yang kemudian
dapat berakibat bagi kesehatan ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan
oleh limbah dari sisa pakan, feses dan sisa metabolisme ikan. Menurut
Asaduzzaman et al. (2008), tingginya penggunaan pakan buatan pada budidaya
intensif menyebabkan pencemaran lingkungan dan peningkatan kasus penyakit.
Dengan demikian, semakin tinggi input pakan semakin tinggi pula akumulasi
limbah amonia dalam media budidaya dan bahkan dapat menyebabkan kematian
(Avnimelech 1999; Avnimelech 2012).
Nitrogen dalam sistem akuakultur terutama berasal dari pakan buatan yang
mengandung protein tergantung pada kebutuhan dan stadia organisme yang
dikultur (Avnimeleeh & Ritvo, 2003). Dari total protein yang masuk ke dalam
sistem budidaya, sebagian dikonsumsi oleh organisme budidaya dan sisanya
terbuang ke dalam air. Protein dalam pakan akan dicerna namun hanya 20-30%
dari total nitrogen dalam pakan dimanfaatkan menjadi biomassa ikan (Brune et al.
2003). Katabolisme protein dalam tubuh organisme akuatik menghasilkan
ammonia sebagai hasil akhir dan diekskresikan dalam bentuk ammonia (NH3)
tidak terionisasi melalui insang (Ebeling et al. 2006). Pada saat yang sama, bakteri
memineralisasi nitrogen organik dalam pakan yang tidak termakan dan feses
menjadi ammonia (Gross & Boyd, 2000).
Teknologi bioflok adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah limbah budidaya. Bahkan mampu memberi keuntungan lebih
karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen anorganik, juga dapat
menyediakan pakan tambahan bagi ikan budidaya sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan efisiensi pakan. Teknologi bioflok dapat dilakukan dengan
menambahkan karbon organik ke dalam media pemeliharaan untuk meningkatkan
C/N rasio dan merangsang pertumbuhan bakteri heterotrof (Crab et al. 2007).
Bakteri heterotrof dapat mengasimilasi dengan cepat total ammonia nitrogen
(TAN) dalam perairan dan dikonversi menjadi protein bakteri jika terdapat C/N
rasio yang optimal untuk pertumbuhannya (Avinemelech 1999). Bakteri heterotrof
kemudian akan membentuk bioflok. De Schryver et al. (2008) menyatakan bioflok
merupakan suspensi yang terdapat di dalam air yang berupa fitoplakton, bakteri,
agregat hidup, bahan organik, kation dan sel mati. Dengan demikian bioflok
merupakan suatu jenis kultur mikroba campuran yang tumbuh baik pada buangan
nitrogen, dan buangan nitrogen ini didaur ulang menjadi sel muda (Avnimelech
2007), dan dapat digunakan sebagai nutrisi penting tambahan bagi ikan (Ekasari
et al. 2010).
Menurut Irianto (2003), spesies Bacillus subtilis, B. megaterium, dan B.
polymyxa merupakan spesies yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas
air pada kolam pemeliharaan. Pemberian Bacillus sp. dengan metode suplementasi
2

dalam pakan juga meningkatkan pertumbuhan, respon imun, dan resistensi terhadap
infeksi virus (Widanarni et al. 2014), dan memperbaiki rasio konversi pakan
(Widanarni et al. 2012), serta peningkatan kualitas air (Watson et al. 2008). Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.) dalam
budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan probiotik
Bacillus sp.

Perumusan Masalah

Harga pakan yang tinggi cenderung tidak bisa diikuti oleh penjualan ikan
lele sehingga dengan berkembangnya teknologi bioflok diharapkan menurunkan
biaya pakan. Untuk menunjang pertumbuhan bakteri Bacillus sp. dalam bioflok,
diperlukan rasio C:N yang optimal sebagai unsur nutrisi. Penggunaan probiotik
dalam pakan bertujuan untuk meningkatkan populasi probiotik di dalam saluran
pencernaan ikan uji sehingga mekanisme aksi dari probiotik dalam menghasilkan
enzim eksogenous untuk pencernaan semakin meningkat. Dengan demikian,
penelitian terhadap dosis bakteri yang tepat untuk dapat memenuhi perkembangan
bakteri pada budidaya sistem bioflok perlu dilakukan. Untuk itu, perlu diketahui
pengaruh bakteri Bacillus sp. pada bioflok dalam meningkatkan Survival Rate
(SR), pertumbuhan dan Feed Convertion Ratio (FCR), serta kemampuan bakteri
dalam memanfaatkan nitrogen organik sehingga dapat meningkatkan kualitas air
dalam sistem dengan tanpa pergantian air (zero water exchange).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan


lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan
penambahan probiotik Bacillus sp.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan pada budidaya ikan lele
sistem bioflok untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
serta mengatasi permasalahan pada budidaya ikan lele.

Hipotesis

Penambahan Bacillus sp. dalam budidaya super intensif berbasis bioflok


dapat meningkatkan produksi biomassa ikan lele (Clarias sp.).
3

2 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Mei 2014 di
Teaching Farm (pemeliharaan ikan), Laboratorium Nutrisi Ikan (analisis
proksimat ikan, proksimat bioflok dan proksimat pakan fermentasi), Laboratorium
Kesehatan Ikan (perhitungan total bakteri di air), dan Laboratorium Lingkungan
(analisis kualitas air) Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian

1. Persiapan Wadah dan Ikan Uji


Ikan lele yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele dumbo (Clarias
sp.) berukuran 2.30.12 g/ekor yang dipelihara dengan padat tebar 50 ekor/wadah.
Sebelum diberi perlakuan, ikan lele terlebih dahulu dipelihara selama tujuh hari
dalam akuarium untuk proses adaptasi. Wadah yang digunakan dalam penelitian
berupa akuarium yang berukuran 90 40 50 cm yang diisi 100 L air dan
dilengkapi dengan aerator, selang dan batu aerasi. Sumber air yang digunakan
adalah air sumur, dengan tanpa pergantian air (zero water exchange).

2. Persiapan Pakan Uji


Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan pellet dengan kadar
protein 31.77 %. Sebelum diberikan kepada ikan, pakan difermentasikan terlebih
2
dahulu dengan bakteri Bacillus sp. sebanyak 2 ml/kg pakan, dengan dosis 10
-1 4 -1 6 -1
CFU ml , 10 CFU ml dan 10 CFU ml selama 2 hari.
3. Bakteri Probiotik (Bacillus sp.)
Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri probiotik
(Bacillus sp.) yang berasal dari Probiotik Bioflok 165. Penambahan populasi
Bacillus sp. ke dalam media budidaya dilakukan seminggu sekali sebanyak 10 ml
-3
m air dengan dosis sesuai perlakuan. Monitoring kelimpahan bakteri total
dilakukan dengan total plate count (TPC) pada media Trypticase Soya Agar (TSA)
seminggu sekali. Penambahan molase dilakukan pada media bioflok dengan C:N
rasio (15:1). Molase yang digunakan memiliki kandungan C organik 35%.
Penambahan molase pada media budidaya dilakukan sesuai Gambar 1 dan
Lampiran 1:
4
50 @ 2,42 / = 121 g
5% = 6,05 g
31 % = 1,87 g
16% = 0,30 g

75 % = 0,22 g
: 15 1
= 3,30 g
35 % ( )
= 9,42 g

Gambar 1. Alur penambahan molase dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok

4. Pemeliharaan Ikan
Empat hari sebelum perlakuan (H-4) diinokulasikan sel Bacillus sp. sebanyak
3
10 ml/m dengan konsentrasi sesuai perlakuan dan molase cair 10 g ke media
pemeliharaan. Pertumbuhan bakteri pada media budidaya dimonitor setiap hari
sampai H-0, dan penebaran ikan lele dilakukan pada H-0. Pemeliharaan ikan
dilakukan selama 42 hari dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari dan
feeding rate 5% dari biomassa ikan (Lampiran 2). Sampling pertumbuhan ikan
dilakukan setiap 2 minggu sekali dan pemuasaan ikan dilakukan seminggu sekali,
kecuali perlakuan kontrol tanpa bioflok.
5

Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah rancangan acak
lengkap (RAL) satu faktor. Penelitian ini dilakukan pada ikan stadia juvenil.
Perlakuan yang diberikan yaitu penambahan Bacillus sp. dalam media budidaya
2
dengan sistem bioflok dan pakan pellet hasil fermentasi dengan dosis Bacillus sp. 10
-1 4 -1 6 -1
CFU ml , 10 CFU ml , 10 CFU ml , kontrol positif (media budidaya bioflok dan
tanpa penambahan Bacillus sp.), dan kontrol negatif (tanpa bioflok). Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Rancangan penelitian penambahan Bacillus sp.
melalui media budidaya dan pakan untuk kinerja pertumbuhan ikan lele dalam
budidaya super intensif berbasis bioflok disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan perlakuan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif
berbasis bioflok dengan penambahan Bacillus sp.
Perlakuan Ulangan
1 2 3
Perlakuan A A1 A2 A3
2 -1
Bioflok + Bacillus sp. (10 CFU ml )
Perlakuan B B1 B2 B3
4 -1
Bioflok + Bacillus sp. (10 CFU ml )
Perlakuan C C1 C2 C3
6 -1
Bioflok + Bacillus sp. (10 CFU ml )
Kontrol positif (K+) K+1 K+2 K+3
Bioflok + tanpa penambahan Bacillus sp.
Kontrol negatif (K-) K-1 K-2 K-3
(tanpa bioflok)

Parameter yang Diamati

1. Tingkat Kelangsungan Hidup


Kelangsungan hidup ikan dihitung pada hari ke-42. Perhitungan SR
mengacu pada rumus Effendi (2004):
TKH Nt 100%
No
Keterangan:
TKH = tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = jumlah ikan yang hidup pada akhir pengamatan (ekor)
No = jumlah ikan yang hidup pada awal pengamatan (ekor)

2. Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate)


Berdasarkan berat ikan yang diukur selama 42 hari, persentase pertumbuhan
spesifik (Specific Growth Rate) dihitung menggunakan rumus Huisman (1987):
t
Wt
SGR = [Wo 1] 100%
6

Keterangan:
SGR = specific growth rate atau pertumbuhan spesifik (%/hari)
Wo = bobot ikan awal (kg)
Wt = bobot ikan akhir (kg)
t = waktu (hari)

3. Rasio Konversi Pakan (FCR)


Rasio konversi pakan adalah jumlah pakan (g) yang dimakan oleh ikan
untuk menaikkan 1 gram bobot ikan untuk menghubungkan laju pertumbuhan
ikan dan jumlah pakan. Rumus penghitungan rasio konversi pakan mengacu pada
Zonneveld et al. (1991) :
FCR =
+ +

Keterangan:
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (gram) Wo
= Biomassa awal ikan (gram)
Wm = Biomassa ikan yang mati saat perlakuan (gram)
Wt = Biomassa akhir ikan (gram)

4. Analisis Proksimat
Analisis proksimat dilakukan pada bioflok, ikan lele dan pakan hasil fermentasi.
Analisis proksimat yang dilakukan meliputi: kadar protein, kadar lemak, bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN), kadar air, dan kadar abu (AOAC 1995).

5. Jumlah koloni bakteri


Perhitungan populasi bakteri total dilakukan setiap 7 hari sekali dengan metode
-1 -8
hitung cawan yaitu dengan melakukan pengenceran berseri 10 hingga 10 . Kultur
o
diinkubasi pada suhu 28-30 C selama 24 hingga 28 jam. Jumlah koloni bakteri yang
tumbuh dihitung dengan menggunakan rumus Madigan et al. (2014):
1 1 Jumlah Koloni Bakteri =
N

Keterangan:
N = jumlah bakteri dalam cawan petri (koloni) fp =
faktor pengenceran
S = jumlah sampel yang diambil dari suspensi bakteri (ml)

6. Kualitas Air
Pengukuran parameter kualitas air meliputi suhu dilakukan setiap hari.
Sedangkan DO, pH, amonia, nitrit dan nitrat dilakukan seminggu sekali.
7

Analisa Data

Data pertumbuhan spesifik, kelangsungan hidup (SR), rasio konversi pakan


(FCR) dan hasil proksimat dianalisa secara statistik dengan one-way analysis of
variance (Steel & Torrie, 1980) menggunakan software statistik SPSS (versi 18)
pada selang kepercayaan 95% (P<0.05). Apabila terdapat perbedaan nyata,
dilakukan uji lanjut Tukey. Data kelimpahan bakteri dan kualitas air dianalisis
secara deskriptif.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Tingkat Kelangsungan Hidup


Kelangsungan hidup ikan uji selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar
2. Kelangsungan hidup ikan pada perlakuan C lebih tinggi (P<0.05) dibanding
kontrol negatif dan kontrol positif (Lampiran 3). Kelangsungan hidup pada
perlakuan C adalah 89.33% tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan A
(87.33%) dan perlakuan B (86.67%). Sedangkan perlakuan A dan B berbeda nyata
(P<0.05) terhadap kontrol negatif (50.67%) namun tidak berbeda nyata terhadap
kontrol positif (75.33%) (Lampiran 4).

100 87,33 bc 86,67 bc 89,33 c 75,33 b


80
(%)Tingkat Kelangsungan hidup

60 50,67 a

40

20

0
A B C K+ K-

Perlakuan

Gambar 2 Kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif
2 -1
berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 10 CFU ml ; B: perlakuan dosis
4 -1 6 -1
10 CFU ml ; C: perlakuan dosis 10 CFU ml ; K+: kontrol positif; K-:
kontrol negatif) dengan penambahan bakteri Bacillus sp.

2. Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate)


Laju pertumbuhan harian ikan uji selama 42 hari pemeliharaan menunjukkan
bahwa antara perlakuan dan kontrol berbeda nyata (P<0.05) (Lampiran 5). Hasil
yang diperoleh disajikan pada Gambar 3. Laju pertumbuhan harian tertinggi
terdapat pada perlakuan C (6.35%). Perlakuan C tidak berbeda nyata (P>0.05)
8

dibandingkan dengan perlakuan A (6.04%) dan perlakuan B (6.16%). Namun


ketiganya berbeda nyata dengan K+ (kontrol positif) dan K- (kontrol negatif)
dengan nilai masing-masing 5.21% dan 5.08% (Lampiran 6).

Laju Pertumbuhan (%) 7 6.04 b 6.16 b 6.35 b


6
5.21 a 5.08 a
5

4
3
2
1
0
A B C K+ K-
Perlakuan

Gambar 3 Laju pertumbuhan harian ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super
2 -1
intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 10 CFU ml ; B:
4 -1 6 -1
perlakuan dosis 10 CFU ml ; C: perlakuan dosis 10 CFU ml ;
K+: kontrol positif; K-: kontrol negatif) dengan penambahan bakteri
Bacillus sp.

3. Rasio Konversi Pakan (FCR)


Nilai rasio konversi pakan pada ikan lele berbasis bioflok dapat dilihat pada
Gambar 4.
1.8
1.6
1.42 a
1.4
1.2 0.99 b 0.98 b 0.91 b 1.01 b
1
RFC

0.8
0.6
0.4
0.2
0
A B C K+ K-
Perlakuan

Gambar 4 Rasio konversi pakan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super
2 -1
intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 10 CFU ml ; B:
4 -1 6 -1
perlakuan dosis 10 CFU ml ; C: perlakuan dosis 10 CFU ml ; K+:
kontrol positif; K-: kontrol negatif) dengan penambahan bakteri
Bacillus sp.

Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P<0.05) antara
perlakuan dengan K- (kontrol negatif) (Lampiran 7). Nilai rasio konversi pakan
terbaik ditunjukkan oleh perlakuan C (0.91), diikuti oleh perlakuan B (0.98),
9

perlakuan A (0.99), kemudian K+ (1.01), sedangkan pada kontrol negatif (K-)


mencapai 1.42. Hasil analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan (P>0.05) antar perlakuan tersebut. Nilai rasio konversi pakan perlakuan
A, B, dan C berbeda nyata (P<0.05) dengan kontrol negatif, namun tidak berbeda
nyata terhadap kontrol positif (Lampiran 8).

4. Proksimat Bioflok, Ikan Lele dan Pakan Fermentasi


Komposisi proksimat bioflok pada akhir pemeliharaan dapat dilihat pada
Tabel 2. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai protein, BETN, abu dan
serat kasar bioflok pada semua perlakuan probiotik tidak berbeda nyata (P>0.05)
dengan K+ (Lampiran 9). Kadar protein bioflok pada perlakuan C 34.061.70, A
31.992.70 dan B 31.811.51, kemudian K+ 31.644.31. Kadar lemak bioflok
pada semua perlakuan probiotik berbeda nyata (P<0.05) dengan K+. Nilai
proksimat lemak bioflok yang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan K+
(14.922.87), diikuti perlakuan C (9.174.53), perlakuan A (7.871.69), dan
perlakuan B (6.470.86) (Lampiran 10).

Tabel 2 Hasil analisis proksimat bioflok (dalam % bobot kering)


Proksimat bioflok (dalam % bobot kering)
Perlakuan Protein Lemak BETN Abu SK
A
31.992.70a 7.871.69b30.109.65a17.853.89a 12.177.00a
B
31.811.51a 6.470.86b39.464.17a15.291.29a 6.953.67a
C
34.061.70a 9.174.53b33.374.18a18.736.51a 4.656.63a
K+ 31.644.31a 14.922.87a 30.5412.78a 13.922.58a 8.9510.23a
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
(A) Perlakuan dosis 102 CFU ml-1; (B) Perlakuan dosis 104 CFU ml-1;(C) Perlakuan dosis 106
CFU ml-1; (K+) Kontrol positif; BETN (Bahan ekstrak tanpa nitrogen);
SK: serat kasar

Nilai proksimat ikan pada akhir pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa proksimat ikan (protein dan abu) pada
semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan kontrol positif dan negatif
(Lampiran 11). Kadar protein rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu
59.042.81%, perlakuan C 57.272.27%, perlakuan kontrol positif 55.344.51%,
selanjutnya perlakuan A 54.801.59% kemudian kontrol negatif 54.421.22%.).

Tabel 3 Hasil analisis proksimat ikan (dalam % bobot kering)


Proksimat ikan (dalam % bobot kering)
Perlakuan Protein Lemak BETN Abu SK
A a a b a a
54.801.59 17.301.93 9.721.02 15.821.21 2.330.96
B a ab a
59.042.81 18.591.74 4.362.21 14.820.80a 3.160.79ab
C
57.272.27a 21.981.84b 2.990.66a 14.911.89a 2.830.91ab K+
55.344.51a 17.332.02a 7.471.37b 15.692.81a 4.150.61b
K- 54.421.22a 18.351.85a 9.070.64b 14.371.69a 3.760.87ab
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
(A) Perlakuan dosis 102 CFU ml-1; (B) Perlakuan dosis 104 CFU ml-1;
(C) Perlakuan dosis 106 CFU ml-1; (K+) Kontrol positif; (K-) Kontrol
negatif; BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen; SK: serat kasar
10

Pada proksimat lemak ikan perlakuan C berbeda nyata (P<0.05) dengan


kontrol positif dan kontrol negatif. Sedangkan perlakuan A dan B tidak berbeda
nyata (P<0.05) terhadap kontrol negatif dan kontrol positif. Nilai proksimat lemak
ikan yang terbaik ditunjukan oleh perlakuan C (21.981.84%), diikuti oleh
perlakuan B (18.591.74%), dan perlakuan kontrol negatif (18.351.85%),
kemudian kontrol positif (17.332.02%) dan perlakuan A (17.301.93%)
(Lampiran 12).
Nilai proksimat pakan fermentasi selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel
4. Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan C (33.48), diikuti oleh perlakuan B
(31.96%), A (31.83%), kemudian K+ dan K- (31.77%). Kadar lemak tertinggi juga
terdapat pada perlakuan C (8.32%), diikuti oleh perlakuan A (7.01%), B (6.94%),
kemudian K+ dan K- (5.88%). Berikut komposisi proksimat pakan:

Tabel 4 Hasil analisis proksimat pakan fermentasi (dalam % bobot kering)


Perlakuan Protein Lemak BETN Abu SK
K+ 31.77 5.88 51.46 9.34 1.53
A 31.83 7.01 50.27 9.42 1.45
B 31.96 6.94 49.30 9.12 2.65
C 33.48 8.32 47.59 9.00 1.59
(K+): kontrol positif; (A) : inokulan dengan dosis 102 CFU ml-1; (B) : inokulan dengan
dosis 104CFU ml-1; (C) : inokulan dengan dosis 106CFU ml-1;
BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen; SK: serat kasar

5. Penghitungan Populasi Bakteri Total


Penghitungan populasi bakteri total dilakukan setiap seminggu sekali selama
42 hari. Hasil penghitungan bakteri total ditunjukkan pada Gambar 5. Populasi
bakteri total selama pemeliharaan terlihat dinamis. Populasi bakteri total pada
5 -1
semua perlakuan dari awal hingga akhir yaitu pada kisaran 10 CFU ml hingga
8 -1 5
10 CFU ml . Pada awal perlakuan kepadatan bakteri total mencapai 10 CFU
-1 7 -1
ml hingga 10 CFU ml , sedangkan pada akhir perlakuan kepadatan bakteri
6 -1 8 -1
total mencapai 10 CFU ml hingga 10 CFU ml .

10

8
A6
-
Log cfu/ml

B
4

C
2 k+
0

0 7 14 21 28 35 42
Hari
-7 ke

Gambar 5 Dinamika populasi bakteri pada media pemeliharaan ikan lele (Clarias sp.)
2
dalam budidaya super intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 10
-1 4 -1 6
CFU ml ; B: perlakuan dosis 10 CFU ml ; C: perlakuan dosis 10 CFU
-1
ml ; K+: Kontrol positif) dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
11

6. Pengamatan Kualitas air


Hasil pengukuran parameter kualitas air berupa suhu setiap hari. DO, pH,
TAN, nitrit, nitrat yang dilakukan setiap 7 hari sekali pada media pemeliharaan
ikan lele dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Parameter kualitas air (DO, pH, suhu, TAN, nitrit, nitrat, amonia)
Kualitas air
DO pH Suhu TAN Nitrit Nitrat Ammonia
o
Perlakuan (mg/l) ( C) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
A 0,000-0,010
5,1-8,1 5,74-7,95 30,5-31,7 0,16-0,68 0,16-0,99 0,16-0,77
B 0,000-0,028
5,9-7,6 5,58-7,71 30,3-32,1 0,17-0,74 0,09-1,49 0,17-0,74
C 0,000-0,011
5,6-7,6 5,30-7,67 30,2-32,2 0,22-0,88 0,09-1,08 0,22-0,73
K+ 0,000-0,026
3,8-7,9 5,68-7,78 30,5-32,6 0,21-1,11 0,03-1,49 0,21-1,11
K- 0,000-0,027
4,0-8,0 5,52-7,79 30,3-32,3 0,14-1,23 0,02-1,40 0,14-1,23
2 -1 4 -1
(A) Perlakuan dosis 10 CFU ml ; (B) Perlakuan dosis 10 CFU ml ;
(C) Perlakuan dosis 106 CFU ml-1; (K+) Kontrol positif; (K-) Kontrol negatif

Pembahasan

Dalam studi ini, kelangsungan hidup ikan pada perlakuan C lebih tinggi (P<0.05)
dibanding kontrol negatif (K-) dan kontrol positif (K+). Perlakuan A dan B berbeda
nyata (P<0.05) terhadap kontrol negatif (50.67%) namun tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan kontrol positif (75.33%). Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan sel Bacillus sp. dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok terbukti
mampu meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele. Hasil serupa ditunjukkan pada
penggunaan Staphylococcus lentus pada budidaya ikan lele dengan sistem bioflok
yang menghasilkan nilai kumulatif mortalitas yang lebih rendah dibanding kontrol
(Salamah et al. 2015). Hasil penelitian DeCamp et al. (2008); Tseng et al. (2009);
Verschuere et al. (2000) juga menunjukkan bahwa penggunaan Bacillus sp. mampu
meningkatkan kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada budidaya.
Azim dan Little (2008) menyatakan bahwa keberadaan sel mikroba pada
konsentrasi yang optimal dalam bioflok dapat meningkatkan status kesehatan
ikan. Bakteri dalam bioflok mengakumulasi komponen PHB atau poly--
hidroxybutirate yang diduga berperan dalam pengontrolan bakteri patogen pada
sistem budidaya. Kandungan PHB pada bioflok yang dimakan ikan pada
perlakuan bioflok dapat meningkatkan sistem imun ikan sehingga ikan dapat lebih
tahan terhadap gangguan yang terjadi selama pemeliharaan (Michaud et al. 2006).
Perlakuan kontrol tanpa bioflok (K-) memiliki nilai kelangsungan hidup yang
rendah pada penelitian ini. Rendahnya nilai kelangsungan hidup pada perlakuan (K-)
terjadi karena ketidakseragaman pertumbuhan ikan sehingga meningkatkan sifat
kanibalisme pada ikan lele. Pada penelitian ini, sumbangan utama dari kanibalisme
terhadap kematian ikan kontrol tanpa bioflok mencapai 49.33%. Baras dan dAlmeida
(2001) menyatakan ketidakseragaman ukuran sangat berpengaruh terhadap derajat
kelangsungan hidup dan laju kanibalisme pada pemeliharaan larva ikan lele. Dalam 7
minggu pemeliharaan Clarias sp. dilaporkan kanibalisme menjadi penyebab utama
total kematian 60-93% (Adamek et al. 2011).
12

Pertumbuhan spesifik (SGR) ikan lele pada perlakuan A, B, dan C secara


signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, kandungan
protein dalam bioflok meningkat sejalan dengan peningkatan penambahan Bacillus
sp. dan tertinggi mencapai 34.06% pada perlakuan C. Hal ini menunjukkan bahwa
ikan lele efektif dapat memanfaatkan bioflok dengan penambahan Bacillus sp.
Beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa bioflok dapat meningkatkan
pertumbuhan seperti pada ikan nila (Avnimelech 1999; 2007; Ekasari et al. 2015),
Macrobrachium rosenbergii (Asaduzzaman et al. 2008), udang vanname (Xu et al.
2012; Ju et al. 2008b; Kuhn et al. 2009, 2010; Burford et al. 2004), udang windu
(Anand et al. 2014) dan crucian carp (Wang et al. 2015).
Pemberian Bacillus sp. pada pakan berpengaruh baik pada sistem pencernaan
ikan karena Bacillus sp. dalam bioflok dapat menghasilkan enzim eksogenous
(Ekasari et al. 2010) sehingga sistem pencernaan ikan menjadi lebih efektif dalam
pembelanjaan energi (expenditure energy) untuk proses pencernaan. Selisih energi
yang diakibatkan dari proses tersebut dapat digunakan untuk proses pertumbuhan.
Liu et al. (2009) menyatakan adanya kenaikan pertumbuhan pada hewan akuatik
yang diberikan penambahan probiotik pada pakan dapat dikaitkan dengan adanya
peningkatan aktivitas pencernaan oleh aktivitas enzimatik dan sintesis vitamin
sehingga dapat meningkatkan nilai kecernaan dan pertambahan bobot.
Nilai rasio konversi pakan perlakuan A, B, dan C berbeda nyata (P<0.05)
dengan kontrol negatif, namun tidak berbeda nyata terhadap kontrol positif. Hal
ini menunjukkan bahwa budidaya sistem bioflok dapat meningkatkan efisiensi
pakan dengan menekan nilai rasio konversi pakan. Beberapa studi sebelumnya
menunjukkan bahwa bioflok dapat menggantikan pakan ikan dan mengurangi
FCR pada pemeliharaan udang windu (Anand et al. 2014). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemberian Bacillus sp. dalam media budidaya memberikan
efek yang positif terhadap efisiensi pakan ikan lele secara signifikan dibanding
kontrol. Hal ini dikarenakan bahwa bioflok adalah sumber yang kaya senyawa
bioaktif seperti karotenoid, klorofil, pitosterol, bromophenols, gula amino (Ju et
al. 2008a) dan senyawa anti-bakteri (Crab et al. 2010). Penambahan Bacillus sp.
dalam bioflok telah mengakibatkan pertumbuhan dan FCR yang lebih baik pada
ikan lele dengan sistem bioflok. Aplikasi penerapan teknologi bioflok terhadap
pakan bisa mengurangi penggunaan pakan 10-20% (De Schryver et al. 2008).
Verschuere et al. (2000) menyatakan bahwa sel-sel probiotik berkontribusi pada
peningkatan respon imun dengan meningkatkan keseimbangan mikroflora usus
melalui peningkatan nilai pakan, kontribusi enzimatik untuk pencernaan,
penghambatan mikroorganisme patogen, dan faktor pertumbuhan.
Kadar protein dalam pakan merupakan faktor penting untuk nutrisi organisme
akuatik. Kandungan nutrisi dalam pakan yang sesuai kebutuhan ikan lele meliputi 24-
26% protein (Halver & Hardy, 2002) dan 3-6% lemak (Webster & Lim 2002). Dalam
penelitian ini, rata-rata kandungan protein dari bioflok pada perlakuan adalah
32.811.25, dan 7.831.35 lemak (Tabel 2). Tingginya kandungan protein dan lipid
dari bioflok diduga berkaitan dengan konsentrasi zat ekstraseluler polimer (EPS) yang
mencakup 80-95% dari bahan organik dalam bioflok (Wilen et al. 2008).
Dalam penelitian lainnya, Tacon et al. (2002) menyatakan bahwa kandungan
-1
bioflok terdiri dari 35-38% protein, 5-9% lemak, 7-10% abu, dan 18-19 kJ g energi
dalam bioflok yang dihasilkan pada budidaya udang menggunakan sistem tertutup
dengan pakan komersil. Hal tersebut menunjukkan protein, lipid, karbohidrat dan
13

kadar abu pada bioflok dapat digunakan sebagai nutrisi penting tambahan pada
pakan budidaya (Crab et al. 2010; Ekasari et al. 2010). Bioflok dapat menjadi
sumber lengkap nutrisi dan berbagai senyawa bioaktif, dan mungkin mengandung
beberapa faktor yang belum ditemukan (Ju et al. 2008b). Dengan kandungan
protein yang sama sebagai pakan komersial, bioflok bermanfaat untuk
pertumbuhan ikan.
Pada penelitian6 ini, kelimpahan bakteri total dari awal hingga akhir perlakuan
-1 8 -1
berkisar antara 10 CFU ml hingga 10 CFU ml . Kelimpahan sel Bacillus sp.
terlihat dinamis dari awal sampai akhir pemeliharaan (Gambar 4). Peningkatan
populasi sel bakteri terjadi pada hari ke-3 setelah penambahan inokulan sel
Bacillus sp. Hal tersebut juga diamati sebelum perlakuan. Pada hari pertama 4
setelah penambahan inokulan (H-4 perlakuan) populasi bakteri mencapai 10 CFU
-1 5 -1
ml hingga 10 CFU ml , kemudian pada hari ke-2 (H-3 perlakuan) populasi
6 -1 7 -1
mulai meningkat menjadi 10 CFU ml hingga 10 CFU ml . Pada7 hari ke-3 (H-
5 -1 -1
2 perlakuan) masih dalam kelimpahan 10 CFU ml hingga 10 CFU ml ,
sedangkan 4pada hari 5ke-4 (H-1 perlakuan) kelimpahan mulai menurun yaitu
-1
menjadi 10 hingga 10 CFU ml .
Molase merupakan sumber karbon yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
populasi sel mikroba. Penambahkan C-organik dalam media budidaya dapat
merangsang pertumbuhan secara cepat sel bakteri heterotrofik (Avnimelech,
1999). Hal itu karena penambahan molase sebagai sumber karbon dapat
mendukung perkembangbiakan populasi sel mikroba di air. Hal ini sejalan dengan
Burford et al. (2004) yang menyatakan bahwa penambahan sumber karbon dapat
membantu proses transformasi dari nitrogen anorganik menjadi protein mikroba
melalui peningkatan populasi sel mikroba heterotrof.
Kisaran kualitas air selama pemeliharaan untuk semua perlakuan masih dalam
kisaran normal. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai kualitas air berupa
suhu, DO, pH, TAN, nitrit, nitrat dan amonia pada semua perlakuan masih dalam
kondisi optimal yang digunakan dalam budidaya ikan lele. Kisaran DO pada
semua perlakuan berkisar 4.0-8.1 ppm. Nilai pH mencapai 5.30-7.95 untuk semua
perlakuan. Selama pemeliharaan, nilai suhu pada semua perlakuan berkisar 30.2-
o -1
32.6 C. Kadar amonia dari semua perlakuan berkisar 0.001-0.028 mg l , hal ini
masih dalam kisaran normal. Menurut Boyd (1982), kandungan amonia sebesar
-1
0.1 mg l dapat menurunkan pertumbuhan dan menyebabkan kerusakan insang
-1
pada channel catfish. Kadar nitrit berkisar 0.002-1.49 mg l dan kadar nitrat
-1
berkisar 0.16-1.23 mg l , untuk semua perlakuan. Nilai nitrit dalam budidaya
-1
harus kurang dari 1 mg l (Ebeling & Michael 2007).
14

4 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kinerja pertumbuhan ikan lele dumbo pada perlakuan bioflok dengan


6 -1
penambahan probiotik Bacillus sp. 10 CFU ml menunjukkan hasil yang paling
baik dibandingkan perlakuan lainnya, dengan nilai SR 89.332.49%, SGR
6.350.05%, dan FCR 0.910.01

Saran

Dalam penelitian dengan menggunakan sistem bioflok sebaiknya dilakukan


pengukuran kelimpahan plankton selain kelimpahan bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analitical Chemist. 1995. Official methods of


analysis of the association of analytical chemists. Washington DC.
Association of Official Analytical Chemist.
Adamek J, Kamler E, Epler P. 2011. Uniform maternal age/size and light
restrictions mitigate cannibalism in Clarias sp. larvae and juveniles reared
under production-like controlled conditions. Aquaculture Engineering.
45:13-19.
Anand PSS, Kohli MPS, Kumar S, Sundaray JK, Roy SD, Venkateshwarlu G,
Sinha A, Pailan GH. 2014. Effect of Dietary Supplementation of Biofloc on
Growth Performance and Digestive Enzyme Activities in Penaeus monodon.
Aquaculture, 418-419:108-115.
Asaduzzaman M, Wahab MA, Verdegem MCJ, Huque S, Salam MA, Azim ME.
2008. C/N Ratio Control and Substrate Addition for Periphyton
Development Jointly Enhance Freshwater Prawn Macrobrachium
rosenbergii Production in Ponds. Aquaculture. 280:117-123.
Avnimelech Y. 1999. Carbon/nitrogen ratio as a control element in aquaculture
systems. Aquaculture. 176: 227-235.
Avnimelech Y, Ritvo G. 2003. Shrimp and fish pond soils: processes and
management. Aquaculture. 220: 549567.
Avnimelech Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge
bioflocs technology ponds. Aquaculture. 264(1):140-147.
d
Avnimelech Y. 2012. Biofloc Technology - A Practical Guide Book. 2 Edition.
Baton Rouge, Louisiana, United States: The World Aquaculture Society.
Azim ME dan Little DC. 2008. The biofloc technology (BTF) in indoor tanks:
Water quality, biofloc composition, and growth and welfare of Nile tilapia
(Oreochromis niloticus). Aquaculture. 283: 29 -35.
Baras E, dAlmeida AF. 2001. Size heterogeneity prevails over kinship in shaping
15

cannibalism among larvae of sharptooth catfish Clarias sp.. Aquatic Living


Resources. 14:251 - 256.
Boyd CE. 1982. Water quality management in aquaculture and fisheries science.
Amsterdam: Elsevier Scientific Publishing Company. 3125p.
Burford MA dan Thompson PJ, McIntosh RP. 2004. The contribution of
flocculated material to shrimp (Litopenaeus vannamei) nutrition in a high
intensity, zero exchange system. Aquaculture. 232(1-4): 525-537.
Brune D, Schwartz G, Eversole A, Collier J, Schwedler T. 2003. Intensification of
pond aquaculture and high rate photosynthetic systems. Aquacultural
Engineering.28: 6586.
Crab R, Avnimelech Y, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2007. Nitrogen
Removal Techniques in Aquaculture for Sustainable Production.
Aquaculture. 270: 1-14.
Crab R, Chielens B, Wille M, Bossier P, Verstraete W. 2010. The effect of
different carbon sources on the nutritional value of bioflocs, a feed for
Macrobrachium rosenbergii postlarvae. Aquaculture Research. 41:559567.
Decamp O, Moriarty DJW, Lavens P. 2008. Probiotics for shrimp larviculture:
review of field data from Asia and Latin America. Aquaculture Research.
39:334338.
De Schryver P, Crab R, Defoirdt T, Boon N, Verstraete W. 2008. The Basics of
Bioflocs Technology: The Added Value for Aquaculture. Aquaculture. 277:
125-137.
Ebeling JM, Timmons MB, Bisogni JJ. 2006. Engineering analysis of the
stoichiometry of photoautotrophic autotrophic and heterotrophic removal of
ammonia nitrogen in aquaculture systems. Aquaculture. 257: 346358.
Ebeling JM, Michael BT. 2007. Recirculating Aquaculture. Cayuga: NRAC
Publication.
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Depok: Penebar Swadaya.
Ekasari J, Crab R, Verstraete W. 2010. Primary Nutritional Content of Bio-Flocs
Cultured with Different Organic Carbon Sources and Salinity. Hayati J.
Biosci., 17: 125130
Ekasari J, Zairin Jr M, Putri DU, Sari NP, Surawidjaja EH, Bossier P. 2015.
Biofloc-based reproductive performance of Nile tilapia Oreochromis
niloticus L. broodstock. Aquac Res., 46: 509512
Gross A, Boyd CE, Wood CW. 2000. Nitrogen transformations and balance in
channel catfish ponds. Aquacultural Engineering. 24: 1-14
rd
Halver JE, Hardy RW. 2002. Fish nutrition. New York: Academic Press Inc. 3
Ed. pp. 671-702.
Huisman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Department of
Aquaculture. Wageningen University. Netherland.170 p.
Irianto A. 2003. Probiotik Akuakultur. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ju
ZY, Forster IP, Conquest L, Dominy W, Kuo WC, David Horgen F. 2008a.
Determination of microbial community structures of shrimp floc cultures by
biomarkers and analysis of floc amino acid profiles. Aquaculture Research.
39:118-133.
Ju ZY, Forster IP, Conquest L, Dominy W. 2008b. Enhanced growth effects on
shrimp (Litopenaeus vannamei) from inclusion of whole shrimp floc or floc
fractions to a formulated diet. Aquaculture Nutrition.14:533-543.
16

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Statistik Kelautan dan


Perikanan 2014. Jakarta: KKP RI. 301p.
Kuhn DD, Boardman GD, Lawrence AL, Marsh L, Flick GJ. 2009. Microbial floc
meal as a replacement ingredient for fish meal and soybean protein in
shrimp feed. Aquaculture. 296:51-57.
Kuhn DD, Lawrence AL, Boardman GD, Patnaik S, Marsh L, Flick GJ. 2010.
Evaluation of two types of bioflocs derived from biological treatment of fish
effluent as feed ingredients for Pacific white shrimp, Litopenaeus vannamei.
Aquaculture.303:28-33.
Liu CH, Chiu CS, Ho PL, Wang SW. 2009. Improvement in the growth performance
of white shrimp, Litopenaeus vannamei, by a protease-producing probiotic,
Bacillus subtilis E20, from natto. Journal of Applied Microbiology.
107:1031-1041.
Madigan MT, Martinko JM, Bender KS, Buckley DH, Stahl DA. 2014. Brock
Biology of Microorganism. Fourteenth edition. Paersons Prentice Hall LTD,
London.
Michaud L, Blancheton JP, Bruni V, Piedrahita. 2006. Effect of particulate organic
carbon on heterotropic bacterial populations and nitrification efficiency in
biological filters. Aquaculture Engineering. 34:224-233.
Salamah, Priyo Utomo NB, Yuhana M, Widanarni. 2015. Growth performance of
catfish (Clarias sp.) cultured on biofloc system with addition of
heterotrophic bacteria. Journal Ikhtiologi Indonesia. Submitted.
Steele RGD dan Torrie JH. 1980. Principles and Procedures of Statistic.
nd
NewYork: McGraw-Hill. 2 Ed.
Tacon AGJ, Cody JJ, Conquest LD, Divakaran S, Forster IP, Decamp OE. 2002.
Effect of culture system on the nutrition and growth performance of Pacific
white shrimp Litopenaeus vannamei (Boone) fed different diets.
Aquaculture Nutrition. 8:121-137.
Tseng DY, Ho PL, Huang SY, Cheng SC, Shiu YL, Chiu CS, Liu CH. 2009.
Enhancement of immunity and disease resistance in the white shrimp,
Litopenaeus vannamei, by the probiotic, Bacillus subtilis E20. Fish &
Shellfish Immunology. 26:339-344.
Verschuere L, Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000. Probiotic bacteria as
biocontrol agents in aquaculture. Microbiology and Molecular Biology
Reviews. 64:655-671.
Wang G, Ermeng Y, Jun X, Deguang Y, Li Z, Luo W, Qiu L, Zheng Z. 2015. Eect of C/N ratio on water quality in zero-
water exchange tanks and the biofloc supplementation in feed on the growth performance of crucian carp,
Carassius auratus. Aquaculture. 443:98-104.
Watson AK, Kaspar H, Lategan MJ, Gibson L. 2008. Probiotics in aquaculture:
The need, principles and mechanisms of action and screening processes.
Aquaculture. 274:114.
Webster CD, Lim CE. 2002. Nutrient requirements and feeding of finfish for
aquaculture. CABI Publishing: Walingford, UK. 184-202p.
Widanarni, Wahjuningrum D, Puspita F. 2012. Application of probiotic bacteria
through artificial feed for increasing growth performance of tiger shrimp
Penaeus monodon. Jurnal Sains Terapan. 2: 32 49.
17

Widanarni, Yuhana M dan Muhammad A. 2014. Bacillus NP5 Improves Growth


Performance and Resistance against Infectious Myonecrosis Virus in White
Shrimp (Litopenaeus vannamei). Ilmu Kelautan. 19(4):211-218.
Wilen BM, Onuki M, Hermansson M, Lumley D, Mino T. 2008. Microbial
community structure in activated sludge floc analyzed by fluorescence in situ
hybridization and its relation to floc stability. Water Research. 42: 2300-2308.
Xu WJ, Pan LQ, Zhao DH. 2012. Preliminary investigation into the contribution
of bioflocs on protein nutrition of Litopenaeus vannamei fed with different
dietary protein levels in zero-water exchange culture tanks. Aquaculture.
350-353: 147-153.
Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 381p.
18

Lampiran 1. Cara menghitung CN ratio (De Schryver et al. 2008)

Perhitungan penambahan molase dalam budidaya ikan lele


(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan
bakteri Bacillus sp.

Penambahan molase pada media pemeliharaan dilakukan berdasarkan


perhitungan (Avnimelech, 2012). Contoh perhitungan dengan asumsi sebagai
berikut :
1. pakan = 10 g
2. Kadar protein pakan = 30%
3. Kadar nitrogen dalam protein = 16%
4. Kadar nitrogen yang terbuang ke media budidaya = 75%
5. C/N rasio target = 15
6. Kadar karbon dalam molase (%C) = 35%
Jawaban :
Protein pakan : 10 g x 30% = 3 g
N pada pakan : 3 g x 16% = 0,48 g
N terbuang : 0,48 g x 75% = 0,36 g
C/N rasio : 0,36 g x 15 = 5,4 g
C ditambahkan : 5,4 g / 35% = 15,43 g
Berdasarkan perhitungan di atas, maka banyaknya molase yang
ditambahkan ke dalam media budidaya adalah sebanyak 15,43 g
19
Lampiran 2. Perhitungan molase selama penelitian (gr)

Perlak P P P M M M
uan S1 S2 S3 S1 S2 S3
A1 6. 34.79 49.00 9.5 53.
17 2 67 75.60
A2 6. 37.50 47.00 10. 57.
60 18 85 72.51
A3 6. 34.56 48.96 9.8 53.
38 4 32 75.53
B1 6. 36.26 49.00 9.9 55.
46 7 94 75.60
B2 6. 37.50 50.5 9.4 57.
10 1 85 77.91
B3 6. 34.79 54.88 9.9 53.
46 7 67 84.67
C1 6. 35.77 51.45 9.3 55.
07 7 18 79.38
C2 6. 37.50 54.00 9.4 57.
10 1 85 83.31
C3 5. 34.79 53.41 9.1 53.
92 4 67 82.40
+
K 1 5. 19.60 33.32 8.0 30.
24 8 24 51.40
+
K 2 6. 18.62 28.91 9.2 28.
02 9 72 44.60
+
K 3 5. 16.50 25.00 8.5 25.
55 6 45 38.57
-
K1 5. 15.84 17.16
42 0 0 0
-
K2 5. 15.05 22.80
06 0 0 0
-
K3 4. 15.75 22.00
65 0 0 0
Keterangan : * ( PS ) Pakan sampling; (MS) Molase sampling
20

Lampiran 3. Data statistik uji ANOVA terhadap kelangsungan hidup ikan lele
(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan
penambahan bakteri Bacillus sp.
ANOVA
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between 3134.40 4 783.60 15.63 .000
Groups
Within 501.33 10 50.13
Groups
Total 3635.73 14

Lampiran 4. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap kelangsungan hidup ikan
lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
Kelangsungan Hidup
Per N Subset for alpha = .05
lakuan 1 2 3 1
K- 3 50.
66
K+ 3 75.
33
B 3 86. 86.
67 67
A 3 87. 87.
33 33
C 3 89.
33
Sig 1.0 .07 .66
. 0 5 9
21

Lampiran 5. Data statistik uji ANOVA terhadap laju pertumbuhan harian ikan lele
(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan
penambahan bakteri Bacillus sp.

ANOVA
Su
m of Mean
Squares df Square F Sig.
Between 4.0 4 1.01 23. .000
Groups 2 20
Within .43 10 .04
Groups
Total 4.4 14
5

Lampiran 6. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap laju pertumbuhan harian
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
Laju Pertumbuhan Harian
Perlakua Subset for alpha
n N = .05
1 2 1
Dunc K- 3 5.0
an(a) 8
K+ 3 5.2
1
A 3 6.03
B 3 6.15
C 3 6.34
Sig. .46 .11
22

Lampiran 7. Data statistik uji ANOVA terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.) dalam
budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri
Bacillus sp.
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between .52 4 .13 5.17 .016
Groups
Within Groups .25 10 .025
Total .77 14

Lampiran 8. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.)
dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan
bakteri Bacillus sp.
FCR
Perlakuan Subset for alpha
= 0.05
N 1 2
Duncan(a) C 3 .91
B 3 .95
A 3 .96
K+ 3 1.01
K- 3 1.42
Sig. .49 1.00
23

Lampiran 9. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat Bioflok pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
ANOVA
Sum of Mean Sig
Squares df Square F .
Between 45.25 4 11.31 1.5 .27
Groups 3 09 2
Within 74.96 10 7.496
Groups
Total 120.21 14
Between 44.084 4 11.02 3.1 .06
Groups 1 13 6
Within 35.401 10 3.540
Groups
Total 79.486 14
Between 6.319 4 1.580 2.2 .13
Groups 37 8
Within 7.062 10 .706
Groups
Total 13.381 14
Between 103.747 4 25.93 14. .00
Groups 7 901 0
Within 17.406 10 1.741
Groups
Total 121.153 14
Between 4.557 4 1.139 .34 .84
Groups 4 2
Within 33.083 10 3.308
Groups
Total 37.640 14
24

Lampiran 10. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat bioflok pada
budidaya ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif
berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
protein
Subse
perl t for alpha
akuan N = .05
1 1

Duncan K- 3 54.42
(a) 99
A 3 54.80
40
K+ 3 55.34
81
C 3 57.27
54
B 3 59.04
99
Sig. .087

lemak

Subset for
perlakuan N alpha = .05
1 2 1
Duncan B 3 6.
(a) 4694
A 3 7.
8693
C 3 9.
1719
K+ 3 1
4.9224
Sig. .2 1.
97 000
25

SK
Subset
perl for alpha
akuan = .05
1 1

Dun C 3 4.6505
can(a)
B 3 6.9540
A 3 8.9598
K+ 3 8.9598
Sig. .559

BETN

Subse
t for alpha
perlakuan = .05
1 1

Duncan A 3 30.10
(a) 07
K+ 3 30.54
69
C 3 33.37
92
B 3 39.46
99
Sig. .241
26

Abu
Subse
t for alpha
perlakuan N = .05
1 1

D K+ 13.92
uncan(a 3
78
)
B 3 15.29
46
A 3 17.85
44
C 3 18.73
01
Sig. .210
27

Lampiran 11. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat ikan pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis
bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
ANOVA
Su
m of d Me Si
Squares f an Square F g.
prote Between 45. 4 11. 1.5 .2
in Groups 253 313 09 72
Within 74. 1 7.4
Groups 960 0 96
Total 120 1
.214 4
lema Between 44. 4 11. 3.1 .0
k Groups 084 021 13 66
Within 35. 1 3.5
Groups 401 0 40
Total 79. 1
486 4
SK Between 6.3 4 1.5 2.2 .1
Groups 19 80 37 38
Within 7.0 1 .70
Groups 62 0 6
Total 13. 1
381 4
BET Between 103 4 25. 14. .0
N Groups .747 937 901 00
Within 17. 1 1.7
Groups 406 0 41
Total 121 1
.153 4
abu Between 4.5 4 1.1 .34 .8
Groups 57 39 4 42
Within 33. 1 3.3
Groups 083 0 08
Total 37. 1
640 4
28

Lampiran 12. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat ikan pada
budidaya ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif
berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
protein
perla Subset for
kuan N alpha = .05
1 1

Duncan(a) K- 3 54.4299
A 3 54.8040
K+ 3 55.3481
C 3 57.2754
B 3 59.0499
Sig. .087

lemak
Subset for
perl alpha = .05
akuan 1 2 1
Dunc A 3 1
an(a) 7.3086
K+ 3 1
7.3318
K- 3 1
8.3589
B 3 1 18.
8.5920 5920
C 3 21.
9802
Sig. .4 .05
53 2
29

SK
Subset for
perl alpha = .05
akuan 2 1
Duncan A 2.
(a) 3334
C 2. 2
8390 .8390
B 3. 3
1687 .1687
K- 3. 3
7690 .7690
K+ 4
.1563
Sig. .0 .
80 104

BETN
Subset for
perlakuan N alpha = .05
1 2 3
D C 2.
uncan(a 3
9907
)
B 3 4.
3681
K+ 3 7
.4705
K- 3 9
.0714
A 3 9
.7286
Sig. .2 .
30 073
30

Abu
Subset
perla for alpha
kuan N = .05
1 1

Duncan K- 3 14.370
(a) 7
B 3 14.821
4
C 3 14.914
6
K+ 3 15.693
4
A 3 15.825
4
Sig. .387
31

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Maulid Wahid Yusup, dilahirkan di Bandar


Lampung pada tanggal 23 Desember 1985, merupakan anak pertama dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Sodirin dan Ibu Suparmi. Pendidikan sarjana
penulis tempuh di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2012, penulis diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada program studi Ilmu Akuakultur,
serta terdaftar sebagai penerima Beasiswa Unggulan Dalam Negeri Dikti selama
tahun 2012-2014. Selama kuliah penulis aktif dalam Forum Mahasiswa
Pascasarjana IPB yang diamanahkan sebagai sekretaris umum periode 2013-2014
dan dewan pengarah periode 2014-2015.
Tulisan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Sains pada Program Studi Ilmu Akuakultur, Sekolah Pascasarjana, IPB. Penulis
melakukan penelitian yang berjudul Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias
sp.) dalam Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan
Probiotik Bacillus sp. dibawah bimbingan Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo
Utomo, MSi, Dr Munti Yuhana, SPi MSi, dan Dr Ir Widanarni, MSi. Hasil
penelitian ini telah terbit online pada Jurnal Fisheries and Aquatic Science.

Anda mungkin juga menyukai