) DALAM
BUDIDAYA SUPER INTENSIF BERBASIS BIOFLOK
DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK Bacillus sp.
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
MAULID WAHID YUSUP. Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.) dalam
Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan Probiotik Bacillus
sp. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO, MUNTI YUHANA dan
WIDANARNI.
Ikan lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang digemari masyarakat
Indonesia. Produksi ikan lele pada tahun 2014 sebesar 613.120 ton dan mengalami
peningkatan 12.75% dari tahun sebelumnya. Teknologi bioflok adalah salah satu
alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah limbah budidaya yang
memberi keuntungan lebih karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen
anorganik, juga dapat menyediakan pakan tambahan bagi ikan budidaya sehingga
dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Teknologi bioflok dapat
dilakukan dengan menambahkan C-organik ke dalam media pemeliharaan untuk
meningkatkan C/N rasio dan merangsang pertumbuhan bakteri heterotrof. Spesies
Bacillus subtilis, Bacillus megaterium, dan Bacillus polymyxa merupakan spesies
yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air pada kolam pemeliharaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan lele (Clarias
sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan probiotik
Bacillus sp.
Penelitian ini dilakukan pada ikan lele dumbo (Clarias sp.) berukuran 2.3
0.12 g/ekor yang dipelihara dengan padat tebar 50 ekor/ 100 L. Pakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pakan pellet dengan kadar protein 31.77%.
Sebelum diberikan kepada ikan, pakan difermentasikan terlebih dahulu -1dengan4
2
bakteri Bacillus sp. sebanyak 2 ml/kg pakan, dengan dosis 10 CFU ml , 10
-1 6 -1
CFU ml dan 10 CFU ml selama 2 hari. Rancangan penelitian yang digunakan
- +
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan (A, -1B, C, K dan K )
2
dan 3 kali ulangan yaitu (A): Bioflok + Bacillus sp. (10 cfu ml ); (B): Bioflok +
4 -1 6 -1 -
Bacillus sp.+ (10 cfu ml ); (C): Bioflok + Bacillus sp. (10 cfu ml ); (K ): tanpa
bioflok; (K ): bioflok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari ikan lele
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan penambahan Bacillus
sp. dan kontrol (p<0.05). Laju pertumbuhan spesifik dan rasio konversi pakan
antara perlakuan penambahan Bacillus sp. lebih baik dibandingkan dengan
6 -1
kontrol. Kandungan nutrisi bioflok dengan konsentrasi 10 CFU ml
menunjukkan nilai protein tertinggi sebesar 34.06%. Kelimpahan bakteri total
6 -1 8 -1
berkisar antara 10 CFU ml hingga 10 CFU ml , menggunakan Bacillus sp.
atau tanpa penambahan bakteri sebagai kontrol. Kinerja pertumbuhan dari ikan
6 -1
lele dengan penambahan sel bakteri Bacillus sp. 10 CFU ml menunjukan hasil
yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya.
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji pada Ujian Tesis: Dr Julie Ekasari, SPi MSc
Judul Tesis : Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.) dalam Budidaya Super
Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan Probiotik Bacillus sp.
Nama : Maulid Wahid Yusup
NIM : C151120451
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.)
dalam Budidaya Super Intensif Berbasis Bioflok dengan Penambahan Probiotik
Bacillus sp. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Mei
2014 bertempat di Teaching Farm, Laboratorium Kesehatan Organisme Akuatik,
Laboratorium Nutrisi ikan, dan Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini tidak lepas dari segala bantuan
dan dukungan berbagai pihak, baik ide, pemikiran, tenaga, moril maupun material.
Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr Ir
Nur Bambang Priyo Utomo, MSi, Dr Munti Yuhana, MSi, dan Dr Ir Widanarni,
MSi selaku komisi pembimbing atas waktu dan bimbingannya mulai dari
penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penulisan tesis. Penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr Julie Ekasari, SPi MSc sebagai dosen
penguji tamu dan Dr Ir Eddy Supriyono, MSc sebagai wakil ketua program studi
Ilmu Akuakultur SPS IPB yang telah memberikan saran dan masukan dalam ujian
sidang tesis ini.
Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
(DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) atas
penyediaan Beasiswa Unggulan Dalam Negeri (BUDN) sehingga penulis dapat
memperdalam ilmu di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis haturkan kepada ayahanda
Sodirin dan Ibunda Suparmi, serta adik atas doa, bantuan, dukungan, dan
semangatnya. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan S2 Ilmu Akuakultur
angkatan 2012 atas kebersamaannya dalam menempuh studi, rekan-rekan
Teaching Farm, Upmal Deswira, Rahma Vida Anandasari, Retno Cahya Mukti,
Dody Sihono, Yeni Elisdiana. M. Yusuf Arifin, Dedi Pardinsyah, Denny Wahyudi,
Safratilofa, Ahmad Musa Said, Diki Danar, Anisa Rahmi, Abdullah Baharun,
Wahidah Mahanani, Bunga Primasari, Pak Jajang, Pak Ranta, dan teknisi lainnya.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu
pengetahuan umumnya dan perikanan khususnya.
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Kerangka Pemikiran 2
Tujuan 2
Manfaat 2
Hipotesis 2
2 METODE PENELITIAN 3
Waktu dan Tempat 3
Prosedur Penelitian 3
Rancangan Penelitian 4
Parameter Uji 5
Analisis Data 6
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 11
4 SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 18
RIWAYAT HIDUP 31
DAFTAR TABEL
1 Rancangan perlakuan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super
intensif berbasis bioflok dengan penambahan Bacillus sp. 5
2 Hasil analisis proksimat bioflok (dalam % bobot kering) 9
3 Hasil analisis proksimat ikan lele (dalam % bobot kering) 9
4 Hasil analisis proksimat pakan fermentasi (dalam % bobot kering) 10
5 Parameter kualitas air ( DO, pH, suhu, TAN, nitrit, nitrat, amonia) 11
DAFTAR GAMBAR
1 Alur penambahan molase dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok 4
2 Kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya
super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri
Bacillus sp. 7
3 Laju pertumbuhan harian ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya
super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 8
4 Rasio konversi pakan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super
intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri
Bacillus sp. 9
5 Dinamika populasi bakteri pada media pemeliharaan ikan lele (Clarias sp.)
dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri
Bacillus sp. 11
DAFTAR LAMPIRAN
1. Cara menghitung CN ratio (De Schryver et al. 2008) 18
2. Perhitungan molase selama penelitian 19
3. Data statistik uji ANOVA terhadap kelangsungan hidup
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis
bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 20
4. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap kelangsungan hidup ikan lele
(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan
penambahan bakteri Bacillus sp. 20
5. Data statistik uji ANOVA terhadap laju pertumbuhan harian ikan lele
(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan
penambahan bakteri Bacillus sp. 21
6. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap laju pertumbuhan harian
7. ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 21
8. Data statistik uji ANOVA terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.) dalam
budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri
Bacillus sp. 22
9. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.)
dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan
bakteri Bacillus sp. 22
10. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat Bioflok pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 23
11. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat bioflok pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis
bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 24
12. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat ikan pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 27
13. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat ikan pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp. 28
1 PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang digemari masyarakat
Indonesia. Produksi ikan lele pada tahun 2014 sebesar 613.120 ton dan mengalami
peningkatan 12.75% dari tahun sebelumnya (KKP 2014). Berdasarkan data
tersebut, angka produksi nasional ikan lele terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Peningkatan produksi budidaya lele dengan cara budidaya super intensif
membawa dampak negatif terhadap kualitas lingkungan budidaya yang kemudian
dapat berakibat bagi kesehatan ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan
oleh limbah dari sisa pakan, feses dan sisa metabolisme ikan. Menurut
Asaduzzaman et al. (2008), tingginya penggunaan pakan buatan pada budidaya
intensif menyebabkan pencemaran lingkungan dan peningkatan kasus penyakit.
Dengan demikian, semakin tinggi input pakan semakin tinggi pula akumulasi
limbah amonia dalam media budidaya dan bahkan dapat menyebabkan kematian
(Avnimelech 1999; Avnimelech 2012).
Nitrogen dalam sistem akuakultur terutama berasal dari pakan buatan yang
mengandung protein tergantung pada kebutuhan dan stadia organisme yang
dikultur (Avnimeleeh & Ritvo, 2003). Dari total protein yang masuk ke dalam
sistem budidaya, sebagian dikonsumsi oleh organisme budidaya dan sisanya
terbuang ke dalam air. Protein dalam pakan akan dicerna namun hanya 20-30%
dari total nitrogen dalam pakan dimanfaatkan menjadi biomassa ikan (Brune et al.
2003). Katabolisme protein dalam tubuh organisme akuatik menghasilkan
ammonia sebagai hasil akhir dan diekskresikan dalam bentuk ammonia (NH3)
tidak terionisasi melalui insang (Ebeling et al. 2006). Pada saat yang sama, bakteri
memineralisasi nitrogen organik dalam pakan yang tidak termakan dan feses
menjadi ammonia (Gross & Boyd, 2000).
Teknologi bioflok adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah limbah budidaya. Bahkan mampu memberi keuntungan lebih
karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen anorganik, juga dapat
menyediakan pakan tambahan bagi ikan budidaya sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan efisiensi pakan. Teknologi bioflok dapat dilakukan dengan
menambahkan karbon organik ke dalam media pemeliharaan untuk meningkatkan
C/N rasio dan merangsang pertumbuhan bakteri heterotrof (Crab et al. 2007).
Bakteri heterotrof dapat mengasimilasi dengan cepat total ammonia nitrogen
(TAN) dalam perairan dan dikonversi menjadi protein bakteri jika terdapat C/N
rasio yang optimal untuk pertumbuhannya (Avinemelech 1999). Bakteri heterotrof
kemudian akan membentuk bioflok. De Schryver et al. (2008) menyatakan bioflok
merupakan suspensi yang terdapat di dalam air yang berupa fitoplakton, bakteri,
agregat hidup, bahan organik, kation dan sel mati. Dengan demikian bioflok
merupakan suatu jenis kultur mikroba campuran yang tumbuh baik pada buangan
nitrogen, dan buangan nitrogen ini didaur ulang menjadi sel muda (Avnimelech
2007), dan dapat digunakan sebagai nutrisi penting tambahan bagi ikan (Ekasari
et al. 2010).
Menurut Irianto (2003), spesies Bacillus subtilis, B. megaterium, dan B.
polymyxa merupakan spesies yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas
air pada kolam pemeliharaan. Pemberian Bacillus sp. dengan metode suplementasi
2
dalam pakan juga meningkatkan pertumbuhan, respon imun, dan resistensi terhadap
infeksi virus (Widanarni et al. 2014), dan memperbaiki rasio konversi pakan
(Widanarni et al. 2012), serta peningkatan kualitas air (Watson et al. 2008). Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.) dalam
budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan probiotik
Bacillus sp.
Perumusan Masalah
Harga pakan yang tinggi cenderung tidak bisa diikuti oleh penjualan ikan
lele sehingga dengan berkembangnya teknologi bioflok diharapkan menurunkan
biaya pakan. Untuk menunjang pertumbuhan bakteri Bacillus sp. dalam bioflok,
diperlukan rasio C:N yang optimal sebagai unsur nutrisi. Penggunaan probiotik
dalam pakan bertujuan untuk meningkatkan populasi probiotik di dalam saluran
pencernaan ikan uji sehingga mekanisme aksi dari probiotik dalam menghasilkan
enzim eksogenous untuk pencernaan semakin meningkat. Dengan demikian,
penelitian terhadap dosis bakteri yang tepat untuk dapat memenuhi perkembangan
bakteri pada budidaya sistem bioflok perlu dilakukan. Untuk itu, perlu diketahui
pengaruh bakteri Bacillus sp. pada bioflok dalam meningkatkan Survival Rate
(SR), pertumbuhan dan Feed Convertion Ratio (FCR), serta kemampuan bakteri
dalam memanfaatkan nitrogen organik sehingga dapat meningkatkan kualitas air
dalam sistem dengan tanpa pergantian air (zero water exchange).
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan pada budidaya ikan lele
sistem bioflok untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
serta mengatasi permasalahan pada budidaya ikan lele.
Hipotesis
2 METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Mei 2014 di
Teaching Farm (pemeliharaan ikan), Laboratorium Nutrisi Ikan (analisis
proksimat ikan, proksimat bioflok dan proksimat pakan fermentasi), Laboratorium
Kesehatan Ikan (perhitungan total bakteri di air), dan Laboratorium Lingkungan
(analisis kualitas air) Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Penelitian
75 % = 0,22 g
: 15 1
= 3,30 g
35 % ( )
= 9,42 g
Gambar 1. Alur penambahan molase dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok
4. Pemeliharaan Ikan
Empat hari sebelum perlakuan (H-4) diinokulasikan sel Bacillus sp. sebanyak
3
10 ml/m dengan konsentrasi sesuai perlakuan dan molase cair 10 g ke media
pemeliharaan. Pertumbuhan bakteri pada media budidaya dimonitor setiap hari
sampai H-0, dan penebaran ikan lele dilakukan pada H-0. Pemeliharaan ikan
dilakukan selama 42 hari dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari dan
feeding rate 5% dari biomassa ikan (Lampiran 2). Sampling pertumbuhan ikan
dilakukan setiap 2 minggu sekali dan pemuasaan ikan dilakukan seminggu sekali,
kecuali perlakuan kontrol tanpa bioflok.
5
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah rancangan acak
lengkap (RAL) satu faktor. Penelitian ini dilakukan pada ikan stadia juvenil.
Perlakuan yang diberikan yaitu penambahan Bacillus sp. dalam media budidaya
2
dengan sistem bioflok dan pakan pellet hasil fermentasi dengan dosis Bacillus sp. 10
-1 4 -1 6 -1
CFU ml , 10 CFU ml , 10 CFU ml , kontrol positif (media budidaya bioflok dan
tanpa penambahan Bacillus sp.), dan kontrol negatif (tanpa bioflok). Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Rancangan penelitian penambahan Bacillus sp.
melalui media budidaya dan pakan untuk kinerja pertumbuhan ikan lele dalam
budidaya super intensif berbasis bioflok disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rancangan perlakuan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif
berbasis bioflok dengan penambahan Bacillus sp.
Perlakuan Ulangan
1 2 3
Perlakuan A A1 A2 A3
2 -1
Bioflok + Bacillus sp. (10 CFU ml )
Perlakuan B B1 B2 B3
4 -1
Bioflok + Bacillus sp. (10 CFU ml )
Perlakuan C C1 C2 C3
6 -1
Bioflok + Bacillus sp. (10 CFU ml )
Kontrol positif (K+) K+1 K+2 K+3
Bioflok + tanpa penambahan Bacillus sp.
Kontrol negatif (K-) K-1 K-2 K-3
(tanpa bioflok)
Keterangan:
SGR = specific growth rate atau pertumbuhan spesifik (%/hari)
Wo = bobot ikan awal (kg)
Wt = bobot ikan akhir (kg)
t = waktu (hari)
Keterangan:
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (gram) Wo
= Biomassa awal ikan (gram)
Wm = Biomassa ikan yang mati saat perlakuan (gram)
Wt = Biomassa akhir ikan (gram)
4. Analisis Proksimat
Analisis proksimat dilakukan pada bioflok, ikan lele dan pakan hasil fermentasi.
Analisis proksimat yang dilakukan meliputi: kadar protein, kadar lemak, bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN), kadar air, dan kadar abu (AOAC 1995).
Keterangan:
N = jumlah bakteri dalam cawan petri (koloni) fp =
faktor pengenceran
S = jumlah sampel yang diambil dari suspensi bakteri (ml)
6. Kualitas Air
Pengukuran parameter kualitas air meliputi suhu dilakukan setiap hari.
Sedangkan DO, pH, amonia, nitrit dan nitrat dilakukan seminggu sekali.
7
Analisa Data
Hasil
60 50,67 a
40
20
0
A B C K+ K-
Perlakuan
Gambar 2 Kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif
2 -1
berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 10 CFU ml ; B: perlakuan dosis
4 -1 6 -1
10 CFU ml ; C: perlakuan dosis 10 CFU ml ; K+: kontrol positif; K-:
kontrol negatif) dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
4
3
2
1
0
A B C K+ K-
Perlakuan
Gambar 3 Laju pertumbuhan harian ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super
2 -1
intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 10 CFU ml ; B:
4 -1 6 -1
perlakuan dosis 10 CFU ml ; C: perlakuan dosis 10 CFU ml ;
K+: kontrol positif; K-: kontrol negatif) dengan penambahan bakteri
Bacillus sp.
0.8
0.6
0.4
0.2
0
A B C K+ K-
Perlakuan
Gambar 4 Rasio konversi pakan ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super
2 -1
intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 10 CFU ml ; B:
4 -1 6 -1
perlakuan dosis 10 CFU ml ; C: perlakuan dosis 10 CFU ml ; K+:
kontrol positif; K-: kontrol negatif) dengan penambahan bakteri
Bacillus sp.
Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P<0.05) antara
perlakuan dengan K- (kontrol negatif) (Lampiran 7). Nilai rasio konversi pakan
terbaik ditunjukkan oleh perlakuan C (0.91), diikuti oleh perlakuan B (0.98),
9
Nilai proksimat ikan pada akhir pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa proksimat ikan (protein dan abu) pada
semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan kontrol positif dan negatif
(Lampiran 11). Kadar protein rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu
59.042.81%, perlakuan C 57.272.27%, perlakuan kontrol positif 55.344.51%,
selanjutnya perlakuan A 54.801.59% kemudian kontrol negatif 54.421.22%.).
10
8
A6
-
Log cfu/ml
B
4
C
2 k+
0
0 7 14 21 28 35 42
Hari
-7 ke
Gambar 5 Dinamika populasi bakteri pada media pemeliharaan ikan lele (Clarias sp.)
2
dalam budidaya super intensif berbasis bioflok (A: perlakuan dosis 10
-1 4 -1 6
CFU ml ; B: perlakuan dosis 10 CFU ml ; C: perlakuan dosis 10 CFU
-1
ml ; K+: Kontrol positif) dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
11
Tabel 5 Parameter kualitas air (DO, pH, suhu, TAN, nitrit, nitrat, amonia)
Kualitas air
DO pH Suhu TAN Nitrit Nitrat Ammonia
o
Perlakuan (mg/l) ( C) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
A 0,000-0,010
5,1-8,1 5,74-7,95 30,5-31,7 0,16-0,68 0,16-0,99 0,16-0,77
B 0,000-0,028
5,9-7,6 5,58-7,71 30,3-32,1 0,17-0,74 0,09-1,49 0,17-0,74
C 0,000-0,011
5,6-7,6 5,30-7,67 30,2-32,2 0,22-0,88 0,09-1,08 0,22-0,73
K+ 0,000-0,026
3,8-7,9 5,68-7,78 30,5-32,6 0,21-1,11 0,03-1,49 0,21-1,11
K- 0,000-0,027
4,0-8,0 5,52-7,79 30,3-32,3 0,14-1,23 0,02-1,40 0,14-1,23
2 -1 4 -1
(A) Perlakuan dosis 10 CFU ml ; (B) Perlakuan dosis 10 CFU ml ;
(C) Perlakuan dosis 106 CFU ml-1; (K+) Kontrol positif; (K-) Kontrol negatif
Pembahasan
Dalam studi ini, kelangsungan hidup ikan pada perlakuan C lebih tinggi (P<0.05)
dibanding kontrol negatif (K-) dan kontrol positif (K+). Perlakuan A dan B berbeda
nyata (P<0.05) terhadap kontrol negatif (50.67%) namun tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan kontrol positif (75.33%). Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan sel Bacillus sp. dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok terbukti
mampu meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele. Hasil serupa ditunjukkan pada
penggunaan Staphylococcus lentus pada budidaya ikan lele dengan sistem bioflok
yang menghasilkan nilai kumulatif mortalitas yang lebih rendah dibanding kontrol
(Salamah et al. 2015). Hasil penelitian DeCamp et al. (2008); Tseng et al. (2009);
Verschuere et al. (2000) juga menunjukkan bahwa penggunaan Bacillus sp. mampu
meningkatkan kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada budidaya.
Azim dan Little (2008) menyatakan bahwa keberadaan sel mikroba pada
konsentrasi yang optimal dalam bioflok dapat meningkatkan status kesehatan
ikan. Bakteri dalam bioflok mengakumulasi komponen PHB atau poly--
hidroxybutirate yang diduga berperan dalam pengontrolan bakteri patogen pada
sistem budidaya. Kandungan PHB pada bioflok yang dimakan ikan pada
perlakuan bioflok dapat meningkatkan sistem imun ikan sehingga ikan dapat lebih
tahan terhadap gangguan yang terjadi selama pemeliharaan (Michaud et al. 2006).
Perlakuan kontrol tanpa bioflok (K-) memiliki nilai kelangsungan hidup yang
rendah pada penelitian ini. Rendahnya nilai kelangsungan hidup pada perlakuan (K-)
terjadi karena ketidakseragaman pertumbuhan ikan sehingga meningkatkan sifat
kanibalisme pada ikan lele. Pada penelitian ini, sumbangan utama dari kanibalisme
terhadap kematian ikan kontrol tanpa bioflok mencapai 49.33%. Baras dan dAlmeida
(2001) menyatakan ketidakseragaman ukuran sangat berpengaruh terhadap derajat
kelangsungan hidup dan laju kanibalisme pada pemeliharaan larva ikan lele. Dalam 7
minggu pemeliharaan Clarias sp. dilaporkan kanibalisme menjadi penyebab utama
total kematian 60-93% (Adamek et al. 2011).
12
kadar abu pada bioflok dapat digunakan sebagai nutrisi penting tambahan pada
pakan budidaya (Crab et al. 2010; Ekasari et al. 2010). Bioflok dapat menjadi
sumber lengkap nutrisi dan berbagai senyawa bioaktif, dan mungkin mengandung
beberapa faktor yang belum ditemukan (Ju et al. 2008b). Dengan kandungan
protein yang sama sebagai pakan komersial, bioflok bermanfaat untuk
pertumbuhan ikan.
Pada penelitian6 ini, kelimpahan bakteri total dari awal hingga akhir perlakuan
-1 8 -1
berkisar antara 10 CFU ml hingga 10 CFU ml . Kelimpahan sel Bacillus sp.
terlihat dinamis dari awal sampai akhir pemeliharaan (Gambar 4). Peningkatan
populasi sel bakteri terjadi pada hari ke-3 setelah penambahan inokulan sel
Bacillus sp. Hal tersebut juga diamati sebelum perlakuan. Pada hari pertama 4
setelah penambahan inokulan (H-4 perlakuan) populasi bakteri mencapai 10 CFU
-1 5 -1
ml hingga 10 CFU ml , kemudian pada hari ke-2 (H-3 perlakuan) populasi
6 -1 7 -1
mulai meningkat menjadi 10 CFU ml hingga 10 CFU ml . Pada7 hari ke-3 (H-
5 -1 -1
2 perlakuan) masih dalam kelimpahan 10 CFU ml hingga 10 CFU ml ,
sedangkan 4pada hari 5ke-4 (H-1 perlakuan) kelimpahan mulai menurun yaitu
-1
menjadi 10 hingga 10 CFU ml .
Molase merupakan sumber karbon yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
populasi sel mikroba. Penambahkan C-organik dalam media budidaya dapat
merangsang pertumbuhan secara cepat sel bakteri heterotrofik (Avnimelech,
1999). Hal itu karena penambahan molase sebagai sumber karbon dapat
mendukung perkembangbiakan populasi sel mikroba di air. Hal ini sejalan dengan
Burford et al. (2004) yang menyatakan bahwa penambahan sumber karbon dapat
membantu proses transformasi dari nitrogen anorganik menjadi protein mikroba
melalui peningkatan populasi sel mikroba heterotrof.
Kisaran kualitas air selama pemeliharaan untuk semua perlakuan masih dalam
kisaran normal. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai kualitas air berupa
suhu, DO, pH, TAN, nitrit, nitrat dan amonia pada semua perlakuan masih dalam
kondisi optimal yang digunakan dalam budidaya ikan lele. Kisaran DO pada
semua perlakuan berkisar 4.0-8.1 ppm. Nilai pH mencapai 5.30-7.95 untuk semua
perlakuan. Selama pemeliharaan, nilai suhu pada semua perlakuan berkisar 30.2-
o -1
32.6 C. Kadar amonia dari semua perlakuan berkisar 0.001-0.028 mg l , hal ini
masih dalam kisaran normal. Menurut Boyd (1982), kandungan amonia sebesar
-1
0.1 mg l dapat menurunkan pertumbuhan dan menyebabkan kerusakan insang
-1
pada channel catfish. Kadar nitrit berkisar 0.002-1.49 mg l dan kadar nitrat
-1
berkisar 0.16-1.23 mg l , untuk semua perlakuan. Nilai nitrit dalam budidaya
-1
harus kurang dari 1 mg l (Ebeling & Michael 2007).
14
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Perlak P P P M M M
uan S1 S2 S3 S1 S2 S3
A1 6. 34.79 49.00 9.5 53.
17 2 67 75.60
A2 6. 37.50 47.00 10. 57.
60 18 85 72.51
A3 6. 34.56 48.96 9.8 53.
38 4 32 75.53
B1 6. 36.26 49.00 9.9 55.
46 7 94 75.60
B2 6. 37.50 50.5 9.4 57.
10 1 85 77.91
B3 6. 34.79 54.88 9.9 53.
46 7 67 84.67
C1 6. 35.77 51.45 9.3 55.
07 7 18 79.38
C2 6. 37.50 54.00 9.4 57.
10 1 85 83.31
C3 5. 34.79 53.41 9.1 53.
92 4 67 82.40
+
K 1 5. 19.60 33.32 8.0 30.
24 8 24 51.40
+
K 2 6. 18.62 28.91 9.2 28.
02 9 72 44.60
+
K 3 5. 16.50 25.00 8.5 25.
55 6 45 38.57
-
K1 5. 15.84 17.16
42 0 0 0
-
K2 5. 15.05 22.80
06 0 0 0
-
K3 4. 15.75 22.00
65 0 0 0
Keterangan : * ( PS ) Pakan sampling; (MS) Molase sampling
20
Lampiran 3. Data statistik uji ANOVA terhadap kelangsungan hidup ikan lele
(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan
penambahan bakteri Bacillus sp.
ANOVA
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between 3134.40 4 783.60 15.63 .000
Groups
Within 501.33 10 50.13
Groups
Total 3635.73 14
Lampiran 4. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap kelangsungan hidup ikan
lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
Kelangsungan Hidup
Per N Subset for alpha = .05
lakuan 1 2 3 1
K- 3 50.
66
K+ 3 75.
33
B 3 86. 86.
67 67
A 3 87. 87.
33 33
C 3 89.
33
Sig 1.0 .07 .66
. 0 5 9
21
Lampiran 5. Data statistik uji ANOVA terhadap laju pertumbuhan harian ikan lele
(Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan
penambahan bakteri Bacillus sp.
ANOVA
Su
m of Mean
Squares df Square F Sig.
Between 4.0 4 1.01 23. .000
Groups 2 20
Within .43 10 .04
Groups
Total 4.4 14
5
Lampiran 6. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap laju pertumbuhan harian
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
Laju Pertumbuhan Harian
Perlakua Subset for alpha
n N = .05
1 2 1
Dunc K- 3 5.0
an(a) 8
K+ 3 5.2
1
A 3 6.03
B 3 6.15
C 3 6.34
Sig. .46 .11
22
Lampiran 7. Data statistik uji ANOVA terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.) dalam
budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan bakteri
Bacillus sp.
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between .52 4 .13 5.17 .016
Groups
Within Groups .25 10 .025
Total .77 14
Lampiran 8. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap FCR ikan lele (Clarias sp.)
dalam budidaya super intensif berbasis bioflok dengan penambahan
bakteri Bacillus sp.
FCR
Perlakuan Subset for alpha
= 0.05
N 1 2
Duncan(a) C 3 .91
B 3 .95
A 3 .96
K+ 3 1.01
K- 3 1.42
Sig. .49 1.00
23
Lampiran 9. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat Bioflok pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis bioflok
dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
ANOVA
Sum of Mean Sig
Squares df Square F .
Between 45.25 4 11.31 1.5 .27
Groups 3 09 2
Within 74.96 10 7.496
Groups
Total 120.21 14
Between 44.084 4 11.02 3.1 .06
Groups 1 13 6
Within 35.401 10 3.540
Groups
Total 79.486 14
Between 6.319 4 1.580 2.2 .13
Groups 37 8
Within 7.062 10 .706
Groups
Total 13.381 14
Between 103.747 4 25.93 14. .00
Groups 7 901 0
Within 17.406 10 1.741
Groups
Total 121.153 14
Between 4.557 4 1.139 .34 .84
Groups 4 2
Within 33.083 10 3.308
Groups
Total 37.640 14
24
Lampiran 10. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat bioflok pada
budidaya ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif
berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
protein
Subse
perl t for alpha
akuan N = .05
1 1
Duncan K- 3 54.42
(a) 99
A 3 54.80
40
K+ 3 55.34
81
C 3 57.27
54
B 3 59.04
99
Sig. .087
lemak
Subset for
perlakuan N alpha = .05
1 2 1
Duncan B 3 6.
(a) 4694
A 3 7.
8693
C 3 9.
1719
K+ 3 1
4.9224
Sig. .2 1.
97 000
25
SK
Subset
perl for alpha
akuan = .05
1 1
Dun C 3 4.6505
can(a)
B 3 6.9540
A 3 8.9598
K+ 3 8.9598
Sig. .559
BETN
Subse
t for alpha
perlakuan = .05
1 1
Duncan A 3 30.10
(a) 07
K+ 3 30.54
69
C 3 33.37
92
B 3 39.46
99
Sig. .241
26
Abu
Subse
t for alpha
perlakuan N = .05
1 1
D K+ 13.92
uncan(a 3
78
)
B 3 15.29
46
A 3 17.85
44
C 3 18.73
01
Sig. .210
27
Lampiran 11. Data statistik uji ANOVA terhadap Proksimat ikan pada budidaya
ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif berbasis
bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
ANOVA
Su
m of d Me Si
Squares f an Square F g.
prote Between 45. 4 11. 1.5 .2
in Groups 253 313 09 72
Within 74. 1 7.4
Groups 960 0 96
Total 120 1
.214 4
lema Between 44. 4 11. 3.1 .0
k Groups 084 021 13 66
Within 35. 1 3.5
Groups 401 0 40
Total 79. 1
486 4
SK Between 6.3 4 1.5 2.2 .1
Groups 19 80 37 38
Within 7.0 1 .70
Groups 62 0 6
Total 13. 1
381 4
BET Between 103 4 25. 14. .0
N Groups .747 937 901 00
Within 17. 1 1.7
Groups 406 0 41
Total 121 1
.153 4
abu Between 4.5 4 1.1 .34 .8
Groups 57 39 4 42
Within 33. 1 3.3
Groups 083 0 08
Total 37. 1
640 4
28
Lampiran 12. Data statistik uji lanjut Duncan terhadap proksimat ikan pada
budidaya ikan lele (Clarias sp.) dalam budidaya super intensif
berbasis bioflok dengan penambahan bakteri Bacillus sp.
protein
perla Subset for
kuan N alpha = .05
1 1
Duncan(a) K- 3 54.4299
A 3 54.8040
K+ 3 55.3481
C 3 57.2754
B 3 59.0499
Sig. .087
lemak
Subset for
perl alpha = .05
akuan 1 2 1
Dunc A 3 1
an(a) 7.3086
K+ 3 1
7.3318
K- 3 1
8.3589
B 3 1 18.
8.5920 5920
C 3 21.
9802
Sig. .4 .05
53 2
29
SK
Subset for
perl alpha = .05
akuan 2 1
Duncan A 2.
(a) 3334
C 2. 2
8390 .8390
B 3. 3
1687 .1687
K- 3. 3
7690 .7690
K+ 4
.1563
Sig. .0 .
80 104
BETN
Subset for
perlakuan N alpha = .05
1 2 3
D C 2.
uncan(a 3
9907
)
B 3 4.
3681
K+ 3 7
.4705
K- 3 9
.0714
A 3 9
.7286
Sig. .2 .
30 073
30
Abu
Subset
perla for alpha
kuan N = .05
1 1
Duncan K- 3 14.370
(a) 7
B 3 14.821
4
C 3 14.914
6
K+ 3 15.693
4
A 3 15.825
4
Sig. .387
31
RIWAYAT HIDUP