Anda di halaman 1dari 12

BAB II

Tinjauan Pustaka
2.1 Studi terdahulu

Adapun rangkuman mengenai penelitian terdahulu dapat dilihat pada


tabel1 :

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan jurnal penelitian yang ditulis oleh

Berdasarkan rangkuman penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mayun


Nadiasa,Widnyanya Maya, I N. Norken (2010) dalam Analisis Investasi
Pengembangan Potensi Pariwisata Pada Pembangunan Waduk Jahem di
Kabupaten Bangli, didapatkan hasil Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,802
yang menunjukkan bahwa proyek tersebut layak dilaksanakan karena BCR 1.
Nilai Net Present Value (NPV) didapatkan sebesar Rp. 19,397,935,290.73, hasil
angka NPV bernilai positif dengan nilai terse-but lebih besar dengan nol
sehingga rencana investasi pengembangan obyek wisata pada pembangunan
Waduk Jehem ini dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Dengan angka NPV
tersebut berarti upaya untuk menggali manfaat tak langsung (se-condary benefit)
dari pembangunan wa-duk ini sudah sesuai dan menguntungkan secara
ekonomis.Nilai Internal Rate of Return (IRR) yang didapatkan adalah
23,22%, dimana jika dibandingkan terhadap bunga inves-tasi tertinggi yang
mungkin terjadi yaitu 15%, maka proyek ini cukup prospektif terhadap
perkembangan suku bunga inves-tasi. Kemudian hasil Payback Period (PP)
menunjukkan waktu pengembalian pada tahun ke-9, sehingga proyek layak
dilaksanakan karena jangka waktu pengembaliannya kurang dari umur
ekonomis proyek tersebut, yaitu 20 tahun. Penelitian menyimpulkan
bahwainvestasi pada proyek pembangunan Pengembangan Potensi Pariwisata
Pada Pembangunan Waduk Jahem di Kabupaten Bangli layak dilaksanakan,
karena memenuhi kriteria dalam studi kelayakan yang diteliti.

Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan olehZ.A Algony


M.Ruslan Anwar M.Hamzah Hasyim (2014) dalamStudi Kelayakan Finansial
Pada Proyek Pembanguna Kawasan Pasar Terpadu Blimbing Kota Malang
didapatkan hasil Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,3791, hal tersebut
menunjukkan bahwa proyek tersebut layak dilaksanakan karena BCR 1. Nilai
Net Present Value (NPV) didapat sebesar Rp 65.345.570.925, hasil angka
NPV bernilai positif dengan investasi awal sebesar Rp 215.224.828.252, yang
menunjukkan bahwa proyek layak dilaksanakan. Hasil dari Internal Rate of
Return (IRR) yaitu sebesar 11,96218%, nilai IRR lebih besar dari tingkat
suku bunga pengembalian yang telah direncanakan yaitu sebesar 7,5%,
sehingga proyek layak untuk dilaksanakan. Kemudian hasil Payback Period
(PP) menunjukkan waktu pengembalian pada tahun ke-7, bulan ke-1, hari
ke-7 sehingga proyek layak dilaksanakan karena jangka waktu
pengembaliannya kurang dari umur ekonomis proyek tersebut, yaitu 30 tahun.
Z.A. Algony, M. Ruslan Anwar dan M. Hamzah Hasyim menyimpulkan
bahwa investasi pada proyek pembangunan kawasan Pasar Terpadu Blimbing
Kota Malang layak dilaksanakan, karena memenuhi kriteria dalam studi
kelayakan yang diteliti.

Kemudian dari penelitian yang dilakukan oleh Febriyanto Andra, M.


Hamzah Hasyim, Kartika Puspa Negara (2015) dalam Studi Kelayakan
Finansial Proyek Perumahan Griya Mapan Di Kabupaten Sumenep
didapatkan hasil Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,164, hal tersebut
menunjukkan bahwa proyek tersebut layak dilaksanakan karena BCR 1.
Nilai dari Net Present Value (NPV) sebesar Rp 2.858.465.512, hasil angka
NPV bernilai positif dengan investasi awal sebesar Rp 4.294.250.000, yang
menunjukkan bahwa proyek layak dilaksanakan. Hasil dari Internal Rate of
Return (IRR) yaitu sebesar 8,9%, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga pengembalian yang telah direncanakan yaitu sebesar 0,96%, sehingga
proyek layak untuk dilaksanakan. Kemudian hasil Payback Period (PP)
menunjukkan waktu pengembalian pada bulan ke-10, hari ke-7 sehingga
proyek layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembaliannya kurang dari
umur ekonomis proyek tersebut, yaitu 2 tahun. Febriyanto Andra, M.
Hamzah Hasyim dan Kartika Puspa Negara menyimpulkan bahwa investasi
pada proyek Perumahan Griya Mapan di Kabupaten Sumenep layak dilaksanakan,
karena memenuhi kriteria dalam studi kelayakan yang diteliti.

2.2 Pembangunan wisata


Obyek wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat
tersebut.Menurut Mathieson (1982: 47) pariwisata adalah perpindahan sementara
orang-orang ke daerah tujuan di luar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-
harinya, kegiatan yang dilakukannya dan fasilitas yang di gunakan ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Obyek wisata berupa wisata alam seperti gunung,danau,sungai,pantai, atau


berupa obyek wisata bangunan. Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya
baru yang mampu menyediakan petumbuhan ekonomiyang sangat cepat dalam hal
kesempatan kerja,pendapatan,taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi
lain di dalam Negara penerima wisatawan (Wahab, 1987:5). Jadi salah satu obyek
wisata yang dapa mendorong kesempatan kerja , pendapatan, dan taraf hidup
adalah obyek wisat yang besar seperti museum buatan. Museum buatan ini satu
bentuk wahana rekreasi berbasis edukasi, seperti musem untuk hewan-hewan
purba.

Ada orang beranggapan,pengembangan kepariwisataan seakan-akan


dapat memberi hadiah dengan mudah. Sering terjadi negara-negara berkembang
mengharapkan hasil yang bayak dari industri pariwisata yang dikembangkannya
tetapi menghadapi beberapa masalah dalam penggarapannya (A.Yoeti
dkk.,1999:1)

Negara-negara yang secara geografis jauh terpencil dari Negara yang


penduduknya mempunyai pendapatan per kapita yang tinggi, mempunyai alam
dan iklim yang begitu menyenangkan, tetapi tidak mempunyai fasilitas untuk
dapat memberikan pelayanan keapda wisatawan yang berkunjung. Negara
semacam ini sudah dapat dipastikan akan menghadapi kesukaran bila tetap
memaksakan kehendaknya dalam mengembangkan pariwisata sebagai suatu
industri (A.Yoeti dkk.,1999:1). Jadi sebuah obyek wisata pembuat gagasan dan
pengelolaannya tidak mudah untuk dilakukan karena membutuhkan biaya.

Menurut undang-undang nomor 10 tahun 2009 pasal 1 ayat ke 7 tentang


kepariwisataan Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang atau
jasa pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

Selain menyediakan barang/jasa, obyek wisata harus memperhatikan


lingkungan agar tidak tercemar semisal dampak ketika pembangunan wisata
berlangsung sesuai dengan pendapat A.Yoeti dkk (1999:82) bahwa industri
pariwista yang mengabaikan lingkungan, dengan sendirirnya akan kehilangan
bisnisnya karena semkin hari kesadaran masyarakat untuk mengunakna jasa-jasa
pariwisata berwawasan lingkungan semakin tinggi.
Pembangunan pariwisata secara ekonomi seringkali didasarkan pada
kelayakannya berdasarkan perhitungan finansial sebagaimana studi kelayakan
tentang pembangunan suatu proyek pada umumnya.Jadi pembangunan sebuah
obyek wisata buatan seperti museum harus dilakukan studi kelayakan salah
satunya dari segi finansial, lingkungan, dan ekonomi sosial.Jangan sampai obyek
wisata yang dibangun menimbulkan dampak negative dalam lingkungan dan tidak
menguntungkan bagi investor dalam kurun waktu yang diinginkan.

2.3 Studi kelayakan proyek

Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata kemudian


menjadi tidak menguntungkan (gagal). Sebab itu bisa berwujud karena kesalahan
perencanaan, keasalhan dalm menaksir pasar yang tersedia, kesalahan dalam
memperkirakan teknologi yang dipakai, kesalahandalam memperkirakan
kontinyuitas bahan baku, kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga
kerja.

Untuk itulah studi tentang kelayakan (minimal) ekonomis suatu proyek


menjadi sangat penting .Semakin besar skala investasi semakin penting studi
ini.Bahkan untuk proyek-proyek yang besar, seringkali studi ini dilakukan dalam
dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan tahap keseluruhan. Apabila dari studi
pendahuluan tersebut sudah menampakkan gejala-gejala yang tidak
menguntungkan, maka studi keseluruhan mungkin tidak perlu lagi dilakukan
( Husnan dan Muhammad,2000:7)

Studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek


(biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.Pengertian
keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda.Ada yang
menafsirkan dalam artian yang lebih luas.Artian yang lebih terbatas, terutama
dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis
suatu investasi.Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata
tidak menguntungkan. Tentu saja studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi
biaya tersebut relative kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu
proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar.( Husnan dan
Muhammad,2000:4)

2.4 Aspek kelayakan lingkungan hidup


Pada saat ini, komponen lingkungan telah dipengaruhi oleh hadirnya
kegiatan dengan berbagai faktor yang merusak lingkungan. Adanya berbagai
faktor yang merusak komponen lingkungan akan merubah proses sistem
dalam ekosistem.Apabila hal ini terjadi terus menerus akhirnya mutu
lingkungan akan merosot.(Fandeli,2004:42)

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.17/2001 secara garis


besar permasalahan lingkungan dari berbagai bidang pembangunan sangat
bervariasi, dan sector lainnya adalah besaran kegiatan proyek
(Fandeli,2004:8). Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang
sangat luas tetapi disusun kurang cermat. Seluruh program mungkin saja
dapat dianalisis sebagai suatu proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik
bila proyek dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang layak dari segi
sosial,administrasi,teknis,ekonomis,dan lingkungan. Pada pembangunan yang
dikaji dari aspek kelayakan lingkungan bisa di sebut pembangunan
berwawasan lingkungan yang pada haekkatnya dilaksanakan untuk
mewujudkan pembangunan belanjut. Instrumen untuk mencapai
pembangunan berlanjut adalah Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan(AMDAL).(Fandeli,2004:66)

AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai dampak besar dan


penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri dari
beberapa dokumen.Atas dasar beberapa dokumen ini kebijakan
dipertimbangkan dan diambil.(Fandeli,2004:66)

Dokumen AMDAL terdiri dari 4 dokumen menurut PP 51/1993 dam PP


27/1999 yaitu kerangka acuan untuk amdal(KA),analisis dampak
lingkungan(AMDAL),rencana pengelolaan lingkungan(RKL),rencan
pemantauan lingkungan(RPL). Keempat dokumen tersebut berkaitan dan
diperlukan dalam mengurus perizinan suatu usaha atau kegiatan yang
direncanakan. Dengan demikian maka setiap pembangunan akan mempunyai
studi kelayakan teknis,ekonomi dan lingkungan.

2.5 Aspek sosial dan ekonomi


Aspek kelayakan sosial dan ekonomi ini bertujuan untuk mengemukakan
pengaruh positif proyek terhadap perekonomian dan masyarakat sekitar
proyek.Pengaruh terhadap perekonomian perlu dillihat dari ssisi local, regional,
dan nasional. Kajian paling tidak harus mengemukakan hal-hal berikut :

a. Pengaruh proyek terhadap penerimaan Negara,anatara lain mencakup


pajak pertambahan nilai(PPN),pajak penghasilan(PPh),pajak impor dan
pajak ekspor.
b. Kontribusi proyek terhadap penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah.
c. Kontribusi proyek terhadap penghematan devisa impor serta peningkatan
penerimaan devisa hasil ekspor.
d. Jasa-jasa umum yang dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat,seperti
sarana jalan,tenaga listrik,sarana pemeliharaan kesehatan,sarana
olahraga,sarana pelatihan dan pendidikan.
e. Kontribusi proyek terhadap perluasan kesempatan kerja dan alih teknologi,
serta pembinaan ussaha kecil dalam bentuk perusahaan mitra binaan.
f. Kontribusi proyek terhadap proyek lainnya dalam pola hubungan input-
output, serta manfaat proyek untuk mengurangi ketergantungan kepada
impor. Dalam hal ini perlu dikaji kemampuan keluaran proyek untuk
dipakai sebagai bahan baku oleh perusahaan lainnya(dalam pola hubungan
hulu-hilir), atau daya serap proyek terhadap produk local domestic untuk
dijadikan bahan baku atau bahan penolong(dalam pola hubungan hilir-
hulu). (Murdifin dan Salim,2010:19)

2.6 Pengkajian aspek finansial

Menurut Murdifin dan Salim (2010:18) studi mengenai aspek finansial


merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan. Dikatakan demikian,
karena sekalipun aspek lain tergolong layak,jika studi aspek finansial
memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena
tidak akan memberikan manfaat ekonomi. Studi aspek finansial ini paling
tidak mencakup hal berikut ini.

a. Kajian terhadap jumlah dana yang diperlukan, baik untuk keperluan


investasi awal maupun untuk kebutuhan modal kerja.
b. Kajian terhadap sumber dana, sekaligus perhitungan mengenai biaya
atas modal yang direncanakan akan tertarik, termasuk perkiraan
terhadap struktur modal yang yang tergolong layak.
c. Proyeksi arus kas yang merinci rincian prospek arus kas masuk dan
prospek arus kas keluar. Proyeksi arus kas berguna sebagai landasan
untuk metode yang lazim, seperti payback method, Net Present Value
(NPV), Profitability Index (PI),Internal Rate of return (IRR), Average
Rate of Return(ARR), dan Benefit Cost Ratio Analysis (BCRA).
d. Penyusunan laporan keuangan proforma, dilengkapi dengan analisis
sumber dan penggunaan dan serta analisis titik impas(break event
point,BEP).
e. Kajian pengaruh indicator ekonomi makro terhadap kelayakan
keuangan proyek, baik terhadap arus kas masuk dan arus kas keluar.
Indikator ekonomi makro yang perlu diperhatikan itu meliputi
perubahan tingkat bunga,inflasi,perubahan nilai tukar rupiah, dan
berbagai kebijakan ekonomi makro pemerintah lainnya.

2.6.1 Pengertian investasi

Investasi secara umum diartikan sebagai keputusan mengeluarkan


dana pada saat sekarang ini untuk membeli aktiva
riil(tanah,rumah,mobil dan sebagainya) atau aktiva keuangan
(saham,obligasi,reksadana,wesel, dan sebagainya) dengan tujuan untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang.
Investasi berbeda dengan tabungan, karena tabungan memiliki motif
konsumtif. Penyisihan sebagian pendapatan sekarang ke dalam
tabungan adalah dengan tujuan untuk memungkinkan penabung
memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya yang lebih
besar di masa yang akan datang. Namun demikian, baik investasi
maupun tabungan, keduanya terkait dengan manfaat yang diharapkan di
masa mendatang.(Murdifin dan Salim,2010:6)

Lebih lanjut, FitzGerald (1987:6) menyatakan bahwa investasi


adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penariakn sumber-sumber
dana untuk dipakai mengadakan barang modal pada saat sekarang ini,
dan dengan barang modal itu akan dihasilkan aliran produk baru di
masa yang akan datang. Dengan makna yang sama, van Horne
(1981:106) dan J.J.Clark dkk (1979:3) menyatakan bahwa investasi
adalah kegiatan yang memanfaatkan pengeluaran kas pada saat
sekarang untuk mengadakan barang modal guna menghasilkan
penerimaan yang lebih besar di masa yang akan datang, selama dua
tahun atau lebih.

Oleh karena investasi berkaitan dengan pengeluaran dana pada saat


sekarang dan manfaatnya baru akan diterima di masa mendatang, maka
investasi berhadapan dengan resiko, setidaknya berkaitan dengan hal
berikut ini :

1. Risiko nilai riil uang yang akan diterima di masa datang


2. Risiko mengenai ketidakpastian menerima uang dalam jumlah yang
sesuai dengan perkiraan yang akan diterima di masa datang.

2.6.2 Konsep nilai uang terhadap waktu


Ungkapan waktu adalah uang memberikan suatu pemahaman
bahwa uang itu memiliki niliai waktu. Lebih berharganya uang
yang ada di tangan hari ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Uuang yang ada sekarang dapat dipakai untuk membelu
asset tertentu, dan kenudian dapat dijual di hari lain di
masa mendatang, dan daripadanya dapat diperoleh suatu
surplus atau laba
2. Uang yang ada di tangan sekarang dapat dipakai untuk
membeli berbagai benda kebutuhan hari lain di masa
mendatang.
Perbedaan nilai uang karena faktor waktu ditunjukkan oleh
nilai tukar uang(exchange value of money)yang bersangkutan
yang semakin menurun di masa mendatang. Faktor yang
menyebabkan penurunan nilai uang karena waktu itu adlah faktor
inflasi,tingkat bunga,perubahan nilai tukar terhadap valuta asing,
dan variable ekonomi makro serta indicator monoter lainnya.
Dalam hubungan dengan nilai waktu uang tersebut diatas,
kita mengetahui dua macam konsep nilai, yaitu future value( nilai
akan datang) dan present value (nilai sekarang). Pada dasarnya,
nilai akan datang (NAD) ialah nilai dari uang atau arus kas yang
akan diterima pada akhir periode tertrntu di masa yang akan datang
yang bertumbuh sebesar tingkat bunga yang diperhitungkan.
Sebaliknya, Nilai Sekarang ( NS) adalah jumlah uang yang harus
diinvestasikan pada waktu sekarang dengan tingkat bunga tertentu
guna mendapatkan penerimaan arus kas tertentu pada akhir periode
tertentu di masa datang, Dengan demikian, NAD selalu berkaitan
dengan proyeksi arus kas masuk (cash inflow)di masa mendatang
dengan nilai sekarang selalu berkaitan dengan proyeksi arus kas
keluar di masa sekarang (cash outflow).(Murdifin dan
Salim,2010:59)

2.6.3Net present value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan analisis selisish

antara penerimaan dan pengeluaran yang sudah dipresent-valuekan


b1c 1 b 2c 2 bncn
NPV = -kt + ( 1+i ) + ( 1+i ) 2 + + ( 1+i ) n

Dimana :

NPV = Nilai sekarang bersih

Kt = Merupakan capital yang digunakan pada

periode investasi

b1, b2,..., bn = penerimaan pada tahun ke-1 sampai pada

tahun ke-n

c1, c2,..., cn = pengeluaran pada tahun ke-1 sampai

dengan tahun ke-n

i = tingkat Discount Rate

Apabila didapat nilai NPV sebagai berikut:

NPV > 0, proyek menguntungkan

NPV < 0, proyek tidak layak diusahakan

NPV = 0, berarti netral atau berada pada break even point (BEP)
(Halim ,2005:144)

2.6.4 Internal rate of return (IRR)

IRR adalah mencari suatu tingkat bunga yang akan


menyamakan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang
diharapkan diterima dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran
untuk investasi. IRR adalah discount rate yang menjadikan NPV
sama dengan nol.

IRR = iL + [ ( iU iL)(npvl)
(npvlnpvu) ]

Dimana :
iL=Discount rate pada NPV sama dengan positif

iU=Discount rate pada NPV sama dengan negatif

NPVL = Nilai NPV sama dengan positif

NPVU = Nilai NPV sama dengan negatif

(Halim : 2005,151)

2.6.5 Benefit cost ratio (BCR)

Metode Benefit Cost Ratio biasanya digunakan pada tahap


awal dalam mengevaluasi perencanaan investasi. Menurut Giatman
(2006), metode BCR ini memberikan penekanan terhadap nilai
perbandingan antara aspek manfaat (benefit) yang akan diperoleh
dengan aspek biaya dan kerugian yang akan ditanggung (cost)
dengan adanya investasi tersebut. Rumus umum yang digunakan
dalam menghitung nilai Benefit Cost Ratio yaitu :

Benefit
BCR = Cost

Terdapat perbedaan dalam analisis BCR pada proyek pemerintah


dan swasta, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan tujuan dari
investasi yang dilakukan. Pada proyek pemerintah, benefit
seringkali tidak dapat diukur dengan jelas karena tidak berorientasi
pada keuntungan. Dengan kata lain, benefit didasarkan kepada
manfaat umum yang diperoleh masyarakat dengan adanya proyek
tersebut. Sedangkan pada proyek swasta, benefit didasarkan pada
keuntungan yang diperoleh investor dari proyek tersebut.

Untuk menilai kelayakan suatu usaha atau proyek dari segi Benefit
Cost Ratio adalah :

Jika : BCR 1 , maka investasi layak (feasible)

BCR 1 , maka investasi tidak layak (unfeasible)


2.6.6 Payback period (PP)
Pay Back Period merupakan jangka waktu yang diperlukan
untuk membayar kembali atau pengembalian semua biaya-biaya yang
telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. (Soeharto:2002)
Rumus untuk menghitung Pay Back Period adalah :

ab
Payback Period = n + cb x 1 tahun

Dimana :
n = tahun terakhir dimana jumlah cash flow belum bisa
menutupi original invesment
a = jumlah original invesment
b = jumlah kumulatif cash flow pada tahun ke-n
c = jumlah kumulatif cashflow pada tahun ke-n+1

2.6.7 Break event point (BEP)

Break Even Point (BEP) merupakan titik impas dimana biaya


yang dikeluarkan dan pendapatan adalah seimbang (NPV = 0),
sehingga pada saat itu investasi tidak mengalami kerugian maupun
keuntungan. Adapun perumusan untuk BEP yaitu :

Pendapatan = Pengeluaran

Metode analisis kelayakan investasi menggunakan metode Benefit


Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Payback Period (PP) dan Break Even Point (BEP)
memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Oleh karena
itu, sebaiknya dilakukan analisis kelayakan investasi dengan
menggunakan kelima metode tersebut untuk mendapatkan hasil
analisis yang lebih maksimal. (Halim,2005:144)
2.6.8 Analisa sensitivitas
Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai dari suatu
parameter pada suatu saat untuk selanjutnya dilihat bagaimana
pengaruhnya terhadap akseptabilitas suatu investasi. Parameter-
parameter yang biasanya berubah dan perubahannya bisa
mempengaruhi keputusan dalam studi ekonomi teknik adalah ongkos
investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat pajak, tingkat
hunian, dan lain-lain. (Pujawan:2003)

Anda mungkin juga menyukai