Anda di halaman 1dari 26

9

disukai pembeli di luar wilayah daerah tersebut (Satuhu & Supriyadi, 2007).

2.2.2 Kandungan Pisang Ambon

Kandungan pisang ambon sangat baik untuk menjaga kesehatan kita

sehari-hari karena didalam buah pisang terdapat berbagai macam kandungan yang

sangat baik untuk tubuh. Buah pisang mengandung energi sebanyak 99 kkal.

Tidak hanya itu, buah pisang juga mengandung protein sebesar 1,2 gr dan juga

kandungan lemak sebesar 0,2 gr. Pada buah 1 pisang mengandung karbohidrat

sebesar 25,8 gr.

Kandungan pisang ambon adalah kalsium yang dalam 100 gr buah pisang

sebesar 8 mg. Selain kalsium, terdapat pula fosfor dan zat besi yang keduanya

sangat penting dan dibutuhkan untuk pertumbuhan. Jumlah kandungan fosfor

sebesar 28 mg, sedangkan untuk kandungan zat besi sebesar 1 mg. Serta terdapat

vitamin A, b6, dan juga vitamin C yang banyak terkandung pada buah pisang.

Buah pisang juga memiliki banyak sekali manfaat yang baik untuk kesehatan.

Salah satunya untuk menjaga pencernaan agar tetap sehat dan sebagai bua

penurun tekanan dara karena mengandung kalsium yang tinggi.

2.2.3 Manfaat Pisang ambon

Pisang ambon ambon telah dikenal luas oleh masyarakat, pisang menjadi

salah satu alternatif buah yang biasa digunakan sebagai pencuci mulut.selain itu,

berbagai manfaat buah pisang ambon atau yang biasa disebut pisang hijau sebagai

berikut antara lain :

1. Sebagai Sumber Energi


10

Kandungan nutrisi pisang ambon diantaranya adalah kalori sebesar 99

kkal/ 100 gramnya. Hal ini dapat membantu menyumbangkan tambahan

kalori yang dibutuhkan tubuh dalam melakukan proses metabolisme.

Meskipun tidak terlalu besar, namun kalori dalam pisang ambon bisa

dijadikan makanan alternatif membuat perut kita terasa kenyang saat perut

lapar.

2. Kandungan Asam Folat

Pada wanita hamil di sarankan untuk banyak mengkonsumsi pisang

ambon. Hal ini dikarenakan adanya salah satu kandungan nutrisi dari manfaat

pisang ambon yaitu asam folat alami yang mudah diserap oleh janin melalui

rahim, yang berguna untuk membantu perkembangan otak dam sumsum

tulang belakang janin. Saat seorang wanita hamil kekurangan asam folat, hal

tersebut dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan otak dan sumsum

tulang belakang. Hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan, kerusakan jaringan

otak, maupun memperbesar resiko keguguran.

3. Mengobati Anemia

Anemia merupakan sejenis penyakit yang dapat menyebabkan

penderitanya merasa lemas dan lesu. Hal tersebut dikarenakan jumlah sel

darah merah dalam tubuhnya di bawah normal. Manfaat zat besi atau Fe

dalam pisang ambon yang cukup tinggi sangat baik untuk membantu

mengatasi gangguan anemia, yaitu dengan meningkatkan sel-sel darah merah

dalam tubuh.
11

4. Menurunkan Resiko Diabetes

Selain beberapa manfaat pisang ambon yang di atas, buah ambon juga

berkhasiat dalam mengobati penyakit diabetes. Hal ini karena adanya

kandungan gula yang cukup sederhana dalam pisang ambon yang mudah

diserap oleh tubuh, sehingga dapat membantu mengontrol kadar gula dalam

darah penderita diabetes.

5. Menurunkan Berat Badan

Mengkonsumsi pisang ambon sangat baik untuk membantu

menurunkan berat badan. Hal ini dikarenakan kandungan karbohidrat

kompleks dalam pisang ambon tidak berpengaruh pada peningkatan kadar

glukosa dalam darah secara drastis. Pisang ambon juga terkenal rendah

lemak, sehingga aman untuk mendukung program diet. Serat yang terdapat

pada pisang ambon juga berpengaruh pada penurunan berat badan serta

mempercepat proses metabolisme tubuh.

6. Membantu Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

Penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi, dianjurkan untuk

mengkonsumsi pisang ambon. Dalam buah ini mengandung senyawa kalium

yang penting untuk membantu mengatur fungsi jantung, tekanan darah, saraf

dan aktivitas otot. Kalium juga dapat mengatur keseimbangan cairan dan

elektrolit, menjadikan tekanan darah tetap dalam kondisi normal. Kandungan

serat dalam pisang ambon juga berfungsi untuk mengikat lemak pada

pembuluh darah.
12

7. Melancarkan Sistem Pencernaan

Gangguan sistem pencernaan dalam tubuh manusia bisa diakibatkan

karena kesalahan dalam pola diet dan menu makanan yang dikonsumsi.

Pisang ambon sangat kaya akan produk serat yang dapat membantu

pencernaan. Selain itu vitamin B yaitu vitamin B-6 nya mampu menangkal

diare. Pisang ambon juga memiliki sifat antacid serta mudah dicerna,

sehingga baik dikonsumsi oleh orang-orang dengan gangguan asam lambung.

Menurut berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang makan

pisang secara teratur akan memiliki dinding lambung yang kuat daripada

orang-orang menghindari konsumsi pisang (sehat dengan buah pisang, 2007).

2.2.4 Hubungan Pisang Ambon dengan Hipertensi

Berdasarkan riset di Amerika Serikat dan uji coba di India, penderita

hipertensi yang mengonsumsi dua buah pisang setiap hari mengalami penurunan

tekanan darah sampai 10 % dalam satu minggu (Megia, 2008:35). Astawan,

2008:227 menyatakan bahwa pisang memiliki kandungan kalium yang tinggi,

rata-rata sebuah pisang ukuran sedang dapat menyumbang kalium sebesar 440

mg. Kalium dapat menurunkan retensi garam dan air di dalam tubuh, sehingga

dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu pisang juga mengandung serat

pangan yang bersifat larut (soluble dietary fiber) yang juga berperan dalam

membantu menurunkan tekanan darah tinggi (Astawan, 2008:226).

Menurut Prof. Made Astawan kandungan mineral yang paling menonjol

pada buah pisang adalah kalium. Rata-rata sebuah pisang ukuran sedang dapat

menyumbangkan kalium sebesar 440 mg. Mekanisme kalium dalam mencegah


13

penyakit hipertensi adalah dengan menjaga dinding pembuluh darah besar (arteri)

tetap elastis dan mengoptimalkan fungsinya. Begitu juga dengan magnesium yang

selain dapat membantu menurunkan tekanan darah juga mencegah denyut jantung

tidak teratur. Sementara itu kromium dalam pisang merupakan suatu mikronutrisi

untuk mendorong aktivitas enzim dalam metabolisme glukosa untuk energi dan

sintesis asam lemak dan kolesterol (Megia, 2008:38). Berbeda halnya dengan

kalium, kadar natrium pada pisang juga sangat rendah. Kadar natrium tinggi tidak

dikehendaki karena berpotensi menyebabkan tekanan darah tinggi (Astawan,

2008:114). Sehingga rasio yang tinggi antara kalium dan natrium pada pisang

justru sangat menguntungkan untuk mendukung proses rileksasi otot. Selain itu,

pisang juga mengandung serat pangan yang bersifat larut (soluble dietary fiber)

yang juga berperan dalam membantu menurunkan tekanan darah tinggi. Tekanan

darah tinggi terutama disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah.

Penyempitan ini terutama disebabkan oleh penimbunan kolesterol pada

dinding pembuluh darah. Serat pangan larut air dapat menurunkan kolesterol

darah. Dengan demikian, serat pangan juga berperan membantu mengatasi

tekanan darah tinggi. Beberapa komponen penting dalam pisang bersifat sebagai

angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors. Enzim ini mengatur pelepasan

angiotensin II yang merupakan substansi penyebab meningkatnya tekanan darah

melalui konstraksi pembuluh darah. Meningkatnya kadar angiotensin II dalam

tubuh akan diikuti dengan kenaikan tekanan darah karena angiotensin II

menyebabkan pembuluh-pembuluh darah mengerut. ACE inhibitor pada pisang

bekerja dengan cara mengekang aksi ACE yang memerintahkan pelepasan

Angiotensin II. Para peneliti tersebut juga menemukan, buah yang sudah ranum
14

ternyata mempunyai efek ACE inhibitor yang lebih besar dibandingkan dengan

buah yang masih mentah (Megia, 2008:38).

2.2.5 Taksonomi Buah Pisang Ambon

Taksonomi buah pisang ambon adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : musaceae

Genus : musa

Spesies : Musa paradisiacal

2.2.6 Morfologi Buah Pisang Ambon

Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman pisang ambon

adalah sebagai berikut:

1. Akar

Tanaman pisang berakar serabut dan tidak memiliki akar tunggang.

Akar serabut tersebut tumbuh pada umbi batang, terutama pada bagian bawah.

Akar-akar yang tumbuh dibagian bawah akan tumbuh lurus menuju pusat bumi

hingga kedalaman 75-150 cm, sementara perakaran yang tumbuh di bagian atas

tumbuh menyebar kearah samping.

2. Batang

Tanaman pisang berbatang sejati. Batang sejati tanaman pisang tersebut

berupa umbi batang yang berada didalam tanah. Batang sejati tanaman pisang
15

bersifat keras dan memiliki titik tumbuh (mata tunas) yang akan menghasilkan

daun dan bunga pisang.

3. Daun

Daun tanaman pisang berbentuk lanset panjang, memiliki tangkai

panjang berkisar antara 30-40 cm. Tangkai daun ini bersifat agak keras dan

kuat serta mengandung banyak air. Kedudukan daun agak mendatar dan

letaknya lebar daun pisang memiliki lapisan lilin pada permukaan bagian

bawahnya.

4. Bunga

Bunga tanaman pisang berbentuk bulat lonjong dengan bagian ujung

runcing. Bunga tanaman pisang yang baru muncul, biasa di sebut jantung

pisang. Bunga tanaman pisang terdiri dari tangkai bunga, daun penumpung,

daun pelindung bunga dan mahkota bunga.

5. Buah

Buah pisang memiliki bentuk ukuran, warna kulit, warna daging buah,

rasa dan aroma yang beragam, tergantung pada varietasnya. Bentuk buah

pisang ambon bulat panjang, bulat pendek, bulat agak persegi dan sebagainya.

6. Varietas Buah Pisang Ambon


a. Ciri-ciri pisang ambon kuning
1) Ukuran buah lebih besar dibanding jenis pisang ambon

lainnya.
2) Kulit buah yang sudah matang berwarna kuning putih

kemerahan.
3) Daging buah pulen, berasa manis dan beraroma harum.
4) Dalam satu tandan umumya terdapat 7- 9 sisir dengan rata-

rata
5) persisir 10-12 buah pisang.
6) Buah cocok disantap sebagai buah segar.
16

b. Ciri-ciri pisang ambon lumut


1) Ukuran buah lebih kecil dibandingkan pisang ambon kuning.
2) Kulit buah berwarna hijau walaupun sudah matang, tetapi

padam kondisi sangat matang berwarna hijau kekuningan

dengan bercak cokelat kehitaman dan kulit lebih tebal

daripada pisang ambon kuning.


3) Daging buah memiliki warna hampir sama dengan ambon

kuning, hanya sedikit lebih putih.


4) Daging buah agak keras, berasa lebih manis dan beraroma

lebih harum.
5) Dalam satu tandan terdapat 7-12 sisir pisang dengan rata-rata

persisir 10-12 buah pisang.


6) Buah cocok disantap sebagai buah segar.
c. Ciri-ciri pisang ambon putih
1) Ukuran buah lebih besar dibandingkan pisang ambon

lumut.Kulit buah yang sudah matang berwarna kuning

keputihan.Daging buah berwarna putih kekuningan.


2) Daging buah berasa manis sedikit masam dan beraroma

harum.
3) Dalam satu tandan terdapat 10-14 sisir dengan rata-rata

persisir 10-12 buah pisang.


2.2 Konsep Hipertensi
2.3.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis

dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu

yang lama ). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan

tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat di perkirakan

mempunyai keadaan darah tinggi. (Maya Apriyanti, 2012)

Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah

yang di tandai dengan peningkatan tekanan darah . tidak ada tanda-tanda


17

yang dapat di rasakan pasien . darah tinggi seakan menjadi ancaman karena

dengana tiba-tiba seseorang dapat di vonis menderita darah tinggi. Dan,

penyakit hipertensi menduduki peringakat pertama penyebab stroke dan

jantung (Dewi S dan Familia, 2009).

2.3.2 Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi dapat di klompokkan menjadi dua yaitu hipertensi

primer dan hipertensi sekunder.

1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang

tidak di ketahui penyebabnya . lebih dari 90% penderita hipertensi termasuk

jenis hipertensi primer. Banyak pakar menduga stress merupakan penyebab

utama hipertensi primer juga di pengaruhi faktor-faktor

:keturunan,lingkungan dan metabolisme intraseluler . selain itu keadaan

penderita seperti kegemukan (obesitas), konsumsi alkohol, dan merokok

dapat meningatkan resikonya.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit

lain. Beberapa jenis penyekit yang dapat mengakibatkan hipertensi antara

lain : gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, penyakit pembuluh

darah atau penyakit yang berhubungan dengan kehamilan. Sekiar 10%

penderita hipertensi termasuk hipertensi sekunder. (Dr.Widharto, 2007)

2.3.3 Klasifikasi Hipertensi


18

Perhimpunan nefrologi indonesia (Penefri) memilih klasifikasi sesuai

WHO/ISH karena sederhana dan memenuhi kebutuhan , tidak bertentangan

dengan stategi terapi, tidak meragukan karen memiliki ebaran luas dan tidak

rumit, serta terdapat pula unsur sistolik yang juga penting dalam penentuan .

Klasifikasi sesuai WHO/ISH

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO/ISH

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-180 90-95
Hipertensi sedang dan berat >180 >105
Hipertensi sistolik terisolasi >140 <90
Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 <90
(Kapita selekta kedokteran, 2005 )

Pada tahun 1997, National Institutes of Health mempublikasikan suatu

metode hasil revisi untuk mengklasifikasi tekanan darah berdasarkan stadiumnya.

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut National Institutes of Health tahun 1997

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 140-159 90-99
Stadium 2 160-179 100-109
Stadium 3 >180 >110-119
(Buku Ajar Patofisiologi,2003)

2.3.4 Patogenesis Hipertensi


Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi perifer dan

curah jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan yang


19

meningkatan frekuensi jantung , volume sekucup atau kedunya. Resistensi

prifer meningkat karena faktor-faktor yang meningkatkan viskositas darah

atau yang menurunkan ukuran lumen pembuluh darah, khususnya

pembuuh arteriol.
Beberapa teori membantu menjelaskan terjadinya hipertensi .

Teori-teori tersebut melputi :

1. Perubahan pada bantalan dinding pembuluh darah arteriolar yang

menyebabkan peningkatan resistensi perifer .


2. Peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal

dari dalam pusat sistem vasomotor ;peningkatan tonus ini menyebabkan

peningkatan resistensi vaskuler perifer.


3. Penambahan volume darah yang terjadi karena disfungi renal atau

hormonal.
4. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang

menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer .


5. Pelepasan renin yang abnormal sehingga terbentuk angiotensi II yang

menimbulkan kontriksi arteriol dan meningkatkan volume darah .

Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja jantung

karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Untuk

meningkatan keuatan kontrasiknya,ventrikel kiri mngalami hipertropi sehingga

kebutuhan jantung akan oksigen dan beban kerja jantung meningkat. Dilatasi dan

kegagalan jantung dapat terjadi ketika keadaan hipertropi tidak lagi mampu

mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu proses

aterosklerosis arteri kronoria, maka jantung dapat mengalami gangguan lebih

lanjut akibat penurunan aliran darah kedalam miokardium sehingga timbul angina

pektoris atau infark miokard. Hipertensi juga menyebabkan kerusakan pembuluh


20

darah yang semakin mempercepat proses aterosklerosis serta keruskan organ ,

seperti cedera retina, gagal ginjal, stroke dan aneurisme serta diseksi aorta.

Patofisiologi hipertensi sekunder berhubungan dengan penyakit yang

mendasari sebagai contoh :

1. Penyebab hipertensi sekunder yang paling seringg adalah penyakit ginjal

kronis. Serangan pada ginjal akibat glomerolusnefritis kronis atau stenosis

arteri renalis akan mengganggu ekskresi natrium, sistem renin-

angiotensin-aldostern, atau perfusi renal sehingga tekanan darah

meningkat.
2. Pada sindrom cushing, peningkatan kadar kortisol akan menaikkan

tekanan darah melalui peningkatan retensi natrium renl, kadar angiotensin

II ,dan respon vaskuler terhadap norepinefrin.


3. Pada aldosteronisme primer, penambahan volume intraseluler, perubahan

konsentrasi natrium dalam dinding pembuluh darah atau kadar oldoteron

yang terlalu tinggi menyebaban vasokontriksi dan peningkatan restensi .


4. Feokromositoma merupakan tumor sel kromafin medula adrenal yang

menyekresi aprenefrin dan nerepinefrin. Efinefrin meningkatkan

kontraktilitas dan frekuensi jantung sementara neropinefrin meningkatkan

restensi vaskuler perifer. (Buku ajar patofisiologi,2003)

Hipertensi pada stadium permulaan akan mengalami hipertropi yang

terjadi adalah difus(konsentrik). Rasio masa dan volume akhir distolik ventrikel

kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pomp efektif ventrikel

kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakit hipertensi menjadi tidak teratur ,

dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik.

Berkurangnya rasio antara volume dan masa jantung akibat peningkatan volume
21

distolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertropi ekstrensik. Hal ini di

perlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan frasi

ejeksi,peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik, peningkatan

konsumsi oksigen otot jantung,serta penurunan efek mekanik pompa jantung ). Di

perburuk lagi apabila disertai dengan penyakit jantung koroner. Apabila tekanan

perfusi koroner meningkat, maka tahanan pembuluh darah koroner juga

meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan

hermodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan

hipertrofi otot jantung.

Faktor utama penyebab penurun cadangan aliran darah koroner ,yaitu:


1. Penebalan arteriol koroner ,yaitu bagian pada hipertrofi umum otot polos

pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistnce vessels ) seluruh

badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan

berkurangnya elastisitas pembuluh darah dan meningkatnya tahanan

perifer.
2. Peningakatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler

per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak

difusi antara kapiler dan serat otot yang hipertrofi menjadi faktor utama

pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini . (Kapita selekta

Kedokteran, 2005)
2.3.5 Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan di percaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala

yang di maksud seperti sakit kepala,perdarahan pada hidung, pusing,wajah


22

kemerahan dan kelelahanyang bisa saja terjadi baik pada penderita

hipertensi,maupun pada seseorang dengan tekanan darah normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak di obati bisa timbul gejala

sebagai berikut :

Sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, Pandangan menjadi

kabur yang terjadi karena adanya kerusakan otak, mata, jantung, dan ginjal.

Kadang,penderita hipertensi berat mengaami penurunan kesadaran dan bahkan

koma karen terjadi pembengkakan otak,keadaan ini disebut

ensefalopati,hiperrtensif yang memerlukan penanganan segera. (Maya Apriyanti ,

2012).

Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi. Pada hipertrofi

konsentrik lama, iktus bertambah. Bila telah lama terjadi dilatasi ventrikel kiri,

iktus kordis bergeser ke kiri bawah. Pada auskultasi pasien dengan hipertrofi

konsentrik dapat di temukan S4 dan bila sudah terjadi diltasi jantung didapatkan

tanda-tanda insufiensi mitral relative. Pada stadium dini hipertensi, tampak tanda-

tanda akibat rangsanggan simpatis yang kronis. Jantung berdenyut cepat dan kuat.

Terjadi hipersirkulasi yang mungkin diakibatkan peningkatan aktifitas system

neurohormonal disertai hipervolemia. Pada stadium selanjutnya, timbul

mekanisme kompensasi pada otot jantung berupa hipertrofi ventrikel kiri yang

difus dan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer (Mansjoer, 2001).

Gambaran klinis seperti sesak nafas adalah salah satu gjala gangguan

distolik, dan peningkatan tekanan pengisian ventrikel walaupun fungsi sistolik

masih norma. Bila berkembang terus, terjadi hipertrofi eksentrik dan akhirnya
23

menjadi dilatasi ventrikel kemudian timbul gejalapayah jantung. Stadium ini

kadangkala disertai dengan gangguan sirkulasi pada cadangana aliran darah

koroner dan akan memperburuk kelainan fungsi mekanik/pompa jantung yang

selekif (Mansjoer, 2001).


2.3.6 Pengobatan Hipertensi
Pengobatan hipertensi secara garis besar di bagi menjadi dua yaitu

farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi mencakup obat yang

bersifat deuretik yang bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh lewat

uri,penghambat simpletik bekerja menghambat aktivitas syaraf simpatis (syaraf

yang bekerja pada saat kita beraktifitas ). Betabloker berperan penting daam

penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada pasien

yang mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkialkarena dapat

menyebabkan bronkopasme. Mengingat adanya efek samping yang ditimbulkan

dan biaya yang relatif mahal, maka masyarakat lebih memilih terapi non

farmakologis (Arif muttaqin, 2014)


Salah satu cara untuk mengontrol hipertensi adalah dengan terapi non

farmakologi, seperti diet rendah garam/kolesterol, menciptakan suasana rileks,

melkukan senam atau olahraga selama 30-45 menitselama3-4 kali seminggu,

berhenti merokok dan kurangi konsumsi alkohol, terapi herbal/tradisional dengan

menggunakan buah dan sayur, diantaranya tanaman dan buah-buahan yang

mampu menurunkan tekanan darah adalah pisang, belimbing manis, mentimun,

seledri, bawang putih, mengkudu, jeruk nipis, tomat, rosella, daun salam,

semangka, daun tempuyung, kumis kucing (Arif muttaqin, 2014).


2.3.7 Komplikasi Hipertensi
24

Hipertensi yang sudah berlangsung lama dan tidak mendapatkan

perawatan akan terjadi komplikasi,berikut komplikasinya hipertensi menurut

corwin antara lain :

1. Infark Miokard
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

aterosklerotik tidak dapat menyuplay oksigen ke miokardium atau

apabila terbentuk trombus yang menghambat alairan darah melewati

pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hiperteofi ventrikel,

kebutuhan oksigen miokardium mengkin dapat dipenuhi dan dapat

terjadi iskemia jantung yan menyebabkan infark. Demikian juga,

hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran

listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung,

dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.


2. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya

glomelurus, aliran ke unit fungsional ginjal yaitu nefron akan terganggu

dan akan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya

membran glomelurus , protein akan keluar melalui urin sehingga

tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan pdema,

yang sering di jumpai pada hipertensi kronis (Patofisiologi, 2005).

2.3.8 Penatalaksanaan dan Pencegahan Hipertensi


1. Penatalaksanaan hipertensi
a. Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan dengan menurunkan

kecepatan denyut jantung, volume sekuncup atau TPR, intervensi


25

farmakologis dan nonfarmakologis dapat membantu individu

mengurangi tekanan darahnya.


b. Pada sebagian orang penurunan berat badan dapat mengurangi

tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban jantung

sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga

berkurang .
c. Olahraga, terutama bila disertai penurunan berat badan, menurunkan

tekanan darah dengan menurunkan kecepatan denyut jantung

istirahat. Olahraga meningkatkan kadar HDL yang dapat

mengurangi terbentuknya aterosklerosis akibat hipertensi.


d. Teknik relaksasi dapat mngurangi denyut jantung dan TPR dengan

cara menghambat respon sress saraf simpatis.


e. Berhenti merokok penting untuk mrngurangi efek jangka panjang

hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke

berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.


f. Diuretik bekerja mellui berbagai mekanisme untuk mngurangi curah

jantunng dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam

dan airnya. Sebagian diuretik (tiazid) juga dapat menurunka TPR.


g. ACE inhibitor atau penghambat enzim pengaruh engiotensin II

berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat

enzim yang di perlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi

angiotensin II. Kondisi ini menurunkan tekanan darah secara

langsung dengan menggunakan TPR, dn secara tidak langsung

dengan menurunkan sekresi adosteron, yang akhirnya

meningkatkan pengeluaran natrium pada urin kemudian

menurunkan volume plasma dan curah jantung. ACE inhibitor juga

menurunan tekanan darah dengan efek bradikinin yang


26

memanjang, yang normalnya memecah enzim, Inhibitor ACE di

kontraindikasikan untuk kehanilan ( patofisiologi, 2005 ).


2. Pencegahan Hipertensi
Menurut Dr.Suparyanto, M.kes tahun 2011
a. Olah raga yang cukup

Selain dapat memperlancar peredaran darah, olah raga dapat pula

membakar lemak sehingga tidak kelebihan berat badan . latihan olah raga

yang dianjurkan meliputi tahap tahap pernafasan, peregangan, latihan inti,

pendinginan, peregangan. Olahraa yang baik yaitu yang dapat membakar

energi 10 sampai 20 kalori/kg berat badan. Denyut nadi optimal setelah

latihan latihan berkisar 65 sampai 80%.

b. Tidak Merokok

Cara menghindari pengaruh rokok yaitu sebaiknya menghindari

daerah yang terkena asap rokok,ataau tutuplah hidung jika terpaksa

melintas di daerah dengan asap rokok. Jika anda seorang perokok,

kurangilah jumlah batang rokok, lama menghisap, kekuatan menghisap

dan banyak hisapan. Jika anda pernah merokok, berhentilah merokok sama

sekali dengan niat yang penuh . menghentikan merokok secara total

mungkin sulit di lakukan, tetapi peluang untuk kembali merokok lebih

kecil dibanding dengan cara mengurangi perlahan-lahan. Suksesnya

seseorang untuk berhenti merokok tergantung pada niat dari dalam diri

perokok itu sendiri.

c. Tidak Minum Alkhohol


27

Hipertensi dapat di hindari dengan tidak mengkonsumsi minuman

yang mengandun alkhohol. Minuman berarkhohol banyak macamny, baik

yang dibuat oleh pabrik maupun yang di buat secara tradisional. Semuanya

akan membahayakan bagi penderita hipertensi. Oleh karena itu, hindarilah

minum minuman yang berarkohol. Selain minuman, alkhohol dapat pula

terkandung dalam makanan seperti tape dan brem. Hindarilah minum air

tape. Hindarilah hipertensi dengan tidak pernah mencoba minum alkhohol.

d. Isirahat yang cukup


Istirahat dapat mengurangi ketegangan dan keelahan otot bekerja

sehingga mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat dengan

posisi badan berbaring daapat mengembalikan aliran darah ke otak.

Berusahalah untuk beristirahat setelah beberapa saat melakukan

kesibukan rutinitas. Car lain untuk mengurangi stress adalah dengan

hipnoterapi, pijat, refleksi. Kunjungi psikolog untuk membntu

memecahkan masalah, jika stess terjadi karena adanya masalah yang

rumit.
e. Cara medis
Pengobatan bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara

medis melalui dokter dan tenaga para medis lainnya, serta cara

tradisional dengan memanfaatkan ramuan terapi yang ada secara turun

temurun dalam masyarakat. Bagi orang yang memiiki resiko tinggi

terkena hipertensi, lakukanlah pemeriksaan diri ke dokter secara berkala.

Pengobatan hipertensi harus menurut petunjuk dokter. Jangan minum

obat tenpa petunjuk dari dokter, karena dapat menimbulkan kekebalan

terhadap obat tertentu dan kerusakan ginjal.


f. Cara tradisional
28

Banya ramuan tradisional yang dipercaya dapat emnurunkan

tekanan darah. Beberapa ramuan sudah di teliti secara laboratoris. Contoh

bahan yang berkasiat menurunkan tekanan darah : cincau hijau, daun dan

buah alpukat, mengkudu masak (pace), mentimun, daun seledri, dan

selada air, bawang putih, daun dan buah belimbing bintang, buah

belimbing wuluh,daun tapak dara, akar pepaya, rambut jagung, adas

polowas. Jika tekanan darah sudah kembali normal, dapat di hentikan

pemakaiannya. Pemakaian yang berlebihan dapat menurunkan tekanan

darah di bawah normal.


g. Mengatur pola makan
Perbanyak minum air putih, cara makan yang baik adalah sediki

sedikit tapi sering. Buakan makan banayk tapi jarang. Kandungan zat

dalam menu makanan juga harus di perhatikan, meliputi : kurangi

minum minuman yang mengandung soda , minuman kalen dan botol,

kurangi maan daging, kerang, kepiting dan susu, camilan/snak asin dan

gurih. Hindari makan makanan ikan asin, telur asin, jeroan,vetsin, soda

kue, sarden, udang, dan cumi-cumi. Makan makanan yang dianjurkan

seperti sayuran segar, tempe, tahu, kacang- kacangan, ayam dan telur.

Makanan di makan sebaiknya mengandung lemak baik dan sedikit

mengandung lemak jahat seperti kolesterol.


3. Pemeriksaan Penunjang
Pada foto thoraks posisi posteoanterior hipertrofi konsentrik, besar

jantung dalam batas normal. Pembesaran jantung ke kiri bila sudah ada

dilatasi ventrikel kiri. Terdapat elongasi aorta pada hipertensi yang kronis

dan tanda-tanda bendungan pembuluh paru pada stadium payah jatuh

hipertensi. Pemeriksaan laboraturium darah rutin yang di perlukan adalah


29

Ht serta ureum dan kreatinin untuk menilai fungdi ginjal. Selain itu, juga

elektrolit untuk mrngetahui kemungkinan adanya kelainan hormon

aldosteron. Pemeriksaan laboratorium urinalisis juga diperlukan untuk

mengetahui kelainan pada ginjal. Pada gambaran EKG tampak tanda-tanda

hipertrofi ventrikel kiri. EKG dapat mendeteksi hipertrofi ventrikel kiri

secara dini, mencakup kelainan anatomic dan fungsional jantung pasien

hipertensi asimptomtik yang belum didapatkan kelainan pada EKG dan

radiologi.
Perubahan-perubahan yang dapat dilihat anatara lain:
a. Tanda-tanda hipersirkulasi pada stadium dini, seperti hipervolemia
b. Hipertrofi yang difus (konsentrik) atau yang ireguler eksentrik.
c. Dilatasi ventrikel yang dapat merupakan tanda-tanda payah jantung

serta akhir distolik ventrikel kiri meningkat.

Tanda-tanda iskemia seperti hipokinesis dan pada stadium adanya

diskinetik (Mansjoer, 2006).

2.4 Proses Menua (Ageing Process)

2.4.1 Proses Menua (Ageing Process)

Menua ( menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang

berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua

makhluk hidup (H.Wahyudi Nugroho, 2008:11).

2.4.2 Tipe Usia Lanjut

1. Tipe Arif Bijaksana


30

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi

panutan.
2. Tipe Mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, teman bergaul dan memenuhi undangan.

3. Tipe Tidak Puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan

banyak menuntut.

4. Tipe Pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan

kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.

5. Tipe Bingung

Kaget, kehilangan kepribaian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

pasif dan acuh tak acuh (R.Siti Maryam, 2010:2).

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan

Nutrisi atau makanan adalah makanan yang kurang sehat dapat

mempercepat penuaan, status kesehatan, lingkungan, stress.(Wahyudi

Nugroho,2010:19)

2.4.4 Perubahan Akibat Proses Menua

2.4.4.1 Perubahan Fisik dan Fungsi

Sistem Persarafan
31

Menurun hubungan persarafan, saraf panca indra mengecil, defisit

memori, kurang sensitif terhadap sentuhan, respon dan waktu untuk

bereaksi lambat.

Sistem Pendengaran

Gangguan pendengaran, hilangnya pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak

jelas, sulit mengerti kata-kata, membran timpani menjadi atrofi

menyebabkan otosklerosis, terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras

karena meningkatnya keratin, fungsi pendengaran semakin menurun pada

lanjut usia yang mengalami ketegangan/stress, vertigo (perasaan tidak

stabil yang terasa semakin bergoyang atau berputar).

Sistem Penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar menghilang,

kornea lebih berbentuk sferis(bola), lensa lebih suram, menjadi katarak,

jelas menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang,

pengamatan sinar, daya adaptasi terhadpa kegelapan lebih lambat, susah

melihat dalam gelap, penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan

manifestasi presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi

berkurangnya elastisitas lensa.

Sistem Kardiovasukuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding aorta

menurun, curah jantung menurun, kinerja jantung lebih rentan terhadap

kondisi dehidrasi dan perdarahan, tekanan darah meninggi akibat resistensi

pembuluh darah perifer meningkat.


32

Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Temperatur tubuh menurun akibat metabolisme yang menurun, pada

kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil,

pucat dan gelisah, keterbatasan releks menggigil dan tidak dapat

memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas

otot.

Sistem Pernapasan

Aktivitas silia menurun, berkurangnya elastisitas bronkus, reflek dan

kemampuan untuk batuk berkurang, sensitifitas terhadap hipoksia dan

hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis.

Sistem Pencernaan

Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi

setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun, esofagus melebar,

peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi melemah.

Sistem Reproduksi

Wanita

Vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut, uterus

mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva, selaput lendir vagina

menurun.

Pria

Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan

secara berangsur-angsur, dorongan seksual menetap sampai usia diatas

70tahun.

Sistem Genitourinaria
33

Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme

tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan

terkecil dari ginjal yang disebut nefron. Mengecilnya nefron akibat atrofi,

aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% sehinggan fungsi tubulus

berkurang, akibatnya kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat

jenis urine menurun, BUN meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal

terhadap glukosa meningkat.

Sistem Integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan

kulit cenderung kusam, kasar , dan bersisik, respon terhadap trauma

menurun, pertumbuhan kuku lebih lambat, jumlah dan fungsi kelenjar

keringat berkurang.

Sistem Muskuloskletal

Tulang kehilangan densitas (cairan) semakin rapuh, kifosis, gerakan

pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas, gangguan gaya berjalan,

kekakuan jaringan penghubung.(H.Wahjudi Nugroho,2008:27)

2.4.5 Batasan-Batasan Lanjut Usia

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

Lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai

59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun

2. Menurut Sumiati Ahmad Mohamad


34

a. 0-1 tahun = masa bayi

a. 1-6 tahun = masa prasekolah


b. 6-10 tahun = masa sekolah
c. 10-20 tahun = masa pubertas
d. 40-65 tahun = masa setengah umur

65 tahun keatas = masa lanjut usia (Wahjudi Nugroho,2000:19)

3. Menurut Jos Masdani (Psikologi UI)

Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.

Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian. Pertama = fase

ieuventus, anatara 25 dan 40 tahun, kedua = fase vertilitas, antara 40 dan

50 tahun, ketiga = fase prasenium, anatar 55 dan 65 tahun, dan keempat =

fase senium, antara 65 tahun hingga tutup usia (Wahjudi Nugroho,

2000:19).

4. Menurut Koesoemato Styonegoro

Pengelompokkan lanjut usia sebagai berikut : usia dewasa muda

(elderly adulhood) : 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh (middle

years) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (geriatric age)

lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun (young old),

75-80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old) (Wahjudi Nugroho,

2008:19)

Anda mungkin juga menyukai